Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL

“PEMASANGAN INFUS INTRAVENA”

Oleh :

Kelompok B

1. Disye Drastistiana Dewi (202204099)


2. Noviani Ika Enggar Pratiwi (202204082)
3. Rieza Aisyah Septi Ningrum (2022040930)
4. Sugandi Triwibowo (202204099)
5. Yuli Widia Sari (202204108)

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

2022
PROPOSAL BEDSIDE TEACHING

1. Pendahuluan
Pemberian cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh
ke dalam pembuluh vena untuk memperbaiki atau mencegah gangguan cairan dan
elektrolit, darah, maupun nutrisi (Herry, 2016). Pemberian cairan intravena
disesuaikan dengan kondisi kehilangan cairan pada klien, seberapa besar cairan tubuh
yang hilang. Pemasangan infus merupakan tindakan keperawatan yang bertujuan
untuk pemberian hidrasi intravena atau makanan dan administrasi. Pada pasien dengan
masalah sirkulasi salah satu tindakan yang sering dilakukan untuk menangani masalah
tersebut adalah dengan terapi intravena.
2. Tujuan
1. Mengetahui Definisi pemasangan intravena
2. Memahami tujuan pemasangan intravena
3. Mengetahui Klasifikasi Oksigenasi
4. Mengetahui macam- macam cairan
3. Sasaran
Pasien Diruang Perinatology RSUD Blambangan Banyuwangi
4. Materi
a. Pengertian dan definisi pemasangan infus / intravena
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah
cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum kedalam sebuah pembuluh
vena(pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat
makanan dari tubuh (Nuryanto et al, 2015).
b. Pemasangan infus termasuk salah satu prosedur medis yang paling sering
dilakukan sebagai tindakan terapeutik. Pemasangan infus dilakukan untuk
memasukkan bahan-bahan larutan ke dalam tubuh secara kontinyu atau sesaat
untuk mendapatkan efek pengobatan secara cepat. Bahan yang dimasukkan dapat
berupa darah, cairan atau obat-obatan. Istilah khusus untuk infus darah adalah
transfusi darah. Indikasi infus adalah menggantikan cairan yang hilang akibat
perdarahan, dehidrasi karena panas atau akibat suatu penyakit, kehilangan plasma
akibat luka bakar yang luas.
c. Tujuan pemberian infus intravena
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air,
elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan
melalui oral
2. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit
3. Memperbaiki keseimbangan asam dan basa
4. Memberikan tranfusi darah
5. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena
6. Membantu pemberian nutrisi secara parenteral
d. Jenis jenis cairan infus
1. Berdasarkan osmolalitasnya dibagi menjadi
a. Isotonic
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati
osmolalitas plasma. Batas osmolaritas cairan tubuh normalnya yaitu 280-295
mOsm/L (Phillips, 2005). Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume
ekstrasel, misalnya kelebihan cairan setelah muntah yang berlangsung lama.
Contoh cairan isotonik, yaitu NaCl 0,9 %, ringer laktat, komponen-komponen
darah (Albumin 5 %, plasma), dextrose 5 % dalam air (D5W).
b. Hipotonik

Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada


osmolalitas plasma. Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan
cairan seluler dan menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh.
Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan
plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki
keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel tersebut akan membesar atau.
membengkak. Perpindahan cairan terjadi dari kompartemen intravaskuler ke
dalam sel. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko
peningkatan TIK. Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan
mengakibatkan deplesi cairan intravaskuler, penurunan tekanan darah, edema
seluler, kerusakan sel. Karena larutan ini dapat menyebabkan komplikasi
serius, klien harus dipantau dengan teliti. Contoh cairan hipotonik, yaitu
dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 %, NaCl 0,45 %, dan NaCl 0,2 %.
c. Hipertonik

Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih tinggi daripada


osmolaritas plasma. Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat
menyebabkan kelebihan dalam sirkulasi dan dehidrasi. Perpindahan cairan
dari sel ke intravaskuler, sehingga menyebabkan sel-selnya mengkerut.
Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan penyakit ginjal dan
jantung serta pasien dengan dehidrasi.
Contoh cairan hipertonik, yaitu D 5% dalam saline 0,9 %, D 5 % dalam RL,
Dextrose 10 % dalam air, Dextrose 20 % dalam air, Albumin 25.
2. Pembagian cairan berdasarkan kelompoknya:
a. Macro drip set
b. Micro drip set
c. Tranfusion Set

5. Metode

Praktikum, Diskusi Dan Bedside Teaching

6. Media

Persiapan alat, persiapan pasien, persiapan lingkungan.


7. Proses
Langkah-langkah yang diperlukan dalam Bedside Teaching adalah sebagai berikut:

Perceptor kontrak dengan 1.Pemaparan masalah klien


klien/keluarga,
kontrak dengan mahasiswa dan 2.Tindakan untuk mengatasi masalah klien.
berbagi peran
3.Alat-alat yang diperlukan untuk tindakan

4.Prosedur tindakan (persiapan-pelaksanaan –


terminasi)
Pelaksanaan BST :
5. Aturan ketika bertemu dengan klien
Langkah-langkah dalam tindakan :
persiapan – pelaksanaan –
terminasi )

