Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

RS UNDATA PALU

DENGAN KASUS SALIVARY GLAND PADA AN. A

NAMA : RHARA A’NNA MARDJUKU

NIM : PO7120319006

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI DIV KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sialadenitis adalah suatu kondisi medis dimana infeksi virus atau bakteri
pada kelenjar liur menyebabkan gejala seperti mulut kering, demam dan wajah
yang membengkak. Kondisi ini juga dikenal sebagai infeksi kelenjar liur.
Sialadenitis disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Infeksi virus seperti
penyakit gondokan sering mengenai kelenjar liur. Infeksi bakteri biasanya akibat
dari sumbatan seperti batu kelenjar liur. Ada tiga pasang kelenjar liur mayor di
bawah dan belakang rahang – parotis, sublingualis, dan submandibularis. Kelenjar
parotis (di depan telinga) dan submandibularis (di bawah dagu) adalah yang
paling sering terkena sialadenitis. Sialadenitis dapat akut atau kronis. Sialadenitis
akut terjadi akibat dehidrasi atau kebersihan mulut yang buruk. Sialadenitis kronis
terjadi ketika sialadenitis akut memburuk dan memanjang dalam jangka waktu
yang lebih lama. Kebanyakan infeksi kelenjar liur sembuh sendiri setelah
beberapa waktu atau sembuh karena dirawat. Namun, mungkin ada jenis
sialadenitis yang rekuren yang dapat kambuh kembali. (http://www.persify.com)
Angka kejadian penyakit sialadenitis bakteri akut yang masuk dan dirawat
di rumah sakit adalah 0,01% sampai 0,02% dari pasien dirawat di rumah sakit
serta 0,02% menjadi 0,04% dari pasien pascaoperasi mengalami kondisi ini.
Sebagian besar pasien adalah orang-orang dewasa, namum kondisi ini juga dapat
terjadi neonatus, bayi prematur, dan anak-anak. Sialadenitis kronisberulang
terjadi 10 kali lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan pada anak-
anak, dengan rentang usia 40 sampai 60 tahun pada orang dewasa dan 4 bulan
sampai 15 tahun pada anak-anak. Insiden dan prevalensi sialadenitis sclerosing
kronis tidak diketahui, tetapi tampaknya jauh lebih rendah daripada sialadenitis
berulang akut atau kronis. (https://online.epocrates.com).
Oleh karena bila terjadi permasalahan atau gangguan pada kelenjar
salivaakan menganggu fungsi fisiologis dari kelenjar saliva dan akan
mempengaruhi keadaan fisik dan psikis dari penderita. Sehingga seorang perawat
perlu mengetahui dan memahami keadaan yang mungkin dialami oleh pasien
yakni sialadenitis sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat
kepada pasien.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana konsep dan pendekatan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan kelenjar saliva.

1.3 Tujuan
1. Umum
Setelah proses pembelajaran mahasiswa/i mampu mendefenisikan,
menjelaskan dan mampu memberikan asuhanan keperawatan yang tepat kepada
pasien yang mengalami sialadenitis .
2. Khusus
Setelah proses pembelajaran diharapkan mahasiswa/i mampu :
1) Menyebutkan pengertian dari penyakit sialadenitis
2) Menyebutkan penyebab serta tanda dan gejala yang ada pada pasien yang
mengalami sialadenitis
3) Menjelaskan pastofisiologis dari penyakit sialadenitis
4) Menyebutkan jenis pemeriksaan penunjang dan pengobatan yang diberikan
kepada pasien yang mengalami sialadenitis .
5) Menguraikan asuhan keperawatan mulai dari proses pengkajian, analisa data,
penetapan diagnose keperawatan, perencanaan dan implementasi keperawatan
yang diberikan kepada pasien dengan sialadenitis dengan tepat.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Fisiologi

Donald C. Rizzo
(Donald C. Rizzo, 2010)
Ada 3 kelenjar ludah utama yaitu kelenjar parotis, submandibular dan
sublingual. Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar. Terletak dibagian
anterior telinga pada kedua sisi wajah dan dilalui oleh nervus facial. Duktus
kelenjar parotis disebut duktus stensen dan masuk ke rongga mulut melalui papilla
kecil yang berhadapan dengan gigi molar pertama atau kedua bagian atas.
Kelenjar submandibular merupakan kelenjar ludah terbesar kedua yang terletak
dibagian bawah dan di depan anggulus mandibula. Duktus kelenjar submandibular
disebut duktus Wharton yang bermuara pada satu papilla di kedua sisi frenulum
pada dasar lidah. Kelenjar sublingual merupakan kelenjar ludah yang terkecil
yang terletak didasar mulut dibagian bawah lidah. Ada banyak duktus kelenjar
subligual sebagian diantaranya bermuara ke duktus Wharton. Disamping ketiga
kelenjar ludah utama ini ada ratusan kelenjar ludah yang sangat kecil yang terletak
diseluruh rongga mulut. (Mark H. Swartz, 1995)
Prinsip dasar sekresi dari kelenjar saliva
Bau
Rasa
Peningkatan sekresi saliva melalui Suara
efek yang terjadi pada : Penglihatan
Sekresi sel acinar dan
Vasodilatasi

Peningkatan tekanan
Dimulut Pusat saraf
otak

Kelenjar Ganglion
Protis otic Parasympathetics

Nukleus
kelenjar
saliva di
medula

Kelenjar Ganglion
submandibular submandibular

Tidur
Fatigue
Kecemasan

Sumber : Hershel Raff & Michael Levitzky, 2011

2.2 Pengertian
Sialadenitis adalah peradangan dan pembengkakann pada parotid
submandibula, kelenjar ludah sublingual. Penyebabnya karena infeksi bakteri atau
virus, obstruksi, atau penyebab karena penyakit autoimun. Sialadenitis bakteri
akut ditandai dengan perkembangan nyeri dan pembengkakan pembengkakan
yang cepat. Sebaliknya, sialadenitiskronis ditandai dengan episode berulang dari
pembengkakan dan lebih lambat. Pembengkakan.(https://online.epocrates.com)

2.3 Klasifikasi Etiologi dan Histologi


1. Sialadenitis bakteri dibagi menjadi subtipe yakni akut dan kronis. Sialadenitis
bakteri akut memiliki kecenderungan terjadi pada kelenjar parotis anak-anak
dan Lansia.
2. Sialadenitis kronis lebih sering terjadi pada orang dewasa (hanya 10% dari
pasien adalah anak-anak). Dengan tipe unilateral pada kelenjar ludah mayor
dan bersifat episodik. Keadaan Ini merupakan episode berulang sialadenitis
akut. Hal bisa disebabkan juga oleh karena infeksi pada periode akut tidak
diobati secara tuntas dan bisa juga karena kelainan bawaan dari duktus kelenjar
ludah.
3. Sialadenitis Obstruktif memiliki kecenderungan terjadi pada kelenjar
submandibular dan kelenjar parotis. Nyerinya bertambah parah atau menyebar
terlebih pada saat makan.
4. Sialadenitis karena penyakitautoimun biasanya terjadi pada wanita dewasa
yang ditandai dengan nyeri dan pembengkakan pada kelenjar ludah dan bersifat
bilateral.
5. Subakut nekrosis sialadenitis adalah suatu kondisi sangat jarang terjadi pada
kelenjar ludah palatal. Gejala yang timbul berupa benjolan pada palatum yang
bersifat keras atau lunak, nyeri, kadang-kadang ada ulserasi. penyebabnya tidak
diketahui dan akan hilang sendirinya setelah beberapa minggu.
(https://online.epocrates.com)

