TINJAUAN TEORI
Apabila surfaktan berkurang maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga
terjadi atelectasis. Dala kondisi seperti ini neonates masih dapat mempertahankan
hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerobik.
(Vivian. 2011: 13
2. Sistem Peredaran Darah
Pada masa fetus,peredarah melalui plasenta.Setelah bayi lahir paru akan
berkembang yang mengakibatkan terjadi tekanan arteriol dalam paru menurun diikuti
dengan menurunya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan tekanan
jantung kiri lebih besar dibanding dengan tekanaN jantung kanan. Hal inilah yang
menyebabkan foramen ovale menutup secara fungsional.Hal ini terjadi pada jam jam
pertama setelah kelahiran.Jumlah aliran darah dalam paru 4-5 liter/menit/m2
(Gessner,1965).
(Vivian. 2011: 13)
3. Sistem pengaturan suhu
BBL belum dapat mengatur suhu tubuhnya.BBl cenderung mengalami steres
fisik akibat perubahan suhu di luar uterus.Fluktuasi suhu di dalam uterus rentang
minimal - maksimalnya hanya 0,6 oc dan sangat berbeda dengan kondisi di luar
uterus. 3 faktor yang berperan dalam kehilangan panas tubuh bayi :
• Luasnya permukaan tubuh bayi.
• Pusat pengaturan suhu bayi yang belum berfungsi secara sempurna.
• Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
Pada lingkungan yang dingin pembentukan suhu tanpa mekanisme mengigil
merupakan usaha utamas seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali
panas tubuhnya.Pembentukan suhu tanpa mengigil ini merupakan hasil penggunaan
lemak coklat yang terdapat di seluruh tubuh dan mereka mampu meningkatkan panas
tubuh sampai 100 %.Untuk membakar lemak coklat,bayi harus menggunakan glukosa
untuk mendapatkan energy yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat
tidak dapat diproduksi ulang oleh BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam
waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin
banyak persediaan lemak coklat. Jika seorang bayi kedinginan dia akan mengalami
hipoglikemia, hipoksia, asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas
merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan
panas pada BBL.Suhu tubuh normal pada neonates adalah 36,5 -37,5.
(Marmi.2015: 25)
4. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relative lebih luas dari tubuh orang
dewasa,sehingga metabolisme basal/kg badan akan lebih besar.oleh karena itu BBL
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Pada jam-jam pertama kehidupan
energy didapakan dari perubahan karbohidrat.Pada hari kedua, energy berasal dari
pembakaran lemak. Setelahmendapat susu, sekitar hari keenam energy diperoleh dari
lemak dan karbohidrat yang masing-masing seberat 60 dan 40%.
(Vivian. 2011: 13)
o Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal.
Tubuh BBL mengandung relative banyak air. Fungsi ginjal belum sempurna karena:
Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal
Renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
(Vivian. 2011:15)
o Imunoglobulin
Pada BBL hanya terdapat gamaglobulin G, sehingga immunologi dari ibu dapat
berpindah melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Akan tetapi bila ada infeksi
yang dapat melalui plasenta (toksoplasma, herpes simpleks, dan lain-lain) reaksi
immunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta antibody gama A, G, M.
(Vivian. 2011: 15)
o Traktus Digestivus
Pada masa neonatus, traktus digestivus mengandung zat-zat yang berwarna hitam
kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida dan disebut meconium. Pada masa neonatus,
saluran pencernaan mengeluarkan tinja pertama biasanya dalam 24 jam pertama berupa
meconium. Dengan adanya pemberian susu, mekonium mulai digantikan dengan tinja
yang berwarna coklat kehijauan dalam tiga sampai empat hari.
Refleks sebelum lahir janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek
muntah danreflek batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat akan lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk emnelan mnecerna makanan (selain susu)
masih terbatas. Hubungna antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna
yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus.Kapasitas lambung
sendiri sangat terbatas. Yaitu kurang dari 30cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan
dan kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan
pertumbuhannya. Dengan adanya kapasitas lambung yang masih terbatas maka sangat
penting nbagi pasien untuk mengatur pola intake cairan pada bayi dengan frekuensi sedikit
tapi sering.
(Marmi.2015:21)
o Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis berupa
kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik jug
amulai berkurang walaupun dalam waktu yang agak lama. Enzim hati belum aktif benar
pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna.
(Vivian. 2011: 15)
o Keseimbangan Asam dan Basa
Tingkat keasaman (ph) darah pada waktu lahir umumnya remdah karena glikolisis
anaerobic. Namun dalam waktu 24 jam, neonatus telah mengkompensasi asidosis ini.
(Vivian. 2011: 15)
2.2.4 Penilaian Bayi Baru Lahir
Tanda 0 1 2
Warna kulit Seluruh tubuh biru Tubuh kemerahan Seluruh tubuh
atau pucat ektermitas biru kemerahan
Denyut jantung Tidak ada <100 >100
reflek Tidak bereaksi Sedikit gerakan Reaksi melawan
menangis
Tonus otot Lumpuh Ekstermitas sedikit Gerakan
fleksi aktif,ekstermiats
fleksi baik
Usaha bernafas Tidak ada Lambat,tidak teratur Menangis kuat
Evaluasi nilai
Penilaian dilakukan pada waktu 1 menit pertama dan 5 menit kedua. Apabila nilai
APGAR :
7-10 : bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam keadaan normal.
4-6 : bayi mengalami asfiksia sedang
1.3 : bayi mengalami asfiksia berat
B. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum Bayi
Suhu : suhu BBL normal antara 36-37°C.
(Prawiroharjo, 2009: 256)
Hipotermia pada BBL adalah suhu di bawah 36,5 ° C. Hipertermi adalah
peningkatan suhu tubuh > 37,5°C.
Pernafasan : Frekuensi nafas normsl BBL adalah 40-60x/menit.
(IDAI,2008: 81-89)
Bunyi jantung pada menit-menit pertama kira-kira 180/menit yang
kemudian turun sampai 140/menit – 120/menit. (Prawiroharjo, 2009: 256)
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Besar, bentuk, molding, sutura tertutup, melebar, kaput suksedaneum,
hematoma sefal, kraniotabes dan sebagainya.
2) Mata
Perdarahan subkonjungtiva, mata yang menonjol, katarak dan lain-lain.
3) Telinga
Preaurical tag, kelainan daun/bentuk telinga.
4) Mulut
Labiokisis, labiognato palastoiskisis, tooth buds dan lain-lain.
5) Leher
Hematoma sternokleidomastoideus, duktus tiruglosus, higroma koli.
6) Dada
Bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan, retraksi intercostan,
subkostal, sifoid merintih, pernafasan cuping hidung, bunyi paru-
paru/sonor, vasikuler, gronkial, dan lain-lain.
7) Jantung
Pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi jantung.
8) Abdomen
Membuncit (pembesaran hati, limpa, tumor, asites), skafoid
(kemungkinan bayi menderita hernia diafragmatika atau atresia esofagi
(tanpa fistula).
9) Tali pusat
Berdarah, jumlah pembuluh darah, tali pusat, warna dan besar tali pusat,
hernia di pusat atau diselangkang.
10) Alat kelamin
Tanda-tanda hematoma karena letak sungsang, testis belum turun,
fimosis adanya perdarahan/lendir dari vagina (vagina discharge) besar
dan bentuk klitoris dan labia menorah, atresia ani.
11) Tulang punggung
Spira gifida, pionidal sinus atau dimple
12) Anggota gerak
Fokomelia, sindataktili, polidaktili, fraktus, paralysis, talipes dan lain-
lain.
13) Keadaan neoromuskuler
Reflek moro, reflek gangguan, reflek rooting, tonus otot, tremor
(Hanifa, 2007 : 251-252).
C. Analisis Data
Analisis data berdasarkan urutan sebagai berikut :
1) Mencari hubungan antara data dan fakta dengan yang lain untuk mencari
hubungan sebab akibat.
2) Menentukan masalah penyebabnya.
3) Menentukan tingkat resiko masalahnya.
4) Hasil analisa merupakan langkah awal dari perumusan masalah untuk
menentukan diagnosis kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA