PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada beberapa jam setelah bayi dilahirkan atau beberapa hari setelah dilahirkan,
perubahan fisiologis yang hebat yang penting bagi kesehatan dan ketahanan hidup, terjadi
pada bayi baru lahir. Selain perubahan fisiologis bayi tersebut, bayi baru lahir harus
beradaptasi dengan bermacam-macam cara yang berbeda terhadap lingkungan yang
benar-benar baru meliputi : Pernapasan, Sirkulasi darah , System imun, Pengaturan suhu-
metabolisme, Sistem neurologis, System gastrointestinal, Fungsi ginjal dan sekresi urine,
Fungsi hati.
Bayi baru lahir yaitu kondisi dimana bayi baru lahir (neonatus), lahir melalui
jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas
secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram.Neonatus (BBL) adalah
masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari,dimana terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim.Pada
masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system.
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bayi baru lahir mengalami perubahan fisiologis yang sangat hebat. Perubahan
yang komplek ini harus terjadi pada jangka waktu yang tepat bagi bayi baru lahir untuk
dapat bertahan hidup dan berkembang sercara normal. Bayi baru lahir harus melewati
beberapa fase selama trassisi kehidupan di luar uterus. Masa trassisi kehidupan dimulai
saat lahirnya yaitu ketika bayi dirangsang oleh kontraksi uterus dan perubahan tekanan
akibat pecahnya ketuban, pada saat lahir dan pernafasan harus di mulai.( Reedar, 2011,
hal : 71)
Periode BBL (Normal) adalah masa 28 hari pertama kehidupan manusia, pada
masa ini terjadi proses penyesuaian system tubuh bayi intrauteri kekehidupan ekstrauteri
masa ini adalah masa yang perlu mendapatkan perhatian karena pada masa ini terdapat
mortalitas paling tinggi (Rudon 2006).
Neonatus adalah bayi baru lahir, bayi dalam 28 hari pertama kehidupannya
(Broker,Cristine.2001).
2. Panjang badan 48 – 52 Cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar Kepala 33 – 35 cm
6. Pernafasan + 60 – 80 x /menit
11. Perempuan
12. Laki-laki
14. Refleks morrow atau gerakan memeluk bila dikagetkan sudah baik
16. Eliminasi baik mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama meonium berwarna
hitam kecoklatan.
Menurut JNPK – KR / POGI, APN, (2007) penanganan segera aman dan bersih untuk
bayi baru lahir adalah :
1. Pencegahan Infeksi
3. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
4. Melakukan Penilaian:
4
1) Evaporasi
2) Konduksi
3) Konveksi
4) Radiasi
D. Etiologi
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan
sebagai berikut :
1. Abortus ; umur hamil sebelum 28 minggu dengan berat janin < 1000 gram
3. Persalinan Aterm : persalinan antara umur 37 – 42 minggu dengan berat janin 2,500 -
4000 gr
E. Klasifikasi
Bayi baru lahir mengalami perubahan fisiologis yang sangat hebat. Perubahan yang
kompleks ini harus terjadi pada jangka waktu yang tepat bagi bayi baru lahir untuk dapat
bertahan hidup dan berkembang secara normal. Bayi baru lahir harus melewati beberapa
fase selama beradaptasi dengan kehidupan di luar uterus. Masa transisi kehidupan
5
dimulai saat dilahirkan yaitu ketika janin dirangsang oleh kontraksi uterus dan perubahan
tekanan akibat pecahnya ketuban. Pada saat lahir, pernapasan harus dimulai. Kondisi ini
memicu perubahan fungsi system organ dan proses metabolik. Perubahan yang signifikan
terjadi pada area berikut:
1. Perubahan pernafasan
Sebelum bayi dilahirkan, kebutuhan oksigen janin dipengaruhi oleh plasenta, oleh
karena itu paru-paru janin tidak perlu berfungsi sebagai organ respirasi dan
perkembangan struktur paru-paru berlangsung secara kontinu sepanjang kehidupan
janin dan masa kanak-kanak awal. Saluran mulai terbentuk pada cabang bronchial
sekitar usia 17 minggu, dan kantong udara primitive mulai terbentuk. Pada usia 26
minggu terjadi suatu vaskularisasi yang adekuat.Janin cukup bulan yang normal siap
untuk mulai pernafasan efektif pada saat lahir (Reeder S. J., 2011)hlm : 71.