2.4 Etiologi
1. Dehidrasi, dan malnutrisi serta Sejumlah terapi obat (misalnya, diuretik,
antihistamin, antidepresan, dan antihipertensi)dapatmengakibatkan
penurunan fungsi dari kelenjar ludah sehingga dapat mempengaruhi produksi
saliva (penurunan) keadaan ini bisa menyebabkan penyebaran kolonisasi
bakteri dari parenkim kelenjar ludah melalui sistem ductal (saluran) ke kelenjar
ludah.
2. Obstruksi mekanik karena sialolithiasis atau abnormalitas duktus
kelenjarludah dan penyakit auto imun (Sjogren syndrome)juga dapat
mengurangi produksi saliva keadaan ini dapat menyebabkan seseorang akan
mengalami penyakit sialadenitis yang disebabkan oleh bakteri. Sialadenitis
akut supuratif pada orang dewasa bisa disebabkan oleh bakteri aerobic dan
bakteri anaerob, atau keduanya. Bakteri aerobik yang sering menginfeksi khas
pada sialadenitis adalah Staphylococcus aureus dan Haemophilus influenzae.
Basil Gram-negatif termasuk Prevotella berpigmen, Porphyromonas, dan
Fusobacterium.
3. Prosedur tindakan Intervensi pembedahan pada pasien merupakan salah satu
faktor predisposisi yang paling umum yang dapat menyebabkan sialadenitis
akut di rumah sakit. Anestesi umum dapat mempengaruhi terhadap
perkembangan sialadenitis akut.
4. Kronis sclerosing sialadenitis (Kuttner’s tumor) adalah gangguan yang
mempengaruhi fibro inflammatory kelenjar ludah. Ini pertama kali ditemukan
pada tahun 1896 oleh Kuttner karena itu maka sering dikenaljuga sebagai
tumor Kuttner ini (KT). Muncul seperti tumor jinak dan terutama
mempengaruhi kelenjar submandibular.
Etiologi sialadenitis autoimun ini tidak diketahui, tetapi mungkin berhubungan
dengan xerostomia, xerophthalmia, dan penyakit jaringan ikat (misalnya, SLE,
rheumatoid arthritis, dan skleroderma). (https://online.epocrates.com)
5. Virus seperti HIV, virus Mumps, coxsackievirus, parainfluenza types I dan
II, influenza A, juga herpes. angka kejadiannya relatif lebih rendah daripada
penyebab sialadenitis karena bakteri.(http://rarediseases.info.)

2.5 Tanda gejala


Beberapa gejala umum dari Sialadenitis meliputi:
1. Nyeri pada wajah, dengan rasa sakityang berasal dariseluruhsudutrahang
2. Merasa tidak nyaman
Gejala-gejala dari kondisi ini dapat bervariasi tergantung pada intensitas infeksi.
Kebanyakan orang menderita rasa sakit saat membuka mulut mereka. Gejala
tambahan mungkin termasuk.
1. Demam
2. Kemerahan pada leher atas
3. Kemerahan pada sisi wajah samping
4. Memiliki kesulitan membuka mulut anda
5. Menderita Penurunan Rasa
6. Mulut kering
7. Wajah yang bengkak
2.6 Patofisiologi
Tahap awal sialadenitis ditandai dengan akumulasi bakteri/virus, neutrofil,
dan cairan inspissated dalam lumen struktur duktal. Kerusakan epitel duktal
menimbulkan sialodochitis (peradangan periductal), akumulasi neutrofil dalam
stroma kelenjar, dan selanjutnya nekrosis asinus dan pembentukan mikro abses.
Tahap kronis dimulai saat terjadi episode berulang dan ditandai oleh kerusakan
lebih lanjut asinus ludah dan pembentukan folikel getah bening periductal. Pada
sialadenitis sklerosiskronis, terjadi berbagai tingkat peradangan (dimulai dengan
limfositik sialadenitis menyebar menjadi sirosis kelenjar ludah yang mengenai sel
asinus) dapat disebabkan oleh obstruksidari saluran-saluran air liur oleh
microliths, yang menyebabkan infeksi, atau dari reaksi kekebalan melalui
pembentukan folikel getah bening sekunder. Pada sialadenitis autoimun, respon
terhadap antigen yang tak diketahui pada parenkim kelenjar ludah menyebabkan
terjadinya aktivasisel T dan B yang dapat menginfiltrasi interstitium, yang
kemudian menyebabkan kerusakan asinus dan pembentukan pulau
epimyoepithelial. Hal ini meningkatkan kemungkinan mengembangkan B-sel
limfoma.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


TEST HASIL
Kulture dankepekaandarieksudat Ditemukan adanya
Pertumbuhanbakteri/viruspada
culture yang diperiksa
CBC Peningkatan Jumlah WBC
radiografiwajah Mengindentifikasi Sialotiasis
USG kelenjar yang terkena dampak Menunjukan adanya rongga abses
atau adanya cairan
Test Lain yang dapat dilakukan
CT-Scan akanmenunjukkanadanyasialadenitis,
pembesaran kelenjar
ludahdisialadenitis atau
sclerosingkronis
Sialography Akanmenunjukkan adanyabatu,
strikturduktus, atauhilangnya
integritasparenkim
Skintigrafi menggunakan radio isotop mungkinmenunjukkan adanya hipo
natrium perteknetatTc-99m kelenjarludahataunonfunctional
SSA/anti-Ro, SSB/anti-La positif(patognomonik
sindromSjogren)
ANA normal or elevated

RF normal or elevated

FNAsitologikelenjaryang terkena ada perubahanneoplastikjika ada


dampak sclerosingsialadentitskronis
Biosi Kelenjar Saliva Menunjukan keparahan infiltrate
parenkim dari kelenjar ludah dengan
hilangnya struktur Acinar dan
ketahanan dari saluran ludah
disebabkan karena etiologi autoimun,
dan sialadenitisnekrosis kelenjar
tanpa metaplasia skuamosa
(https://online.epocrates.com)

2.8 Pengobatan
1. Istirahat ditempat tidur selama masa panas dan pembengkakan kelenjar saliva
2. Pada kasus sialadenitis akut, harus melakukan hidrasi yang memadai sehingga
ketidakseimbangan elektrolit dapat diperbaiki
3. Diberikan kompres hangat serta dapat diberikan antipiretik dan analgesik
4. Pemberian antibiotic klindamisin (900 mg secara/IV atau 300 mg/Oral) selama
7-10 hari
5. Terapi pembedahan. Dengan melakukan insisi dan hidrasi serta massage
(kalkuli, tumor, sclerosingsialadentits atau abses)
(http://emedicine.medscape.com/article/882358-treatment)
2.9 Komplikasi
1. postparotidectomykomplikasi(saraf facial palsyataudeformitaswajah)
2. Abses
3. Kerusakan/pembusukan gigi

2.10 Pencegahan
1. Pemeliharaan Oral Hygiene yang baik
2. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut secara teratur
WOC

Infeksi Karena Kuman Penyakit Autoimun Penyumbatan Penyebab lainnya


Bakteri Staphylococcus aureus, TB, Virus mumps,
Sindrom Kalkulus, tumorSarkoidosis, malnutrisi, pengobatan kan
HIV SLE, sclerosing sialadenitis
Sjögren,

Predisposisiakumulasibakteri/virus, neutrofil, dan cairan inspissated dalam lumen struktur duktal


Oral hygiene buruk, tindakan pembedahan (anaestesi general)
peradangan periductal

Selanjutnya nekrosis asinus dan pembentukan mikroab


kerusakanlebih lanjut asinus ludah dan pembentukan folikel getah bening periductal

SIALADENITIS
RESPON INFLAMAS SISTEMIK RESPON INFLAMASI LOKAL

HIPERTERMI sialadectomy SENSITIVITIS SERABUT SARAF LOKAL

KECEMASAN
NYERI

INTAKE NUTRISI TIDAK ADEKUAT, ANOREKSIA, MALAI

Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan dasar dalam menentukan proses
keperawatan selanjutnya. Kemampuan perawat dalam melakukan pengakajian
pasien dengan masalah kelainan pada kelenjar saliva dapat sangat membantu
pasien dalam upaya mendapatkan diagnosis medis segera dan pengobatan yang
tepat dari tenaga medis/dokter berdasarkan hasil kolaborasi perawat.
Pengakajian keperawatan pada kelainan kelenjar salivameliputi :
1. Anamnesis
Anamnesis terdiri dari:
a. Data demografi : Identitas pasien ; nama, JK, usia,agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, dll.
b. Keluhan utama : seperti pasien datang dengan keluhan muncul kelainan
pada kelenjar saliva seperti pembengkakan, nyeri, kemerahan, dan demam
Untuk keluhan utama ini, perawat harus menggali informasi lebih
mendalam lagi seperti :
a) Kapan kelainan mulai muncul ?
b) Tampak seperti apa ketika pertama kali muncul dan bagaimana ia
berubah ?
c) Dimana mulainya, apakah menjalar?
d) Adakah rasa nyeri, panas atau cemas/takut?
c. Riwayat keluhan utama.
Bagaimana perawatan mulut yang biasa dilakukan, seberapa sering?
d. Riwayat penyakit dan pengobatan
a) Apakah pernah mengalami penyakit atau keluahan yang sama
sebelumnya? Bila Ya, bagaimana pengobatannya?.
b) Apakah pasien pernah atau sedang mengalami penyakit kronis?

2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Pasien dengan gangguan pada kelenjar saliva umumnya
mengalami nyeri dan pembengkakan juga demam.
Breath (B1) : Pada pasien dengan kelainan kelenjar saliva kemungkinan
akan terjadi peningkatan frekuensi napas oleh karena
adanya nyeri dan peningkatan suhu tubuh. Pada auskultasi
bunyi napas biasanya normal.
Blood (B2) : Dapat ditemukan adanya tacicardia, dapat pula
ditemukan adanya peningkatan tekanan hal ini dapat
dihubungkan dengan adanya ketakutan atau karena
peningkatan suhu tubuh pasien.
Brain (B3) : Pasien mungkin mengalami nyeri kepala, nyeri otot dan
nyeri rahang, juga kemungkinan akan mengalami kejang
oleh karena adanya peningkatan suhu tubuh yang berlebihan
(hipertemi), kelemahan
Bladder (B4) : system eliminasi urine tidak mengalami gangguan
Bowel (B5) : Didapatkan adanya keluhan kesulitan
menelan/mengunyah, nafsu makan menurun, adakalanya
disertai dengan kaku pada rahang. Adanya pembengkan
pada kelenjar saliva baik parotis, submandibular atau
sublingual, dehidrasi, dan penurunan berat badan.
Bone (B6) : Pada kulit, turgor kulit jelek atau membrane mukosa
kering. Adaya kesukaran dalam beraktivitas karena
kelemahan,

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Kronis b.d ketunadayaan fisik
b. Hipertemia b.d penyakit
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
mencerna makanan
d. Ketakutan b.d tidak familiar dengan pengalaman lingkungan (pembedahan)

3. Intevensi
a. Nyeri Kronis b.d ketunadayaan fisik
Hasil NOC:
 Pasien akan menyatakan secara verbal pengetahuan tentang cara alternative
untuk meredakan nyeri
 Pasien akan melaporkan bahwa tingkat nyeri pasien kurang (pada skala 0-
10)
Intervensi NIC :
 Mengajarkan pasien teknik relaksasi
 Pemberian analgesik
 Bantu pasien mengindentifikasi tingkat nyeri yang logis dan berterima
 Manajemen nyeri dengan meningkatkan intirahat dan tidur yang adekuat
untuk memfasilitasi peredaan nyeri
b. Hipertemia b.d penyakit
Hasil NOC :
 Pasien akan menunjukan termoregulasi, yang dibuktikan dengan berkeringat
saat panas, denyut nadi radialis normal, frekuensi penapasan normal.
 Pasien akan menunjukan nilai suhu dalam rentang normal
 Pasien dan keluarga akan menunjukan metode yang tepat untuk mengukur
suhu
 Pasien dan keluarga menjelaskan tindakan untuk mencegah atau
meminimalkan peningkatan suhu
 Pasien dan keluarga akan melaporkan tanda dan gejala dini hipertemia
Intervensi NIC :
 Kaji tanda dan gejala awal hipertemia (seperti tidak berkeringat, kelemahan,
mual, muntah, sakit kepala dan delirium)
 Lakukan pemeriksaan suhu oral
 Pantau dan laporkan tanda gejala hipertemia
 Pantau suhu minimal setiap 2 jam, sesuai dengan kebutuhan
 Pantau warna kulit
 Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan
mengenali secara dini hipertermia (misalnya, sengatan panas, dan keletihan
akibat panas)
 Berikan obat antipiretik bila perlu
 Lepaskan bagian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja
 Kompres dingin
 Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya liter sehari, dengan tambahan
cairan selama aktifitas yang berlebihan.
 Atur suhu lingkungan (pengunaan kipas/ac)
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
mencerna makanan.
Hasil NOC
 Pasien akan mempertahan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
 Memperlihatkan status gizi; asupan makan dan cairan yang cuku adekuat
Intervensi NIC
 Pantau nilai laboratorium khususnya transferrin, albumin dan elektrolit
 Manajemen nutrisi (ketahui makanan kesukaan pasien, tentukan
kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, pantau kandungan
nutrisi dan kalori pada catatan asupan, timbang pasien pada interval yang
tept)
 Kaji dan dokumentasikan derajat kesulitan mengunyah dan menelan
 Konsultasikan dengan ahli terapi okupasi
 Ubah posisi pasien semi-fowler atau fowler tinggi untuk memudahkan
menelan, biarkan pasien pada posisi ini selama 30 menit setelah makan
untuk mencegah aspirasi.
 Letakan makanan pada bagian mulut yang tidak bermasalah untuk
memudahkan menelan
d. Ketakutan b.d tidak familiar dengan pengalaman lingkungan (pembedahan)
Hasil NIC :
 Pasien akan memperlihatkan pengendalian diri terhadap ketakutan dengan
memcari informasi untuk menurunkan ketakutan
Intervensi NIC:
 Kaji respon takut subyektif dan obyektif pasien
 Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai semua tindakan pemeriksaan
dan pengobatan
 Dorong diskusi antara pasien dan dokter tentang ketakutan pasien
 Sering berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku
yang dapat menurunkan atau mengurangi takut
 Tetap bersama pasien selama menghadapi situasi baru atau ketika pasien
merasa ketakuta
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2003, “Medical Surgical Nursing”, 10th edition, Lippincott
Williams & Wilkins, USA

Donald C. Rizzo, 2010, “Fundamentals of Anatomy & Physiology”, Third


Edition, Delmar, Cengage Learning, USA

Hershel Raff & Michael Levitzky, 2011, “Medical Physiology, A Systems


Approach”, The McGraw-Hill Companies, Inc, USA

Mark H. Swartz, 1995, “Buku Ajar Diagnostik Fisik”, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta

Willkinson, 2011, “Buku Saku Diagnosis Keperawatan”, Edisi 9, EGC Jakarta

Schlossberg, 2008, “Clinical Infection Disease” Cambridge Medicine, USA

https://online.epocrates.com/noFrame/showPage.do?method=diseases&Monogra
phId=1038&ActiveSectionId=21

http://rarediseases.info.nih.gov/GARD/Condition/7638/Sialadenitis.aspx

http://classconnection.s3.amazonaws.com/423/flashcards/592423/jpg/
sublingual1318002643974.jpg

http://www.ghorayeb.com/ParotidectomyPicture.html

http://www.hxbenefit.com/sialadenitis.html

http://emedicine.medscape.com/article/882358-overview

Anda mungkin juga menyukai