Memberikan edukasi, menjawab pertanyaan


Tanyakan keluarga apakah dan penutupan
ada pertanyaan

Tanya jawab dengan umpan balik kelompok

7.1. Persiapan
a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan bedside teaching
b. Pemberian informed consent keluarga
c. Pembagian peran dalam tim mahasiswa
7.2. Pelaksanaan BST
a. Penjelasan tentang klien oleh perceptor dalam hal ini penjelasan difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan memiliki
prioritas yang perlu didikusikan
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c. Pemberi justifikasi oleh perceptor tetang masalah klien serta rencana tindakan yang
akan dilakukan
d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ada akan ditetapkan
7.3. Pasca BST
Mendikusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan tindakan
yang perlu dilakukan
8. Waktu dan tempat
Hari / Tanggal : senin, 13, november 2022
Waktu :
Tempat : ruang perinatology RSUD Blambangan Banyuwangi
9. Peran mahasiswa
 Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
 Menjelaskan diagnosis keperawatan
 Menjelaskan intervensi yang dilakukan
 Menjelaskan hasil yang didapat
 Menjelaskan rasional dari tindakan yang diambil
 Menggali masalah-masalah yang belum terkaji
10. Kriteria Evaluasi
a. Bagaimana koordinasi dan persiapan BST
b. Bagaimana peran perawat primer pada saat BST
11. Kegiatan Bedside Teaching
1. Tahapan Pra-BST
a. Preparation
b. Planning
c. Briefing : 4P 1R
1. Problem : masalah yang ditemukan pada klien
2. Practice : tindakan yang akan dilakukan terkait masalah klie
3. Preparation : persiapan alat, persiapan pasien, persiapan lingkungan
4. Procedure : prosedur pelaksanaan
5. Role : aturan yang disampaikan oleh pembimbing klinik
2. Round : fase kerja (Pelaksanaan) dan fase terminasi (evaluasi)
3. Post round : evaluasi dari pembimbing klinik terhadap tindakan yang dilakukan
12. Penutup
Demikianlah proposal ini kami buat dengan sebenar-benarnya, kiranya dapat dijadikan
masukan dalam pengembangan dan pengaplikasian metode pembelajaran

Banyuwangi, November 2022

Mengetahui,
Pembimbing Klinik Ketua Kelompok,

(Ade Ima Triani, S.Kep.Ns) (Sugandi Triwibowo)


Standar Operasional Prosedur (SOP)
Tindakan Keperawatan : Pemasangan Infus
1 Pengertian Pemasangan infuse merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien yang
memerlukan masukan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena
dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set (Potter, 2005).
2 Tujuan a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh cairan elektrolit, vitamin,
protein, kalori dan nitrogen. Pada klien yang tidak mampu mempertahankan
masukan yang adekuat melalui mulut.
b. Memulihkan keseimbangan asam-asam.
c. Memulihkan volume darah dan,
d. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan
3 Indikasi a. Pasien Syok
b. Pasien yang mengalami pengeluaran cairan berlebih
c. Intoksikasi berat
d. Sebelum tranfusi darah
e. Pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu
4 Persiapan Alat steril
Alat 1.      Bak instrument berisi hand scon dan kasa steril
2.      Infus set steril
3.      Jarum / wingnedle / abocath dengan nomer yang sesuai
4.      Korentang dan tempatnya
5.      Kom tutup berisi kapas alcohol

Alat tidak steril


1.      Standart infus
2.      Bidai dan pembalut jika perlu
3.      Perlak dan alasnya
4.      Pembendung (tourniquet)
5.      Plester
6.      Gunting verban
7.      Bengkok
8.      Sarung tangan bersih

Obat-obatan
1.      Alcohol 70%
2.      Cairan sesuai advis dokter, misal NaCl 0,9%, Dextrose 5% dll.
Pelaksanaan Persiapan Pasien :
1. Memperkenalkan diri
2. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan
3. Meminta kesediaan pasien untuk di rawat
4. Atur posisi yang nyaman bagi klien
Persiapan Lingkungan :
4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman
5. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
6. Membawa alat ke dekat pasien
Pelaksanaan :
7. Mencuci tangan
8. Memakai sarung tangan
9. Membuka daerah yang akan dipasang infus
10. Memasang alas dibawah anggota badan yang akan dipasang infus
11. Membuka set infus dan meletakkannya pada bak instrumen steril
12. Menusukkan jarum set infus ke dalam botol infus kemudian mengalirkan
cairan ke selang infus berakhir di bengkok untuk mengeluarkan udara dan
mengisi selang infus
13. Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya
14. Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup (ke arah bawah)
15. Menggantungkan selang infus pada standar infus
16. Buka abocath dari bungkusnya
17. Potong 3 lembar plester
18. Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus, dengan syarat : pembuluh
darah berukuran besar, pembuluh darah tidak bercabang, pembuluh darah
tidak di area persendian
19. Bendung bagian proksimal/atas dari pembuluh darah yang akan dipasang
infus dengan torniquet
20. Minta pasien menggenggamkan tangan, dengn ibu jari pasien di dalam
genggaman
21. Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus
22. Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum menghadap
keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan abocath. Jika belum teraliri
oleh darah, temukan pembuluh darah sampai darah mengaliri jarum dan
abocath
23. Tourniket dilepas bila darah sudah masuk
24. Lepas jarum sambil meninggalkan abocath di dalam pembuluh darah
25. Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar dan masukkan
ujung sela infus set ke abocath
26. Fixasi secara menyilang menggunakan plester abocath yang sudah
terpasang
27. Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan membuka roller. Bila
tetesan lancar, jarum masuk di pembuluh darah yang benar
28. Fixasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan cara terbalik di
bawah selang infus, kemudian disilangkan
29. Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa steril dan diplester
30. Mengatur/menghitung jumlah tetesan
31. Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu diberi spalk
32. Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester terakhir
33. Merapikan alat dan pasien
34. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
Evaluasi a. Aliran dan tetesan infus lancar
b. Tidak terjadi hematom
c. Sterilitas terjaga
d. Infus terpasang rapi
e. Pasien nyaman
f. Lingkungan bersih

6 Referensi Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai