Anda di halaman 1dari 12

Hubungan Kemandirian Lansia Dengan Perilaku Personal Hygiene Pada

Lansia Di Puskesmas Sentosa Baru Medan 2014


Nasir rambe
Meylianie Nasution
ABSTRAK
Kemandirian pada lansia yaitu kemampuan yang dimiliki oleh lansia untuk
tidak tergantung pada orang lain dalam melakukan aktivitasnya, dalam rangka
memenuhi kebutuhannya. Lansia yang mempunyai kemandirian adalah lansia
yang mempunyai kesehatan cukup termasuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan yang akan berdampak pada perilaku personal hygienenya. UPTD
Abdi Dharma Asih Binjai oleh Lubis dkk sebanyak 30% lansia di sana menderita
penyakit kulit akibat dari kurangnya personal hygiene (kebersihan perorangan),
menurut Soejone (2005), pernah dilaporkan bahwa kejadian infeksi saluran kemih
di RSCM pada lansia yang berhasil dikumpulkan selama periode enam bulan
adalah 35,6%. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Hubungan
Kemandirian Lansia Terhadap Perilaku Personal Hygiene Pada Lansia.
Jenis desain penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Populasi adalah
lansia yang berkunjung ke Puskesmas Sentosa Baruyang memenuhi ketentuan
kriteria sebanyak 42 responden. Teknik pengambilan sampel dengan
menggunakan Total Sampling.. Pengumpulan data menggunakan kuisioner
penelitian. Analisis data dengan menggunakan uji Chi-squere.
Hasil penelitian yang dilakukan kepada 42 lansia adalah lansia yang
berkemandirian ringan sebanyak 9 orang (40,9%) dengan perilaku baik,
kemudian 12 (54,5%) yang ketergantungan ringan dengan perilaku cukup..
Menunjukan hasil didapat a (0,05) diperoleh X2 =3,058, p (sig) 0,036 < 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
Kemandirian Lansia Dengan Perilaku Personal HygieneDi Puskesmas Sentosa
Baru. Sehingga disarankan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan informasi
kepada lansia tentang pentingnya personal hygiene agar tetap menjaga kesehatan
diri dan lingkunganya.

Kata Kunci : Kemandirian, lansia, perilaku, personal hygiene


Daftar pustaka : Buku 14 (2000-2012)
Internet 3 (2004-2010)
memicu pertambahan jumlah usia
PENDAHULUAN lanjut Indonesia secara tepat. Kondisi
tersebut membawa konsekuensi
1.1 Latar belakang timbulnya berbagai masalah yang
berkaitan dengan kondisi jasmaniah,
Masalah masa lansia adalah masa rtohaniah, dan sosial ekonomi bagi
perkembangan terakhir dalam hidup para lanjut usia dan apabila tidak
manusia. Dikatakan sebagai segera ditangani dapat menjadi
perkembangan terakhir, karena ada permasalahan nassional (Depsos RI,
sebagian anggapan bahwa 2002).
perkembangan manusia terakhir Berdasarkan data yang ada
setelah manusia menjadi dewasa menunjukan jumlah penduduk lansia
(prawitasari, 1994). Pada saat (usia 50 tahun keatas) tahun 2003
manusia berkemban, terjadi beberapa sebanyak 16,1 juta jiwa dan pada
perubahan yang di tandai dengan tahun 2004 sebanyak 17,7 juta dan
kondisi-kondisi khas yang diestimasikan pada 2020 jumlah
menyertainya. Beberapa kondisi khas lansia di Indonesia sekitar 35juta
yang menyebabkan perubahan pada jiwa. Dari 17,7 juta jiwa penduduk
lansia, diantaranya adalah tumbuh lansia saat ini sekitar 3 juta orang
uban, kulit yang mulai keriput, diantaranya telantar ditandai mereka
penurunan berat badan, tanggalnya tergolong miskin dan tidak memiliki
gigi sehingga mengalami keesulitan anggota keluarga dan 4,6 juta jiwa
makan. lansia diantaranya rawan terlantar
Selain itu juga muncul perubahan yakni tergolong miskin, tetapi masih
yang menyangkut kehidupan memiliki keluarga. Harapan hidup
psikologis lansia, seperti perasaan penduduk Indonesia mengalami
tersisih, tidak dibutuhkan lagi, peningkatan jumlah dan proporsi
ketidakikhlasan menerima kenyataan pada 1980 (Darmojo, 2006). Di masa
baru, misalnya penyakit yang tidak datang jumlah lansia jumlajh lansia
kunjung sembuh atau kematian pada di Indonesia semakin bertambah.
pasangan. Hal ini di dukung oleh Tahun 1990 jumlah lansia 6,3 %
pernyataan Hurlock (1999) yang juga (11,3 juta orang), pada tahun 2015
menjelaskan dua perubahan lain yang jumlah lansia diperkirakan mencapai
harus dihadapi lansia, yaitu 24,5 juta orang dan akan melewati
perubahan sosial dan perubahan jumlah balita yang ada pada saat itu
ekonomi. Perubahan sosial meliputi diperkirakan mencapai 18,8 juta
perubhaan peran dan meninggalnya orang. Laporan survey Demografi
pasangan atau teman-temannya. dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
Perubahan ekonomi menyangkut tahun 1995 jumlah lansia 60 tahun
ketergantungan secra finansial pada keatas sebesar 7,5 % atau 15 juta
uang pensiun dan penggunaan waktu orang dibandingkan tahun 1986
luang segai seorang pensiunan sebesar 5,3 % atau 9,5 juta jiwa
(Puspita Sari, 2002). (Survey Kesehatan Rumah Tangga/
Meningkatnya usia harapan hidup SKRT tahun 1986) (Pudjiastuti,
penduduk indonesia yang di iringi 2003).
dengan menurunnya tingkat fertilitas,
Secara Demografi, menurut sensus disampaikan Pudsiastuti (2003),
penduduk pada tahun 1980 di bahwa tahap perkembangan
Indonesia jumlah lansia jumlah kemandirian bisa digambarkan antara
penduduk 147,3 juta jiwa. Dari lain dapat mengatur kehidupan dan
angka tersebut 16,3 juta jiwa (11%) diri mereka sendiri atau
orang yang berusia 50 tahun keatas, melaksanakan tugas tanpa bantuan
dan ± 6,3 juta jiwa (4,3%) berusia 60 orang lain dan keluarga. Lansia
tahun keatas. Dari 6,3 juta jiwa haruslah tetap menjaga kesehatan.
terdapat 822.831 (13,06%) orang Untuk terus menerus meningkatkan
tergolong jompo, yaitu para lanjut kesehatan harus menjalankan cara-
usia memerlukan bantuan dalam cara hidup yang sehat.
kehidupan sehari-hari sesuai undang- Cara hidup sehat adalah cara-cara
undang bahkan mereka harus yang dilakukan untuk dapat menjaga,
dipelihara oleh negara (Nugroho, mempertahankan dan meningkatkan
2000). Secara individu, pada usia kesehatan seseorang. Hal ini
diatas 55 tahun terjadi proses termasuklah menjaga kebersihan
penuaan secara alamiah. Hal ini tubuh dan lingkungan (Ismayadi,
menimbulkan berbagai masalah baik 2004). Jika dilihat dalam suatu
fisik, mental, sosial, ekonomi dan penelitian di UPTD Abdi Dharma
psikologis, kesehatan. Proses menua Asih Binjai oleh Lubis dkk (2005),
mengakibatkan berkurangnya fungsi sebanyak 30% lansia di sana
berbagai organ tubuh sehingga sering menderita penyakit kulit akibat dari
kali berbagai masalah kesehatan kurangnya personal hygiene
terjadi dalam satu waktu pada saat (kebersihan perorangan). Selain itu,
individu usia lanjut. menurut Soejone (2005), pernah
Selain itu, kondisi akut suatu dilaporkan bahwa kejadian infeksi
penyakit akan menguras cadangan saluran kemih di RSCM pada lansia
faal berbagai organ tubuh yang yang berhasil dikumpulkan selama
memang salah berkurang, akibatnya periode enam bulan adalah 35,6%.
menurunkan status fungsional atau Dari hasil Penelitian yang dilakukan
kemandirian (Nugraha,2000). Lansia oleh Martiwi (2008) Angka
yang mempunyai tingkat Kesakitan gigi dan mulut pada lansia
kemandirian tertinggi adalah di Puskesmas wilayah Kecamatab
pasangan lansia secara fisik Gemawang tahun 2009 adalah
kesehatan cukup prima. Dari aspek sebesar 100 kasus, tahun 2010
sosial ekonomi dapat dikatakan jika sebesar 95 kasus dan meningkatnya
cukup memadai dalam memenuhi pada tahun 2011 sebesar 130 kasus
segala macam kebutuhan hidup, baik (Regristrasi kunjungan pasien poli
lansia yang memiliki anak maupun gigi dan mulut puskesmas
yang tidak memiliki anak. Tingginya Gemawang 2011).
tingkat kemandirian mereka Antara faktor predisposisinya adalah
diantaranya karena lansia telah gangguan faal kognitif pada lansia
terbiasa menyelesaikan pekerjaan mengakibatkan usaha perawatan diri
rumah tangga yang berkaitan dengan sendiri tergantung sehingga
pemenuhan hayat hidupnya kemampuan untuk mandi dengan
(Ratna,2006). Hal ini telah bersih, membersihkan daerah
genetalia dengan seksama tidak dapat Pembatasan masalah akan
dilakukan secara mandiri. memudahkan peneliti dalam
Untuk mempertahankan dan pembahasan, sehingga dapat
meningkatkan kesehatan usia lanjut, mencapai sasaran dan tujuan dengan
personal hgiene (kebersihan tepat dan hasil yang diperoleh dapat
perorangan ) merupakan salah satu dipertanggungjawabkan. Untuk
faktor dasar karena individu yang memperjelas pemahaman tentang
mempunyai kebersihan diri baik variabel-variabel yang terkait dalam
mempunyai resiko yang lebih rendah penelitian ini, ,maka penulis
untuk mendapat penyakit memberikan penjelasan untuk
(Setiabudhi, 2002). Peningkatan pembatasan masalah yang ada yaitu:
personal hygiene dan perlindungan a. Penelitian ini hanya
khusus yang dapat mempengaruhi dilaksanakan pada lansia
tingkat kesehatan (Dainur, 1995). yang berkunjung ke
Perawatan fisik diri sendiri Puskesmas Sentosa Baru
mencakup perawatan kult, kuku, alat b. Penelitian ini melihat
kelamin, rambut, mata, gigi-mulut, kemandirian lansia terhadap
telinga dan hidung perilaku personal hygiene
(Setiabudhi,2002). Dalam hal ini
peneliti ingin menfokuskan 1.4 Rumusan Masalah
penelitian pada lansia usia 45-59 Adapun masalah yang dirumuskan
tahun dengan kategori tidak adalah sebagai berikut:
ketergantungan dan ketergantungan. 1) Bagaimana Kemandirian
Berdasarkan survey awal dengan 7 Lansia Di Puskesmas Sentosa
lansia yang dilakukan di puskesmas Baru
sentosa baru tahun 2013 terdapat 3 2) Bagaimana Perilaku Personal
lansia yang mandiri dan 4 sudah hygiene Pada Lansia Di
ketergantungan. Dari uraiab data Puskesmas Sentosa Baru
tersebut diatas peneliti merasa 3) Bagaimana Hubungan
tergerak untuk meneliti Hubungan Kemandirian Lansia
Kemandirian Lansia Terhadap Terhadap Personal hygiene
Perilaku Personal hygiene tersebut. Pada Lansia Di Puskesmas
1.2 Identifikasi Masalah Sentosa Baru
Dari latar belakang diatas, dapat 1.5 Tujuan Penelitian
diidentifikasikan permasalahan pada 1.5,1 Tujuan Umum
lansia salah satunya meliputi perilaku 1) Untuk mengetahui hubungan
lansia pada personal hygiene dan kemandirian lansia terhadap
kemandirian lansia ?. apakah kondisi perilaku personal hygiene
fisik mempengaruhi lansia pada pada lansia di Puskesmas
perilaku personal hygiene ?. Apakah Sentosa Baru Tahun 2014.
ada hubungan kemandirian lansia 1.5.2 Tujuan Khusus
mempengaruhi perilaku personal 1) Mengetahui Kemandirian
hygiene?. Bagaimana kemandirian Lansia Di Puskesmas
lansia terhadap perilaku personal Sentosa Baru Tahun 2014.
hygiene ? 2) Mengetahui Perilaku Personal
1.3 Pembatasan Masalah hygiene Pada Lansia Di
Puskesmas Sentosa Baru 3.2 Jenis dan desain Penelitian
Tahun 2014. 3.2.1 Jenis Penelitian
3) Mengetahui Hubungan Jenis penelitian ini adalah
Kemandirian Lansia deskriftif korelasional. Analisis
Terhadapt Perilaku Personal deskriftif bertujuan untuk suatu
hygiene Pada Lansia Di fakta apa adanya, sedangkan analisis
Puskesmas Tahun 2014. korelasi adalah untuk melihat
1.6 Manfaat penelitian keeratan hubungan antar dua
variabel terlebih dalam penelitian
METODOLOGI ini.
3.2.1 Desain Penelitian
PENELITIAN Penelitian ini menggunakan dua
variabel, yaitu 1 variabel bebas
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian (independent) adalah Kemandirian
3.1.1 Lokasi Penelitian Lansia dan 1 variabel terikat
Tempat penelitian ini (dependent) adalah Perilaku
dilaksanakan di Puskesmas Sentosa personal hygiene. Lebih jelasnya
Baru Medan. Alasan pemilihan dapat dilihat gambar dibawah:
lokasi penelitian di karenakan belum
pernah dilakukan penelitian tentang 3.4 Definisi Operasional Variabel
hubungan kemandirian lansia Penelitian
terhadap perilaku personal hygiene Dalam penelitian ini yang menjadi
pada lansia, jumlah populasi variabel independent atau bebas (x)
mencukupi untuk dilakukannya adalah kemandirian lansia dan
penelitian, dan lokasi tersebut mudah variabel dependent atau terikat (y)
dijangkau oleh peneliti dan karena adalah perilaku personal hygiene.
adanya masalah. Skala pengukuran dan defenisi
3.1.2 Waktu Penelitian operasional penelitian seperti
Penelitian ini dilaksanakan dibawah ini.
pada bulan Februari - Agustus
Tahun 2014.
Tabel 1
Defenisi Operasional Dan Variabel Penelitian

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Skala Ukur


Operasional Ukur
Variabel . Kuesioner ketergantungan ordinal
Dependen : Kemampuan untuk sebanyak ringan (13-17)
Kemandirian dapat melakukan 18 dengan ketergantungan
lansia dan menjalani pilihan 0. sedang (7-12)
kehidupan tanpa Mandiri 1. ketergantungan
adanya Tidak berat (0-6)
ketergantungan mandiri
kepada orang lain ordinal
Dependen Baik (6-8)
Perilaku Segala seatu tindakan Kuesioner Cukup (3-5)
Personal responden dalam sebanyak 8 Kurang (0-2)
hygiene menjaga kebersihan dengan
diri dan lingkungan pilihan
nya - Ya
- Tidak

3.4 Populasi dan Sampel 4.1. Hasil Penelitian


Penelitian Dengan menggunakan instrumen
3.4.1 Populasi penelitian diperoleh data variabel
Populasi adalah Keseluruhan penelitian hubungan kemandirian
objek penelitian yang akan diteliti lansia terhadap perilaku personal
(Notoadmodjo S, 2010 ; 115). hygiene pada lansia di Puskesmas
Sentosa Baru Tahun 2014.Deskripsi
Populasi dalam penelitian ini hasil penelitian diperoleh dari
adalah seluruh lansia yang variabel kemandirian lansia dan
melakukan pemeriksaan ke perilaku personal hygiene
Puskesmas Sentosa Baru berjumlah menggunakan alat pengumpul data
42 orang pada bulan Juli- Agustus berupa kuisioner yang disebarkan
2014. kepada 42 responden dengan masing
17 pertanyaan untuk kemandirian
3.4.2 Sampel
dan 8 pertanyaan untuk prilaku
Sampel adalah sebagian yang personal hygiene. Setelah dilakukan
diambil dari keseluruhan objek uji validitas kuisioner diperoleh
yang akan di teliti dan dianggap bahwa dari 19 pertanyaan kuisioner
mewakili seluruh populasi kemandirian lansia yang diujikan
(Notoadmodjo,2010;115). terdapat 17 pertanyaan angket yang
Teknik yang digunakan dalam valid dan 9 pertanyaan kuisioner
pengambilan sampel yaitu Total prilaku personal hygiene yang
Sampling yaitu dengan mengambil diujikan terdapat 8 pertanyaan yang
seluruh anggota populasi sebagi valid. Langkah berikutnya dilakukan
responden atau sampel yaitu teknik analisis data dengan mencari
sebanyak 42 responden (sugiyono, hubungan kemandirian lansia
2009). terhadap perilaku personal hygiene
HASIL DAN PEMBAHASAN
pada lansia di Puskesmas Sentosa Distribusi Responden Berdasarkan
Baru Tahun 2013. Kemandirian Lansia Di Puskesmas
Sentosa Baru Tahun 2014
4.2 Data Demografi Persentase
No Kemandirian Jumlah
Tabel 2. Distribusi karakterstik %
responden berdasarkan demografi Kemandirian
1 22 52,38
Data Perse ringan
N Jum Kemandirian
Demogra ntase 2 18 42,86
o lah sedang
fi %
Kemandirian
1 Umur 3 2 4,76
berat
45 - 50
7 16,67 Total 42 100
thn
51 – 59 thn 35 83,33
Pada Tabel 6. terlihat bahwa
>60 0 0
responden mayoritas mempunyai
Total 42 100
kemandirian dengan kategori
Tingkat
2 kemandirian ringan sebanyak 22
Pendidikan
SMA - 6 14,29, orang (52,38%).
Perguruan b. Perilaku Personal hygiene
Tinggi Pada Lansia
SD –SMP 36 85,71 Untuk mengetahui tingkat Perilaku
Total 42 100 Personal hygiene Pada Lansia
3 Pekerjaan responden dapat dilihat pada Tabel 7.
Bekerja Tabel 7.
(PNS,wira 17 40,48 Distribusi Responden Berdasarkan
swasta) Perilaku Personal hygiene Pada
Tidak Lansia Di Puskesmas Sentosa Baru
Bekerja 25 59,52 Tahun 2014.
(IRT)
Total 42 100 Prilaku
No Personal Jumlah Persentase
Berdasarkan tabel data demografi hygiene
lansiadapat dilihat bahwa, mayoritas 1 Baik 22 52,38
responden berumur 51-59 tahun 2 Cukup 18 42,86
yaitu sebanyak 35 orang(83,33%), 3 Kurang 2 4,76
berpendidikan rendah sebanyak 36 Total 42 100%
orang (85,71 %), pekerjaan
mayoritas tidak bekerja sebanyak 25 Pada Tabel 7. terlihat bahwa
orang (59,52%). responden mayoritas mempunyai
Prilaku Personal hygiene dengan
4.3 Analisis Univariat kategori baik sebanyak 22 orang
a. Kemandirian lansia (52,38%).
Untuk mengetahui Kemandirian 4.4 Analisis Bivariat
responden dapat dilihat pada Tabel 6 a.
Tabel 6. ubungan kemandirian lansia
terhadap perilaku personal
hygiene
Hasil pengolahan data personal hygiene dapat dilihat pada
terhadap variabel kemandirian lansia Tabel 9.
dihubungkan dengan perilaku
Tabel 9
Disrtibusi Frekuensi Kemandirian Lansia Dengan Perilaku Personal Hygiene
Pada Lansia Di Puskesmas Sentosa Baru Medan Tahun 2014

Kemandirian lansia * Perilaku Personal hygiene Crosstabulation

Perilaku Personal hygiene


1,00 2,00 3,00 Total
Kemandirian lansia 1,00 Count 9 12 1 22
Expected Count 11,5 9,4 1,0 22,0
% within Kemandirian 40,9% 54,5% 4,5% 100,0%
lansia
2,00 Count 12 5 1 18
Expected Count 9,4 7,7 ,9 18,0
% within Kemandirian 66,7% 27,8% 5,6% 100,0%
lansia
3,00 Count 1 1 0 2
Expected Count 1,0 ,9 ,1 2,0
% within Kemandirian 50,0% 50,0% ,0% 100,0%
lansia
Total Count 22 18 2 42
Expected Count 22,0 18,0 2,0 42,0
% within Kemandirian 52,4% 42,9% 4,8% 100,0%
lansia

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi- 3,058a 4 ,548
Square
Likelihood Ratio 3,221 4 ,522
N of Valid Cases 42
a. 5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,10.
nilai pearson C-square X2 = 3,058
artinya bahwa kuatnya hubungan
Berdasarkan tabel 9. dapat dilihat bahwa ada antara
9 orangkemandirian
(40,9%) ketergantungan ringan dan prilaku per
lansia terhadap
signifikan antara kemandirian lansia perilaku personal hygiene pada lansia
terhadap perilaku personal hygiene sebesar 3,058 kali.
pada lansia. Hasil analisa diperoleh
4.5 P sepuluh kemampuan sebagai berikut
embahasan : makan,
4.5.1 Kemandirian Lansia berpindah dari kursi roda ke tempat
Pada Tabel 6. terlihat bahwa tidur dan sebaliknya, termasuk duduk
responden mayoritas mempunyai ditempat tidur, kebersihan diri,
kemandirian dengan kategori mencuci muka, menyisir, mencukur
ketergantungan ringan sebanyak 22 dan menggosok gigi, aktivitas di
orang (52,38%). toilet, mandi, berjalan di jalan yang
Kemandirian responden datar (jika tidak berjalan, lakukan
dalam penelitian ini ditentukan oleh dengan kursi roda), naik turun
kondisi kesehatan dan hubungan tangga, berpakaian termasuk
sosial. Sebagian besar reponden mengenakan sepatu, mengontrol
adalah mandiri karena sebagian besar defekasi, mengontrol berkemih.
mereka berada pada kondisi Penilaian, 0-20 ketergantungan
kesehatan baik, dengan keadaan penuh, 21-61 ketergantungan
kesehatan yang baik mereka mampu berat/sangat tergantung, 62-90
untuk melakukan aktifitas sehari-hari ketergantungan moderat, 91-99
dalam memenuhi kebutuhan ketergantungan ringan, 100 mandiri.
hidupnya tanpa meminta bantuan 4.5.2 Perilaku Personal Hygiene
kepada orang lain atau sedikit Pada Tabel 7. terlihat bahwa
mungkin untuk tergantungnya responden mayoritas mempunyai
kepada orang lain. Sedangkan Prilaku Personal hygiene dengan
kondisi sosial yang menunjang kategori baik sebanyak 22 orang
kemandirian dalam kondisi baik (52,38%).
karena sebagian besar responden Perilaku lansia dalam menjaga
aktif dalam melakukan kegiatan kesehatan perorangan cukup baik,
personal hygiene untuk diri akan tetapi ada sebagian lansia yang
responden. kesehatan perorangannya kurang,
Pengukuran tingkat misal dalam hal cuci tangan
kemandirian dalam ADL (Activity of sebelum/sesudah makan dan mencuci
DailyLiving) rambut. Menjaga personal hygiene
menggunakan “Indeks Kemandirian sangat penting dalam usaha untuk
Katz” yang didasarkan pada mencegah timbulnya peradangan di
kemandirian klien dalam organ tubuh, mengingat sumber
menjalankan aktivitas kehidupan infeksi dapat timbul bila kebersihan
sehari-hari. Kemandirian berarti diri kurang. Perilaku lansia dalam hal
tanpa pengawasan, pengarahan, atau pemeliharaan personal higiene dan
bantuan orang lain (Maryam, 2008). kebersihan lingkungan, misalnya
Menurut Pudjiastuti (2003) BAB dan BAK pada umumnya
Kemandirian pada aktivitas sehari- sudah dilakukan di jamban, akan
