Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

KEBUTUHAN NUTRISI PADA REMAJA

DISUSUN OLEH :
1. ANGGUN DEWI N
2. ANITA WULAN N
3. DEVI WINDHATYARA
4. EGA DWI SAPUTRI
5. NURUL HANIFAH

POLTEKKES BHAKTI MULIA SUKOHARJO


TAHUN 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“KEBUTUHAN NUTRISI PADA REMAJA”.
Makalah ini kami susun dengan maksud memberikan pengetahuan tentang GIZI
& DIET (kebutuhan nutrisi pada remaja). Kami berharap makalah ini dapat
memberikan pengaruh yang baik untuk pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini
tidak luput dari kekurangan.Seperti pepatah yang mengatakan “Tak Ada Gading Yang
Tak Retak” Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca
sangat kami harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.

Sukoharjo, 4 Mei 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................
5
C. Manfaat Penelitian.................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Remaja...................................................................................................... 6
B. Karakteristik Perilaku Makan Remaja....................................................................
7
C. Macam-macam nutrisi............................................................................................ 7
D. Penyebab dan masalah nutrisi pada remaja.............................................................
9
E. Cara mengatasi masalah nutrisi usia remaja..........................................................
14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................................... 16
B. Saran..................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 17

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal
dewasa, jadi pada masa remaja ini manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi
tidak dapat juga disebut sebagai anak-anak. Usia remaja biasanya dimulai saat laki-
laki atau perempuan berusia 10-12 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.
Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang yang cepat, pertambahan berat
dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan
karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan
kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan
identitas sangat menonjol dan lebih suka menghabiskan waktu diluar waktu
berkumpul bersama keluarga.
Perubahan-perubahan fisik ini akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya.
Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan
masalah gizi, baik masalah kekurangan gizi atau kelebihan gizi.
Masalah gizi pada remaja akan menimbulkan dampak negatif pada tingkat
kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi
dengan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah), penurunan kesegaran jasmani. Banyak
penelitian telah membuktikan banyak sekali remaja yang mengalami masalah gizi,
masalah tersebut antara lain Anemi (berkisar 40%) dan IMT kurang dari batas normal
atau kurus (berkisar 30%). Banyak faktor yang bisa menyebabkan hal ini terjadi,

4
tetapi dengan mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi hal ini dapat
membantu upaya penanggulangannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari remaja?
2. Apa saja karakteristik perilaku makan remaja?
3. Apa saja macam-macam nutrisi?
4. Apa saja penyebab dan masalah nutrisi pada remaja?
5. Bagaimana cara mengatasi masalah nutrisi usia remaja?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
Mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan remaja, apa itu nutrisi, apa saja
macam-macam nutrisi pada remaja, apa saja masalah yang terjadi pada nutrisi usia
remaja dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.

D. Manfaat Penulisan Makalah


Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Bagi Penulis
Membantu penulis mengetahui dan memahami secara lebih mendalam tentang
kebutuhan nutrisipada usia remaja.
2. Bagi Remaja
Membantu remaja untuk mengetahui betapa pentingnya pemenuhan nutrisi dalam
kehidupannya sehari-hari agar tak ada lagi remaja yang mengalami masalah pada
pemenuhan nutrisinya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Remaja
Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal
dewasa, jadi pada masa remaja ini manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi
tidak dapat juga disebut sebagai anak-anak. Usia remaja biasanya dimulai saat laki-
laki atau perempuan berusia 10-12 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.
Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan
manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan.
Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status
kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan
akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi
kurang.
Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara
antropometri. Kekurangan kadar hemoglobin atau anemi ditentukan dengan
pemeriksaan darah. Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling
mudah dan murah. Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator
yang baik untuk menentukan status gizi remaja.
Menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) atau Body Mass Indeks (IMT) atau Body
Mass Indeks (BMI)RUMUS IMT : BB (kg) / TB (m2)
Kesehatan reproduksi remaja (adolescent reproductive health) adalah upaya
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan oleh remaja. Salah satu unsur yang berperan
dalam mewujudkan kesehatan reproduksi remaja adalah status gizi. Asupan gizi zat-
zat seimbang sesuai dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Ketidakseimbangan antara asupan
kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi baik itu berupa masalah
gizi lebih maupun gizi kurang.

6
B. Karakteristik Perilaku Makan Remaja
Berikut ini karakteristik perilaku makan yang dimiliki remaja:
1. Kebiasaan tidak makan pagi dan malas minum air putih.
2. Gadis remaja sering terjebak dengan pola makan tak sehat, menginginkan
penurunan berat badan secara drastic, bahkan sampai gangguan pola makan. Hal
ini dikarenakan remaja memiliki body image (citra diri) yang mengacu pada idola
mereka adalah para artis, pragawati, selebriti yang cenderung memiliki tubuh
kurus, tinggi dan semampai.
3. Kebiasaan “ngemil” yang rendah gizi (kurang kalori, protein, vitamin dan mineral)
seperti makanan ringan, kerupuk, dan chips.
4. Kebiasaan makan makanan siap saji (fast food) yang komposisi gizinya tidak
seimbang yaitu terlalu tinggi kandungan energinya, seperti pasta, fried chiken, dan
biasaya juga disertai mengkonsumsi minuman bersoda yang berlebihan.

C. Nutrisi pada usia remaja


Masa pubertas yang dialami remaja adalah masa dimana terjadinya perubahan
hormonal. Perubahan hormonal ini berkaitan dengan pertumbuhan pada masa remaja.
Dilansir dari sheknow.com, remaja akan menambah 20% tinggi badannya dan hampir
50% dari berat orang dewasa selama masa remaja.
Karena masa inilah remaja membutuhkan banyak nutrisi karena kebutuhan
gizinya yang meningkat. Nutrisi yang penting dan dibutuhkan oleh tubuh:
1. Kalori
Remaja laki-laki membutuhkan sekitar 2.500 hingga 2.800 kalori setiap harinya,
sedangkan remaja putri membutuhkan kira-kira 2.200 kalori perhari.
Idealnya kebutuhan kalori tersebut bersumber dari protein, susu rendah lemak, biji-

7
bijian (kacang-kacangan, sayuran dan buah-bauhan.
2. Protein
Remaja membutuhkan protein sebesar 45 hingga 60gram perhari untuk tumbuh
dan membentuk otot. Protein sangat mudah didapat dari berbagai sumber makanan
sehat, seperti daging, telur, ikan, dan susu. Untuk vegetarian protein bisa didapat
dari makanan yang berbahan kacang-kacangan.
3. Kalsium
Saat masa pubertas, tubuh membutuhkan banyak kalsium untuk menyimpannya
sebagai tabungan untuk membentuk tulang yang kuat saat dewasa. Karena
memasuki usia 20tahun penyerapan asupan kalsium untuk tulang akan berkurang.
Remaja membutuhkan asupan kalsium sebesar 1.200mg setiap harinya. Asupan
kalsium dapat berasal dari susu, sereal, buah dan sayur yang kaya akan kalsium.
4. Zat besi
Zat besi membantu darah membawa oksigen keseluruh otot, juga membuat fungsi
otak bekerja maksimal dan membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh
dalam melawan penyakit. Remaja laki-laki membutuhkan asupan sebanyak 12mg
zat besi perharinya, sedangkan untuk remaa perempuan membutuhkan asupan zat
besi sebanyak 15mg perharinya. Kebutuhan zat besi remaja perempuan lebih besar
dibandingkan kebutuhan zat gizi untuk laki-laki, hal ini karena perempuan
mengalami menstruasi. Saat menstruasi perempuan membutuhkan zat besi yang
lebih banyak untuk menghindari adanya resiko kekurangan darah.
5. Vitamin
Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil,
yang pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus
didatangkan oleh makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan
dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik dalam tubuh.
Kebutuhan vitamin thiamin, riboflavin, dan niasin pada remaja akan meningkat.
Zat-zat tersebut diperlukan untuk membantu proses metabolism energi. Begitu uga
dengan folat dan vitamin B12 yang penting untuk sintesis DNA dan RNA. Tak
kalah pentingnya adalah vitamin D yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otot.

8
Vitamin A, C, dan E dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mendukung fungsi sel
baru.

Berikut cara penghitungan status gizi pada remaja:


1. Rumus IMT
IMT= BB/ (tinggi badan X tinggi badan)
Catatan : berat badan suhu dalam satuan kilogram dan tinggi badan dalam
satuan meter.
Misalnya: seorang remaja putri berusia 15 tahun memiliki berat badan 50 kg
dengan tinggi badan 146 cm atau 1,46 m, maka IMT remaja putri tersebut adalah
23,5 dengan rumus berikut.
IMT=50/ (1,46 X 1,46)=23,5
INTERPRESTASI HASIL
Karena pada periode remaja pertumbuhan masih terus berjalan bahkan
merupakan puncak pertumbuhan, maka nilai IMT belum bisa diklasifikasikan
dengan indicator tertentu, oleh karena itu untuk mengetahui status gizi remaja
anda bisa menggunakan indicator yang ditetapkan oleh WHO tahun 2007 yang
dibedakan berdasarkan jenis kelamin.
IMT tidak bisa digunakan untuk menghitung berat badan ideal,

2. BERAT BADAN IDEAL


BB ideal= (TB (CM)-100) x 0,9
Berdasarkan data sebelumnya, maka berat badan ideal remaja putri ialah
(146-100) x 0,9=41,4 kg atau dengan kata lain paling tidak ia harus memiliki
minimum 37, 3 kg dan berat badan maximum 45,5 kg.

D. Penyebab dan masalah nutrisi pada remaja


Cukup banyak masalah yang berdampak negatif terhadap kesehatan dan gizi
remaja. Disamping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan

9
obat, kecanduan alkohol dan rokok, serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti
menambah beban para remaja. Dalam beberapa hal masalah gizi remaja serupa, atau
merupakan kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi,
kelebihan dan kekurangan berat badan.
Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski asupan kalori
dan protein sudah tercukupi, namun elemen lain seperti zat besi, kalsium, dan
beberapa vitamin ternyata masih kurang. Survei terhadap mahasiswi kedokteran di
Perancis, misalkan, membuktikan bahwa 16% mahasiswi kehabisan cadangan besi
sementara 75% menderita kekurangan. Penelitian lain terhadap rakyat misikin di
Kairo menunjukan asupan besi sebagian besar remaja wanita tidak mencukupi
kebutuhan harian yang dianjurkan. Di negara yang sedang berkembang, sekitar 27%
remaja laki-laki dan 26% remaja perempuan menderita anemia; sementara dinegara
maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar,
sebanyak 44% wanita di negara berkembang (10 negara di asia tenggara, termasuk
indonesia) mengalami anemia kekurangan zat besi, sementara wanita hamil lebih
besar lagi, yaitu 55%.
Di Amerika Serikat, sebagian remaja tidak memperoleh kalsium sebanyak yang
dianjurkan oleh RDA, 18%. Remaja tidak setiap hari makan buah dan sayur,
sementara kudapan asin dan manis (70%) dimakan beberapa kali (sepertiga dari
mereka) setiap hari. Survei Departemen Pertanian Amerika Serikat (1995)
membuktikan bahwa remaja putri yang berusia 12-19 tahun, hanya mengkonsumsi
777mg kalsium perharinya.
Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan
olahan, seperti yang ditayangkan dalam iklan televisi, secara berlebihan. Makanan
ini , meskipun dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sering terlalu
banayak mengandung gula serta lemak, disamping zat aditif. Konsumsi makanan jenis
ini secara berlebihan dapat menyebabkan kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada
makanan olahan yang mengandung zat ini menyebabkan remaja mengalami
perubahan patologis yang terlalu dini.

10
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan. Remaja banyak
memerlukan zat besi apalagi remaja wanita untuk mengganti zat besi yang hilang
bersamaan dengan darah haid. Dampak negatif kekurangan mineral kerap tidak
terlihat sebelum mereka mencapai usia dewasa. Contoh, kalsium sangat penting dalam
pembentukan tulang pada usia remaja dan dewasa muda. Kekurangan kalsium selagi
muda merupakan penyebab osteoporosis diusia lanjut, dan keadaan ini tidak dapat
ditanggulangi dengan meningkatkan konsumsi zat ini ketika (tanda) penyakit ini
tampak.
Ketidak seimbangan antara asupan dan kekurangan energi mengakibatkan
pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung
berlanjut hingga dewasa, dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan salah
satu faktor penyebab penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes
melitus, artritis, penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi
pernapasan, dan berbagai gangguan kulit.
Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan:
1. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi
yang lebih banyak.
2. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian pemasukan
energi dan zat gizi.
3. Kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan obat,
meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi, disamping itu tidak sedikit remaja
yang makan secara berlebihan dan akhirnya obesitas.

Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif, dan psikososial.
Dalam masa pencarian identitas ini, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan.
Kegemaran yang tak lazim, seperti pilihan untuk menjadi vegetarian atau food fadism,
merupakan sebagian contoh keterpengaruhan ini.
Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja untuk tidak makan untuk
tetap mempertahankan bentuk dan berat badannya yang tetapi akan berujung pada
anoreksia nervosa.

11
Hampir 50% remaja (daniel, 1977) terutama remaa yang lebih tua, tidak sarapan.
Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini bahwa
sarapan penting. Namun mereka yang teratur sarapan hanya 60%. Remaja putri malah
melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar
kudapan bukan hanya hampa kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi,
selain dapat mengganggu (menghilangkan) nafsu makan. Mengudap sebenarnya tidak
dilarang, asalkan tau cara memilih kudapan yang kaya akan zat gizi.

Factor yang mempengaruhi kebutuhan zat gizi pada remaja


1. Kebiasaan makan yang buruk
Kebiasaan makan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan keluarga
yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil terus terjadi pada usia remaja.
Mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan
dampak tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka
(Harmiandis:2012:213).
Menurut Lena Hamstrong menemukan bahwa di eropa sekitar 34% remaja
melewatkan sarapan dipagi hari. Dan kebiasaan sarapan pada remaja dipengaruhi
oleh kebiasaan orang tua mereka.
Cara s.Djong mengemukakan bahwa factor lingkungan dan kebiasaan kognitif
berhubungan dengan kebiasaan sarapan pada remaja. Michael J mengemukakan
bahwa remaja yang memiliki kebiasaan sarapan memiliki kecenderungan untuk
tidak mengalami obesitas.
2. Pemahaman gizi yang keliru
Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja terutama wanita
remaja. Hal ini sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara
kelangsingan tubuh mereka menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara
keliru. Sehingga kebutuhan gizi mereka tak terpenuhi. Hanya makan sekali sehari
atau makan makanan seadanya, tidak makan nasi merupakan penerapan prinsip
pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong terjadinya gangguan gizi
(Mujianto :2013: 112).

12
3. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu.
Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu saja menyebabkan
kebutuhan gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti ini biasanya terkait dengan “
metode “ yang tengah marak dikalangan remaja.tahun 1960an misalnya remaja-
remaja diAS sangat mengandrungi makanan berupa hot dog dan miniman coca
cola, kebiasaan ini kemudian menjalar ke remaja-remaja berbagai Negara lain
termasuk Indonesia (Mypotik :2011: 34)
4. Proporsi yang berlebihan melalui media masa
Usia remaja merupakan usia dimana mereka sangat tertarik pada hal-hal baru.
Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh pengusaha makanan untuk mempromosikan
produk mereka dengan cara yang sangat mempengaruhi remaja. Padahal, produk
makanan tersebut bukanlah makanan yang sehat bila dikonsumsi dalam jumlah
yang berlebihan (Wijianto :2013).
5. Konsumsi makanan
Pada dasarnya intake makanan dipengaruhi oleh 2 hal yaitu factor internal dan
ekternal. Factor internal merupakan factor yang berasal dari dalam diri manusia itu
sendiri, dapat berupa emosi/kejiwaan yang memiliki sifat kebiasaan. Sementara itu
factor eksternal adalah factor yang berasal dari luar manusia, seperti ketersediaan
bahan pangan yang ada didalam sekitar serta kondisi sosial ekonomi yang
mempengaruhi tingkat daya beli manusia terhadap bahan pangan (Mypotik :2012).
6. Pendidikan dan pengetahuan
Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang
gizi yang memadai. Pendidikan sangat diperlukan agar seseorang lebih tanggap
terhadap adanya masalah gizi. Pentingnya pengetahuan gizi terhadap konsumsi
didasari atas 3 kenyataan:
a) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.
b) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu, sehingga penduduk dapat belajar
menggunakan pangan dengan baik baik perbaikan gizi.
c) Setiap orang hanya akan cukup gizi yang diperlukan jika makan yang
diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan, dan energy.

13
7. Jenis kelamin
Kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan dan biasanya
lebih tinggi anak laki-laki karena memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi
berdasarkan penelitian didaptkan bahwa kekurangan gizi lebih banyak terdapat pada
anak perempuan dari pada anak laki-laki (Cameliya :2013).
8. Status ekonomi
Factor yang berpengaruh dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah
tingkat sosial ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Keluarga dengan
pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat ememnuhi kebutuhan zat
gizi dalam tubuh.
Pendapatan merupakan factor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas
hidangan. Semakin banyak pendapatan berarti semakin baik makanan yang diperoleh
(Cameliya :2013).
9. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah sesuatauyang
menggunakan tenaga atau energy untuk melakukan berbagai kegiatan fisik, seperti
berjalan, berlari dan berolahraga. Latihan fisik meningkatkan kemampuan fungsional
kardiovasculer dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung yang diperlukan pada
setiap penurunan aktivitas (Wijianto: 2013).