2. Sistem imun
Pada system imunolgi terdapat beberapa jenis imunologi (suatu protein yang
mengandung zat antibody)diantaranya adalah imunoglobulingmma G(Ig G)
Pada neonatus hanya terdapat Ig G dibentuk banyak pada bulan ke 2 setelah bayi
dilahirkan. Ig G Pada janin berasal dari ibunya melalui plasenta.Apabila terjadi
infeksi pada janin yang dapat melalui plasenta, reaksi imunologi dapat terjadi dengan
pembentukan sel plasma dan anti bodi gamma A,G dan M (Ilyas Jumiarni,1994) hlm :
51.
Bayi baru lahir dilahirkan ke lingkungan yang lebih dingin dari pada lingkungan
uterus yang biasa dialaminya. Karena peruahan kondisi lingkungan yang cepat ini,
suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah dilahirkan.
Penyimpanan Panas. penyimpan panas tubuh pada bayi baru lahir terjadi melalui
mekanisme vasokontriksi perifer dan mengambil posisi fleksi atau posisi janin. Posisi
tersebut mengurangi area permukaan yang dapat menyebabkan kehilangan panas.
7
4. Sistem neurologi
Pada saat lahir system persarafan belum terintegrasi dengan sempurna namun
sudah cukup berkembang untuk bertahan dalam kehidupan ekstrauerin. Kebanyakan
fungsi neurologis berupa ferleks primitive. System saraf otonom sangat penting
selama transisi, karena saraf ini merangsang respirasi awal, membantu
mempertahankan keseimbangan asam-basa, dan membantu mengatur seimbangan
control suhu.
5. Sistem gastrointestinal
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan
mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana, serta mengemulsi lemak. Kecuali
amylase pancreas, krakteristik enzim dan cairan pencernaan bahkan sudah ditemukan
pada bayi yang berat badan lahirnya rendah. Adapun beberapa perubahan fisiologis
pada system cerna antara lain:
a) Pada pencernaan
Keasaman lambung bayi pada saat lahir pada umumnya sama dengan
keasaman lambung orang dewasa, tetapi akan menurun dalam satu minggu dan
tetap rendah selama dua sampai tiga bulan. Penurunan keasaman lambung ini
8
dapat menimbulkan “kolik”. Bayi yang mengalami kolik kidak dapat tidur,
menangis dan tampak distress di antara waktu makan, gejala ini akan hilang
setelah bayi berusia 3 bulan.
Kapasitas lambung bayi baru lahir kurang lebih 30cc. waktu pengosongan
lambung pun juga bervariasi antara 2-3 jam. Beberapa factor seperti waktu
pemberian makan dan volume makan, jenis dan suhu makanan serta stress psikis
dapat mempengaruhi waktu pengosongan lambung (Bobak, 2005).
Dalam 24 jam kelahiran, 92% bayi baru lahir yang sehat berkemih, tetapi
berkemih pertama dapat terjadi setelah dilahirkan dan tidak bias diamati. Seiring
dengan asupan cairan meningkat, frekuensi berkemih meningkat dari 2-6x pada hari
pertama dan ke dua 5-20x per 24 jam pada hari berikutnya (Reeder S. J., 2011)hlm :
78.
d) Fungsi hati.
Selama kehidupan janin hati memiliki peran penting dalam pembentukan darah.
Di perkirakan bahwa fungsi ini berlanjut sampai derajat tertentu setelah lahir.
Selanjutnya pada periode neonatus hati memproduksi zat-zat penting untuk koagulasi
darah. Jika asupan wanita adekuat selama kehamilan maka kadar besi yang cukup di
9
simpan pada bayi baru lahir untuk memasok kebutuhan pada bulan-bulan pertama
kehidupan. (Reeder, 2011)hlm : 78.
Fase akhir masa transisi adalah pengaturan kembali proses metabolik lebih lanjut
untuk mencapai suatu kondisi yang stabil dan dapat mempertahankan hidup. Kondisi ini
meliputi perubahan saturasi oksigen darah, penurunan enzim, pengurangan asodosis
respiratori pascanatal, dan pemulihan jaringan neurologis akibat trauma persalinan dan
kelahiran (Reeder, 2011) hlm : 71.
1. Mata
Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel
atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada
maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.
b. Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang
hidup.
c. Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata
menutup dengan rapat.
a. Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon
terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa
rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
10
b. Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara
inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
G. Patofisiologi
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung
menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang
semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu)
yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk
memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi
pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar
gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.Periode adaptasi
terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung
hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang
paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem
termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
11
H. Komplikasi
1. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul ( llyasjumiarni,
1994 ) hlm : 77.
2. Infeksi neonatorum
Inkfesi Neonatorum atau Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang
biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi
baru lahir.Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan
gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok
septik. (Doenges, Marylyn E. 2000,). Septisemia menunjukkan munculnya infeksi
sistemik pada darah yang disebabkan oleh penggandaan mikroorganisme secara cepat
dan zat-zat racunnya yang dapat mengakibatkan perubahan psikologis yang sangat
besar. Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah
dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan
penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering
terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih
sering menyerang bayi laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul
dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam
setelah lahir.Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan
disebabkan oleh infeksi nosokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
12
3. Hipoglikemia
Bayi yang mendapat ASI cenderung mempunyai kadar glukosa yang rendah
dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula, tetapi tidak berkembang
menjadi hipoglikemia simptomatik. Pemberian minum awal dengan ASI yang
mengandung alanin, asam lemak rantai panjang dan laktosa, akan meningkatkan
proses glukoneogenesis. Bayi cukup bulan yang minum ASI mempunyai kadar
glukosa yang lebih rendah tetapi mempunyai kadar badan keton yang lebih tinggi.
Pada bayi baru lahir yang mempunyai risiko hipoglikemia, kadar glukosa darahnya
dipantau secara rutin, terlepas dari pemberian, macam dan cara minum apapun yang
didapatkan. Bayi yang mempunyai risiko hipoglikemia:
a. Bayi dari ibu dengan diabetes. Ibu dengan diabetes tipe I yang tidak terkontrol
memiliki kadar glukosa darah yang tinggi yang bisa melewati plasenta sehingga
merangsang pembentukan insulin pada neonatus. Saat lahir, kadar glukosa darah
13
tiba-tiba turun karena pasokan dari plasenta berhenti, padahal kadar insulin masih
tinggi, sehingga terjadi hipoglikemia. Pencegahannya adalah dengan mengontrol
kadar glukosa darah pada ibu hamil.
b. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK). Bayi BMK biasanya lahir dari ibu
dengan toleransi glukosa yang abnormal.
c. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK). Selama dalam kandungan, bayi sudah
mengalami kekurangan gizi, sehingga tidak sempat membuat cadangan glikogen,
dan kadang persediaan yang ada sudah terpakai. Bayi KMK mempunyai kecepatan
metabolisme lebih besar sehingga menggunakan glukosa lebih banyak daripada
bayi yang berat lahirnya sesuai untuk masa kehamilan (SMK), dengan berat badan
yang sama.
Meskipun bayi KMK bugar, bayi mungkin tampak lapar dan memerlukan lebih
banyak perhatian. Bayi KMK perlu diberi minum setiap 2 jam dan kadang masih
hipoglikemia, sehingga memerlukan pemberian suplementasi dan kadang
memerlukan cairan intravena sambil menunggu ASI ibunya cukup.
d. Bayi kurang bulan. Deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru terbentuk pada
trimester ke-3 kehamilan, sehingga bila bayi lahir terlalu awal, persediaan glikogen
ini terlalu sedikit dan akan lebih cepat habis terpakai.
e. Bayi lebih bulan. Fungsi plasenta pada bayi lebih bulan sudah mulai berkurang.
Asupan glukosa dari plasenta berkurang, sehingga janin menggunakan cadangan
glikogennya. Setelah bayi lahir, glikogen tinggal sedikit, sehingga bayi mudah
mengalami hipoglikemia.
f. Pasca asfiksia. Pada asfiksia, akan terjadi metabolisme anaerob yang banyak sekali
memakai persediaan glukosa. Pada metabolisme anaerob, 1 gram glukosa hanya
menghasilkan 2 ATP, sedang pada keadaan normal 1 gram glukosa bisa
menghasilkan 38 ATP.
