Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Definisi
Bayi baru lahir atau neonates adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran,berusia 0 – 28 hari.BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturasi,adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
ekstraterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik.
(Marmi.2015: 1 )
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonates merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterin.
( Vivian. 2011 : 1)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir mulai dari 37 minggu sampai
kurang dari 42 minggu lengkap (259-293 hari).
( Prawirohardjo.2010:771)

2.2.2 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir


1. Berat badan 2500- 4000 gram
2. Panjang badan 48-52 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar kepala 33- 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 -160 kali/menit
6. Pernafasan 40 – 60 kali/menit
7. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat,rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora.
Laki – laki sudah turun,skrotum sudah ada
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Eliminasi baik,meconium akan keluar dalam 24 jam pertama,meconium
berwarna hitam kecoklatan.
14. Nilai APGAR > 7.
(Marmi. 2015:8 )
2.2.3 Adaptasi BBL terhadap kehidupan di luar uterus
Adaptasi Neonatal (BBL) adalah proses penyesuaian dari kehidupan di
dalam uterus. Kemampuan ini disebut juga homeostatis bila terdapat gangguan
adaptasi maka bayi akan sakit. Hemostatis adalah kemampuan
mempertahankaan fungsi fungsi vital bersifat dinamis di pengaruhi oleh tahap
pertumbuhan dan perkembangan termasuk saat dalam uterus.
Faktor yang mempengaruhi adaptasi BBL:
1. Pengalaman antepartum ibu dan BBL
2. Pengalaman intrapartum ibu dan BBL
3. Kapasitas Fisiologis BBL untuk melakukan transisi ke kehidupan ekstrauterin
( Marmi. 2015: 11-13)
Adaptasi yang dialami oleh BBL
1. Sistem pernafasan
Usia kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru paru terbentuk
26 – 28 hari 2 bronki membesar
6 minggu Di bentuk segmen bronkus
12 minggu Diferensiasi lobus
16 minggu Dibentuk bronkiolus
24 minggu Alveolus
28 minggu Dibentuk surfaktan
34 minggu Maturasi struktur

Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena :


 Tekanan mekanik terhadap thoraks saat melalui jalan lahir (stimulasi mekanik)
 Penurunan PaCO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi
kimiawi)
 Rangsangan dingin didaerah muka dan perubahan suhu didalam uterus (stimulasi
sensorik)
 Reflek deflasi Hering Breur
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama
sesudah lahir.Dalam mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya survaktan
juga didukung dengan tarikan nafas dan pengeluaran nafas dengan merintih sehingga
udara bisa udara bisa tertahan didalam.Neonates bernafas secara diafragmatik dan
abdominal sedangkan untuk frekuensi dan untuk dalamnya bernafas belum teratur.

Apabila surfaktan berkurang maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga
terjadi atelectasis. Dala kondisi seperti ini neonates masih dapat mempertahankan
hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerobik.
(Vivian. 2011: 13
2. Sistem Peredaran Darah
Pada masa fetus,peredarah melalui plasenta.Setelah bayi lahir paru akan
berkembang yang mengakibatkan terjadi tekanan arteriol dalam paru menurun diikuti
dengan menurunya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan tekanan
jantung kiri lebih besar dibanding dengan tekanaN jantung kanan. Hal inilah yang
menyebabkan foramen ovale menutup secara fungsional.Hal ini terjadi pada jam jam
pertama setelah kelahiran.Jumlah aliran darah dalam paru 4-5 liter/menit/m2
(Gessner,1965).
(Vivian. 2011: 13)
3. Sistem pengaturan suhu
BBL belum dapat mengatur suhu tubuhnya.BBl cenderung mengalami steres
fisik akibat perubahan suhu di luar uterus.Fluktuasi suhu di dalam uterus rentang
minimal - maksimalnya hanya 0,6 oc dan sangat berbeda dengan kondisi di luar
uterus. 3 faktor yang berperan dalam kehilangan panas tubuh bayi :
• Luasnya permukaan tubuh bayi.
• Pusat pengaturan suhu bayi yang belum berfungsi secara sempurna.
• Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
Pada lingkungan yang dingin pembentukan suhu tanpa mekanisme mengigil
merupakan usaha utamas seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali
panas tubuhnya.Pembentukan suhu tanpa mengigil ini merupakan hasil penggunaan
lemak coklat yang terdapat di seluruh tubuh dan mereka mampu meningkatkan panas
tubuh sampai 100 %.Untuk membakar lemak coklat,bayi harus menggunakan glukosa
untuk mendapatkan energy yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat
tidak dapat diproduksi ulang oleh BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam
waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin
banyak persediaan lemak coklat. Jika seorang bayi kedinginan dia akan mengalami
hipoglikemia, hipoksia, asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas
merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan
panas pada BBL.Suhu tubuh normal pada neonates adalah 36,5 -37,5.
(Marmi.2015: 25)
4. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relative lebih luas dari tubuh orang
dewasa,sehingga metabolisme basal/kg badan akan lebih besar.oleh karena itu BBL
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Pada jam-jam pertama kehidupan
energy didapakan dari perubahan karbohidrat.Pada hari kedua, energy berasal dari
pembakaran lemak. Setelahmendapat susu, sekitar hari keenam energy diperoleh dari
lemak dan karbohidrat yang masing-masing seberat 60 dan 40%.
(Vivian. 2011: 13)
o Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal.
Tubuh BBL mengandung relative banyak air. Fungsi ginjal belum sempurna karena:
 Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
 Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal
 Renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
(Vivian. 2011:15)
o Imunoglobulin
Pada BBL hanya terdapat gamaglobulin G, sehingga immunologi dari ibu dapat
berpindah melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Akan tetapi bila ada infeksi
yang dapat melalui plasenta (toksoplasma, herpes simpleks, dan lain-lain) reaksi
immunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta antibody gama A, G, M.
(Vivian. 2011: 15)
o Traktus Digestivus
Pada masa neonatus, traktus digestivus mengandung zat-zat yang berwarna hitam
kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida dan disebut meconium. Pada masa neonatus,
saluran pencernaan mengeluarkan tinja pertama biasanya dalam 24 jam pertama berupa
meconium. Dengan adanya pemberian susu, mekonium mulai digantikan dengan tinja
yang berwarna coklat kehijauan dalam tiga sampai empat hari.
Refleks sebelum lahir janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek
muntah danreflek batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat akan lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk emnelan mnecerna makanan (selain susu)
masih terbatas. Hubungna antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna
yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus.Kapasitas lambung
sendiri sangat terbatas. Yaitu kurang dari 30cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan
dan kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan
pertumbuhannya. Dengan adanya kapasitas lambung yang masih terbatas maka sangat
penting nbagi pasien untuk mengatur pola intake cairan pada bayi dengan frekuensi sedikit
tapi sering.
(Marmi.2015:21)

o Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis berupa
kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik jug
amulai berkurang walaupun dalam waktu yang agak lama. Enzim hati belum aktif benar
pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna.
(Vivian. 2011: 15)
o Keseimbangan Asam dan Basa
Tingkat keasaman (ph) darah pada waktu lahir umumnya remdah karena glikolisis
anaerobic. Namun dalam waktu 24 jam, neonatus telah mengkompensasi asidosis ini.
(Vivian. 2011: 15)
2.2.4 Penilaian Bayi Baru Lahir
Tanda 0 1 2
Warna kulit Seluruh tubuh biru Tubuh kemerahan Seluruh tubuh
atau pucat ektermitas biru kemerahan
Denyut jantung Tidak ada <100 >100
reflek Tidak bereaksi Sedikit gerakan Reaksi melawan
menangis
Tonus otot Lumpuh Ekstermitas sedikit Gerakan
fleksi aktif,ekstermiats
fleksi baik
Usaha bernafas Tidak ada Lambat,tidak teratur Menangis kuat

Evaluasi nilai
Penilaian dilakukan pada waktu 1 menit pertama dan 5 menit kedua. Apabila nilai
APGAR :
7-10 : bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam keadaan normal.
4-6 : bayi mengalami asfiksia sedang
1.3 : bayi mengalami asfiksia berat

2.2.4 Tahapan BBL


1. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit – menit pertama
kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan
scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
2. Tahap II disebut tahap transional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan
pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.
3. Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam
pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.
(Vivian. 2013 : 3)
 Penanganan BBL
Tujuan utama perawatan bayi segera setelah lahir adalah :
- Membersihkan jalan napas.
- Memotong dan merawat tali pusat.
- Mempertahankan suhu tubuh bayi.
- Identifikasi.
- Pencegahan infeksi.
 Asuhan pada BBL Normal
1. Cara Memotong Tali Pusat.
a. Menjepit tali pusat dengan klem dengan jara 3 cm dari pusat, lalu
memasang klem kedua 2 cm dari klem yang pertama.
b. Menegangkan tali pusat di antara 2 klem dengan menggunakan
tangan kiri (jari tengan melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali
pusat diantara kedua klem.
c. Mengikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilikus dengan
simpul mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati.
Untuk kedua kalinya bungkus dengan kasa steril, lepaskan klem
pada tali pusat, lalu masukkan klem pada waddah yang sudah dibuat
larutan klorin 0,5%.
d. Membungkkus bayi dengan kai bersih lalu memberikannya pada
ibu.
2. Mempertahankan Suhu Tubuh BBL dan Mencegah Hipotermia.
a. Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir.
Kondisi bayi baru lahir dengan tubuh basah karena air ketuban atau
aliran udara melalui jendela atau pintu yang tterbuka akan
mempercepat terjadinya penguapan yang akan mengakibatkan bayi
lebih cepat kehilangan suhu tubuh. Hal ini akan mengakibatkan
serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal
hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejlan
menggigil oleh karena kontrol suhunya belum sempurna.
b. Untuk mencegah terjadinya hipotermia bayi baru lahir harus segera
dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering dan diletakkan diatas
perut ibu.
c. Menunda memandikan BBL sampai bayi stabil.
Pada BBL cukup bulan berat badan lebih 2.500 gr dan menangis
kuat bisa dimandikan ± 24 jam setelah kelahiran dengan tetap
menggunakan air hangat.
(Vivian. 2013 : 3)
d. Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Ada 4 cara yang membuat bayi kehilangan panas, yaitu :
a. Konduksi
Melalui benda padat yang berkontak kulit dengan bayi.
b. Konveksi
Pendinginan melalui aliran udara disekitar bayi.
c. Evaporasi
Kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit tubuh bayi
yang basah.
d. Radiasi
Kehilangan panas melalui benda padat dekat bayi yang tidak
terkontak langsung dengan kulit bayi.
(Prawirohardjo. 2009 : 367)
 Perawatan Lanjutan
1. Cukupi kebutuhan nutrisi bayi.
2. BBL akan berkemih dan defekasi (BAB) dalam 24 jam.
3. Berikan bayi kepada orangtua dan keluarga jika kondisi memungkinkan.
4. Berikan informasi kepada keluarga tentang perawatan bayi baru lahir:
- Mata bayi dibersihkan dengan air steril
- Kulit terutama dilipatan (paha, leher, belakang tellinga, ketiak) harus
selalu bersih.
- Bila talipusat belum lepas maka setiap sesudah mandi, tali pusat harus
dibersihkan dan dikeringkan.
- Kain popok harus segera diganti setiap kali basah karena air kencing,
tinja, pantat bayi dibersihkan dengan air steril / air bersih lalu
dikeringkan.
(Prawirohardjo.2009:257)
 Pemantauan BBL
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi
normal / tidak dan teridentifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan meliputi :
- Kemampuan menghisap lemah atau kuat.
- Bayi tampak aktif atau lunglai.
- Bayi kemerahan atau biru.
- Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya, penolong
persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada atau
tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut seperti :
 Bayi kecil untuk masa kehamilan atau kurang bulan.
 Gangguan pernapasan.
 Hipotermia.
 Infeksi.
 Cacat bawaan
 Tanda Bahaya BBL
- Menyusu dan menghisap lemah.
- Laterargi.
- Demam atau hipotermi.
- Tidak defekasi sampai hari ke – 3.
- Ikhterus berat.
- Muntah terus menerus.
- Muntah disertai perut kembung.
- Kesulitan napas.
- Mata mengeluarkan kotoran.
- Tinja bayi cair / berwarna hijau bercampur lendeir dan darah.
(Marmi. 2015 : 25)

2.2 Manajemen Konsep Asuhan Kebidanan


I. Pengkajian
A. Data Subjektif
a. Identitas
Bila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih
dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan
kepada setiap bayi baru lahir. Identifikasi yang harus tercantum: nama (bayi,
nyonya) tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
b. Pemeriksaan ANC
Dalam antenatal care harus diussahakan agar : wanita hamil, sampai akhir
kehamilan sekurang – kurangnya harus sama sehatnya atau lebih sehat,
adanya kelainan fisik atau psikologis harus ditemukan dini dan diobati,
wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik
dan mental.
(Prawiroharjo, 2009: 155)
c. Riwayat penyakit selama kehamilan
Perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat – obat teratogenik, terkene
radiasi, atau ibfeksi virus pada trimester pertama.Juga ditanyakan apakah ada
kelainan bawaan pada keluarga.Di samping itu perlu diketahui apakah ibu
menderita penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan janin, seperti
diabetes mellitus, asma bronchial, dsb.
(IDAI ,2008: 73)
d. Kebiasaan ibu selama hamil
Wanita yang terlalu banyak merokok melahirkan anak yang lebih kecil.Obat
teratogenik dapat menimbulkan kelainan organic pada bayi.
(Prawiroharjo, 2009: 162)
e. Riwayat persalinan sekarang
Cairan amnion : diukur volumenya. Hidramnion (>2000ml) dihubungkan
dengan obstruksi traktus interstialis bagian atas, anensefalus, bayi dari ibu
diabetes atau eklamsi.Oligohidramnion (<500ml) dihubungkan dengan
agnesia ginjal ginjal bilateral atau sindrom potter.
(IDAI, 2008: 74)

B. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum Bayi
 Suhu : suhu BBL normal antara 36-37°C.
(Prawiroharjo, 2009: 256)
Hipotermia pada BBL adalah suhu di bawah 36,5 ° C. Hipertermi adalah
peningkatan suhu tubuh > 37,5°C.
 Pernafasan : Frekuensi nafas normsl BBL adalah 40-60x/menit.
(IDAI,2008: 81-89)
 Bunyi jantung pada menit-menit pertama kira-kira 180/menit yang
kemudian turun sampai 140/menit – 120/menit. (Prawiroharjo, 2009: 256)
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Besar, bentuk, molding, sutura tertutup, melebar, kaput suksedaneum,
hematoma sefal, kraniotabes dan sebagainya.
2) Mata
Perdarahan subkonjungtiva, mata yang menonjol, katarak dan lain-lain.
3) Telinga
Preaurical tag, kelainan daun/bentuk telinga.
4) Mulut
Labiokisis, labiognato palastoiskisis, tooth buds dan lain-lain.
5) Leher
Hematoma sternokleidomastoideus, duktus tiruglosus, higroma koli.

6) Dada
Bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan, retraksi intercostan,
subkostal, sifoid merintih, pernafasan cuping hidung, bunyi paru-
paru/sonor, vasikuler, gronkial, dan lain-lain.
7) Jantung
Pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi jantung.
8) Abdomen
Membuncit (pembesaran hati, limpa, tumor, asites), skafoid
(kemungkinan bayi menderita hernia diafragmatika atau atresia esofagi
(tanpa fistula).
9) Tali pusat
Berdarah, jumlah pembuluh darah, tali pusat, warna dan besar tali pusat,
hernia di pusat atau diselangkang.
10) Alat kelamin
Tanda-tanda hematoma karena letak sungsang, testis belum turun,
fimosis adanya perdarahan/lendir dari vagina (vagina discharge) besar
dan bentuk klitoris dan labia menorah, atresia ani.
11) Tulang punggung
Spira gifida, pionidal sinus atau dimple
12) Anggota gerak
Fokomelia, sindataktili, polidaktili, fraktus, paralysis, talipes dan lain-
lain.
13) Keadaan neoromuskuler
Reflek moro, reflek gangguan, reflek rooting, tonus otot, tremor
(Hanifa, 2007 : 251-252).
C. Analisis Data
Analisis data berdasarkan urutan sebagai berikut :
1) Mencari hubungan antara data dan fakta dengan yang lain untuk mencari
hubungan sebab akibat.
2) Menentukan masalah penyebabnya.
3) Menentukan tingkat resiko masalahnya.
4) Hasil analisa merupakan langkah awal dari perumusan masalah untuk
menentukan diagnosis kebidanan.

II. Mengidentifikasi Diagnosa dan Kebutuhan


 Diagnosa : Bayi baru lahir aterm pada hari pertama (Prawiroharjo,2009 :246)
Kebutuhan : Membersihkan jalan nafas,penilaian,memotonag dan merawat tali
pusat, mempertahankan suhu, Pemberian nutrisi, pemberian salep mata, pencegahan
infeksi, identitas bayi, pemeriksaan fisik.
III. Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
 Diagnosa potensial : hipoksia, hipotermi, infeksi, hipoglikemi.
Masalah potensial : masalah pada BBL yang terkait dengan adaptasi yang belum
sempurna berkembang kearah kegawatan.
IV. Evaluasi
S: Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa.Ini merupakan informasi yang diperoleh dari klien.
O: Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien. Data yang
diperoleh dari apayang dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu pemeriksaan
termasuk juga hasil pemeriksaan laboratorium, USG, dll.
A: Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif
dan objektif dalam suatu dokumentasi.
P: Penatalaksanaan
Mengambarkan pendokumentasian dari perencanaan tindakan dan evalusai
berdasarkan assessment.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo,Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP:SP


Nanny Lia Dewi, Vivian. 2013. Asuhan Bayi dan Anak Balita.Jakarta : Salemba Medika
Marmi. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah .Yogyakarta .Jakarta
:Pustaka Belajar
IDAI.2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.

Anda mungkin juga menyukai