RS UNDATA PALU
NIM : PO7120319006
TAHUN 2020/2021
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Umum
Setelah proses pembelajaran mahasiswa/i mampu mendefenisikan,
menjelaskan dan mampu memberikan asuhanan keperawatan yang tepat kepada
pasien yang mengalami sialadenitis .
2. Khusus
Setelah proses pembelajaran diharapkan mahasiswa/i mampu :
1) Menyebutkan pengertian dari penyakit sialadenitis
2) Menyebutkan penyebab serta tanda dan gejala yang ada pada pasien yang
mengalami sialadenitis
3) Menjelaskan pastofisiologis dari penyakit sialadenitis
4) Menyebutkan jenis pemeriksaan penunjang dan pengobatan yang diberikan
kepada pasien yang mengalami sialadenitis .
5) Menguraikan asuhan keperawatan mulai dari proses pengkajian, analisa data,
penetapan diagnose keperawatan, perencanaan dan implementasi keperawatan
yang diberikan kepada pasien dengan sialadenitis dengan tepat.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Donald C. Rizzo
(Donald C. Rizzo, 2010)
Ada 3 kelenjar ludah utama yaitu kelenjar parotis, submandibular dan
sublingual. Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar. Terletak dibagian
anterior telinga pada kedua sisi wajah dan dilalui oleh nervus facial. Duktus
kelenjar parotis disebut duktus stensen dan masuk ke rongga mulut melalui papilla
kecil yang berhadapan dengan gigi molar pertama atau kedua bagian atas.
Kelenjar submandibular merupakan kelenjar ludah terbesar kedua yang terletak
dibagian bawah dan di depan anggulus mandibula. Duktus kelenjar submandibular
disebut duktus Wharton yang bermuara pada satu papilla di kedua sisi frenulum
pada dasar lidah. Kelenjar sublingual merupakan kelenjar ludah yang terkecil
yang terletak didasar mulut dibagian bawah lidah. Ada banyak duktus kelenjar
subligual sebagian diantaranya bermuara ke duktus Wharton. Disamping ketiga
kelenjar ludah utama ini ada ratusan kelenjar ludah yang sangat kecil yang terletak
diseluruh rongga mulut. (Mark H. Swartz, 1995)
Prinsip dasar sekresi dari kelenjar saliva
Bau
Rasa
Peningkatan sekresi saliva melalui Suara
efek yang terjadi pada : Penglihatan
Sekresi sel acinar dan
Vasodilatasi
Peningkatan tekanan
Dimulut Pusat saraf
otak
Kelenjar Ganglion
Protis otic Parasympathetics
Nukleus
kelenjar
saliva di
medula
Kelenjar Ganglion
submandibular submandibular
Tidur
Fatigue
Kecemasan
2.2 Pengertian
Sialadenitis adalah peradangan dan pembengkakann pada parotid
submandibula, kelenjar ludah sublingual. Penyebabnya karena infeksi bakteri atau
virus, obstruksi, atau penyebab karena penyakit autoimun. Sialadenitis bakteri
akut ditandai dengan perkembangan nyeri dan pembengkakan pembengkakan
yang cepat. Sebaliknya, sialadenitiskronis ditandai dengan episode berulang dari
pembengkakan dan lebih lambat. Pembengkakan.(https://online.epocrates.com)
2.4 Etiologi
1. Dehidrasi, dan malnutrisi serta Sejumlah terapi obat (misalnya, diuretik,
antihistamin, antidepresan, dan antihipertensi)dapatmengakibatkan
penurunan fungsi dari kelenjar ludah sehingga dapat mempengaruhi produksi
saliva (penurunan) keadaan ini bisa menyebabkan penyebaran kolonisasi
bakteri dari parenkim kelenjar ludah melalui sistem ductal (saluran) ke kelenjar
ludah.
2. Obstruksi mekanik karena sialolithiasis atau abnormalitas duktus
kelenjarludah dan penyakit auto imun (Sjogren syndrome)juga dapat
mengurangi produksi saliva keadaan ini dapat menyebabkan seseorang akan
mengalami penyakit sialadenitis yang disebabkan oleh bakteri. Sialadenitis
akut supuratif pada orang dewasa bisa disebabkan oleh bakteri aerobic dan
bakteri anaerob, atau keduanya. Bakteri aerobik yang sering menginfeksi khas
pada sialadenitis adalah Staphylococcus aureus dan Haemophilus influenzae.
Basil Gram-negatif termasuk Prevotella berpigmen, Porphyromonas, dan
Fusobacterium.
3. Prosedur tindakan Intervensi pembedahan pada pasien merupakan salah satu
faktor predisposisi yang paling umum yang dapat menyebabkan sialadenitis
akut di rumah sakit. Anestesi umum dapat mempengaruhi terhadap
perkembangan sialadenitis akut.
4. Kronis sclerosing sialadenitis (Kuttner’s tumor) adalah gangguan yang
mempengaruhi fibro inflammatory kelenjar ludah. Ini pertama kali ditemukan
pada tahun 1896 oleh Kuttner karena itu maka sering dikenaljuga sebagai
tumor Kuttner ini (KT). Muncul seperti tumor jinak dan terutama
mempengaruhi kelenjar submandibular.
Etiologi sialadenitis autoimun ini tidak diketahui, tetapi mungkin berhubungan
dengan xerostomia, xerophthalmia, dan penyakit jaringan ikat (misalnya, SLE,
rheumatoid arthritis, dan skleroderma). (https://online.epocrates.com)
5. Virus seperti HIV, virus Mumps, coxsackievirus, parainfluenza types I dan
II, influenza A, juga herpes. angka kejadiannya relatif lebih rendah daripada
penyebab sialadenitis karena bakteri.(http://rarediseases.info.)
RF normal or elevated
2.8 Pengobatan
1. Istirahat ditempat tidur selama masa panas dan pembengkakan kelenjar saliva
2. Pada kasus sialadenitis akut, harus melakukan hidrasi yang memadai sehingga
ketidakseimbangan elektrolit dapat diperbaiki
3. Diberikan kompres hangat serta dapat diberikan antipiretik dan analgesik
4. Pemberian antibiotic klindamisin (900 mg secara/IV atau 300 mg/Oral) selama
7-10 hari
5. Terapi pembedahan. Dengan melakukan insisi dan hidrasi serta massage
(kalkuli, tumor, sclerosingsialadentits atau abses)
(http://emedicine.medscape.com/article/882358-treatment)
2.9 Komplikasi
1. postparotidectomykomplikasi(saraf facial palsyataudeformitaswajah)
2. Abses
3. Kerusakan/pembusukan gigi
2.10 Pencegahan
1. Pemeliharaan Oral Hygiene yang baik
2. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut secara teratur
WOC
SIALADENITIS
RESPON INFLAMAS SISTEMIK RESPON INFLAMASI LOKAL
KECEMASAN
NYERI
Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan dasar dalam menentukan proses
keperawatan selanjutnya. Kemampuan perawat dalam melakukan pengakajian
pasien dengan masalah kelainan pada kelenjar saliva dapat sangat membantu
pasien dalam upaya mendapatkan diagnosis medis segera dan pengobatan yang
tepat dari tenaga medis/dokter berdasarkan hasil kolaborasi perawat.
Pengakajian keperawatan pada kelainan kelenjar salivameliputi :
1. Anamnesis
Anamnesis terdiri dari:
a. Data demografi : Identitas pasien ; nama, JK, usia,agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, dll.
b. Keluhan utama : seperti pasien datang dengan keluhan muncul kelainan
pada kelenjar saliva seperti pembengkakan, nyeri, kemerahan, dan demam
Untuk keluhan utama ini, perawat harus menggali informasi lebih
mendalam lagi seperti :
a) Kapan kelainan mulai muncul ?
b) Tampak seperti apa ketika pertama kali muncul dan bagaimana ia
berubah ?
c) Dimana mulainya, apakah menjalar?
d) Adakah rasa nyeri, panas atau cemas/takut?
c. Riwayat keluhan utama.
Bagaimana perawatan mulut yang biasa dilakukan, seberapa sering?
d. Riwayat penyakit dan pengobatan
a) Apakah pernah mengalami penyakit atau keluahan yang sama
sebelumnya? Bila Ya, bagaimana pengobatannya?.
b) Apakah pasien pernah atau sedang mengalami penyakit kronis?
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Pasien dengan gangguan pada kelenjar saliva umumnya
mengalami nyeri dan pembengkakan juga demam.
Breath (B1) : Pada pasien dengan kelainan kelenjar saliva kemungkinan
akan terjadi peningkatan frekuensi napas oleh karena
adanya nyeri dan peningkatan suhu tubuh. Pada auskultasi
bunyi napas biasanya normal.
Blood (B2) : Dapat ditemukan adanya tacicardia, dapat pula
ditemukan adanya peningkatan tekanan hal ini dapat
dihubungkan dengan adanya ketakutan atau karena
peningkatan suhu tubuh pasien.
Brain (B3) : Pasien mungkin mengalami nyeri kepala, nyeri otot dan
nyeri rahang, juga kemungkinan akan mengalami kejang
oleh karena adanya peningkatan suhu tubuh yang berlebihan
(hipertemi), kelemahan
Bladder (B4) : system eliminasi urine tidak mengalami gangguan
Bowel (B5) : Didapatkan adanya keluhan kesulitan
menelan/mengunyah, nafsu makan menurun, adakalanya
disertai dengan kaku pada rahang. Adanya pembengkan
pada kelenjar saliva baik parotis, submandibular atau
sublingual, dehidrasi, dan penurunan berat badan.