E. Cara mengatasi masalah nutrisi usia remaja


Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan
masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain:
1. Program Edukasi Gizi
Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif dilakukan di sekolah,
khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA), karena pada masa ini remaja mengalami pertumbuhan cepat
(growth spurt) setelah pertumbuhan pada masa balita.
2. Program Suplementasi Gizi
Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur pada keadaan yang biasa

14
terjadi. Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat gizi yang ditambahkan ke
konsumsi makanan sehari-hari dengan harapan terpenuhi kebutuhan gizinya.
Contoh: melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan
vitamin A.
3. Program Fortifikasi Bahan Makanan
Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan makanan dengan
tujuan agar masyarakat terhindar dari defisiensi (kekurangan) zat gizi tersebut.
Biasanya, zat gizi yang ditambahkan adalah zat gizi mikro yang masih menjadi
masalah di Negara bersangkutan atau berisiko untuk menjadi masalah jika tidak
dilakukan fortifikasi pada bahan makanan tersebut.
Contoh: Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan yang biasa
dikonsumsi oleh masyarakat daniodium pada garam ataupun fortifikasi besi pada
tepung.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang lebih, karena pada saat tersebut
terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis
sehubungan dengan timbulnya pubertas. Pertumbuhan pada masa remaja akan
mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara penggunaan zat gizi.
Kebutuhan gizi pada remaja lebih tinggi daripada usia anak. Namun, kebutuhan
gizi pada remaja perempuan dan laki-laki akan jelas berbeda. Hal ini disebabkan oleh
adanya pertumbuhan yang pesat, kematangan seksual, perubahan komposisi tubuh,
mineralisasi tulang, dan perubahan aktifitas fisik.BKebutuhan nutrisi yang meningkat
pada masa remaja adalah energi, protein, kalsium, besi, dan zinc.
Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan
masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain program edukasi gizi,
program suplementasi gizi melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi

15
seperti pil besi dan vitamin A, program fortifikasi bahan makanan seperti iodium pada
garam ataupun fortifikasi besi pada tepung.

B. Saran
Situasi masalah nutrisi remaja di tiap negara berbeda-beda dan terdapat kesulitan
dalam mengumpulkan data tentang masalah nutrisi remaja termasuk di Indonesia.
Survei data dasar mengenai keadaan nutrisi remaja umumnya diperoleh melalui
informasi yang tidak langsung misalnya melalui wawancara terhadap orangtua.
Adanya keterbatasan jumlah populasi remaja yang disurvei kurang bisa
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Survei atau penelitian masalah nutrisi
remaja yang dilakukan secara nasional masih belum ada atau masih sedikit sekali
dibandingkan dengan negara maju.
Suatu tim interdisiplin akan lebih berhasil untuk menyelesaikan masalah remaja
di klinik karena pendekatan tersebut akan menguntungkan, Dengan cara tersebut
akan-memberikan pelayanan medik sebagai keseluruhan, yaitu dapat mensahkan dan
membenarkan adanya pemeriksaan psikologik, menghindari terjadinya masalah
nutrisi yang akan merusak kesehatan, mempermudah dalam memeriksa nutrisi remaja
secara komprehensif dan akan menyempurnakan hasil penelitian dengan dokumen
dan catatan medik yang ada. Tim spesialis yang perlu dibentuk adalah tim intervensi
krisis, tim kekerasan fisik dan seksual, tim nutrisi dan gangguan makan, tim
penyalahgunaan obat terlarang dan tim untuk menyelesaikan masalah stres dan bunuh
diri.

16
DAFTAR PUSTAKA

Eigisha. 2011. masalah gizi remaja. jogjakarta: EGC.

Harmiandis. 2012. kekurangan energi kronik pada remaja. jokjakarta.

Manjilali. 2012. status gizi pada remaja. jakarta: EGC.

Mujianto. 2012. gizi seimbang pada remaja dan dewasa. jakarta: adventure works.

Mypotik. 2012. bahaya kurang gizi pada remaja. jakarta.

Ratnadharma. 2013. faktor gizi pada remaja. bandung: EGC.

Wiwidamity. 2013. gizi pada remaja. jakarta.


http://nurmayuliani.blogspot.co.id/2012/01/kebutuhan-gizi-pada-remaja.html
buku nutrisi pada remaja diakses pada tanggal 4 Mei 2017

17

Anda mungkin juga menyukai