Anda di halaman 1dari 34

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


2.1.2 Pengertian Bayi Baru Lahir
1. Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai
dengan 4000 gram.
(Sari Wahyuni, 2011:1)
2. Bayi baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin.
(A. B Saifuddin, 2006 : 36)
3. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai ekstraksi maupun
vakum pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat badan 2500-
4000 gram dengan nilai apgar scroe > 7.
(Wong, Donna, 2003 : 417)
Kesimpulan :
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan
37-42 minggu yang mempunyai berat lahir 2500-4000 gram dan nilai
apgar score > 7.

2.1.2 Tahap spesifik pada Masa Transisi BBL


1. Periode 1 Reaktivitas (30 menit pertama setelah lahir)
Bayi terjaga dengan mata terbuka, memberikan respon
terhadap stimulus, menghisap dengan penuh semangat dan menangis.
Kecepatan pernafasan sampai 82 kali/menit, denyut jantung sampai
180 kali/menit, bising usus aktif. Resfullnes mengikuti fase awal
reaktivitas dan berlangsung 2 sampai 4 jam. Suhu tubuh menurun,
pernafasan dan denyut jantung menurun.

5
6

2. Periode 2 Reaktivitas (berlangsung 2-5 jam)


Bayi bangun dari tidur yang nyenyak, denyut jantung dan
kecepatan pernafasan meningkat, refleks gag aktif. Neonatus mungkin
mengeluarkan mekoneum, urin dan menghisap. Periode ini berakhir
ketika lendir pernafasan telah berkurang.
3. Periode 3 Stabilisasi (12-24 jam setelah lahir)
bayi lebih mudah untuk tidur dan terbangun. Tanda-tanda vital stabil.
Kulit berwarna kemerahan dan hangat.
(Ni Luh Gede Yasmin,1995:209)
2.1.3 Klasifikasi
1. Klasifikasi menurut berat lahir
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), bila berat lahir kurang dari 2500
gram.
b. Berat lahir cukup bulan (normal) bila berat lahir 2500 sampai 4000
gram.
c. Berat lahir lebih, bila berat lahir 4000 gram atau lebih.
2. Klasifikasi menurut masa gestasi
a. Bayi kurang bulan (preterm infant), masa gestasinya kurang dari 259
hari (kurang dari 37 minggu).
b. Bayi cukup bulan (term infant), masa gestasinya 259-293 hari (37-42
minggu).
c. Bayi lebih bulan (posterm infant), masa gestasinya 294 hari (lebih dari
42 minggu).
3. Klasifikasi menurut berat lahir terhadap masa gestasi
Di deskripsikan dengan masa gestasi dan ukuran berat lahir sesuai
untuk masa kehamilannya, yaitu neonatus cukup atau kurang atau lebih
bulan (NCB/NKB/NLB) apakah sesuai atau besar untuk masa kehamilan
(SMK atau KMK atau BMK).
7

2.1.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada BBL


1. Perubahan Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan adalah sistem yang paling tertantang ketika
perubahan dari lingkungan intrauterin ke lingkungan ekstrauterin. Bayi
baru lahir harus segera bernafas begitu lahir. Organ yang bertanggung
jawab untuk oksigenasi sebelum bayi lahir adalah plasenta. Bayi baru
lahir tidak dapat mempertahan pernafasan kecuali jika pusat
pernafasan di otak dan otot-otot pernafasan bekerja mengatur
pernafasan. nafas aktif pertama menghasilkan rangkaian peristiwa
tanpa gangguan yang :
a. Membantu sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewasa.
b. Mengosongkan paru dari cairan.
c. Menetapkan volume paru neonatus dan karakteristik fungsi paru
pada BBL.
d. Mengurangi arteri pulmonalis.
2. Perubahan Sistem Sirkulasi
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di klem.
Tindakan ini yang meniadakan suplai oksigen plasenta. Reaksi-reaksi
ini di lengkapi oleh reaksi-reaksi yang terjadi dalam paru sebagai
respon terhadap tarikan nafas pertama karena tali pusat di klem
sistem bertekana rendah pada janin dan plasenta terputus. Sistem
sirkulasi BBL sekarang merupakan sistem tertutup, bertekanan tinggi
dan berdiri sendiri. Efek yang terjadi setelah tali pusat di klem adalah
peningkatan pembuluh darah sistemik (systemic vascular restance,
SVR).
3. Perubahan Sistem Termoregulasi
Bayi baru lahir memiliki kecendrungan menjadi cepat stres
karena perubahan suhu lingkungan. Karena suhu dalam tubuh
berfluktuasi sedikit, janin tidak perlu mengatur suhu. Pada saat lahir
faktor yang berperan dalam kehilangan panas pada BBL meliputi
8

area permukaan tubuh BBL yang luas. Bayi cukup bulan dengan
berat lahir tinggi dan fleksi otot yang baik memiliki perlindungan
alami terhadap kehilangan panas. Bayi baru lahir dapat kehilangan
panas melaui mekanisme konveksi, konduksi, radiasi dan evavorasi.
4. Perubahan Sistem Glukosa
Sebelum kelahiran, janin terpajan pada kadar glukosa darah
yang hampir konstan sekitar 60 hingga 70% kadar glukosa maternal.
Pada saat tali pusat di klem, bayi baru lahir harus menemukan cara
untuk mempertahankan keseimbangan glukosa yang esensial bagi
fungsi otak neonatus. Pada setiap bayi baru lahir, kadar glukosa darah
turun selama periode waktu yang singkat 1-2 jam setelah kelahiran.
5. Perubahan Gastrointestinal
Sistem gastrointestinal pada BBL cukup bulan relatif matur.
Sebelum lahir, janin cukup bulan mempraktikan perilaku menghisap
dan menelan. Reflek muntah dan batuk yang matur telah lengkap
pada saat lahir. Kemampuan BBL cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan dari luar terbatas. Sebagian keterbatasan tersebut
membutuhkan enzim dan hormon pencernaan di semua bagian
saluran cerna dari mulut sampai ke usus.
6. Perubahan Sistem Imunitas
Sistem imun neonatus pada sejumlah tingkat yang signifikan.
Ketidakmaturan fungsional ini membuat neonatus rentan terhadap
banyak infeksi dan respon alergi. Sistem imun yang matur
memberikan baik imunitas alami maupun yang di dapat. Imunitas
alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah atau meminimalkan
infeksi sedangkan imunitas yang di dapat neonatus di lahirkan
dengan imunitas pasif terhadap virus dan bakteri yang pernah di
hadapi ibu. Janin mendapat imunitas ini melalui perjalan
transplasenta dari imunoglobulin varietas igG.
9

7. Sistem Neuromuscular
Pertumbuhan otak setelah bayi lahir mengikuti pola
pertumbuhan cepat, yang dapat diprediksi selama periode bayi
sampai awal masa kanak-kanak. Pada pertumbuhan ini berjalan
bertahap, pada akhir tahun pertama pertumbuan, yang dimulai pada
usia kehamilan sekitar 30 minggu akhir. Mungkin ini sebabnya otak
rentah terhadap trauma nutrisi dan trauma lain selama masa bayi.
Aktivitas motorik spontan dapat muncul dalam bentuk tremor
sementara dimulut dan didagu, terutama swaktu menangis, dan pada
ekstremitas terutama pada lengan dan tangan.Kontrol neuromuscular
pada bayi baru lahir, walaupun masih sangat terbatas , dapat
ditemukan. Apabila bayi baru lahir diletakkan diatas permukaan yang
keras dengan wajah menghadap ke bawah, bayi akan memutar
kepalanya ke samping untuk mempertahakan jalan napas. Bayi
berusaha mengangkat kepalanya supay tetap sejajar dengan tubuhnya
bila kedua lengan bayi ditarik ke atas hingga kepala terangkat. Saat
refleks bayi baru lahir ini muncul dan menghilang, menunjukkan
kematangan dan perkembangan system saraf yang baik.
(Bobak, 2004 : 374-375 )
8. Sistem Hematopoieses
Hematopoiesis adalah pembentukan dan perkembangan sel
darah merah. Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin, hematokrit,
dan SDM lebih tinggi dari normal orang dewasa.Darah bayi baru
lahir mengandung sekitar 80% hemoglobin janin. Presentasi
hemoglobin janin menrun sampai 55% pada minggu kelima dan
sampai 5% pada minggu ke-20. penurunan ini terjadi karena umur sel
yang mengandung hemoglobin janin lebih pendek.
Tindakan klem yang terlambat menyebabkan hemoglobin ,
hematokrit, dan hitung SDM meningkat. Kecendrungan perdarahan
10

pada bayi baru lahir jarang terjadi, pembekuan darah cukup


mencegah perdarahan hanya jika terjadi defisiensi vitamin k berat.
(Bobak, 2004 : 365)
9. Perubahan Sistem Ginjal
Bayi baru lahir cukup bulan memiliki beberapa defisit
struktural dan fungsional pada sistem ginjal. Ginjal pada BBL
menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan
filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah menyebabkan retensi cairan
dan intoksikasi air. BBL mengekspresikan sedikit urine pada 48 jam
pertama kehidupan seringkali hanya 30 hingga 60 ml.
(Helen varney dkk, 2007:879-888)

2.1.5 Ciri-ciri Bayi Lahir Normal


1. Berat badan 2500-4000 gram
2. Panjang badan lahir 48-52 cm
3. Lingkar dada 30-38 cm
4. Lingkar kepala 33-35 cm
5. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180x/menit, kemudian
menurun sampai120-140x/menit.
6. Pernafasan pada menit pertama cepat dan kira-kira 80x/menit,
kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40x/menit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputi verniks kaseosa.
8. Rambut lanugo tidak terlihat lagi, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
9. Kuku telah agak panjang dan lunak.
10. Genetalia, labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan dan ) dan testis sudah turun(pada anak laki-laki)
11. Refleks menghisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
11

12. Reflek morro sudah baik, bayi ketika terkejut akan memperlihatkan
gerakan tanagan seperti memeluk.
13. Eliminasi baik, urine dan mekoneum akan keluar dalam 48 jam
pertama,mekoneum berwarna hitam kecoklatan.
(Sari wahyuni, 2011: 4)

2.1.6 Klasifikasi Bayi Baru Lahir Menurut Apgar Score


Skor 0 1 2 Nilai
Appearance Pucat/biru Badan merah, Seluruh
(warna seluruh tubuh ekstremitas tubuh
kulit) Tidak ada kebiruan kemerahan

Pulse Tidak ada < 100 >100


(denyut
jantung)

Grimace Tidak ada Ekstremitas Gerakan


(tonus sedikit fleksi aktif
otot/reaksi
terhadap
rangsangan)

Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung


(aktivitas) menangis
Respirasi Lemah atau tidak Menangis
(pernafasan) teratur kuat
Jumlah Nilai apgar

Keterangan :
Apabila nilai apgar :
1. 7-10 : bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam
keadaan normal.
2. 4-6 : bayi mengalami asfiksia sedang.
3. 0-3 : bayi mengalami asfiksia berat.
(Dewi, Vivian Nanny L., 2010 : 2-3)
12

2.1.7 Perawatan Segera BBL


1. Membersihkan jalan nifas, dengan cara :
a. Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan
hangat.
b. Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher
bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk, posisi kepala diatur
lurus sedikit tengadah ke belakang.
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan
jari-jari tangan yang dibungkus kasa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain kering dan kasar, dengan rangsangan ini
biasanya bayi segera menangis.
2. Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan
kain yang halus atau handuk.
3. Memotong dan mengikat tali pusat dengan memperhatikan teknik
aseptic dan antiseptik sekaligus memakai Apgar Score pada menit ke
5.
4. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara :
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat
b. Jangan memandikan bayi dengan air dingin.
c. Daerah kepala dibungkus memakai topi yang terbuat dari plastik
atau kain.
d. Jangan biarkan bayi dalam keadaan basah.
5. Memberi vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K,
semua bayi baru lahir normal cukup bulan perlu vitamin K per oral 1
mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi mesti diberi vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM.
13

6. Mendekatkan bayi ke ibu menetekkan segera setelah lahir, hal itu


bertujuan untuk :
a. Ibu tenang melihat anaknya dalam keadaan normal.
b. Ada kontak batin antara ibu dan anak.
c. ASI/colostrum cepat keluar, karena dengan rangsangan bayi akan
mempercepat keluarnya ASI.
7. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan bayi, meliputi :
a. Mengukur BB, PB, Lila, Lika, Lida.
b. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan).
c. Observasi keadaan refleks
d. Keadaan eliminasi
e. Penampilan fisik dari kepala sampai kaki.
8. Identifikasi bayi
a. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia ditempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin, dan di ruang rawat bayi.
b. Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan topi yang halus
tidak mudah melukai, tidak mudah disobek, dan tidak mudah
lepas.
c. Pada alat/gelang, identifikasi harus tercantum nama, tanggal lahir,
nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
d. Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
9. Mengajarkan ibu cara :
a. Memberikan ASI dan manfaatnya.
b. Perawatan tali pusat.
c. Perawatan bayi sehari-hari.
d. Perawatan payudara selama menyusui.
(Sarwono Prawirohardjo, 2009)
14

2.1.8 Perawatan pada Bayi Usia 2-6 hari


Rencana asuhan pada bayi 2-6 hari setelah lahir harus dibuat secara
menyeluruh dan rasional sesuai dengan temuan pada langkah sebelumnya
atau sesuai dengan keadaan bayi saat itu apakah dalam keadaan
normal/sehat atau mengalami gangguan/sakit. Pada bayi yang lahir
dirumah sakit atau klinik bersalin, asuhan pada bayi 2-6 hari ini juga harus
diinformasikan dan diajarkan kepada orang tua bayi, sehingga saat kembali
kerumah mereka sudah siap dan dapat melaksanakannya sendiri. Secara
umu asuhan yang diberikan pada bayi 2-6 hari meliputi hal-hal sebagai
berikut :
1. Kebutuhan Nutrisi
Rencana asuhan untuk memenuhi kebutuhan minum/makan bayi
adalah membantu bayi mulai menyusui dengan pemberian ASI Ekslusif.
ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui
mengandung zat gizi yang paling banyak sesuai kualitas dan
kuantitasnya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Untyuk itu
perlu diketahui prinsip umum dalam menyusui secara dini dan ekslusif
sebagai berikut :
a. Bayi harus disusui sesegera mungkin setelah lahir (terutama dalam
1 jam pertama) dan dilanjutkan selama 6 bulan pertama kehidupan.
b. Kolustrum harus diberikan, tidak boleh dibuang.
c. Bayi harus diberi ASI secara ekslusif selama 6 bulan pertama. Hal
ini berarti tidak boleh memberikan makanan apapun pada bayi
selain ASI selama masa tersebut.
d. Bayi harus disusui kapan saja ia mau (on demand), siang atau
malam yang akan merangsang payudara memproduksi ASI secara
adekuat.
Untuk mendapat ASI dalam jumlah cukup, seorang ibu perlu
menjaga kesehatannya sebaik mungkin. Ia perlu minum dalam jumlah
cuku, makan makanan bergizi dan istirahat yang cukup. Oleh sebab itu,
bidan harus mengingatkan hal ini pada ibu. Jumlah rata-rata susu
15

seorang bayi cukup bulan selama dua minggu pertama sebanyak 30-60
ml setiap 2-3 jam. Selama 2 minggu pertama kehidupan bayi baru lahir
hendaknya dibangunkan untuk menyusu paling tidak setiap 4 jam.
Sesudah itu, jika bayi sudah bertambah berat badanya, bayi boleh tidur
dalam periode yang lebih lama (terutama malam hari).
Untuk menyakinkan bahwa bayi mendapat cukup ASI, ibu harus
mengamati/mencatat seberapa sering bayi berkemih. Berkemih paling
sedikit 6 kali selama 2-7 hari setelah lahir menunjukkan asupan adekuat.

2. Kebutuhan Eliminasi
Air seni dibuang dengan cara mengosongkan kandung kemih secara
refleks. Bayi miksi sebanyak minimal 6 kali sehari. Semakin banyak
cairan yang masuk maka semakin sering bayi miksi. Defekasi pertama
berwarna hijau kehitaman. Pada hari ke 3-5 kotoran berubah warna
menjadi kuning kecoklatan. Bayi defekasi 4-6 kali sehari. Kotoran bayi
yang hanya minum susu biasanya cair. Bayi yang mendapat ASI
kotorannya kuning dan agak cair dan berbiji. Bayi minum yang minum
susu botol, kotorannya cokelat muda, lebih padat dan berbau.
Asuhan yang perlu diberikan pada bayi :
a. Monitor berkemih/defekasi bayi dalam 24 jam, seberapa sering bayi
berkemih/defekasi, bagaimana warna kotoran bayi.
b. Amati adanya kelainan/gangguan yang muncul. Pengamatan tahap-
tahap perubahan kotoran membantu mengenali kelainan saluran usus
lambung.
c. Jelaskan kepada ibu bahwa kotoran bayi yang kuning dan agak
berbiji-biji merupakan hal yang normal.
d. Defekasi dapat menyebabkan infeksi, segera bersihkan dan buang
kotoran dalam toilet atau dikubur. Daerah genital dan bokong bayi
harus dicuci dan dikeringkan dengan hati-hati setiap setelah
berkemih/defekasi.
16

3. Kebutuhan Tidur
Dalam dua minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering
tidur. Bayi yang baru lahir mempergunakan sebagian besar dari waktunya
untuk tidur. Dengan bertambahnya usia, waktu untuk terjaga atau tidak
tidur menjadi lama, khususnya pada waktu pagi dan siang hari. Pada
umumnya, waktu tidur dan istirahat bayi berlangsung paralel dengan pola
menyusu/makannya. Tidur bagi seorang bayi berarti cara paling nyaman
untuk beristirahat dan memperbarui energinya guna kegiatan diwaktu
terjaga.
Neonatus sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari.
Pada umumnya, bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan
selimut dan ruangan yang hangat pastikan bayi tidak terlalu panas atau
terlalu dingin. Jumlah total tidur bayi akan berkurang seiring dengan
bertambahnya usia bayi.
Asuhan yang harus diberikan dalam hal ini adalah :
a. Jelaskan kepada orang tua bahwa pola tidur seperti itu adalah hal
yang normal.
b. Berikan suasana yang tenang dan kurangi gangguan atau ra
ngsangan.
c. Bayi harus tidur tanpa kena angin namun cukup mendapat udara
segar.
d. Letakkan bayi berbaring miring untuk tidur atau tidurkan kembali
tanpa bantal.
e. Jaga agar bayi tidak berguling atau jatuh kelantai, hindarkan dari
jangkauan anak lain tau binatang peliharaan, hindari tertutup bantal
atau benda lain.
f. Kesulitan melakukan regulasi-kodrati untuk tidur, yaitu sulit sekali
tidur dan tidurnya tidak nyenyak. Ini pada umumnya disebabkan oleh
faktor fisik dan faktor psikologis.
g. Malnutrisi/kurang gizi, bayi jadi rewel dan banyak menangis, lalu
tidak dapat tidur nyenyak.
17

h. Gangguan disebabkan oleh berbagai macam penyakit.


i. Gangguan pada alat pencernaan.
j. Luka atau gangguan fisik lainnya.
Sedangkan penyebab psikologis antara lain :
a. Bayi/anak mengalami ketegangan batin.
b. Bayi merasa gelisah, gundah gulana, cemas dan takut.

4. Kebersihan Kulit
Kulit bayi mempunyai peranan penting melindungi bayi dan sangat
penting untuk menjaga kesehatan kulit bayi agar tidak muncul komplikasi
atau penyakit. Kelenjar sebasea biasanya belum aktif, namun mungkin
terjadi pelebaran pada kelenjar tersebut didaerah hidung dan pipi yang
tampak dalam bentuk milia. Salah satu cara untuk menjaga kebersihan
kulit adalah dengan memandikan bayi.
Pertama kali bayi dimandikan harus ditunda sampai dengan
minimal 6 jam jam dan disarankan setelah 24 jam pertama untuk
mencegah terjadinya hipotermia sehubungan anatomi kluit dan fungsi
pengaturan suhu bayi (hipotalamus) yang belum sempurna sehingga tidak
dapat langsung mampu menghadapi tantangan baik dingin/panas yang
berlebihan. Menurut penelitian minimal 6 jam didasarkan pada hasil
kemungkinan suhu bayi sudah stabil pada saat tersebut dan cukup
mampu mengatasi tantangan lingkungan baik panas maupun dingin
(biasanya 2 hari fungsi termogulasi sudah baik). Apabila bayi terpapar
lingkungan yang dingin maka akan terjadi metoda pengaturan suhu tubuh
dengan menggigil (peningkatan aktivitas, postur tubuh dan menangis)
atau tanpa menggigil (penggunaan lemak cokelat) sebagai
kompensasinya.
18

5. Kebutuhan Keamanan
a. Pencegahan infeksi :
Pencegahan infeksi adalah satu aspek yang penting dalam
perlindungan dan keamanan pada bayi baru lahir.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani bayi merupakan
cara efektif untuk mencegah infeksi.
1) Setiap bayi harus mempunyai alat dan pakaian tersendiri untuk
mencegah infeksi silang. Sediakan linen atau pakaian yang
cukup.
2) Mencegah anggota keluarga atau tenaga kesehatan yang sedang
sakit menagani bayi.
3) Stapilococcus merupakan penyebab tersering infeksi nosokomial
maka terkadang beberapa rumah sakit menggunakan cairan
antiseptik atau sabun contoh yang mengandungheksakloropan
untuk mengurangi kemungkinan infeksi tersebut.
4) Memandikan bayi memang tidak terlalu penting/mendasar harus
sering dilakukan mengingat terlalu sering pun akan berdampak
pada kulit yang belum sempurna, kecuali pada bagian wajah,
lipatan kulit dan bagian dalam popok dapat dilakukan 1-2
kali/hari untuk mencegah lecet/tertumpuknya kotoran didaerah
tersebut.
5) Menjaga kebersihan dan keringnya tali pusat.
6) Mengganti popok dan menjaga kebersihan area bokong.

b. Pencegahan masalah pernapasan :


1) Pencegahan hipotermia dan kemungkinan infeksi.
2) Jika tidur, bayi harus dibaringkan telentang atau miring.
3) Menyendawakan bayi setelah menyusui untuk mencegah aspirasi
pada saat terjadi gumoh atau muntah.
19

c. Pencegahan Hipotermia :
1) Hindarkan bayi terpapar dengan udara yang dingin.
2) Jaga suhu ruangan sekitar 18-20 0 C.
3) Bayi mengenakan pakaian yang hangat dan tidak terlalu ketat.
4) Segera mengganti kain yang basah.
5) Memandikan bayi dengan air hangat kurang lebih 370C.
6) Pembungkus bayi/selimut harus memfasilitasi pergerakkan dari
tangan dan kaki.

d. Pencegahan perlukaan dan trauma :


1) Jangan meninggalkan bayi/jangan lepas pengawasan terhadap bayi.
2) Pada saat memandikan bayi perhatikan atau cek suhu air terlebih
dahulu. Hindarkan memasukkan air panas terlebih dahulu karena
akan menyebabkan pansa yang menetap pada bagian dasar bak
mandi dan ditakutkan bayi tercebur.
3) Gunakan bak mandi yang tidak tinggi/terlalu dalam serta gunakan
air kurang dari setengah tinggi bak mandi bayi untuk mencegah
tengelamnya bayi.
4) Memindahkan bayi harus menggunakan kain untuk menghindari
bayi terjatuh karena permukaan kulit dan pergerakan bayi.
5) Apabila menggunakan peniti untuk mengikatkan popok maka
gunakan salah satu tangan di dalam popok untuk memastikan tidak
sampai tertusuk peniti tersebut.
6) Pergunakan sarung tanagan bayi untuk mencegah perlukaan karena
kuku bayi yang panjang.
7) Sarung tangan bayi yang digunakan harus elastis tidak ketat untuk
mencegah penekanan terhadap sirkulasi darah kebagian jari tangan.
8) Bayi tidak memerlukan bantal sampai usia 2 tahun, jangan
menempatkan bantal diatas kepala untuk menghindari penutupan
oleh bantal tersebut.
20

e. Penyuluhan
Penyuluhan yang diberikan sebelum ibu dan bayi kembali kerumah :
1) Menyusui :
a) Menyediakan bayi baru lahir nutrisi yang ideal. Harus on
demand (sekehendak bayi) dan ASI ekslusif sampai 6 bulan.
b) Menyediakan antibodi untuk melindungi bayi dari infeksi
(kolustrum)
c) Meningkatkan hubungan kasih sayang ibu dan anak (bonding
dan attachment).
d) Posisi menyusui yang benar dan tanda bayi menghisap yang
benar.
2) Tanda-tanda bahaya, jika timbul tanda bahaya, ajarkan ibu untuk
melakukan :
a) Berikan pertolongan pertama sesuai kemampuan ibu dan
sesuai kebutuhan sampai bayi memperoleh perawatan medis
lanjutan.

b) Bawa bayi kerumah sakit atau klinik terdekat untuk perawatan


tindakan segera.
3) Perawatan tali pusat
Menjaga tali pusat bersih dan kering membantu melindungi
bayi baru lahir dari kemungkinan infeksi. Pemberian alkohol,
minyak/baby oil, betadine, dan bedak dapat meningkatkanrisiko
infeksi. Telah dilakukan bebrapa uji klinis untuk membandingkan
cara penanganan tidak ada peningkatan infeksi pada luka tali pusat
bila dibiarkan terbuka dan tidak melakukan apapun selain
membersihkan luka tersebut dengan air bersih.
Hasil penelitian tersebut diatas menunjukkan bahwa dengan
membiarkan tali pusat mengering, tidak ditutup dan hanya
dibersihkan setiap hari menggunakan air bersih, merupakan cara
paling hemat biaya untuk perawatan tali pusat. Bidan hendaknya
21

menasehati ibu agar tidak membubuhkan apapun pada sekitar


daerah tali pusat karena dapat mengakibatkan infeksi. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya kelembapan (akibat oleh
penyerapan bahan tersebut) badan bayi sehingga menciptakan
kondisi yang ideal bagi tumbuhnya bakteri. Penting untuk
dinasehatkan kepada ibu, agar tidak membubuhkan apapun dan
hendaknya tali pusat dibiarkan terbuka agar tetap kering.

4) Higiene
Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani bayi. Dan
hindarkan pemakaian barang yang sama untuk lebih dari satu bayi.
Memandikan bayi dengan baik dan benar.

5) Imunisasi , vaksin yang diberikan untuk melindungi bayi :


a) BCG untuk mencegah penyakit TBC.
b) Hepatitis B mencegah hepatitis virus B.
c) Polio untuk mencegah poliomielitis.
d) DPT untuk mencegah difteri, pertusis dan tetanus.
e) Campak untuk mencegah penyakit campak.

6) Menjaga kehangatan :
a) Cepat keringkan bayi setelah dimandikan.
b) Gunakan kain yang kering dan hangat dan pakaian yang tidak
ketat.
c) Hindari ruangan atau lingkungan yang terlalu dingin/panas.
d) Beri ruang pada bayi untuk bergerak (apabila bayi dibungkus).
( Sari Wahyuni, 2011:69-79 )
22

2.1.9 Refleks-refleks pada Bayi Baru Lahir


1. Refleks menghisap ( sucking )
Bibir monyong, lidah melipat, menarik kedalam atau menghisap
disebabkan karena lapar atau rangsangan bibir. Timbul saat lahir,
durasinya usia 6-8 bulan.
2. Refleks mencari ( rooting )
Bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi. Dapat dinilai
dengan mengusap pipi bayi dengan lembut, bayi akan menolehkan
kepalanya ke arah jari kita dan membuka mulutnya.
3. Refleks menelan ( swallowing )
Menelan biasanya disertai menghisap. Menelan biasanya diatur
oleh menghisap dan biasanya terjadi tanpa tersedak, batuk atau muntah.
Timbul saat lahir sampai sepanjang kehidupan.
4. Refleks tonic neck ( fencing )
Jika bayi menghadap kesisi kiri, lengan dan kaki pada sisi itu
akan lurus, sedangkan lengan dan tungkainya akan berada dalam posisi
fleksi ( putar kepala ke arah kanan dan ekstremitas akan mengambil
postur yang berlawanan. Respon lengkap akan hilang pada usia 3-4
bulan, sebagian respon mungkin masih terlihat sampai usia 3-4 tahun.
5. Refleks morro
Refleks ini di tunjukkan dengan timbulnya pergerakan tangan
yang simetris apabila kepala tiba-tiba digerakkan atau dikejutkan
dengan cara bertepuk tangan. Fungsi pemeriksaan ini adalah menguji
kondisi umum bayi serta kenormalan sistem saraf pusatnya. Cara yang
lain adalah dengan tangan pemeriksa menyanggah bayi dan punggung
posisi 45°, dalam keadaan rileks kepala dijatuhkan 10°. Pada keadaan
normal akan terjadi abduksi sendi bahu dan ekstensi lengan. Dapat juga
menggendong bayi dalam posisi setengah duduk dengan sudut 30°
diatas meja periksa, kemudian biarkan kepala jatuh ke belakang. Bayi
akan menunjukkan respons berupa memeluk dengan abduksi yang
23

lambat dan kemudian timbul fleksi. Timbul saat lahir dan hilang sekitar
usia 2 bulan.
6. Refleks melangkah ( stapping refleks )
Bayi akan melakukan gerakan seperti berjalan, kaki akan
bergantian fleksi dan ekstensi, bayi aterm akan berjalan dengan telapak
kakinya, dan bayi prematur akan berjalan dengan ujung jari-jarinya.
Dalam keadaan normal akan tetap ada sampai usia 3-4 minggu.
7. Refleks babinsky
Pemeriksaan refleks ini dengan memberi goresan telapak kaki
dimulai dari tumit. Gores sisi lateral telapak kaki ke arah atas kemudian
gerakan jari sepanjang telapak kaki. Bayi akan menunjukkan respon
berupa semua jari kaki hiperekstensi dengan jari dorsofleksi.
8. Refleks menggenggam ( palmar grasp )
Reflek ini dinilai dengan meletakkan jari telunjuk pemeriksa
pada telapak tangan bayi. Normalnya bayi akan menggenggam dengan
kuat. Respon telapak tangan menurun pada usia 3-4 bulan. Respon
teapak kaki berkurang pada usia 8 bulan.
9. Refleks glabellar
Refleks ini dinilai dengan mengetuk dahi, batang hidung bayi
yang matanya sedang terbuka. Bayi akan mengedipkan mata pada 4-5
ketukan pertama.
10. Refleks menjulurkan lidah ( ekstruksi )
Bayi lahir menjulurkan lidah ke luar bila ujung lidah disentuh
dengan jari atau puting. Hilang pada sekitar usia 4 bulan.
11. Refleks merangkak
Bayi akan berusaha untuk melakukan gerakan merangkak
dengan menggunakan lengan dan tungkainya bila diletakkan telungkup
diatas permukaan datar.
(Bobak, 2004 : 399)
24

2.10 Masalah-Masalah pada BBL


1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan
berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
2. Sindrom gawat nafas ialah kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea
atau hiperapnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60x/menit,
sianosis, rintihan pada ekspirasi dan kelainan otot-otot pernafasan pada
inspirasi.
3. Hipotermi adalah bayi yang kaki dan tangannya terasa dingin dan
sering menangis, karena produksi panas yang kurang akibat sirkulasi
masih belum sempurna, respirasi masih lemah dan konsumsi oksigen
rendah, inaktivitas otot serta asupan makanan rendah.
4. Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.secara umum
asfiksia di sebabkan adanya gangguan pertukaran gas/pengangkutan
oksigen dari ibu ke janin pada masa persalinan.
5. Ikterus adalah diskolorisasi kuning kulit atau organ lain akibat
penumpukan bilirubin. Di temukan pada 25-50% pada neonatus cukup
bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan.
6. Tetanus neonatorum adalah penyakit yang di sebabkan oleh
clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin(racun) dan
menyerang sistem saraf pusat.
7. Kejang merupakan suatu gejala penting akan adanya penyakit lain
sebagai penyebab kejang/kelainan susunan saraf pusat.
8. Perdarahan tali pusat adalah perdarahan tali pusat yang bisa timbul
karena trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik/kegagalan proses
pembentukan trombus normal.
25

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada BBL Usia 2 Hari


2.2.1 Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Varney, 1997).
Asuhan Kebidanan adalah bantuan yang dilakukan oleh Bidan kepada
individu pasien atau kliennya.
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan
pada bayi pada jam-jam pertama setelah kelahiran, dilanjutkan sampai 24
jam setelah kelahiran.

2.2.2 Tujuan
Memberikan asuhan yang adekuat dan berstandart pada bayi baru lahir
dengan memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan, dalam persalinan
dan keadaan bayi segera setelah lahir atau dilahirkan.

2.2.3 Hasil yang diharapkan


Terlaksananya asuhan segera atau rutin bayi pada waktu lahir
termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mengidentifikasi
masalah dan kebutuhan bayi, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
bayi, mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial, tindakan segera
serta merencanakan asuhan.

2.2.3 Langkah-langkah Manajemen Kebidanan


Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan,
yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi.
1. Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir. Pengkajian ini
bertujuan untuk mengkaji adaptasi BBL dari kehidupan dalam uterus
26

yaitu dengan melakukan penilaian Apgar. Pengkajian sudah dimulai sejak


kepala tampak besar di Vulva.
Pengkajian keadaan fisik :
Setelah pengkajian segera setelah bayi lahir, untuk memastikan
bayi dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan, bidan perlu
melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh bidan
atau dokter.
Pengkajian pada bayi baru lahir dibagi dalam 2 bagian :
- Pertama : Pengkajian segera setelah bayi lahir, pengkajian ini
bertujuan untuk mengkaji adaptasi BBL dalam kehidupan
uterus ke kehidupan luar uterus yaitu melakukan penilaian
Apgar Score.
- Kedua : Pengkajian keadaan fisik untuk memastikan bayi dalam
keadaan normal atau mengalami penyimpangan.
a. Data Subyektif
1) Biodata
Nama : Nama bayi, ibu dan ayah perlu ditanyakan agar
tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien
yang lain.
Umur/tangga : Berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah
l lahir dan tindakan yang dilakukan. Dicatat umur bayi,
tanggal kapan bayi lahir.
Agama orang : Perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh di
tua dalam kehidupan termasuk kesehatan dan akan
mudah dalam mengatasi masalah kesehatan
pasien.
Pekerjaan : Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan
orang tua social ekonominya sangat berpengaruh didalam
kehidupan termasuk kesehatan dan akan mudah
dalam mengatasi masalah kesehatan pasien.
Suku/bangsa : Berpengaruh terhadap adat istiadat atau
27

kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi


kehidupan atau kesehatan klien/bayi.
Pendidikan : Sangat besar pengaruhnya didalam tindakan
orang tua asuhan kebidanan, selain itu anak akan lebih
terjamin pada orang tua anak yang tingkat
pendidikannya tinggi.
Alamat : Dicatat untuk mempermudah hubungan bila
dalam keadaan mendesak dan dapat member
petunjuk keadaan lingkungan tempat tinggal
pasien. (Estiwidani, Dwana. 2008: 141)

2) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan dan menjadi masalah utama yang
dirasakan saat ini.
3) Riwayat kehamilan Sekarang
- HPHT (haid pertama haid terakhir)
- Keluhan TM I (keluhan ibu, obat-obat yang dikonsumsi ibu)
- Keluhan TM II (keluhan ibu, obat-obat yang dikonsumsi ibu)
- Keluhan TM III (ANC dimana, berapa kali, keluhan ibu, obat-
obat yang dikonsumsi ibu)
4) Riwayat kehamilan
Adakah gangguan seperti perdarahan, yang lalu muntah yang
sangat, toxemia gravidarum atau penyakit lainnya
5) Riwayat persalinan yang lalu
Berapa kali ibu hamil, jumlah anak, cara persalinan yang lalu,
penolong persalinan.
6) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, usia kehamilan saat persalinan, jenis
persalinan, jenis kelamin, keadaan bayi meliputi PB, BB,
28

penolong persalinan, (keadaanm plasenta: berat, tali pusat,


kelainan ada/tidak), pendarahan, lama persalinan (kala I, kala II
dan kala III), keadaan air ketuban. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau
tidak yang bisa berpengaruh terhadap kondisi bayi.
7) Riwayat kesehatan sekarang ibu
Data-data diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita ibu saat ini yang ada hubungannya dengan
kondisi kesehatan bayinya.
8) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
(Sari Wahyuni, 2011: 144)

b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.
Kesadaran : Untuk mendapatkan gambaran tentang
kesadaran pasien, kita dapat melakukan
pengkajian tingkat kesadaran
composmentis (kesadaran penuh) sampai
dengan koma (pasien tidak dalam keadaan
sadar.
(Ari Sulistyawati, 2009: 122)
Tanda-tanda vital
Suhu : Suhu normal 36,50C-37,50C.
Nadi : Nadi normal 120-160 x/menit
29

Pernapasan : Normalnya 30-60 x/menit, tanpa retraksi dada


dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi.
Antropometri
Berat badan : Normalnya 2500-4000 gram, akan kehilangan
berat badan 5%-10% dari berat badan baru
lahir hal ini merupakan keadaan normal.
Kehilangan ini disebabkan oleh gangguan kalori,
kehilangan cairan tubuh, dan keluarnya
mekonium. (Sari Wahyuni, 2008: 34)
Panjang badan : Panjang badan normal waktu lahir 45-55
cm. (Wahyuni, Sari, 2011: 144)
Kepala :
Circumferensia suboccipito bregmantika 32 cm.
Circumferensio frontooccipito 34 cm
Circumferensio mento oksipito 35 cm
(Rustam Mochtar, 2011: 67)
Lingkar kepala : Normalnya 33-35 cm
Lingkar dada : Normalnya 30-38 cm.
Lingkar lengan atas : Normalnya 11-12 cm
Penilaian Apgar skor : Meliputi warna kulit, frekuensi denyut
jantung, reaksi terhadap rangsangan,
tenus otot dan pernapasan pada menit I
dan menit ke-V.

2) Pemeriksaan fisik secara sistematis

Rambut : Bersih atau tidak, pertumbuhan normal,


rambut halus
Kepala : Fontanel mayor dan fontanel minor belum
menutup (fontanel mayor menutup pada
usia 9-18 bulan, dan fontanel minor
30

menutup pada usia 2-4 bulan, caput


succedaneum, cephal heamatona, molase
sutura, hidrosefalus (sutura lebal) fontanel
cekung (dehidrasi).
Muka : Bentuk, selaput lendir mata, ada atau tidak
perdarahan subconjungtiva.
Mata : Bentuk, simetris, kekeruhan kornea,
perkiraan apakah mata berada dalam posisi
tepat, sclera putih, pupil (isokor, midiasis,
myosin) conjugtiva, epicanthus melebar
(sindrom down), kebutaan (jarang
berkedip, sensitivitas cahaya kurang).
Telinga : Jumlah, bentuk, kesimetrisan letak
dihubungkan dengan mata dan kepala serta
gangguan pendengaran ada/tidak.
Hidung : Simetris atau tidak, septum nasal, adakah
lendir atau secret, kebersihan, adakah
pernapasan cuping hidung
Mulut : Simetris atau tidak, pucat atau tidak,
mukosa mulut kering atau basah, gusi
berwarna merah muda, palatum lunak dan
keras utuh, lidah pucat atau tidak, adakah
labio schizis atau pallato schizis.
Leher : Bentuk simetris atau tidak, adakah
pembengkakan dan berjolan, pembesaran
kelenjar limfe.
Ekstremitas atas : Simetris atau tidak, pergerakan tonus otot
klavikula lengan dan tangan), kuku tidak
pucat, hari lengkap (polidaktili atau
sindikaktili).
Dada : Simetris atau tidak, bentuk dada (pigeon
31

cest, funnel cest, barrel cest, gerakan dada


simetri/tidak, retraksi intercostalis ada atau
tidak (putting susu), suara paru tambahan
(rales, ronchi, wheezing).
Abdomen : Penonjolan sekitar tali pusat (hernia
umbilikalis), perdarahan tali pusat, warna
tali pusat, pembuluh darah tali pusat
(omfolitis), omfalokel, gastroskisis,
pergerakan abdomen, pembesaran hepar,
pembesaran limpa, bising usus,
kembung/tidak.
Genitalia : - Laki-laki
Panjang penis, testis sudah turun berada
dalam scrotum, orifisum uretra di ujung
penis, kelainan (fimosis,
epispadia/hispospadia.
- Wanita
Labia mayora menutupi labia minora,
klitoris, orifisum uretra, orifisum vagina,
secret.
Pelipatan paha : Pembesaran kelenjar limfe ada/tidak,
hernia inguinalis ada/tidak
Ekstremitas : Gerakan, bentuk simetris atau tidak, jari
bawah lengkap atau tidak, kuku tidak pucat, pada
kaki adakah kelainan (bentuk “o”, talipes
equinovarus atau vagus (kaki mengarah
kedalam atau luar).
Punggung : Adakah kelainan skoliosis, lordosis, kifosis,
pembengkakan, spina bifida
Anus : Periksa lubangnya, pengeluaran mekonium
32

2x24 jam.

3) Auskultasi

Dada : Apa ada Wheezing, apa terdapat ronchi, bunyi


jantung bayi normal 120-160x/menit
Perut : Bising usus (+).
4) Perkusi
Perut, tidak kembung
5) Perkembangan refleks
a) Rooting refleks (mencari)
Muncul pada saat lahir dan hilang pada usia 3-4 bulan.
b) Sucking refleks (menghisap)
Muncul pada saat lahir, hilang pada usia 6-8 bulan.
c) Swallowing refleks (menelan)
Muncul saat lahir dan menetap sepanjang kehidupan
d) Palmar grasping refleks (mengenggam)
Muncul saat lahir, respon telapak tangan menurun pada usia
3-4 bulan, respon telapak kaki berkurang pada usia 8 bulan.
e) Refleks glabellar
Muncul saat lahir
f) Moro refleks
Muncul saat lahir, hilang pada usia 1 tahun
g) Stapping refleks (melangkah)
Muncul saat lahir, sampai usia 3-4 minggu
h) Refleks merangkak
Muncul saat lahir, hilang pada usia 6 minggu
i) Refleks tonik neck
Muncul saat lahir, respon lengkap akan hilang pada usia 3-4
bulan
k) Refleks ekstruksi (menjulurkan lidah)
Muncul saat lahir, hilang pada sekitar usia 4 bulan
(Bobak, Lawdermik, 2004: 397-399)
33

2. Langkah II : Interpretasi Data


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang
telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Diagnosa : By. Ny. ” A ” dengan bayi baru lahir normal masa transisi.
Data Dasar:
DS : Ibu mengatakan baru melahirkan anaknya pada pukul . . . (< 24
jam), normal, ditolong bidan / dokter, bayi segera menangis pada
waktu lahir.
DO :
Ibu telah melahirkan bayinya tanggal . . . pukul . . WIB, lahir
normal belakang kepala.
TTV dalam batas normal.
S : normalnya 365°C - 375°C
N : normalnya 120 – 160 x/menit
R : normalnya 40 – 60 x/menit
Pemeriksaan antropometri dalam batas normal:
PB : normal 45 – 50 cm
BBL : normal 2500 – 4000 gram
LIKA
Circum ferentia sub occipito bregmatika : 32 cm
Circum ferentia fronto occipitalis : 34 cm
Circum ferentia mento occipitalis : 35 cm
LIDA normalnya 33 cm
Masalah pada BBL:
1. Terjadinya perdarahan tali pusat
2. Hipotermia
3. Hipoglikemia
34

4. Asfiksia
5. Sianosis
Kebutuhan:
1. Menjaga bayi agar tetap hangat.
2. Melakukan skin to skin anatara ibu dan bayi segera mungkin.
3. Melakukan IMD ± 1 Jam.

3. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan


Mengantisipasi Penanganannya.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan waspada dan siap-siap
mencegah diagnosa/masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi,
langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Masalah yang sering timbul pada bayi baru lahir:
a. Asfiksia, ini karena tonus otot yang menurun dan mengalami
kesulitan mempertahankan pernafasan.
b. Hipotermi, ini karena penyempitan pembuluh darah yang
menyebabkan terjadinya metabolik, meningkatkan kebutuhan
oksigen.
c. Hipoglikemi, ini terjadi karena konsentrasi glukosa darah bayi
rendah.
d. Perdarahan tali pusat karena trauma yang disebabkan ikatan tali pusat
yang longgar, atau kegagalan pembentukan thrombus yang normal.
e. Ikterus, ini karena produksi bilirubin yang berlebihan.
35

4. Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera


Mengidentifikasi perlunnya tindakan segera oleh Bidan atau dokter
dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
Kebutuhan yang segera diberikan:
a. Menghisap lendir setelah bayi lahir.
b. Memotong tali pusat dan merawat tali pusat..
c. Mempertahankan suhu tubuh.
d. Identifikasi bayi.
e. Pencegahan infeksi (dengan menggunakan alat steril).

5. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.


Pada langkah ini ditentukan oleh hasil pengkajian pada langkah
sebelumnya. Pada langkah ini jika ada informasi atau data yang tidak
lengkap bisa dilengkapi, juga bisa mencerminkan rasional yang benar dan
valid.
Perencanaan
Dx : Bayi baru lahir usia2 hari
Tujuan
Jangka pendek : Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan ± 1 jam
diharapkan bayi dapat menyusui dengan benar.
Jangka panjang : Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan diharapkan bayi
dapat menyusui sampai dengan usia 6 bulan (mendapat
ASI ekslusif) dan kondisi kesehatan bayi dapat
terpelihara dengan baik (tidak terjadi komplikasi).
Kriteria :
a. Keadaan umum baik (TTV)
b. Bayi bernafas secara normal (40-60x/menit)
c. Suhu bayi normal (36-37,50C)
36

d. Bunyi jantung bayi normal (120-140x/menit)


e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
f. BAK dan BAB bayi tidak mengalami masalah
g. Tidak terjadi perdarahan tali pusat

Intervensi
a. Pertahankan agar lingkungan bayi tetap hangat
Rasional : Dengan lingkungan yang hangat akan mencegah terjadinya
hipotermi.
b. Lakukan perawatan tali pusat dan perawatan pada mata
Rasional : Dengan perawatan yang baik dapat mencegah terjadinya
tetanus neonatorum.
c. Lakukan observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum bayi
Rasional : Observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum bayi
merupakan deteksi dini terhadap kelainan.
d. Berikan ASI sesering mungkin
Rasional : Dengan memberikan ASI sesering mungkin bayi akan
kontal langsung dengan ibu dan kebutuhan nutrisi bagi
bayi akan terpenuhi.
e. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya
Rasional : Dengan penjelasan tentang tanda-tanda bahaya apabila ada
salah satu tanda tersebut dapat mencari pertolongan kepada
petugas kesehatan dengan cepat.
f. Observasi eliminasi alvi dan uri pada bayi
Rasional : Dengan melakukan observasi eliminasi alvi dan uri pada
bayi, dapat diketahui bahwa metabolisme pada tubuh bayi
berjalan dengan baik.
g. Lakukan tehnik septik dan aseptik pada bayi
Rasional : Dengan melakukan tehnik septik dan aseptik pada bayi,
akan dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
37

h. Kontak dini pemberian ASI ekslusif secara hati - hati


Rasional : Dengan melakukan kontak dini pemberian ASI ekslusif
dapat mempercepat hubungan kasih sayang antara ibu
dan bayi.
(Doengoes, 2004)

6. Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman


Pada langkah ke-6 ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan seluruhnya oleh Bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan yang lain.

7. Langkah VII : Mengevaluasi


Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah. Rencana
tersebut dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam
pelaksanaannya. Di dalam pendokumentasian/catatan asuhan dapat
ditetapkan dalam bentuk SOAP
S : Data subyektif
Data dari pasien dari anamnese
O : Data Obyektif
Hasil pemeriksaan petugas kesehatan kepada pasien seperti
pemeriksaan fisik dan juga catatan medik lainnya
A : Assesment
1.) Diagnosa
2.) Antisipasi diagnosa/masalah potensial
3.) Perlunya tindakan segera
38

P : Planning/perencanaan
Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan
implementasi evaluasi rencana didalamnya termasuk :
1.) Asuhan mandiri
2.) Kolaborasi
3.) Tes laboratorium
4.) Konseling
5.) Follow up
(PPKC, 2004)

Anda mungkin juga menyukai