PEMBAHASAN
aspek bio, psiko, sosial dan spiritual pada Tn. J dengan gangguan isolasi sosial
yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi dan dilaksanakan dari tanggal 27
Mei 2015 sampai 03 April 2015 di Rumah Sakit Khusus Dharma Graha Serpong
antara teori dengan keadaan di lapangan, yang mana dalam pelaksanaannya sesuai
1. Pengkajian
palpasi, dan perkusi, juga dengan mengobservasi respon verbal dan non
verbal yang ada pada klien. Data subyektif didapatkan melalui wawancara
Berdasarkan teori ( Yosep, 2013) tanda dan gejala pada klien dengan
isolasi sosial yaitu secara objektif klien banyak diam dan tidak mau bicara,
dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat, klien tampak sedih,
ekspresi datar dan dangkal, kontak mata kurang, kurang spontan, apatis(acuh
74
75
terhadap lingkungan), ekspresi wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan
rendah diri dan postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/ janin(khususnya
tanda- tanda antara lain klien juga jarang berkomunikasi dengan perawat
dalam kegiatan kelompok di rumah sakit, klien terlihat sering menyendiri dan
tidak berbaur dengan teman- temannya sesama klien, klien terlihat melamun
sendiri, klien terlihat cenderung menyendiri di kamar, klien terlihat lesu, klien
tidak akan berbicara banyak bila tidak ditanya oleh penulis dan klien harus
dilapangan, ada kesenjengan dimana klien tidak terdapat gejala seperti klien
makanan dan minuman terganggu, retensi urine dan feses, aktivitas menurun,
postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/ janin( khususnya pada posisi
tidur).
lain di sebabkan yang ditemukan antara teori dan praktik bisa disebabkan
76
karena sifat manusia yang unik, mempunyai respon yang berbeda- beda
penulis dapat yaitu, klien cukup kooperatif, terbina hubungan saling percaya
antara perawat dan klien, selain itu perawat rumah sakit juga ikut membantu
melengkapi studi kasus ini. Faktor penghambat pada saat pengkajian yaitu
2. Diagnosa keperawatan
Secara konsep diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan isolasi
1. Isolasi sosial.
6. Intoleran aktivitas.
menarik diri dan gangguan konsep diri : harga diri rendah( pada hari ke- 3
77
klien terlihat sering menyendiri dan tidak berbaur dengan teman- temannya
di kamar, klien terlihat lesu, klien tidak akan berbicara banyak bila tidak
ditanya oleh penulis dan klien harus di beri motivasi terlebih dahulu baru mau
melakukan kegiatan.
terdapat kesenjangan, yang didapatkan hanya isolasi sosial : menarik diri dan
gangguan konsep diri : harrga diri rendah, hal ini disebabkan karena klien
3. Perencanaan
rencana tindakan keperawatan, dan rasional sesuai dengan teori yang didapat.
penyebab, tanda dan gejala serta akibat dari gangguan isolasi sosial, bina
dilema dan dirasakan saat tidak mau bergaul, diskusikan bersama klien
78
dengan ajarkan klien cara berkenalan dan berbicara dengan orang lain, dorong
dan bantu klien untuk berkenalan dengan orang lain, anjurkan klien untuk
pada Tn. J adalah tidak pernah bertemu dengan keluarga klien. Dalam
isolasi sosial karena ke kambuhan pada pasien dengan gangguan jiwa bisa
disebabkan dari keluarga yang tidak tahu cara perawatan isolasi sosial di
rumah. Keluarga berperan penting dalam peristiwa gangguan jiwa dan proses
keperawatan.
79
4. Implementasi
penyebab, tanda dan gejala serta akibat dari gangguan isolasi sosial, bina
dilema dan dirasakan saat tidak mau bergaul, diskusikan bersama klien
keuntungan dari tidak berinteraksi dengan orang lain, latih berkenalan dengan
ajarkan klien cara berkenalan dan berbicara dengan orang lain, dorong dan
bantu klien untuk berkenalan dengan orang lain, anjurkan klien untuk
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, dan menilai kemampuan
yang masih dapat dilakukan klien, bina hubungan saling percaya, identifikasi
tanda, gejala harga diri rendah dan akibat harga diri rendah, latih kemampuan
dan aspek positif yang masih dimiliki klien, melatih kemampuan pertama
80
yang dilatih, berikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien dan
pada SP 4, karena klien mengatakan sulit untuk berbicara sosial dengan cara
dapat tercapai dalam satu hari pelaksanaan. Upaya yang dilakukan perawat
kegiatan klien.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dimana telah
yang telah ditulis, maka penulis melakukan evaluasi terhadap klien dengan
melihat hal – hal dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan kepada
terlihat evaluasi kondisi klien sangat kooperatif dan mau berbicara dengan
lain. Klien masih malas untuk melakukan kegiatan, maka penulis melanjutkan
tidak lanjut perencanaan harga diri rendah dengan bantuan perawat ruangan.