14
g. Polisitemia. Bayi dengan polisitemia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya
hipoglikemia dan hipokalsemia, karena pada polisitemia terjadi perlambatan aliran
darah.
h. Bayi yang dipuasakan, termasuk juga pemberian minum pertama yang terlambat.
Bayi dapat mengalami hipoglikemia karena kadar glukosa darah tidak mencukupi
Bayi yang mengalami stres selama kehamilan atau persalinan, misalnya ibu hamil
dengan hipertensi. Setelah kelahiran, bayi mempunyai kecepatan metabolisme
yang tinggi dan memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan bayi lain.
i. Bayi yang lahir dari ibu yang bermasalah. Ibu yang mendapatkan pengobatan
(terbutalin, propanolol, hipoglikemia oral), ibu perokok, ibu yang mendapat
glukosa intra vena saat persalinan, dapat meningkatkan risiko hipoglikemia pada
bayinya.
4. Ikterus
Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena peningkatan
bilirubin. Biasanya mulai tampak pada kadar bilirubin serum > 5 mg/dL.
Ikterus fisiologis :
a. Ikterus terlihat pada hari ke 2-3, biasanya mencapai puncaknya antara hari ke 2-4
dan menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir.
b. Kadar bilirubin indirect tidak melebihi 10mg/dL pada neonates cukup bulan dan
12 mg/dL untuk neonates lebih bulan.
Ikterus patologis :
b. Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5mg/dL atau lebih setiap 24 jam.
15
c. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatabilitas darah, defisiensi G6PD,
atau sepsis).
2) Asfiksia, hipoksia
3) Infeksi
5) Hipoglikemia, hiperkarbia
6) Hiperosmolaritas darah
f. Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan> 13 mg/dL atau bayi kurang bulan
>10 mg/dL
Efek Hiperbilirubinemia
Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditatalaksana dengan benar dapat
menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin. Hal ini terjadi akibat terikatnya asam
bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak dan
serebelum yang menyebabkan kematian sel. Pada bayi dengan sepsis, hipoksia dan
asfiksia bias menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak. Dengan adanya ikterus,
bilirubin yang terikat ke albumin plasma bias masuk ke dalam cairan ekstra selular.
Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati
bilirubin belum diketahui. Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik
bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik
yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan
neurologic yang disebabkannya (Reeder, 2011).
16
5. Hipotermi
Hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu tubuh dibawh 36,5oC pengukuran
dilakukan pada ketiak selama 3-5 menit.Hipotermi disebabkan oleh :
d. Konveksi, terjadi apabila bayi berada dalam ruangan ada aliran udara karena
pintu, jendela terbuka(Reeder, 2011).
I. Pemeriksaan Penunjang
4. Essai Inhibisi guthriel tes untuk adanya metabolit fenillalanin, menandakan fenil
ketonuria
5. Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan 8 mg/dl 1 - 2 hari dan 12 mg/dl
pada 3 - 5 hari.
17
J. Penatalaksanaan
1. mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan kain yang cukup hangat
untuk mencegah hipotermi.
2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai kondisi dan kebutuhan.
3. Memotong dan mengikat tali pusat, memberi ntiseptik sesuai ketentuan setempat.
4. Bonding Attacment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan pada ibunya.
6. Memberi identitas bayi: Pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu, pemasangan
gelang nama sesuai ketentuan setempat
8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah stabil (bisa tunggu sampai
enam jam setelah lahir)
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
18
>35 tahun banyak terjadi resiko saat melahirkan
1) Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut bayinya besar dan akan sulit
melahirkan
2) Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin, misalnya: ikan asin,
telur asin karena bisa membuat ASI jadi asin
4) Bayi berusia 1 minggu sudah boleh diberikan nasi atau pisang agar
mekoniumnya cepat keluar
5) Ibu post partum harus tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk
karena takut darah kotor naik ke mata
Alamat : ke adaan lingkungan yang seperti apa misalnya bersih apa tidak,
kumuh apa tidak dan lain-lain
Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan di kamar bersalin.
Perlu mengetahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan sekarang dan
sebelumnya dan riwayat persalinan. Pemeriksaan dilakukan bayi
dalam keadaan telanjang dan dibawah lampu yang terang. Tangan serta alat
yang digunakan harus bersih dan hangat.
1) Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke
luar uterus yang memerlukan resusitasi.
3) Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama ibu (rawat
gabung) atau tempat perawatan khusus.
20
Pemeriksaan yang dilakukanyaitu :
Pulse rate/frekuensi
nadi
Keterangan :
Keadaan umum bayi di nilai satu menit setelah lahir dengan penggunaan nilai
apgar. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia ataua
tidak. Yang dinilai ialah frekuensi jantung (heart rate), usaha napas (respiratory
effort), tonus otot (muscle tone) ,warna kulit (colour) dan reaksi terhadap
rangsangan (response tostimuli) yaitu dengan memasukkan kateter ke lubang
21
hidung setelah jalan napas dibersihkan. Setiap penilaian diberi angka 0,1,dan 2.
Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi normal (vigorous baby =
nilai Apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (nialai Apgar 4-6) atau bayi menderita
asfiksia berat (nilai 0-3 ). Bila nilai Apgar dalam 2 menit tidak mencapai nilai 7,
maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut oleh karena bila bayi
menderita asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadinya grjala-gejala
neurologik-lanjutan di kemudian hari lebih besar. Berhubung dengan itu,penilaian
menurut Apgar dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada umur 5 menit.
Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi
berada di ruang perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan
yang mungkin terabaikan pada pemeriksaan di kamar bersalin.
1) Aktivitas
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama. Bayi tampak semi-
koma,saat tidur dalam meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan
gerakan mata cepat (REM) tidur sehari rata-rata 20 jam.
2) Pemeriksaan suhu
3) Kulit
4) Kepala
Palpasi : Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak. Fontanel
anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan sutura
22
segital. Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura
lambdoidalis dan sagitalis.
5) Wajah
6) Mata
7) Telinga
8) Hidung
Inspeksi :Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui
hidung.
9) Mulut
10) Leher
23
Palpasi :Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
11) Dada
12) Abdomen
Inspeksi : Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri
dan satu vena berwarna putih kebiruan.
Palpasi : Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 -
3 cm, di bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta
kiri. Ginjal dapat di raba dengan posisi bayi terlentang dan tungkai bayi
terlipat teraba sekitar 2 - 3 cm, setinggi umbilicus di antara garis tengah
dan tepi perut.
13) Genitalia
24
Genitalia pria :kulup uretra testis melekat pada glans penis, lubang pada
ujung penis, dapat diraba di tiap kantong skrotum.
14) Anus
Inspeksi : Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang
terlihat.
16) Ekstremitas
Ekstremitas atas
Palpasi : Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa
nyeri simetris bantalan kuku merah muda sama kedua sisi.
Ekstremitas bawah
Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar
jari samabantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan
kuku rentang pergerakansendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki,
tumit dan jari kaki tarsal dan metatarsalada dan sama kedua sisi reflek
plantar ada dan sismetris (reeder,2011 hal: 82-83.
25
17) Pemeriksaan reflek
Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya,
tangan bidan menjaga di atas bayi sebagai tindakan keselamatan .
26
b) Panjang badan
c) Lingkar kepala
d) Lingkar dada
Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita
mengelilingi kearah depan dan garis putih. LD normal : 32 –
34 cm ( llyasjumiarni ) hlm : 56.
1) Sirkulasi
Rata-rata nadi apical 120-160 dpm (115 dpm pada 4-6 jam, meningkat
sampai 120 dpm pada 12-24 jam setelah kelahiran)
2) Eliminasi
Abdomen lunak tanpa distensi,bising usus aktif pada beberapa jam setelah
kelahiran. Urin tidak berwarna kuning pucat,dengan 6-10 popok basah per
24 jam.Pergerakan feses mekonium dalam 24 sampai 48 jam kelahiran.
27
3) Makanan atau cairan
4) Neurosensori
Lingkar kepala 32-37 cm,fontanel anterior dan posterior lunak dan datar,
Kaput suksedaneum dan molding mungkin ada Selama 3-4 hari, Mata dan
kelopak mata mungkin edema, Strabismus dan fenomena mata boneka
sering ada.
Bagian telinga atas sejajar dengan bagian dalam dan luar kantus
mata(telinga tersusun rendah menunjukan abnormalitas ginjal atau genetik)
5) Pernapasan
28
6) Keamanan
2. Diagnosa keperawatan
a. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus berlebihan, posisi
tidak tepat
b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang
imatur, perubahan suhu lingkungan.
a. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus berlebihan, posisi
tidak tepat
Intervensi keperawatan
1) Hisap mulut dan naso faring dengan spuit bulb sesuai kebutuhan
3) Dengan alat penghisap mekanis, batasi setiap upaya penghisapan sampai lima
detik dengan waktu yang cukup antara upaya tersebut memungkinkan
reoksigenisasi
7) Ukur tanda vital sesuai kebijakan institusional dan lebih sering bila perlu.
Observasi adanya tanda-tanda distres pernapasan dan laporkan adanya hal
berikut dengan segera: tacipnea, mengorok, stridor, bunyi napas abnormal,
pernapasan cuping hidung, sianosis.
9) Bersihkan lubang hidung dari sekresi kering selama mandi atau bila perlu.
b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang
imatur, perubahan suhu lingkungan.
Intervensi keperawatan:
4) Ukur suhu bayi pada saat tiba di tempat perawatan atau kamar ibu: lakukan
sesuai kebijakan rumah sakit mengenai metode dan frekuensi pemantauan
6) Berikan mandi awal sesuai kebijakan rumah sakit, cegah menggigil pada bayi
sebelum mandi dan tunda mandi bila ada pertanyaan mengenai stabilisasi
suhu tubuh
7) Beri pakaian dan popok pada bayi dan bedong dalam selimut
8) Berikan penutup kepala pada bayi bila kehilangan panas menjadi masalah
karena area permukaan besar dari kepala memungkinkan terjadinya
kehilangan panas
30
10) Waspada terhadap tanda hipotermia atau hipertermia.
Intervensi keperawatan:
4. Implementasi
Faktor pendukung dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu kerja sama yang
baik dengan perawat ruangan, ibu bayi sangat kooperatif dan literatur tentang bayi
baru lahir normal tidak sulit dilakukan.
Faktor penghambat bagi kelompok adalah pada hari kedua bayi sudah dibawa pulang,
sedangkan untuk pelaksanaan keperawatan kelompok tidak menemukan hambatan.
31
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada tahap ini kelompok
melakukan evaluasi berdasarkan kriteria yang ada pada tahap-tahap yang ditentukan
pada kasus yang berdasarkan pada evaluasi keadaan bayi. Evaluasi pada semua
diagnosa yang diangkat seluruhnya.
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam teori ada lima masalah keperawatan yang muncul, pada kenyataannya
yang muncul dalam kasus hanya ada tiga masalah keperawatan yaitu resiko tinggi pola
nafas tidak efektif, resiko tinggi hipotermi, dan resiko tinggi infeksi, hal ini terjadi karena
keadaan umum bayi sudah baik.
Pada tahap ini, rencana tindakan keperawatan tidak semua dilakukan pada klien
terkait keadaan klien. Hanya saja tiga diagnosa yang muncul, semuanya dilakukan
pelaksanaa keperawatan.
Evaluasi dari diagnosa pertama dengan masalah resiko tinggi pola nafas, teratasi
sebagian karena bayi tampak tenang, tidak sesak, RR=36x / menit, tidak ada tanda
hypoksia; diagnosa kedua resiko tinggi hypotermi, dapat teratasi karena suhu tubuh bayi
36,4 C, kulit hangat dan kemerahan, suhu ruangan netral; dan diagnosa yang ketiga resiko
tinggi infeksi, dapat teratasi karena tali pusat bersih dan sedikit mengering.
B. Saran
Berdasarkan data di atas sekiranya penulis dapat mengajukan beberapa saran antara lain :
1. Perawat
33
2. Mahasiswa
3. Orang tua
Diharapkan orang tua mampu memaksimalkan perawatan pada bayi baru lahir
dirumah. Diharapkan orang tua memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup
sehingga mampu melakukan perawatan mandiri terhadap bayi seperti ibu memiliki
pengetahuan terhadap pentingnya ASI untuk memenuhi gizi dan kekebalan tubuh
bayi, disamping itu ibu mampu melakukan perawatan tali pusat dengan perinsip
septik dan aseptik serta mampu mencegah terjadinya hipotermi.
34
DAFTAR PUSTAKA
35