hari dapat diukur dengan tetapi ada sebagian yang membuang
menggunakan Indeks Barthel yang ludah sembarangan, tidak menyapu
dimodifikasi. Penilaian didasarkan lantai atau halaman, dan tidak pernah
pada tingkat bantuan orang lain membersihkan kamarnya.
dalam meningkatkan aktivitas Kebersihan lingkungan dapat
fungsional. Pengukuran meliputi mencegah terjadinya penularan
infeksi dan juga memberikan suasana kuatnya hubungan antara
nyaman. Untuk itu lansia yang masih kemandirian lansia terhadap perilaku
aktif perlu diberdayakan untuk ikut personal hygiene pada lansia sebesar
serta dalam menjaga kebersihan 3,058 kali.
lingkungan sesuai dengan Menurut Maryam (2008)
kemampuannya. Kemandirian berarti tanpa
Menurut Tarwoto (2004) personal pengawasan, pengarahan atau
hygiene adalah suatu tindakan untuk bantuan pribadi yang masih aktif.
memelihara kebersihan dan Seseorang lansia yang menolak
kesehatan seseorang untuk untuk melakukan fungsi dianggap
kesejahteraan fisik dan psikis. sebagai tidak melakukan fungsi,
Pemenuhan personal hygiene meskipun dianggap mampu. Menurut
diperlukan untuk kenyamanan Mu’tadin (2002) keadaan dimana
individu, keamanan, dan kesehatan. seseorang yang memiliki hasrat
Kebutuhan personal hygiene ini bersaing untuk maju demi kebaikan
diperlukan baik pada orang sehat dirinya, mampu mengambil
maupu pada orang sakit. Praktik keputusan dan inisiatif untuk
personal hygiene bertujuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi,
peningkatan kesehatan dimana kulit memiliki kepercayaan diri dalam
merupakan garis tubuh pertama dari mengerjakan tugas-tugasnya,
pertahanan melawan infeksi Dengan bertanggung jawab terhadap apa
implementasi tindakan hygiene yang dilakukan. Lebih lanjutnya
pasien, atau membantu anggota Mu’tadin (2002), menyebutkan
keluarga untuk melakukan tindakan bahwa kemandirian merupakan suatu
itu maka akan menambah tingkat sikap dimana individu akan terus
kesembuhan pasien (Potter & Perry, belajar untuk bersikap mandiri dalam
2006). menghadapi berbagai situasi
4.5.4 Hubungan Kemandirian dilingkungan sehingga individu pada
Lansia Terhadap Perilaku akhirnya akan mampu berpikir dan
Personal hygiene Pada Lansia Di bertindak sendiri.
Puskesmas Sentosa Baru Tahun Menurut Hidayat (2004) Fungsi
2013. kemandirian pada lansia
Berdasarkan tabel 9. dapat dilihat mengandung pengertian yaitu
bahwa ada 9 orang (40,9%) kemampuan yang dimiliki oleh lansia
ketergantungan ringan dan prilaku untuk tidak tergantung pada orang
personal hygiene yang baik, lain dalam melakukan aktivitasnya,
kemudian 12 orang (54,5%) yang semuanya dilakukan sendiri dengan
ketergantungan ringan dan prilaku keputusan sendiri dalam rangka
personal hygiene yang cukup. Hasil memenuhi kebutuhannya.
uji statistik didapat nilai p value = Perilaku lansia dalam menjaga
0.036 maka dapat disimpulkan ada kesehatan perorangan cukup baik,
hubungan yang signifikan antara akan tetapi ada sebagian lansia yang
kemandirian lansia terhadap perilaku kesehatan perorangannya kurang
personal hygiene pada lansia. Hasil Menurut Tarwoto (2004) personal
analisa diperoleh nilai pearson C- hygiene adalah suatu tindakan untuk
square X2 = 3,058 artinya bahwa memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk perorangan). Selain itu, menurut
kesejahteraan fisik dan psikis. Soejone (2005), pernah dilaporkan
Pemenuhan personal hygiene bahwa kejadian infeksi saluran
diperlukan untuk kenyamanan kemih di RSCM pada lansia yang