Bone (B6) : Pada kulit, turgor kulit jelek atau membrane mukosa
kering. Adaya kesukaran dalam beraktivitas karena
kelemahan,
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Kronis b.d ketunadayaan fisik
b. Hipertemia b.d penyakit
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
mencerna makanan
d. Ketakutan b.d tidak familiar dengan pengalaman lingkungan (pembedahan)
3. Intevensi
a. Nyeri Kronis b.d ketunadayaan fisik
Hasil NOC:
Pasien akan menyatakan secara verbal pengetahuan tentang cara alternative
untuk meredakan nyeri
Pasien akan melaporkan bahwa tingkat nyeri pasien kurang (pada skala 0-
10)
Intervensi NIC :
Mengajarkan pasien teknik relaksasi
Pemberian analgesik
Bantu pasien mengindentifikasi tingkat nyeri yang logis dan berterima
Manajemen nyeri dengan meningkatkan intirahat dan tidur yang adekuat
untuk memfasilitasi peredaan nyeri
b. Hipertemia b.d penyakit
Hasil NOC :
Pasien akan menunjukan termoregulasi, yang dibuktikan dengan berkeringat
saat panas, denyut nadi radialis normal, frekuensi penapasan normal.
Pasien akan menunjukan nilai suhu dalam rentang normal
Pasien dan keluarga akan menunjukan metode yang tepat untuk mengukur
suhu
Pasien dan keluarga menjelaskan tindakan untuk mencegah atau
meminimalkan peningkatan suhu
Pasien dan keluarga akan melaporkan tanda dan gejala dini hipertemia
Intervensi NIC :
Kaji tanda dan gejala awal hipertemia (seperti tidak berkeringat, kelemahan,
mual, muntah, sakit kepala dan delirium)
Lakukan pemeriksaan suhu oral
Pantau dan laporkan tanda gejala hipertemia
Pantau suhu minimal setiap 2 jam, sesuai dengan kebutuhan
Pantau warna kulit
Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan
mengenali secara dini hipertermia (misalnya, sengatan panas, dan keletihan
akibat panas)
Berikan obat antipiretik bila perlu
Lepaskan bagian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja
Kompres dingin
Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya liter sehari, dengan tambahan
cairan selama aktifitas yang berlebihan.
Atur suhu lingkungan (pengunaan kipas/ac)
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
mencerna makanan.
Hasil NOC
Pasien akan mempertahan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
Memperlihatkan status gizi; asupan makan dan cairan yang cuku adekuat
Intervensi NIC
Pantau nilai laboratorium khususnya transferrin, albumin dan elektrolit
Manajemen nutrisi (ketahui makanan kesukaan pasien, tentukan
kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, pantau kandungan
nutrisi dan kalori pada catatan asupan, timbang pasien pada interval yang
tept)
Kaji dan dokumentasikan derajat kesulitan mengunyah dan menelan
Konsultasikan dengan ahli terapi okupasi
Ubah posisi pasien semi-fowler atau fowler tinggi untuk memudahkan
menelan, biarkan pasien pada posisi ini selama 30 menit setelah makan
untuk mencegah aspirasi.
Letakan makanan pada bagian mulut yang tidak bermasalah untuk
memudahkan menelan
d. Ketakutan b.d tidak familiar dengan pengalaman lingkungan (pembedahan)
Hasil NIC :
Pasien akan memperlihatkan pengendalian diri terhadap ketakutan dengan
memcari informasi untuk menurunkan ketakutan
Intervensi NIC:
Kaji respon takut subyektif dan obyektif pasien
Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai semua tindakan pemeriksaan
dan pengobatan
Dorong diskusi antara pasien dan dokter tentang ketakutan pasien
Sering berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku
yang dapat menurunkan atau mengurangi takut
Tetap bersama pasien selama menghadapi situasi baru atau ketika pasien
merasa ketakuta
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2003, “Medical Surgical Nursing”, 10th edition, Lippincott
Williams & Wilkins, USA
Mark H. Swartz, 1995, “Buku Ajar Diagnostik Fisik”, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
https://online.epocrates.com/noFrame/showPage.do?method=diseases&Monogra
phId=1038&ActiveSectionId=21
http://rarediseases.info.nih.gov/GARD/Condition/7638/Sialadenitis.aspx
http://classconnection.s3.amazonaws.com/423/flashcards/592423/jpg/
sublingual1318002643974.jpg
http://www.ghorayeb.com/ParotidectomyPicture.html
http://www.hxbenefit.com/sialadenitis.html
http://emedicine.medscape.com/article/882358-overview