Nim : PO7120319006
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi. Kami
berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu,
kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
1.3 Tujuan..........................................................................................................................
1.4 Manfaat........................................................................................................................
1.1 Kesimpulan................................................................................................................
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, jadi pada
masa remaja ini manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat juga disebut sebagai
anak-anak. Usia remaja biasanya dimulai saat laki-laki atau perempuan berusia 10-12 tahun dan
Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan
yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti
pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada
perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol dan lebih suka
menghabiskan waktu diluar waktu berkumpul bersama keluarga. Perubahan-perubahan fisik ini akan
mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau
kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik masalah kekurangan gizi atau kelebihan gizi.
Masalah gizi pada remaja akan menimbulkan dampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat,
misalnya penurunan konsentrasi belajar, penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah
membuktikan banyak sekali remaja yang mengalami masalah gizi, masalah tersebut antara lain
Anemia (berkisar 40%) dan IMT kurang dari batas normal atau kurus (berkisar 30%). Banyak faktor
yang bisa menyebabkan hal ini terjadi, tetapi dengan mengetahui faktor-faktor penyebab yang
Berdasarkan pemaparan di atas, kami bertujuan untuk membahas lebih lanjut tentang “Peran Zat
C.Tujuan
D. Manfaat
Mengetahui peran zat gizi bagi remaja, Mengetahui pentingnya nutrisi pada remaja, mengetahui
PEMBAHASAN
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui
proses absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang
beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi
yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut
triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur.
Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan,
akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka
ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur. Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat
menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari. Makanan
sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe,
tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan,
seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasan seseorang. Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buahbuahan.
Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan
Nutrisi yang tepat itu sangat penting untuk menjaga kesehatan anak remaja, agar mereka bisa
tumbuh dan berkembang dengan normal. Pola makan yang sehat juga membantu para remaja untuk
berpartisipasi lebih aktif disekolah dan beraktivitas fisik. Pada beberapa tahun belakangan ini, telah
terjadi penurunan status nutrisi dan kesehatan pada remaja. Hasil survey menunjukkan bahwa
setidaknya 18% anak-anak dan remaja yang berusia 6 - 10 tahun kelebihan berat badan, dan
setidaknya 11% remaja mengalami obesitas. Ditahun 2000, lebih dari 16% populasi yang berusia
dibawah 18 tahun hidup dalam kemiskinan, dan sebagai akibatnya, seringkali mereka tidak
mendapat nutrisi yang cukup. Banyak remaja yang mengkonsumsi kalori lebih dari yang mereka
butuhkan, namun tidak mendapat jumlah nutrisi harian yang cukup seperti yang direkomendasikan.
Salah satu keprihatinan utama mengenai anak dan remaja adalah level kalsium, potassium, serat,
magnesium, dan vitamin E yang kurang dalam diet mereka. Pola makan yang tidak sehat akan
mengarah pada status nutrisi yang buruk dan bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
remaja. Penyebab ini dirangking sebagai penyebab ketiga terbesar dari berbagai penyakit kronis
yang mempengaruhi sekitar 5% gadis remaja. Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan
nutrisi pada remaja bukan cuma bisa mempengaruhi berat badannya, namun juga kesehatannya
dimasa-masa yang akan datang. Sebagai contoh, kekurangan kalsium pada usia remaja bisa
memperbesar resiko osteoporosis saat mereka dewasa. Yang terakhir, nutrisi pada remaja itu
penting karena sebagian remaja punya masalah kesehatan yang membutuhkan diet khusus.
Diabetes type 1, atau juvenile diabetes, di diagnosa pada sebanyak 13.000 anak dalam satu tahun,
seringkali selama mereka masih berusia remaja. Hal ini membutuhkan pengontrolan faktor-faktor
diet dan gaya hidup yang bisa jadi cukup sulit untuk remaja yang sibuk. Yang mengejutkan,
peningkatan dalam obesitas berarti bahwa diabetes type 2, yang dimasa lalu hanya di alami oleh
orang dewasa, saat ini frekuensinya juga semakin meningkat pada remaja. Jadi tujuannya adalah
untuk memperbaiki keadaan gizi remaja serta mengembangkan ilmu gizi dan memupuk kesadaran
gizi bagi remaja. Sehingga akan menyadari bahwa makanan yang cukup diperlukan oleh tubuh,
cukup dalam memilih makanan yang memenuhi kebutuhan tubuh, sehingga dalam kebiasaan makan
sehat.
Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu algizzai yang artinya sari pati makanan. Pola makan seimbang
memenuhi kebutuhan tersebut. Susu dikonsumsi sebagai penyempurna. Pada dasarnya masalah gizi
pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidak seimbangan antara konsumsi gizi
dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Keadaan gizi atau status gizi merupakan gambaran apa yang
dikonsumsi dalam jangka waktu cukup lama. Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau
normal, maupun gizi lebih. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi berupa
penyakit defisiensi, dan bila kekurangan dalam batas marginal dapat menimbulkan gangguan yang
sifatnya lebih ringan atau menurunnya kemampuan fungsional. Misalnya, kekurangan vitamin B1
dapat menyebabkan badan cepat merasa lelah. Kekurangan zat besi dapat menurunkan prestasi
kerja dan prestasi belajar, selain turunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi. Sedangkan
kekurangan vitamin A dapat menyebabkan terjadinya buta senja dan turunnya ketahanan tubuh
terhadap penyakit infeksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap keadaan nutrisi usia sekolah
dan remaja:
1. Psikologis.
2. Lingkungan sekolah.
Cukup banyak masalah yang berdampak negative terhadap kesehatan dan gizi remaja. Di samping
penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat, kecanduan alcohol dan rokok,
serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah beban para remaja. Dalam beberapa hal
masalah gizi remaja serupa, atau merupakan kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak, yaitu
anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekuranga berat badan. Masalah ini berpangkal pada
“kegemaran yang tidak lazim, lupa makan, dan hamil”. Yang sedikit berbeda adalah cara mengenai
masalah tersebut. Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Prancis, misalkan, membuktikan 16%
mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita kekurangan. Penelitian lain terhadap
masyarakat miskin di Kairo menunjukan asupan besi sebagian besar remaja wanita tidak mencukupi
kebutuhan harian yang dianjurkan. Di Negara yag sedang berkembang, ekitar 27% remaja laki-laki
dan 26% remaja wanita menderita anemia; sementara di Negara maju angka tersebut hanya berada
pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di Negara berkembang (10
negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia) mengalami anemia kekurangan besi. Salah satu
masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan olahan, seperti yang
ditayangkan di iklan televisi, secara berlebihan. Makanan ini, meski dalam iklan diklaim kaya akan
vitamin dan mineral, sering terlalu banyak gula serta lemak, di samping zat aditif. Konsumsi makanan
sejenis ini secara berlebihan dapat berakibat kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan
olahan yang mengandung zat ini menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu
1. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energy dan zat gizi yang lebih
banyak.
2. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energy dan zat gizi.
3. Kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alcohol dan obat, meningkatkan kebutuhan
energy dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya
mengalami obesitas. Hampir 50% remaja (Daniel, 1977) terutama remaja yang lebih tua, tidak
sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini jika sarapan
memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri malah
melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar kudapan bukan
hanya kalori, tetapi sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu (menghilangkan)
nafsu makan. “Makanan Sampah” (junk food) kini semakin digemari oleh remaja, baik hanya sebagai
kudapan maupun “makan besar”. Disebut makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang
tidak sama sekali) mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C; sementara
kandungan lemak jenuh, kolesterol, dan natrium tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih
dari 50% total kalori yang terkandung dalam makanan itu. Masalah lain yang mungkin dapat
memengaruhi gizi ialah anoreksia. Kelainan ini pada umumnya diderita oleh remaja putri, terbanyak
pada usia 14 dan 18, karena “kegilaan” mereka hendak melangsingkan badan. Penderita kelainan ini
meningkat terus dari tahun ke tahun. Gambaran khasnya ialah kehilangan nafsu makan yang berat
dan parah yang disertai oleh amenore kronis. Anoreksia terkait dengan penyusutan berat badan
Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada Recommended Daily
Allowances (RDA). Untuk praktisnya, RDA disusun berdasarkan perkembangan kronologis, bukan
kematangan. Karena itu, jika konsumsi remaja kurang dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti
kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data
yang diperoleh dari pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometris, diet, serta psikososial. Banyaknya
energy yang dibutuhkan remaja dapat diacu pada table RDA. Secara garis besar, remaja putra
memerlukan lebih banyak energy ketimbang remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putera
membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19 tahun.
Kebutuhan remaja putri memuncak pada usai 12 tahun (2.550 kkal), kemudian menurun menjadi
2.200 kkal pada usia 18 tahun. Perhitungan ini didasarkan pada stadium perkembangan fisiologis,
bukan usia kronologis. Wait dkk. Menganjurkan penggunaan kkal per cm tinggi badan sebagai
penentu kebutuhan akan energy yang lebih baik. Perkiraan energy untuk remaja putera berusia 11-
18 tahun yaitu 13-23 kkal/cm, sementara remaja putri dengan usia yang sama yaitu 10-19 kkal/cm.
Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan pola tumbuh, bukan usia
kronologis. Untuk remaja putera, kisaran besarnya kebutuhan ini ialah 0.29-0.32 g/cm tinggi badan.
Sementara remaja putri hanya 0.27-0.29 g/cm. Kebutuhan akan semua jenis mineral juga
meningkat. Penigkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling mencolok karena kedua mineral ini
merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot. Asupan kalsium yang dianjurkan sebesar
800 mg (praremaja) sampai 1.200 mg remaja. Peningkatan kebutuhan energy dan zat gizi sekaligus
memerlukan tambahan vitamin di atas kebutuhan semasa bayi dan anak. Asupan thiamin, riboflavin,
dan niacin harus ditambah sejajar dengan pertambahan energy. Vitamin ini diketahui berperan
dalam proses pelepasan energy dari karbohidrat. Percepatan sintesis jaringan mengisyaratkan
pertambahan asupan 9 vitamin B6, B12 dan asam folat. Ketiga jenis vitamin ini berperan dalam
sintesis RNA dan DNA. Untuk menjaga agar sel dan jaringan baru tidak cepat rusak, asupan vitamin
A, C, dan E juga perlu ditingkatkan disamping vitamin D karena perannya dalam proses pembentukan
tulang. Kadar vitamin C dalam serum remaja cukup rendah (Dep. Perranian AS, Guenter dkk, 1986),
Remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh kembang yang kedua
kurang asupan zat gizi karena pola makan yang salah, pengaruh dari lingkungan pergaulan (ingin
langsing). Remaja putri yang kurang gizi tidak dapat mencapai status gizi yang optimal (kurus,
pendek dan pertumbuhan tulang tidak proporsional). Kurang zat besi dan gizi lain yang penting
untuk tumbuh kembang (zinc), sering sakit-sakitan. Dari kedua masalah status gizi remaja putri
tersebut, diperlukan upaya peningkatan status gizinya, karena remaja putri membutuhkan zat gizi
untuk tumbuh kembang yang optimal dan remaja putri perlu suplementasi gizi guna meningkatkan
status gizi dan kesehatannya. Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak ditemukan
pada remaja perempuan. “Kurus itu indah”, kata mereka dan sering merupakan moto bagi
remajabperempuan. Body image kurus itu indah dan cantik, merupakan salah satu penyebab
anorexia nervosa dan bulimia (keduanya merupakan keadaan buruk akibat ingin kurus, sehingga
menolak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan), khususnya remaja
perempuan. Masa remaja merupakan masa yang sangat “rentan”. Peningkatan kadar hormon
estrogen dan progesterone pada remaja serta hormon testosteron pada remaja pria terjadi dengan
pesat pada masa ini. Jika tidak diimbangi dengan perawatan tubuh yang baik, terutama kebersihan
badan dan asupan nutrisi yang baik, peningkatan kadar hormon tersebut bisa mengakibatkan
munculnya jerawat yang sering kali mengganggu penampilan. Hal ini terjadi akibat kurangnya
mengkonsumsi Vitamin A, C, dan E yang banyak terdapat pada bit, sayur-sayuran, buah-buahan.
Dan sering makan makanan gula dan makanan kaya akan asam lemak seperti susu, mentega, minyak
nabati. Disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang kaya serat. Remaja yang tak memperoleh
cukup gizi yang biasa didapati pada buah-buahan dan ikan lebih rentan terhadap kondisi paru-paru
yang dibawah normal, sakit asma, batuk dan sesak nafas. Remaja dengan asupan dan terutama
vitamin C paling rendah memiliki paru-paru yang lebih lemah dibandingkan dengan yang lain.
Remaja yang kurang mengkonsumsi vitamin E, yang terdapat pada minyak nabati dan kacang, lebih
mungkin untuk terserang asma. Remaja yang mengkonsumsi kurang banyak buah dan lebih sedikit
asam lemak omega-3 lebih mungkin untuk terserang asma dan gangguan pernafasan seperti
tersengal-sengal. Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung dengan AKI adalah anemia
gizi. Anemia, dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang
mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Anemia, terjadi pula karena
peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang seperti pada saat menstruasi, kehamilan, melahirkan,
Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan masalah gizi
Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif dilakukan di sekolah, khususnya Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), karena pada masa ini
remaja mengalami pertumbuhan cepat (growth spurt) setelah pertumbuhan pada masa balita.
Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur pada keadaan yang biasa terjadi.
Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat gizi yang ditambahkan ke konsumsi makanan sehari-hari
dengan harapan terpenuhi kebutuhan gizinya. Contoh: melalui pemberian makanan maupun produk
Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan makanan dengan tujuan agar
masyarakat terhindar dari defisiensi (kekurangan) zat gizi tersebut. Biasanya, zat gizi yang
ditambahkan adalah zat gizi mikro yang masih menjadi masalah di Negara bersangkutan atau
berisiko untuk menjadi masalah jika tidak dilakukan fortifikasi pada bahan makanan tersebut.
Contoh: Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat dan iodium pada garam ataupun fortifikasi besi pada tepung.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang lebih, karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan
pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas.
Pertumbuhan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara penggunaan
zat gizi.
Kebutuhan gizi pada remaja lebih tinggi daripada usia anak. Namun, kebutuhan gizi pada remaja
perempuan dan laki-laki akan jelas berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan yang
pesat, kematangan seksual, perubahan komposisi tubuh, mineralisasi tulang, dan perubahan
aktifitas fisik.BKebutuhan nutrisi yang meningkat pada masa remaja adalah energi, protein, kalsium,
Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan masalah gizi
sudah banyak yang diluncurkan, antara lain program edukasi gizi, program suplementasi gizi melalui
pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan vitamin A, program fortifikasi
bahan makanan seperti iodium pada garam ataupun fortifikasi besi pada tepung.
1.2 Saran
Suatu tim interdisiplin akan lebih berhasil untuk menyelesaikan masalah remaja di klinik karena
medik sebagai keseluruhan, yaitu dapat mensahkan dan membenarkan adanya pemeriksaan
psikologik, menghindari terjadinya masalah nutrisi yang akan merusak kesehatan, mempermudah
dalam memeriksa nutrisi remaja secara komprehensif dan akan menyempurnakan hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA
http://lingkupanilmu.blogspot.com/2016/09/makalah-gizi-remaja.html
https://www.google.co.id/search?q=latar+belakang+makalah+gizi+pada+remaja&oq=latar+belakang
+makalah+gizi+pada+remaja&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://rentinasmawati.wordpress.com/2016/06/12/gizi-seimbang-pada-remaja/