individu, keamanan, dan kesehatan. berhasil dikumpulkan selama periode
Kebutuhan personal hygiene ini enam bulan adalah 35,6%.
diperlukan baik pada orang sehat
maupu pada orang sakit. Praktik
personal hygiene bertujuan untuk KESIMPULAN DAN SARAN
peningkatan kesehatan dimana kulit
merupakan garis tubuh pertama dari 5.1 Kesimpulan
pertahanan melawan infeksi Dengan Dari hasil penelitian dan
implementasi tindakan hygiene pembahasan tentang hubungan antara
pasien, atau membantu anggota kemandirian lansia terhadap perilaku
keluarga untuk melakukan tindakan personal hygiene pada lansia di
itu maka akan menambah tingkat Puskesmas Sentosa Baru Tahun 2014
kesembuhan pasien. Menurut ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Setiabudhi (2002) Pada lansia, mandi 1. Kemandirian
biasanya dilakukan dua kali sehari responden mayoritas
atau lebih sesuai selera dengan air mempunyai kemandirian
dingin atau air hangat. Diusahakan dengan kategori
agar satu kali mandi tidak dibawah ketergantungan ringan.
pancuran atau konsensional, tetapi 2. Perilaku
merendam diri di bak mandi yang responden mayoritas
akan memberi kenikmatan, mempunyai Perilaku Personal
relaksasi dan menambah tenaga serta hygiene dengan kategori baik.
kebugaran tubuh. Penting juga 3. Hasil uji
membersihkan alat kelamin dan kulit statistik didapat maka dapat
antara dubur dan alat kelamin disimpulkan ada hubungan
(perineum). Gosokan dimulai dari yang signifikan antara
sisi alat kelamin kea rah dubur. Bagi kemandirian lansia terhadap
wanita, puting payudara jangan lupa perilaku personal hygiene pada
dibersihkan dan kemudian lansia. Hasil analisa diperoleh
dikeringkan. Setelah selesai mandi nilai pearson C-square X2 =
keringkan badan, termasuk rongga 3,058 artinya bahwa kuatnya
telinga, lipatan-lipatan kulit dan hubungan antara kemandirian
celah-celah jari kaki untuk lansia terhadap perilaku
menghindarkan timbulnya infeksi personal hygiene pada lansia
jamur, juga pada semua sebesar 3,058 kali.
lipatanlipatan kulit lainnya.
Hasil penelitian ini juga mendukung 5.1. Saran
di UPTD Abdi Dharma Asih Binjai 1. Tempat Penelitian
oleh Lubis dkk (2005), sebanyak Hasil penelitian ini menunjukan
30% lansia di sana menderita bahwa kemandirian lansia sangat
penyakit kulit akibat dari kurangnya pengaruh pada perilaku personal
personal hygiene (kebersihan hygiene, oleh kareba itu kepada
tenaga kesehatan di Puskesmas
sentosa baru dapat memberikan
informasi tentang personal hygiene
yang bermanfaat untuk kesehatan
terutama lansia.

2. P
endidikan Kebidanan
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kemandirian lansia sangat
pengaruh terhadap perilaku personal
hygiene lansia, maka penting
mengintegrasikan materi ini dalam
pendidikan DIV kebidanan terutama
pada personal hygiene seorang bidan
harus memiliki pengetahuan
kesehatan sehingga dapat
memberikan penyuluhan tentang
personal hygiene kepada pasien yang
dapat memberi manfaat untuk
meningkatkan derajat kesehatan bagi
lansia.

3. Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, semoga
penelitian ini bisa menjadi data yang
dapat dipergunakan dalam
melakukan penelitian selanjutnya,
khususnya tentang Kemandirian
Lansia Terhadap Perilaku Personal
hygiene Pada Lansia Di Puskesmas
Sentosa Baru Medan Tahun 2014
dan menambahkan referensi serta
waktu penelitian lebih panjang
sehingga mendapatkan hasil yang
lebih akurat dan memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai