Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

”Gizi Pada Remaja”


Dosen Pengampu: Maureen Irinne Punuh SKM, M.Si
Mata Kuliah: Dasar Gzi Kesehatan Masyarakat

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8


1. VIDYA NOVITA 20111011184
2. ALTAGRATIA UMBOH 20111011028
3. ISABEL NATHANIA MUMBUNAN 211111010014
4. NIKITA SYENNY GABRIELA SUPIT 211111010016
5. FIONITA KOLEANGAN 211111010022
6. EIRENE ELGRACIA SUMENDA 211111010019
7. ELSA MANGAMBE PAMANGIN 211111010045
8. CELLINENDION SUMUAL 211111010043
9. REGINA PATRISIA LEMPAS 211111010037

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SAMRATULANGI MANADO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat TUHAN yang MAHA ESA karna atas berkat dan
tuntunannya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Gizi Pada Remaja” ini boleh
kami selesaikan dengan baik.. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak
terdapat kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun
dengan teknik pengetikan.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada Maureen Irinne Punuh SKM, M.Si
selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar Gizi Kesehatan Masyarakat yang boleh
membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini tidak akan
terlaksana dengan baik tanpa keterlibatan dan saran,juga kritikan dari berbagai pihak.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan
sebagaimana mestinya.

Manado, 18 April 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Gizi Pada Remaja........................................................................................ 3

2.2 Kebutuhan Gizi Pada Remaja ....................................................................................... 3

2.3 Sumber Gizi pada Remaja ............................................................................................ 7

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Pada Remaja ...................................... 11

2.5 Masalah Gizi Pada Remaja ........................................................................................... 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 17

3.2 Saran ............................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa perkembangan anak menjadi dewasa dari segi biologis,
emosi, sosial dan kognitif. Masa remaja sangat penting diperhatikan karena merupakan
masa transisi antara anak-anak dan dewasa. Gizi seimbang pada masa ini akan sangat
menentukan kematangan mereka di masa depan. Masalah gizi pada remaja timbul karena
perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan
kecukupan gizi yang dianjurkan. Status gizi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi
dalam jangka waktu cukup lama. Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau
normal, maupun gizi lebih. Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada
tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan
bayi dengan BBLR, penurunan kesegaran jasmani.

Wilayah Asia Tenggara dan Pasifik berisi hampir setengah dari individu, di seluruh
dunia, memiliki beban tiga kali lipat kekurangan gizi, ditandai dengan koeksistensi
kekurangan gizi, kelebihan berat badan, dan kekurangan zat gizi mikro. Secara global,
tingkat kelebihan berat badan telah meningkat paling cepat di wilayah ini. Perubahan
asupan makanan pola, seperti peningkatan konsumsi makanan olahan yang tidak sehat
dan penurunan aktivitas fisik yang terkait dengan industrialisasi dan urbanisasi, diketahui
berkontribusi untuk peningkatan prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas. Pada saat
yang sama, masalah kekurangan gizi tetap tak terkalahkan. Indonesia adalah contoh
utama dari tiga beban malnutrisi. Sekitar 1 dari 3 anak berusia di bawah 5 tahun
terhambat, dan 1 dari sepuluh 10 anak telah kurus, sementara 8% lainnya kelebihan berat
badan Remaja Indonesia termasuk yang paling terpukul, dengan sekitar 1 dari 4 gadis
remaja mengalami anemia, sementara hampir 1 dari 7 remaja kelebihan berat badan atau
obesitas.

Indonesia mulai mengambil langkah besar untuk mengurangi gizi kurang, dan upaya
mengatasi kelebihan berat badan sedang berkembang pesat. Indonesia bergabung dalam
Scaling Gerakan Up Nutrition pada tahun 2011, sebuah gerakan global multisektoral,
multi-stakeholder yang dipimpin oleh negara untuk mempromosikan tindakan dan
investasi untuk meningkatkan gizi ibu dan anak. Tidak diragukan lagi, ini telah
membantu negara untuk memperkuat lingkungan yang mendukung gizi di Indonesia

1
melalui advokasi tingkat tinggi untuk meningkatkan lingkungan legislatif, kebijakan, dan
peraturan dan meningkatkan kapasitas nasional dan subnasional otoritas, petugas
kesehatan, dan masyarakat relawan untuk memberikan layanan nutrisi penting dengan
kualitas dan cakupan. Secara khusus, pencegahan stunting pada anak telah mendapatkan
daya tarik, dengan stunting telah dimasukkan sebagai indikator pembangunan utama
dalam Jangka Menengah Nasional Rencana Pembangunan (2020-2024),
mendemonstrasikan komitmen pemerintah untuk mengatasi kekurangan gizi dan
mengakui perlunya tanggapan multisektoral. Yang terpenting, Pemerintah Indonesia
telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk mengatasi kekurangan gizi anak dan, pada
tahun 2017, meluncurkan Strategi Nasional Percepatan Pengurangan Stunting akan
dilaksanakan secara nasional. Dalam konteks ini, pencegahan anemia pada remaja putri
telah mendapat fokus baru sebagai bagian dari upaya untuk mencegah berat badan lahir
rendah yang kuat prediktor stunting anak.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian gizi pada remaja?
2. Bagaimana kebutuhan gizi pada remaja?
3. Apa saja sumber makanan yang dibutuhkan dalam memenuhi gizi remaja?
4. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada remaja?
5. Apa saja masalah yang berkaitan dengan gizi pada remaja?
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud gizi pada remaja
2. Menjelaskan kebutuhan gizi pada remaja
3. Menjelaskan sumber makanan yang dibutuhkan dalam memenuhi gizi remaja
4. Menjelakan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi remaja
5. Menjelaskan masalah yang berkaitan dengan gizi remaja

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gizi pada Remaja

Remaja merupakan suatu periode transisi dari masa awal anak menuju dewasa.
Sedangkan gizi merupakan persediaaan bahan-bahan atau makanan yang dibutuhkan
organisme dalam bertahan hidup, sehingga yang dimaksud dengan gizi pada remaja
adalah bahan makanan yang dibutuhkan oleh remaja dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
yang bermanfaat untuk masa pertumbuhannya. Pada usia remaja, perkembangan fisik
dan psikis dari tubuh seseorang cenderung berubah dengan pesat, seperti berat badan dan
tinggi badan yang bertambah, mimpi basah, perkembangan organ vital, menstruasi, dsb.
pada masa remaja ini, karena adanya perubahan dan perkembangan pada tubuh baik
secara fisik, mental, maupun aktivitas yang semakin meningkat, maka kebutuhan
gizinya perlu diperhatikan dan dipenuhi agar pertumbuhannya dapat berjalan dengan
baik. Menurut Kementerian Kesehatan RI, usia yang masuk dalam kelompok remaja
adalah anak berusia 10-18 tahun, sementara masa remaja menurut WHO adalah 10-19
tahun. Terdapat 3 tahapan perkembangan masa remaja yaitu:
 Masa remaja awal (10-13 tahun)
 Masa remaja pertengahan (14-17 tahun)
 Masa remaja akhir atau dewasa muda (18-24 tahun)

Manfaat dari pemberian nutrisi dan gizi pada remaja:


 Memaksimalkan pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif, serta organ reproduksi
remaja
 Memberikan cadangan gizi dalam tubuh agar tidak mudah sakit
 Mencegah serangan berbagai penyakit

2.2 Kebutuhan Gizi pada Remaja


Anjuran Asupan Komposisi Zat Gizi Remaja

Kebutuhan tenaga pada remaja sangat tergantung pada tingkat kematangan fisik dan
aktivitas yang dilakukan. Energy merupakan salah satu hasil, metabolisme karbohidrat,

3
protein, lemak (Almatsier, 2011). Berikut ini adalah anjuran asupan komposisi asupan
zat gizi remaja :

a. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia, yaitu menyediakan 50-
60% dari total energi yang dibutuhkan (Murdiati, Amaliah, 2013). Makanan sumber
karbohidrat adalah beras, jagung, terigu, singkong, umbi jalar, kentang, talas. Bila
kecukupan energi 2400 kalori , energi yang dibutuhkan dari karbohidrat orang remaja
adalah = 60% x 2400 kalori = 1440 kalori. Bila di konversi ke berat karbohidrat
adalah 1 gram karbohidrat = 4 kalori, jadi 1440 kalori yang di butuhkan = 360 gram
karbohidrat. Dengan demikian, dalam satu hari harus mengkonsumsi nasi, singkong,
atau roti dengan total 360 gram (Devi,2010).

b. Protein

Kebutuhan protein sehari yang direkomendasikan untuk remaja yaitu 10%-15%


(Murdiati & Amaliah, 2013). Makanan sumber protein dibedakan menjadi 2 yaitu
protein hewani dan protein nabati. Protein hewani juga banyak dalam daging, telur,
ikan, keju, kerang, udang, susu. Adapun protein nabati antara lain terdapat dalam
kacang-kacangan, tahu, tempe (Adriani & Bambang, 2014). Bila kecukupan energi
2400 kalori , energi yang dibutuhkan dari protein orang remaja adalah = 20% x 2400
kalori = 480 kalori. Bila di konversi ke berat p adalah 1 gram protein = 4 kalori, jadi
480 kalori yang di butuhkan = 120 gram protein.Dengan demikian, dalam satu hari
harus mengkonsumsi daging, tahu tempe 120 gram (Devi, 2010).

c. Lemak

Kebutuhan lemak sehari yang direkomendasikan untuk remaja yaitu 20%-30%


(Murdiati & Amaliah, 2013). Sumber lemak berasal dari dua sumber, yaitu hewan dan
tanaman.

Sumber lemak hewani: susu, lemak sapi, dan minyak ikan. Sumber zaitun, dan lain-
lain. Setiap sumber mempunyai porsi yang berbeda dalam kandungan asam
lemakmnya, misalnya lemak hewan, kecuali ikan banyak mengandung asam lemak
jenuh (saturated fatty acids = SFA), lemak nabati banyak mengandung campuran
asam lemak jenuh, asam lemak, tak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty Acids =
MUFA), dan asam lemak tak ganda polyunsaturated Fatty Acids = PUFA). Khusus

4
ikan, banyak mengandung PUFA omega 3 dan DHA. Bila kecukupan energi 2400
kalori , energi yang dibutuhkan dari lemak orang remaja adalah = 20% x 2400 kalori
= 480 kalori. Bila di konversi ke berat p adalah 1 gram protein = 9 kalori, jadi 480
kalori yang di butuhkan = 53 gram lemak.Dari total 53 gram dibagi menjadi tiga
sumber, yaitu 10% dari asam lemak jenuh = 10% x 53 gram = 5,3 gram, 10% dari
asam lemak tidak jenuh tunggal = 10% x 53 gram = 5,3 gram, 10% dari asam lemak
tak jenuh ganda = 10% x 53 gram = 53 gram (Devi, 2010).

Angka kecukupan gizi pada remaja dapat juga dilihat pada tabel berikut:

 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, dan Air yang
dianjurkan (per orang per hari)

Berat Tinggi Lemak (g)


Kelompok Energi Protein Karbohidrat Serat Air
badan badan
Umur (kkal) (g) (g) (g) (ml)
(kg) (cm) Total Omega 3 Omega 6

Laki-laki

10-12 tahun 36 145 2000 50 65 1.2 12 300 28 1850

13-15 tahun 50 163 2400 70 80 1.6 16 350 34 2100

16-18 tahun 60 168 2650 75 85 1.6 16 400 37 2300

Perempuan

10-12 tahun 38 147 1900 55 65 1.0 10 280 27 1850

13-15 tahun 48 156 2050 65 70 1.1 11 300 29 2100

16-18 tahun 52 159 2100 65 70 1.1 11 300 29 2150

5
 AKG Vitamin

Vit Vit Vit Vit Vit Vit Vit Koli Vit


Kelompok Vit D Vit E Vit K Folat Biotin
A B1 B2 B3 B5 B6 B12 n C
Umur (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg)
(RE) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mcg) (mg) (mg)

Laki-laki

10-12 tahun 600 15 11 35 1.1 1.3 12 5.0 1.3 400 3.5 20 375 50

13-15 tahun 600 15 15 55 1.2 1.3 16 5.0 1.3 400 4.0 25 550 75

16-18 tahun 700 15 15 55 1.2 1.3 16 5.0 1.3 400 4.0 30 550 90

Perempuan

10-12 tahun 600 15 15 35 1.0 1.0 12 5.0 1.2 400 3.5 20 375 50

13-15 tahun 600 15 15 55 1.1 1.0 14 5.0 1.2 400 4.0 25 400 65

16-18 tahun 600 15 15 55 1.1 1.0 14 5.0 1.2 400 4.0 30 425 75

 AKG Mineral

6
2.3 Sumber Gizi pada Remaja

Sumber makanan untuk memenuhi gizi remaja, yaitu sebagai berikut:

1) Karbohidrat
Semua karbohidrat pada dasarnya baik untuk dijadikan menu harian anak remaja.
Namun sebelumnya, harus bisa mengenali dua kelompok karbohidrat berdasarkan
struktur gula di dalamnya. Adapun 2 kelompok karbohidrat tersebut, yakni:
a. Karbohidrat sederhana
Karbohidrat ini jumlah molekul gulanya sangat sedikit. Itu sebabnya, proses
pemecahan karbohidrat ini cenderung lebih cepat dan tidak membutuhkan waktu
lama, namun dalam mengonsumsinya jangan berlebihan. Sumbernya berasal dari
susu, gula putih, gula merah, madu, kue, dan permen.
b. Karbohidrat kompleks
Berbanding terbalik dengan karbohidrat sederhana, jumlah molekul gula penyusun
karbohidrat kompleks terbilang cukup banyak. Oleh karena itu, mengonsumsinya
harus sesuai porsi yang disarankan. Jenis karbohidrat kompleks: roti, jagung, pasta,
nasi, gandum, kacang-kacangan, dan kentang.

2) Protein
Protein merupakan zat gizi lainnya yang diperlukan di dalam tubuh remaja. Fungsi
protein yakni sebagai penyusun sel dan jaringan tubuh, sekaligus memperbaikinya
jika terdapat kerusakan. Sumber protein dibedakan menjadi 2, diantaranya:
1. Protein hewani
Sumber protein hewani seperti ikan, telur, susu, keju, yoghurt, daging merah, dan
daging ayam.

7
2. Protein nabati
Sumber makanan dengan kandungan protein nabati bisa didapatkan dari roti
gandum, oatmeal, kacang-kacangan, biji-bijian, tahu, tempe, sayur-sayuran
(brokoli) dan oncom.

3) Lemak
Lemak tidak sepenuhnya harus dihindari. Dalam jenis dan jumlah yang sehat, lemak
merupakan zat gizi makro yang berperan sebagai sumber energi untuk remaja. Seperti
lemak baik yang pada umumnya terdapat dalam jenis lemak tidak jenuh. Beberapa
jenis makanan yang tergolong sebagai lemak baik: alpukat, minyak saitun, kacang-
kacangan, telur, dan ikan salmon.

8
4) Serat
Serat merupakan zat gizi makro yang sama pentingnya seperti karbohidrat, lemak, dan
protein pada remaja. Dengan kata lain, ada bahaya yang bisa terjadi apabila remaja
kurang asupan serat. Berbagai jenis buah dan sayur yang mempunyai kandungan serat
seperti wortel, brokoli, alpukat, apel, jeruk, serta kacang merah dan ubi mengandung
serat larut air.

5) Vitamin
Kebutuhan sebagai gizi pada remaja tentu akan meningkat untuk menunjang proses
tumbuh kembangnya. Jadi, pastikan untuk tidak kekurangan berbagai vitamin yang
dibutuhkan remaja, seperti:
- Vitamin B kompleks: sumbernya berasal dari nanas, semangka, telur, hati ayam,
ikan, susu, jamur, daging, kentang, sayuran hijau, sereal, barley, dan pisang.

- Vitamin C: buah-buahan, seperti jeruk, jambu biji, stroberi, kiwi, lemon, dan tomat,
serta sayuran seperti paprika, cabai, dan brokoli.

9
- Vitamin D: salmon, sarden, tongkol, telur, produk olahan susu, udang, dan hati.

- Vitamin E: kacang almond, bayam, biji bunga matahari, labu, dan minyak zaitun.

6) Mineral
- Kalsium: susu dan olahannya (yoghurt dan keju), sawi, wortel, lobak, ikan sarden,
tauco, dan kangkung.

10
- Zat besi: kacang kedelai, daging merah, kismis, seafood, daun parsley, dan sayuran
hijau.

- Seng (zinc): kerang, tiram, beri, lobster, kacang mete, alpukat, jamur, kentang, dan
cokelat.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi pada Remaja


Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada masa remaja yaitu:

a. Pola makan remaja


Pola makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperoleh untuk
pertumbuhan dan perkembanganya, jumlah makanan yang cukup sesuai dengan
kebutuhan akan menyediakan zat-zat gizi yang cukup untuk remaja, guna
menjalankan kegiatan fisik yang akan dilakukanya, apabila asupan tersebut kurang
maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembanganya serta prestasinya.
b. Transisi ekonomi
Dengan adanya transisi ekonomi, juga berpengaruh terhadap pola konsumsi dan
gaya hidup masyarakat. Perubahan pola konsumsi mulai terjadi di kota-kota besar,
yaitu dari pola makanan tradisional yang banyak mengandung karbohidrat, protein,
serat, vitamin dan mineral bergeser ke pola makanan berat yang cenderung banyak
mengandung lemak, protein, gula dan garam serta miskin serat, vitamin dan mineral

11
sehingga mudah merangsang terjadinya penyakit-penyakit gangguan saluran
pencernaan, penyakit jantung, obesitas dan kanker.
c. Kebiasaan makan yang kurang
Kebiasaan makan yang kurang pada remaja berawal pada kebiasaan makan
keluarga yang tidak baik yang sudah tertanam sejak kecil dan akan terus terjadi pada
usia remaja. Mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan zat-zat gizi
dan dampak tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan
mereka.
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan
Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan yang tertentu saja menyebabkan
kebutuhan gizi tidak terpenuhi keadaan ini berkaitan dengan “mode” yang tengah
marak di kalangan remaja seperti kebiasaan makan fast food dan makanan siap saji.
e. Pengaruh teman dan media massa
Usia remaja merupakan usia yang sangat mudah terpengaruh oleh siapa saja teman
pergaulan dan media masa terutama iklan yang menarik perhatian remaja tentang
makanan yang baru dan harga yang terjangkau. Kebutuhan energi pada remaja
menurut AKG adalah 2400 Kal untuk laki- laki dan 2050 Kal untuk perempuan,
sedangkan kebutuhan protein sebesar 70 gr untuk laki-laki dan 65 gr untuk
perempuan. Konsumsi karbohidrat dan lemak perlu ditingkatkan untuk mencapai
angka kecukupan energi yang dibutuhkan.
f. Aktivitas
Kebutuhan energi merupakan faktor yang cukup dominan dan perlu di perhatikan.
Remaja yang mempunyai aktivitas yang lebih akan memerlukan energi lebih banyak
di bandingkan dengan remaja yang tidak banyak melakukan aktivitas. Remaja yang
kurang gizi dapat terjadi karena jumlah energi dan zat-zat lainnya yang di
konsumsi tidak memenuhi kebutuhan yang sangat meningkat.
Bila asupan energi kurang dari makanan dibandingkan dengan energi yang
dikeluarkan maka tubuh akan mengalami keseimbangan negatif akibatnya berat badan
kurang dari berat badan seharusnya (ideal), bila terjadi pada masa pertumbuhan maka
akan menghambat proses pertumbuhan dan pada orang dewasa menyebabkan
penurunan berat badan dan kerusakan jaringan. Asupan energi yang kurang juga
menyebabkan cadangan energi yang tersimpan dalam tubuh terkuras untuk
menghasilkan energi dan akhirnya akan berakibat pada penurunan berat badan.

12
g. Asupan energy dan protein
Asupan energi yang kurang dari pada kekurangan protein. Hal ini diduga terjadi
disebabkan protein yang dikonsumsi berasal dari nabati yang relatif murah sehingga
dari angka kecukupan terpenuhi tapi belum mempunyai mutu protein yang
tinggi, sedangkan pertumbuhan dan penambahan otot hanya akan optimal terjadi bila
mutu protein itu komplet atau protein dengan nilai biologi tinggi yang mengandung
semua jenis asam amino essensial dalam jumlah dan proporsi sesuai dengan keperluan
pertumbuhan. Penyebab lain kemungkinan protein digunakan sebagai pengganti
energi yang kurang, karena bila energi didalam tubuh terbatas maka sel terpaksa
menggunakan protein untuk membentuk/menghasilkan energi.
Jika asupan protein kurang dari makanan, maka jaringan dalam tubuh tidak dapat
bekerja dengan maksimal karena protein berfungsi untuk memperbaiki jaringan yang
rusak dan sebagai pertumbuhan pada usia remaja. Konsumsi makan golongan remaja
yang salah akan mengakibatkan munculnya masalah gizi karena ketidakseimbangan
konsumsi makanan yang dapat dilihat pada bentuk tubuh terlalu langsing atau
kegemukan. Aspek pemilihan makanan penting diperhatikan karena remaja sudah
menginjak tahap independensi.
h. Pendidikan yang rendah
Salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan gizi adalah pendidikan yang rendah
mempengaruhi penerimaan informasi. Sehingga mempengaruhi pengetahuan gizi,
masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah akan lebih kuat mempertahankan
tradisi-tradisi, termasuk tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit
menerima perubahan di bidang gizi. Pengetahuan gizi yang rendah akan
mempengaruhi konsumsinya.
Pengetahuan tentang konsumsi makanan remaja yang rendah akan berpengaruh
pada pola konsumsi makanan cepat saji pada remaja tersebut. Masalah yang sering
timbul ialah perubahan gaya hidup pada remaja memiliki pengaruh signifikan
terhadap kebiasaan makan mereka, di mana remaja mulai berinteraksi dengan lebih
banyak pengaruh lingkungan dan mengalami pembentukan perilaku, yang menjadikan
mereka lebih aktif, lebih banyak makan di luar rumah, dan mendapat banyak
pengaruh dalam pemilihan makanan yang akan dimakannya mereka juga lebih sering
mencoba-coba makanan baru, salah satunya adalah Fast Food.

13
2.5 Masalah Gizi pada Remaja

1. Kurang Energi Kronis (KEK)


Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja adalah kurangnya asupan zat gizi yang
dapat memicu terjadinya kurang energi kronis (KEK) serta anemia sebagai akibat
kekurangan zat besi. Kekurangan energi kronis (KEK) merupakan suatu kondisi di
mana remaja putri atau perempuan mengalami kekurangan gizi (energi dan protein)
yang terjadi dalam waktu yang lama atau bahkan bertahun-tahun. Risiko KEK adalah
suatu kondisi di mana remaja putri atau perempuan memiliki kecenderungan untuk
menderita KEK. Seseorang didiagnosis memiliki risiko KEK adalah ketika lingkar
lengan tengah atas <23,5 cm. Remaja putri yang mengalami KEK banyak terjadi
disebabkan oleh asupan energi dan protein yang kurang. Rendahnya asupan energi
dan protein sebagai makronutrien dapat berkontribusi terhadap rendahnya asupan
mikronutrien. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi kurang diantaranya kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai bahan makanan yang banyak mengandung gizi,
kebiasaan atau pantangan makanan yang masih terjadi dipedesaan, keterbatasan
penghasilan keluarga, penyakit, dan pola konsumsi makanan.7 Selain itu status gizi
remaja putri dipengaruhi oleh faktor keturunan, gaya hidup (life style) dan faktor
lingkungan. Kebiasaan makan dan gaya hidup seperti citra tubuh (body image) dan
aktivitas fisik akan mempengaruhi jumlah asupan konsumsi makanan dan zat gizi.8,9
Asupan energi kurang dari kebutuhan dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan
terjadi penurunan status gizi. Gizi kurang yang dialami pada saat remaja sebelum
kehamilan sangat berisiko bagi pertumbuhan dan perkembangan janin yang akan
dilahirkan seperti terjadinya prematuritas dan kejadian berat badan lahir rendah
(BBLR).

2. Stunting
Stunting didefinisikan sebagai status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U (Panjang
Badan/umur) atau TB/U (Tinggi Badan/umur) dimana dalam standar antopometri
penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-
score) <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/stunted) dan <-3SD (sangat
pendek/severely stunted) (World Health Organization [WHO], 2010). Stunting pada
remaja merupakan retardasi pertumbuhan linier akibat masalah gizi kronis yaitu dari
asupan gizi yang kurang di masa lampau dan masa kini karena makanan yang
dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan gizi. (Riskesdas, 2013). Kejadian Stunting di

14
dunia mencapai 149 juta (21,9%) (United Nations Children’s Fund [UNICEF], 2019).
United Nations Children’s Fund (UNICEF) tahun 2017 menempatkan Indonesia
sebagai negara kedua dengan angka prevalensi Stunting tertinggi di Asia (angkanya
mencapai 36,4%). Sekitar 12 persen remaja lelaki (16-18 tahun) mengalami kondisi
kurus dan 29 persen bertubuh pendek. Untuk remaja perempuan, angka-angkanya
adalah 4,3 persen kurus dan 25 persen bertubuh pendek. Prevalensi Stunting (usia13-
15 tahun) di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, 2013 dan 2018
berturut-turut sebesar 35.2%, 35% dan 25.7%. Remaja didefinisikan sebagai periode
kehidupan antara usia 11 sampai 21 tahun. Usia 13 sampai 15 tahun tergolong dalam
periode remaja awal. Dalam periode ini, lebih mendalami perubahan biologis,
emosional, sosial, dan kognitif dari anak – anak menuju ke dewasa. Perkembangan
fisiologis, emosional, dan kedewasaan kognitif dicapai pada periode remaja. Pubertal
growth spurt (percepatan pertumbuhan masa pubertas) terjadi pada periode remaja
selama kurang lebih 3 tahun dan merupakan masa pertumbuhan tinggi yang cepat
sebagai efek sinergi hormon seks dan hormon pertumbuhan. Cadangan jaringan
adiposa juga meningkat. Peningkatan jaringan adiposa berbeda setiap jenis kelamin.
Remaja putri lebih banyak menyimpan jaringan adiposa dibanding remaja
putra. Simpanan jaringan adiposa pada remaja putri cenderung menumpuk di dada dan
pinggul, sedangkan pada remaja pria cenderung lebih sentral. Masa perkembangan
pada remaja paling pesat di antara tahap-tahap perkembangan hidup manusia. Selain
perubahan-perubahan fisik, remaja juga mengalami perubahan psikologis.
Perkembangan jiwa pada masa remaja juga semakin mantap. Pada akhir masa remaja,
jiwanya sudah tidak mudah terpengaruh serta sudah mampu memilih dan menyeleksi
hal yang baik dan hal buruk. Remaja juga sudah mulai belajar bertanggung jawab
pada dirinya, keluarga, dan lingkungannya. Remaja mulai sadar akan dirinya sendiri
dan tidak mau diperlakukan seperti anak-anak lagi.
3. Anemia
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kurangnya jumlah sel darah merah atau
hemoglobin (Hb) dari normal. Kadar Hb normal pada remaja putri adalah ≥12 g/dl.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2014vmelaporkan bahwa >30% atau 2
miliar orang di dunia berstatus anemia. Penyebab anemia diantaranya adalah
kurangnya kadar zat besi dalam tubuh, kekurangan B12, kekurangan asam folat,
perdarahan hebat, leukemia, kecacingan, penyakit kronis, dan sebagainya. Masalah
gizi seperti anemia defisiensi besi, kelebihan berat badan/obesitas dan kekurangan zat

15
gizi juga dialami para remaja. Anemia mempunyai dampak negatif terhadap kognitif
remaja dan perkembangan fisik. Status gizi adalah keseimbangan antara konsumsi,
penyerapan zat gizi, dan penggunaan zat-zat gizi tersebut. kekurangan zat gizi yang
menyebabkan anemia adalah kekurangan zat gizi mikro seperti, yodium, zat besi,
vitamin dalam makanan, yang merupakan salah satu dari unsur gizi sebagai komponen
pembentukan sel darah merah atau Hb.
4. Obesitas
Obesitas merupakan kondisi kelebihan berat badan akibat tertimbunnya lemak. Faktor
penyebab obesitas pada remaja bersifat multifaktorial, diantaranya adalah asupan zat
gizi makro berlebih, frekuensi konsumsi fast food yang sering, kurangnya aktivitas
fisik, pola makan tidak seimbang, riwayat orang tua mengalami obesitas, serta tidak
sarapan (Kurdanti dkk., 2015; Gozali & Saraswati, 2017). Aktivitas fisik merupakan
kunci utama keseimbangan energi yang menyumbang pengeluaran energi. Obesitas
terjadi pada kondisi asupan energi jauh melebihi penggunaan energi. Karbohidrat
termasuk dalam zat gizi makro yang merupakan sumber energi utama bagi tubuh.
Pada kondisi obesitas, tingginya asupan karbohidrat menyebabkan glukosa disimpan
dalam bentuk trigliserida di jaringan adiposit. Asupan protein yang tinggi melebihi
kebutuhan menyebabkan protein akan disimpan di jaringan adiposit. Lemak didalam
tubuh diserap dalam bentuk asam lemak bebas dan disimpan dalam bentuk trigliserida
di jaringan adiposit. Obesitas pada remaja meningkatkan risiko terjadinya penyakit
seperti tekanan darah, kolesterol, tingkat trigliserida dan juga diabetes, sehingga
menjadi faktor meningkatnya risiko stroke iskemik, jantung koroner, diabetes mellitus
tipe 2 dan penyakit metabolisme lainnya (Rossouw et al., 2012).

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gizi pada remaja adalah bahan makanan yang dibutuhkan oleh remaja dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi yang bermanfaat untuk masa pertumbuhannya. Salah satu
manfaat diberikannya gizi pada remaja ialah untuk memaksimalkan pertumbuhan fisik,
perkembangan kognitif, serta organ reproduksi remaja. Kebutuhan gizi pada remaja
berbeda-beda contohnya kebutuhan protein pada anak usia 16-18 tahun untuk laki-laki
sebesar 75 g/hari dan bagi perempuan sebanyak 65 g/hari. Kecukupan vitamin B12 yang
dibutuhkan oleh remaja laki-laki dan perempuan berusia 16-18 tahun yaitu 4.0 mcg/hari
sedangakan untuk usia 10-12 tahun angka kecukupannya 3.5 mcg/hari. Untuk mencukupi
gizi yang baik, berbagai makanan ini dapat dikonsumsi contohnya, buah-buahan, sayur-
sayuran, ikan, telur, kacang-kacangan, susu, yoghurt, tempe, daging, hati, tahu, gandum,
dan lai-lain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja, misalnya:
a) Pola makan remaja
b) Transisi ekonomi
c) Kebiasaan makan yang kurang
d) Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan
e) Pengaruh teman dan media massa
f) Aktivitas
g) Asupan energy dan protein
h) Pendidikan yang rendah
Faktor-faktor tersebutlah yang menimbulkan masalah kesehatan pada remaja, seperti
Kurang Energi Kronis (KEK), stunting, anemia, dan obesitas.

3.2 Saran
Remaja memerlukan gizi untuk tumbuh kembangnya, banyaknya remaja yang
kekurangan gizi akibat dari kurangnya kesadaran dan edukasi mengenai kecukupan gizi
yang diperlukan selama masa pertumbuhan. Oleh karena itu, peran diri sendiri, tenaga
kesehatan dan juga orang tua sangat penting dalam mengurangi berbagai masalah
kesehatan akibat kurang mencukupi zat gizi dalam tubuh remaja.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anon., 2021. Edukasi “Kebutuhan Gizi Pada Remaja”. kemkes. [Online] Available at:
https://yankes.kemkes.go.id/read/211/edukasi-kebutuhan-gizi-pada-remaja-oleh-yunita-
ahadti-sgz [Diakses 12 April 2022].

Putri, N. H., 2020. Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah dan Remaja, Bagaimana Cara
Memenuhinya?. sehatq. [Online] Available at: https://www.sehatq.com/artikel/tips-
memenuhi-kebutuhan-gizi-remaja-selama-masa-pertumbuhan [Diakses 12 April 2022].

Rahmawati, D., 2021. Memahami Pengertian Remaja dan Tahap Perkembangannya. sehatq.
[Online]
Available at: https://www.sehatq.com/artikel/memahami-pengertian-remaja-dan-tahap-
perkembangannya [Diakses 12 April 2022].

Rahadiyanti, H. (2020)., Stuned pada Remaja. Available at


https://ahligizi.id/blog/2020/12/28/stunted-pada-remaja/ (Accessed 12 April 2022)
Telisa, I., & Eliza, E. (2020). Asupan zat gizi makro, asupan zat besi, kadar haemoglobin dan
risiko kurang energi kronis pada remaja putri. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 5(1), 80-
86. doi:http://dx.doi.org/10.30867/action.v5i1.241
Rah H. J., Boonstra M. A., Agustina R., Zutphen. V. G. K, & Kraemer K. (2021). The Triple
Burden of Malnutrition Among Adolescents in Indonesia. vol 42 (IS) 54-58. doi:
10.1177/0379572121007114.
Adiyani, K., Heriyani, F., & Rosida, L. (2018). Hubungan Status Gizi dengan Kejadian
Anemia pada Remaja Putri Di SMA PGRI 4 Banjarmasin. Homeostatis. 1(1). 1-7.
Telisa, I., Hartati, Y., & Haripamilu, A. (2020). Faktor Risiko Terjadinya Obesitas Pada
Remaja SMA. Faletehan Health Journal. 7(3). 124-131.
Trisnayanti, N. (2019). Komposisi Asupan Zat Gizi dan Status Gizi Remaja Di SMP Sapta
Andika Denpasar. Diploma thesis, Poltekkes Denpasar. 1-21.
Sari, R. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Remaja Usia 12-15
Tahun Di Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data Sekunder Riskesdas Tahun 2007). FKM
UI. 1-81.
Meriani, H., Okdwiana, N., Wulandari, N., Maryama, N., Sari, P., & Aldina W. (2015). Gizi
Pada Usia Remaja. Dokumen. 15-17.
Setiaputri, K. (2021). Panduan Memenuhi Gizi Seimbang untuk Anak Remaja. Hello Sehat.
Available at: https://hellosehat.com/parenting/remaja/kesehatan-remaja/kebutuhan-gizi-
remaja/ (diakses 12 April 2022).
Benjamin, W. (2019). PMK RI No. 28 Tahun 2019 Tentang AKG yang dianjurkan untuk
Masyarakat. pp.1-9.
Unicef. (2020). Situasi Anak Di Indonesia. UNICEF Indonesia. Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai