Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

Disusun untuk memenuhi tugas praktek kebidanan fisiologis holistik Bayi Baru Lahir

Semester I profesi bidan

Disusun oleh:
MURYATI
P1337424822208

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan pendahuluan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dalam rangka praktik
Kebidanan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir telah diperiksa dan disetujui oleh
pembimbing Klinik dan pembimbing Akademik Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.

Magelang, ….. Agustus 2022


Pembimbing Lahan (CI) Praktikan

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Siti Maryani, S.ST, M.PH


TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan neonatus
pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari dimana terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di
luar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir di semua
sistem.
BBL Normal adalah Adaptasi fisiologi adalah sangat berguna bagi
bayi untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus, artinya nantinya
bayi harus dapat melakukan sendiri segala kegiatan untuk
mempertahankan hidupnya.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000
gram (Saifudin, 2009).
Bayi Baru Lahir Normal adalah Bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai
dengan 4000 gram dan harus menyelesaikan diri dari kehidupan intra uteri
ke kehidupan Ekstra Uteri.
Neonates atau bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan aterm (37 minggu sampai 42 minggu) dengan berat badan lahir
2500gram sampai 4000 gram, tanpa ada masalah atau kecacatan pada bayi
sampai umur 28 hari (Arfiani, Lusiana, Arum, 2016).
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin.
Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses vital
neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi pada
bayi baru lahir yang paling dramatik dan cepat berlangsung adalah pada
sisem pernafasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan glukosa (Jamil,
2017).
2. Ciri-ciri Bayi Normal
Ciri-ciri bayi normal adalah:
a. Berat badan 2500-4000 g
b. Panjang badab 48-52 cm
c. Lingkar dada 30-38 cm
d. Lingkar kepala 33-35 cm
e. Denyut jantung 120-140. Pada menit-menit pertama mencapai
160x/menit
f. Pernafasan 30-60x/menit
g. Kulit kemerah-merahan, licin dan dilapisi vernix caseosa
h. Tidak terlihat rambut lanugo dan rambut kepala tampak sempurna
i. Kuku tangan dan kaki agak Panjang dan lemas
j. Genetalia bayi perempuan: labia mayora sudah menutupi labia
minora dan pada bayi laki-laki testis sudah turu ke dalam skrotum
k. Eliminasi baik, bayi berkemih dan buang air besar dalam 24 jam
pertama setelah lahir. Buang air besar pertama adalah mekonium
yang berwarna coklat kehitaman.

3. Penilaian Bayi Baru Lahir dengan Nilai APGAR


Penilaian awal pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan observasi
melalui pemeriksaan nilai APGAR. Nilai APGAR memungkinkan
pengkajian untuk mengetahui perlu tidaknya resusitasi dilakukan dengan
cepat.bayi yang sehat harus mempunyai nilai APGAR 7-10 baik itu pada
penilaian 1 menit pertama maupun penilaian pada 5 menit kemudian
dalam kehidupan pertama bayi baru lahir.
Nilai APGAR merupakan suatu metode sederhana yang dipakai oleh
bidan untuk menilai keadaan bayi sesaat setelah lahir. Pemeriksaan ini
dilakukan secara cepat bayi baru lahir akan mengevaluasi keadaan fisik
dari bayi baru lahir dan sekaligus mengenali adanya tanda tanda darurat
yang memerlukan dilakukannya tindakan segera terhadap bayi baru lahir.
Seorang bayi dengan berbagai tanda bahaya merupakan masalah yang
serius, bayi dapat meninggal bila tidak ditangani segera. APGAR dipakai
untuk menilai kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5 menit
setelah kelahiran.Pengukuran menit pertama digunakan untuk menilai
bagaimana ketahanan bayi melewati proses persalinan. Pengukuran pada
menit kelima menggambarkan sebaik apa bayi dapat bertahan setelah
keluar dari rahim ibu. Pada situasi tertentu pengukuran ke tiga kalinya dan
selanjutnya dapat dilakukan pada menit ke 10, 15, dan 20 setelah
kelahiran. Pengkajian ini didasarkan pada lima aspek yang menunjukan
kondisi fisiologis neonatus tersebut, yakni:
a. Denyut jantung, dilakukan dengan auskultasi menggunakan stetoskop
b. Pernafasan, dilakukan bersadarkan pengamatan gerakan dinding dada
c. Tonus otot, dilakukan berdasarkan derajat fleksi dan pergerakan
ekstermitas
d. Iritabilitas reflex, dilakukan berdasarkan respons terhadap tepukan
halus pada telapak kaki
e. Warna dideskripsikan sebagai pucat, sianotik, atau merah muda
Setiap hal di atas diberi nilai 0, 1, atau 2. Evaluasi dilakukan pada 1
menit pertama dan menit kelima setelah bayi lahir.
Tabel 1.1 Nilai APGAR
No Tanda Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
.
1. Denyut Tidak ada Lambat <100 >100
jantung
2. Pernafasan Tidak ada Lambat Menangis
menangis lemah dengan baik
3. Tonus otot Lemah Ekstremitas Fleksi dengan
sedikit fleksi baik
4. Refleks Tidak ada Menyeringai Menangis
respons (Grimance)
5. Warna Biru, pucat Tubuh merah Merah muda
muda, seluruhnya
ekstremitas biru
Keterangan:
Pemberian nilai APGAR baik itu pada APGAR 1 (1 menit pertama), atau
pada APGAR 2 (5 menit kemudian) dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
Nilai 0-3 : Mengindikasikan bayi stress berat
Nilai 4-6 : Mengindikasikan kesulitan moderat (depresi sedang)
Nilai 7-10 : Mengindikasikan bayi kondisi normal atau baik tidak
akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di
luar rahim.
4. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir
a. Perubahan sistem pernafasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30
detik pertama sesudah lahir, terjadi dengan adanya perkembangan
paru-paru, Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak,
penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2
meningkat dalam darah. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya
dengan fungsi kardiovaskuler adalah Peningkatan aliran darah paru-
paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan
menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-
paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan
membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
Perubahan pada sistem peredaran darah terjadi karena adanya
Penutupan foramen ovale atrium jantung dan Penutupan duktus
arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta. Oksigenasi yang
memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia,
pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokonstriksi.
Pengerutan pembuluh ini berarti tidak ada pembuluh darah yang
terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga
menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan.
b. Perubahan pengaturan suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, suhu
dikendalikan dari pusat penurun panas dan pusat peningkatan panas
di hipotalamus, area otak di dekat kelenjar hipofisis, sehingga bayi
akan mengalami stress dengan adanya perubahan perubahan
lingkungan.
Pada saat bayi meninggalkan lingkungan dari dalam rahim ibu
ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan
yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali
panas tubuhnya. Pembentukan suhu pada bayi baru lahir tanpa
disertai menggigil adalah merupakan hasil penggunaan lemak coklat
untuk produksi panas. Mekanisme kehilangan panas pada bayi
dibedakan menjadi 4 yaitu:
1) Evaporasi
Kehilangan panas akibat bayi tidak segera dikeringkan.
Akibatnya cairan ketuban pada permukaan tubuh menguap.
2) Konduksi
Kehilangan panas akibat kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin.
3) Konveksi
Kehilangan panas akibat bayi terpapar dengan udara sekitar yang
lebih dingin.
4) Radiasi
Kehilangan panas akibat bayi ditempatkan di dekat benda yang
temperaturnya lebih rendah dari temperatur tubuh bayi.
c. Perubahan metabolism glukosa
Selama dalam kandungan kebutuhan glukosa bayi dipenuhi
oleh ibu. Saat bayi lahir dan tali pusat dipotong, bayi harus
mempertahankan kadar glukosanya sendiri. Kadar glukosa bayi akan
turun dengan cepat (1-2 jam pertama kelahiran) yang sebagian
digunakan untuk menghasilkan panas dan mencegah hipotermia.
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah
tertentu.
Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat
lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan
turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam). Jika cadangan glukosa
tubuh habis digunakan, sementara bayi tidak mendapat asupan dari
luar, beresiko terjadinya hipoglisemia dengan gejala kejang, sianosis,
apnoe, tangis lemah, letargi dan menolak makan. Akibat jangka
panjang dapat merusak sel-sel otak.
d. Perubahan sistem gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah
terbentuk baik pada saat lair. Kemampuan bayi baru lahir cukup
bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih
terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum
sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan
neonatus.
Kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30cc untuk bayi
baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara
lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan
makanan yang diatur bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on
demand.
e. Perubahan sistem kekebalan tubuh/imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur
pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalan alami: Perlindungan oleh kulit
membran mukosa, Fungsi saringan saluran napas, Pembentukan
koloni mikroba oleh kulit dan usus dan perlindungan kimia oleh
lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel
darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing.
Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL
tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara
efisien.

5. Refleks-refleks pada Bayi


Ada beberapa refleks yang dialami oleh bayi baru lahir, antara lain:
a. Reflek menghisap (sucking refleks)
Bayi mulai melakukan gerakan menghisap kuat di daerah sirkum oral
sebagai respon terhadap rangsangan.
b. Rooting refleks
Sentuhan atau goresan pada pipi sepanjang sisi mulut menyebabkan
bayi menolehkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap,
harus sudah menghilang setelah 3-4 bulan.
c. Reflek menggenggam (grapsking refleks)
Sentuhan pada telapak tangan atau kaki dekat dasar jari,
menyebabkan reflek tangan dan jari kaki, genggaman tangan setelah
usia 3 bulan, diganti dengan gerakan volunteer, genggaman kaki
berkurang pada usia 8 bulan.
d. Tonic neck refleks
Apabila kepala bayi ditengokkan ke satu sisi, lengan dan tungkai
akan akan diekstensikan pada sisi tersebut, sedangkan lengan dan
tungkai sisi yang berlawanan difleksikan, hilang pada usia 3-4 bulan,
diganti dengan pemosisian yang simetris pada kedua sisi tubuh.
e. Moro refleks
Goyangkan tiba-tiba atau perubahan keseimbangan akan
menyebabkan ekstensi dan abduksi mendadak ekstremitas dan jari
megar dengan ibu jari dan telunjuk membentuk huruf C, diikuti fleksi
dan abduksi ekstremitas, tungkai sedikit fleksi, bayi mungkin
meniangis. Menghilang setelah 3-4 bulan, biasanya paling kuat pada
2 bulan pertama.
f. Babinsky refleks
Goresan sisi luar telapak kaki keatas dari tumit sepanjang telapak
kaki menyebabkan jari-jari kaki hiperekstensi dan haluks dorsofleksi,
menghilang setelah 1 tahun.

6. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir


a. Asuh (Fisik-Biomedis)
Asuh merupakan kebutuhan dasar fisik seperti makanan, tempat
tinggal. Asuh dititik beratkan pada asupan gizi anak yaitu saat
dikandungan dan sesudahnya.
Kebutuhan yang mencakup Asuh antara lain:
1) Pemberian pangan atau nutris
Nutrisi yang paling bagus untuk bayi adalah ASI.
2) Perawatan kesehatan dasar seperti pelayanan kesehatan,
imunisasi, morbiditas/kesakitan.
3) Kebutuhan pakaian
4) Kebutuhan perumahan
5) Hygiene dan sanitasi lingkungan
b. Asih
Asih merupakan kebutuhan terhadap emosi, bagaimana
mempercayakan dan mengasihi untuk memberikan rasa aman kepada
anak.
c. Asah (Stimulasi Mental)
Asah atau stimulasi adalah adanya perangsang dari lingkungan luar
anak, yang berupa latihan atau bermain (Setiyani, 2016).

7. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


Menurut Wafi Nur (2010), tanda bahaya bayi baru lahir yaitu:
a. Pernafasan sulit > 60 kali/menit
b. Retraksi dinding dada saat respirasi
c. Suhu < 360 C atau > 380 C
d. Warna kulit atau bibir pucat
e. Menghisap lemah
f. Tali pusat berwarna merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk
g. Mekonium tidak keluar setelah tiga hari pertama kelahiran
h. Muntah terus menerus

8. Kunjungan Bayi Baru Lahir


Kunjungan pada bayi baru lahir dibedakan menjadi:
a. KN 1 (6-8 jam setelah lahir)
Pada kunjungan ini yang harus diperhatikan adalah mempertahankan
suhu bayi, pemeriksaan fisik bayi, dilakukan pemeriksaan fisik.
b. KN 2 (3-7 hari setelah lahir)
Pada kunjungan ini yang harus diperhatikan adalah menjaga tali pusat
dalam keadaan bersih dan kering, menjaga kebersihan bayi,
pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
icterus, diare, berat badan rendah, dan masalah pemberian ASI,
menjaga keamanan bayi, konseling terhadap ibu dan keluarga untuk
memberikan ASI eksklusif pencegah hipotermi dan melaksanakan
perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA,
penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
c. KN 3 (8-28 hari setelah lahir)
Pada kunjungan ini yang harus diperhatikan adalah pemeriksaan
fisik, menjaga kebersihan bayi, memberitahu ibu tentang tanda-tanda
bahaya bayi baru lahir, menjaga keamanan bayi, konseling terhadap
ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif pencegah
hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah
dengan menggunakan buku KIA, memberitahu ibu tentang imunisasi
BCG, penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan


1. Pengertian Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
Asuhan bayi baru lahir adalah menjaga bayi agar tetap hangat,
membersihkan saluran nafas, mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak
tangan), memantau tanda bahaya, memotong dan mengikat tali pusat,
melakukan IMD, memberikan suntikan vitamin K1, memberi salep mata
antibiotik pada kedua mata, memberi immunisasi Hepatitis B, serta
melakukan pemeriksaan fisik (Syaputra Lyndon, 2014).
2. Asuhan Bayi Baru Lahir
a. Menjaga bayi agar tetap hangat. Langkah awal dalam menjaga bayi
tetap hangat adalah dengan menyelimuti bayi sesegera mungkin
sesudah lahir, tunda memandikan bayi selama 6 jam atau sampai bayi
stabil untuk mencegah hipotermi.
b. Membersihkan saluran napas dengan menghisap lendir yang ada di
mulut dan hidung (jika diperlukan). Tindkaan ini juga dilakukan
sekaligus dengan penilaian APGAR skor menit pertama. Bayi normal
akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak
langsung menangis, jalan napas segera dibersihkan.
c. Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan
kain atau handuk yang kering, bersih dan halus. Dikeringkan mulai
dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa
menghilangkan verniks. Verniks akan membantu menyamankan dan
menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain
kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem, Hindari
mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan
bayi membantu bayi mencari putting ibunya yang berbau sama.
d. Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan
antiseptik. Tindakan ini dilakukan untuk menilai APGAR skor menit
kelima. Cara pemotongan dan pengikatan tali pusat adalah sebagai
berikut:
1) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.
Penyuntikan oksitosin dilakukan pada ibu sebelum tali pusat
dipotong (oksotosin IU intramuscular).
2) Melakukan penjepitan ke-I tali pusat dengan klem logam DTT 3
cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi, dari titik jepitan tekan
tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kea rah
ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan
tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat
jepitan ke-1 ke arah ibu.
3) Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang
lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT (steril).
4) Mengikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi, kemudian
lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
5) Melepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam
larutan klorin 0,5%.
6) Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisisasi
menyusui dini.
e. Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan
dilanjutkan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak
usia 6 bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat dilakukan setelah
mengikat tali pusat. Langkah IMD pada bayi baru lahir adalah lakukan
kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam dan
biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan mulai menyusui.
f. Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang pengenal
tersebut berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir, dan
jenis kelamin.
g. Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan darah
pada bayi baru lahir belum sempurna, semua bayi baru lahir beresiko
mengalami perdarahan. Untuk mencegah terjadinya perdarahan pada
semua bayi baru lahir, terutama bayi BBLR diberikan suntikan vitamin
K1 (phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muscular
pada anterolateral paha kiri. Suntikan vit K1 dilakukan setelah proses
IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hepatitis.
h. Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah
terjadinya infeksi pada mata.Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam
setelah lahir.
i. Menberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O) diberikan 1-2 jam
setelah pemberian vitamin K1 secara intramuscular. Imunisasi
Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap
bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B harus
diberikan pada bayi usia 0-7 hari.
j. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui apakah
terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera serta kelainan
yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan kelahiran.
Memeriksa secara sistematis head to toe (dari kepala hingga jari kaki).
Diantaranya:
1) Kepala: pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura
menutup/melebar adanya caput succedaneum, cepal hepatoma.
2) Mata: pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva, dan
tanda-tanda infeksi.
3) Hidung dan mulut: pemeriksaan terhadap labioskisis,
labiopalatoskisis dan reflex isap.
4) Telinga: pemeriksaan terhadap kelainan daun telinga dan bentuk
telinga.
5) Leher: perumahan terhadap serumen atau simetris.
6) Dada: pemeriksaan terhadap bentuk, pernapasan dan ada tidaknya
retraksi.
7) Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati,
limpa, tumor).
8) Tali pusat: pemeriksaan terhadap perdarahan jumlah darah pada
tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat atau
selangkangan.
9) Alat kelamin: untuk laki-laki, apakah testis berada dalam skrotum,
penis berlubang pada ujung, pada wanita vagina berlubang dan
apakah labia mayora menutupi labio minora.
10) Anus: tidak terdapat atresia ani.
11) Ekstremitas: tidak terdapat polidaktili dan syndaktili
(Sondakh,2017).

3. Pendokumentasian pada Bayi Baru Lahir


a. Data Subjektif
1) Anamnesa
Pada langkah pertama harus mengumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien.
2) Identitas orang tua
Nama, umur, ras atau suku, agama, status perkawinan,
pekerjaan.Maksud pertanyaan ini adalah untuk identitas(mengenal)
klien dan menentukan status sosial ekonominya yang harus kita
ketahui.
3) Keluhan utama keadaan bayi saat dilihat
4) Riwayat kehamilan dan persalinan ibu
Riwayat kebidanan yang lalu meliputi jumlah anak, perjalanan
persalinan aterm, berat badan bayi, dan masalah-masalah yang di
alami ibu.
5) Riwayat kesehatan ibu
Riwayat kesehatan termasuk penyakit-penyakit yang didapat
dahulu dan sekarang, seperti masalah hipertensi, diabetes mellitus,
malaria, PMS atau HIV/AIDS.
6) Riwayat sosial dan ekonomi
Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon
ibu dan keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, gizi yang
dikonsumsi dan kebiasaan makan, kebiasaan hidup sehat, merokok
dan minuman keras, mengkonsimsi obat-obat terlarang, kegiatan
sehari-hari, tempat dan petugas kesehatan yang di inginkan.

b. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum dan kesadaran penderita : Composmentis
(kesadaran baik), gangguan kesadaran meliputi apatis (masa
bodoh), samnolen (kesadaran menurun), spoor (mengantuk),
koma.
2) Pengukuran tanda-tanda vital
a) Nadi
Nadi normal adalah 110-120 menit. Bila nadi tidak normal
mungkin ada kelainan gangguan suhu tubuh atau gangguan
pernapasan.
b) Pernapasan
Pernapasan normal adalah 24-28 kali/menit.
c) Suhu Badan
Suhu badan normal adalah 36,5 - 37, . Bila suhu lebih tinggi
dari 37,5 kemungkinan ada infeksi.
d) Tinggi Badan
Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil
pengukuran < 45 cm.
e) Berat Badan
Berat badan lahir kalau kurang dari 2.5 kg datau lebih 4 kg
termasuk resiko.

c. Identifikasi Diagnosa dan Masalah


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita
yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian, masalah
juga sering menyertai diagnosis. Diagnosa pada bayi ini adalah Bayi
baru lahir cukup bulan fisiologis, dengan masalah potensial hipotermi.

d. Perencanaan
Pengembangan rencana yang komprehensif sesuai dengan kebutuhan
ibu mencakup komponen:
1) Penentuan kebutuhan untuk melakukan / menyingkirkan,
mengonfirmasi atau membedakan antara berbagai komplikasi yang
mungkin timbul.
2) Penentuan kebutuhan untuk melakukan konsultasi dengan dokter.
3) Penentuan kebutuhan untuk melakukan evaluasi dan intervensi.
4) Penentuan kebutuhan untuk mengatasi ketidaknyamanan atau
upaya terapi lain.
5) Penentuan kebutuhan untuk melibatkan orang terdekat lain untuk
lebih aktif dalam perencanaan perawatan.
6) Penjadwalan kunjungan ulang berikutnya.

e. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan seluruh rencana tindakan yang sudah
disusun dilaksanakan dengan efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan, sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri dia
tetap memikul tanggung jawab untuk melaksanakan rencana
asuhannya (misal memastikan langkah tersebut benar-benar
terlaksana).

f. Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan asuhan kebidanan yang telah
diberikan kepada pasien harus sesuai dengan:
1) Tujuan asuhan kebidanan adalah meningkatkan, mempertahankan
dan mengembalikan kesehatan, memfasilitasi ibu untuk menjalani
kehamilannya dengan rasa aman dan percaya diri.
2) Efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah yaitu dengan
mengkaji respon pasien sebagai hasil pengkajian dalam
pelaksanaan asuhan.
3) Hasil asuhan merupakan dalam bentuk konkrit meliputi pemulihan
kondisi pasien, peningkatan kesejahteraan, peningkatan
pengetahuan dan kemampuan ibu dalam perawatan diri untuk
memenuhi kebutuhan kesehatannya.

g. Catatan Perkembangan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


1) Catatan perkembangan bayi baru lahir KN I (6-48 jam)
S a. Identitas
Nama bayi: Untuk membedakan dengan bayi lainnya, biasanya
digunakan nama ibu untuk sementara.
Tanggal/ jam lahir: Untuk menentukan umur bayi. Dikaji
ditanggal lahir dan pukul berapa bayi lahir.
Jenis kelamin: Untuk membedakan bayi laki-laki dan
perempuan.
b. Keluhan : Keluhan yang sering dijumpai pada bayi meliputi
rewel, bayi kolik, gumoh, hidung tersumbat.
c. Riwayat Natal
1) Tanggal lahir : tanggal lahir bayi dan pukul berapa bayi
lahir
2) Pengukuran Antropometri:
Berat Badan : normalnya 2500- 4000gr
Panjang badan : normalnya 48-52 cm
Lingkar kepala : normalnya 33-35 cm
Lingkar dada : normalnya 30-38 cm
Lingkar Lengan : normalnya 11 cm (Arfiana AL, 2016;
h. 2).
3) Lama persalinan kala 1 dan II : normal, kala 1 fase laten
7-8 jam, dan fase aktif 6 jam, Kala II 1 jam pada
multigravida dan 2 jam pada primigravida.
4) Komplikasi persalinan : normalnya tidak ada komplikasi
pada saat persalinan. Komplikasi yang dapat timbul yaitu
KPD, plasenta previa, solusio plasenta, ruptura uteri,
atonia uteri, retensio plasenta, ruptur perineum dan
robekan dinding vagina, tali pusat menumbung, inersia
uteri, eklampsi, persalinan lama, ruptur uteri, distosia
karena kelainan letak, infeksi intra partum, atonia uteri.
d. Riwayat perinatal
1. Bayi menangis kuat
2. Pergerakan aktif
e. Pola Kebiasaan Sehari- hari
1) Pola Nutrisi : Bayi yang sehat ASI dalam lambungnya
akan kosong dalam waktu 2 jam. Sebaiknya bayi disusui
secara on demand karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya (Kemenkes, 2016; h. 147).
2) Pola Eliminasi : Normalnya dalam 12 jam sudah BAB dan
dalam 24 jam sudah BAK (Sembiring, 2019; h. 448).
3) Pola Istirahat : Bayi perlu banyak tidur, sediakan
lingkungan yang nyaman dan meminimalkan gangguan
atau stimulasi.
4) Pola Aktivitas : Dilihat apakah bayi bergerak aktif atau
tidak, menangis kuat atau tidak, reflek-refleknya normal
atau tidak (Sembiring, 2019; h. 448)
O a. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran : Compos mentis
2) Tanda- tanda Vital :
Nadi normalnya 120-160 x/menit; Suhu normalnya
36,5-37,5oC; Respirasi normalnya 30-40 x/menit
(Kemenkes, 2017; h. 180).
3) Status Present
a) Kepala : Normalnya simetris, tidak ada penonjolan
fontanel, tidak ada caput, tidak ada cephal hematoma,
ubun-ubun besar rata tidak menonjol dan sedikit
menonjol saat bayi menangis (Kemenkes, 2010; h.
18).
b) Mata : Tidak strabismus, tidak ada glaukoma
kongenital dan katarak kongenital, sklera putih,
konjungtiva merah muda, tidak ada kotoran/secret
(Kemenkes, 2010; h. 18).
c) Hidung : Normalnya simetris, bernafas dengan
hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan adanya obstruksi jalan nafas karena
natresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang menonjol ke nasofaring, tidak ada
kelainan bawaat atau cacat.
d) Mulut : Normalnya bibir, gusi, langit-langit utuh dan
tidak ada bagian yang terbelah, normalnya bayi
menghisap kuat (JNPK-KR, 2016; h. 130).
e) Telinga: Normalnya puncak daun telinga berada pada
garis lurus dengan kantus mata, tidak ada gangguan
pendengaran
f) Leher: Normalnya simetris, pergerakahn baik, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
(Sembiring, 2019; h. 452).
g) Dada: Normalnya simetris, pernafasan dangkal, tidak
ada tarikan dinding dada (Sembiring, 2019; h. 452).
h) Abdomen : Periksa bentuk perut, normalnya tidak ada
penonjolan sekitar tali pusat saat menangis dan tidak
ada perdarahan tali pusat serta tidak ada
pembengkakan (Sembiring, 2019; h. 452).
i) Punggung : Normalnya kulit teraba utuh, tidak
terdapat lubang dan benjolan pada tulang belakang
(JNPK-KR, 2016; h. 130).
j) Genetalia : Normalnya bayi perempuan kadang
terlihat cairan vagina berwarna putih atau kemerahan,
dan pada bayi laki-laki terdapat lubang uterus pada
ujung penis, teraba testis di skrotum (JNPK-KR,
2016; h. 131).
k) Anus: Normalnya terlihat lubang anus dan periksa
apakah mekonium sudah keluar (JNPK-KR, 2016; h.
130).
l) Ekstremitas : Ekstremitas bagian atas normalnya
Gerakan aktif, tidak ada polidaktil/sindaktil, telapak
tangan bisa membuka. Ekstremitas bawah normalnya
pendek, bengkok, dan fleksi dengan baik, nadi
femoralis dan pedis normalnya ada (Sembiring, 2019;
h. 454).
m) Kulit : Normalnya wajah, bibir dan selaput lendir,
dada harus berwarna merah muda, tanpa adanya
kemerahan atau bisul (JNPK-KR, 2016; h.130).
n) Reflek :
(1) Rooting refleks : Normalnya sudah baik, sentuhan atau
goresan pada pipi sepanjang sisi mulut menyebabkan
bayi menolehkan kepala ke arah sisi tersebut dan mulai
menghisap. Menghilang setelah usia 3 – 4 bulan.
(2) Sucking reflek : Bayi melakukan gerakan Menghisap
kuat di daerah sirkumoral, sebagai respon terhadap
rangsang. Reflek ini menetap selama masa bayi.
(3) Graps reflek : Normalnya sudah baik, sentuhan pada
telapak tangan menyebabkan fleksi tangan bayi akan
menggenggam. Berkurang setelah usia 3 bulan, diganti
dengan gerakan volunter.
(4) Moro reflek : Normalnya sudah baik, goyangkan tiba-
tiba atau perubahan keseimbangan akan menyebabkan
ekstensi dan abduksi mendadak ekstremitas dan jari
megar dengan ibu jari dan telunjuk membentuk huruf C,
diikuti fleksi dan abduksi ekstremitas, tungkai sedikit
fleksi, bayi mungkin meniangis. Menghilang setelah
usia 3 - 4 bulan.
(5) Tonic Neck reflek : Normalnya sudah baik, apabila
kepala bayi ditengokkan ke satu sisi, lengan dan tungkai
akan diekstensikan pada sisi tersebut, sedangkan lengan
dan tungkai sisi yang berlawanan difelksikan.
Menghilang setelah usia 3 - 4 bulan.
(6) Babinski reflek : Normalnya sudah baik, goresan sisi
luar telapak kaki menyebabkan jari kaki hiperekstensi
dan dorso fleksi. Menghilang setelah usia 1 tahun.
Sumber: (Arfiana AL, 2016; h. 9-11).
A a. Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny. X umur 6 jam-48 jam neonatus cukup bulan sesuai
masa kehamilan.
b. Masalah : disesuaikan dengan keluhan yang dirasakan
c. Diagnosa Potensial : Tidak ada
d. Kebutuhan Segera : Tidak ada
P Hari/ Tanggal : Jam :
a. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.
Hasil : Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.
b. Memberi tahu ibu cara mempertahankan suhu tubuh bayi agar
tetap hangat yaitu dengan cara jangan memandikan bayi baru
lahir sebelum 6 jam, tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
dan jauhkan dari jendela dan pintu, bayi harus tetap berpakaian
dan diselimuti setiap saat, mengenakan topi, memakai pakaian
kering dan lembut ganti popok dan pakaian setiap kali basah,
keringkan bayi segera pada saat memandikan, menyusui bayi
segera setelah lahir.
Hasil : Ibu bersedia menjaga kehangatan bayi.
c. Menjelaskan pada ibu untuk waspada terhadap tanda bahaya
pada bayinya yaitu tidak mau minum atau memuntahkan,
kejang, nafas cepat (≥60 x/menit) atau lambat (< 30 x/menit),
tarikan dinding dada kedalam, nanah yang banyak di mata,
pusat kemerahan meluas ke dinding perut, kulit tampak
kuning, demam atau suhu ketiak >37,5°c serta teraba dingin
yaitu < 36°c.
Hasil : Ibu memahami tanda bahaya pada bayi.
d. Menganjurkan ibu untuk memantau pola istirahat bayi.
Hasil: ibu bersedia melakukannya.
e. Menganjurkan ibu untuk memantau BAB dan BAK bayi.
Hasil : ibu bersedia melakukannya.
f. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan bayi,
mandikan bayi jika sudah > 6 jam setelah lahir.
Hasil: Ibu bersedia melakukannya.
g. Menjadwalkan kunjungan ulang ketika bayinya berumur 3-7
hari atau jika ada keluhan untuk segera ke tempat pelayanan
kesehatan.
Hasil : Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang atau
tidak( Kemenkes RI, 2013; h. 54-56).
h. Mendokumentasi tindakan.
Hasil : dokumentasi sudah dilakukan.

2) Catatan perkembangan bayi baru lahir KN II (3-7 hari)


S a. Keluhan
Untuk mengetahui kondisi bayi kepada ibu atau keluarganya
apakah ada penyulit / gangguan pada bayi. Keluhan yang sering
dijumpai pada bayi meliputi rewel, bayi kolik, gumoh, hidung
tersumbat.
b. Pola pemenuhan kebutuhan
1) Nutrisi : Bayi yang sehat ASI dalam lambungnya akan
kosong dalam waktu 2 jam. Sebaiknya bayi disusui secara
on demand karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya (Kemenkes, 2016; h. 147).
1) Eliminasi : Normalnya dalam 12 jam sudah BAB dan
dalam 24 jam sudah BAK (Sembiring, 2019; h. 448).
2) Aktivitas : dilihat apakah bayi bergerak aktif atau tidak,
menangis kuat atau tidak, reflek-refleknya normal atau
tidak (Sembiring, 2019; h. 448)
3) Istirahat : Bayi perlu banyak tidur, sediakan lingkungan
yang nyaman dan meminimalkan gangguan atau stimulasi.
Bayi tidur selama 14 – 18 jam dalam 24 jam.
O a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital (Nadi, nafas dan
suhu). Nilai normal dan penjelasan sama seperti catatan
perkembangan BBL I, tetapi hasilnya bisa berbeda.
Pengukuran Antropometri
Berat badan : Bayi yang disusui, peningkatan berat badannya
kurang lebih 1 ons per hari. Selama 3–5 hari pertama, berat
badan bayi akan hilang 5 – 10 %. Penurunan berat badan
tersebut harus dicapai kembali pada hari ke 10.
b. Status Present
1. Kepala : Normalnya simetris, tidak ada penonjolan
fontanel, tidak ada caput, tidak ada cephal hematoma,
ubun-ubun besar rata tidak menonjol dan sedikit menonjol
saat bayi menangis (Kemenkes, 2010; h. 18).
2. Mata : Tidak strabismus, tidak ada glaukoma kongenital
dan katarak kongenital, sklera putih, konjungtiva merah
muda, tidak ada kotoran/secret (Kemenkes, 2010; h. 18).
3. Mulut : Normalnya bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak
ada bagian yang terbelah, normalnya bayi menghisap kuat
(JNPK-KR, 2016; h. 130).
4. Abdomen : Periksa bentuk perut, normalnya tidak ada
penonjolan sekitar tali pusat saat menangis dan tidak ada
perdarahan tali pusat serta tidak ada pembengkakan
(Sembiring, 2019; h. 452).
5. Genetalia : Normalnya bayi perempuan kadang terlihat
cairan vagina berwarna putih atau kemerahan, dan pada
bayi laki-laki terdapat lubang uterus pada ujung penis,
teraba testis di skrotum (JNPK-KR, 2016; h. 131).
6. Kulit : Normalnya wajah, bibir dan selaput lendir, dada
harus berwarna merah muda, tanpa adanya kemerahan atau
bisul (JNPK-KR, 2016; h.130).
A a. Diagnosa kebidanan
Bayi Ny. X umur 3-7 hari neonatus cukup bulan sesuai masa
kehamilan.
b. Masalah : Sesuai keluhan dan pengkajian
c. Diagnosa potensial : Tidak ada
d. Kebutuhan segera : Tidak ada
P a. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.
Hasil : ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.
b. Memganjurkan ibu untuk menjaga tali pusat agar dalam
keadaan bersih dan kering.
Hasil: Ibu bersedia untuk melakukannya.
Menurut penelitian Putri D (2017), penggunaan topical ASI
dalam pelepasan tali pusat sangat banyak keuntungannya
dengan rerata lama puput tali pusat 5,03 hari. Menggunakan
topikal ASI pada tali pusat sangat efektif membuat tali pusat
cepat lepas karena efek samping dari penggunaan topikal ASI
pada tali pusat tidak ada, sebab pada ASI terdapat anti inflamasi
dan anti infeksi yang dapat melawan koloni bakteri pada tali
pusat, hal ini dapat dijadikan sebagai topikal dan mempercepat
pelepasan tali pusat. Tidak hanya untuk mempercepat puputnya
tali pusat akan tetapi ASI dapat digunakan sebagai pengganti
topikal lain untuk perawatan tali pusat karena dapat
menurunkan kejadian omphalitis dan perlu dikembangkan.
Penyebab omphalitis salah satunya kebersihan lingkungan dan
maternal, faktor khususnya yaitu koloni bakteri yang terdapat
pada tali pusat bayi.
c. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan bayi.
Hasil: Ibu bersedia melakukannya.
d. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang tanda
bahaya bayi baru lahir yaitu infeksi bakteri, ikterus, diare, berat
badan rendah, dan bayi tidak mau menyusu.
Hasil: Ibu mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir.
e. Menganjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan yaitu bayi hanya diberi ASI tanpa tambahan
makanan atau minuman yang lain.
Hasil: Ibu bersedia memberikan ASI eksklusif.
f. Memberitahu ibu cara perawatan bayi sehari-hari.
Hasil: Ibu sudah mengetahui.
g. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga keamanan bayi.
Hasil: Ibu bersedia untuk melakukannya.
h. Memberitahu ibu untuk melakukan penanganan dan rujukan
kasus bila diperlukan.
Hasil: Ibu bersedia melakukannya.
i. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada hari
ke 8-28 pasca salin atau bila da keluhan.
Hasil: ibu bersedia melakukan kunjungan ulang.
j. Melakukan dokumentasi tindakan.
Hasil : dokumentasi telah dilakukan ( Muslihatun, 2010; h. 39-
47).

3) Catatan perkembangan bayi baru lahir KN III (8-28 hari)


S a. Keluhan
Penjelasan sama dengan asuhan bayi baru lahir 6 hari.
b. Pola Pemenuhan Kebutuhan
Penjelasan sama dengan asuhan bayi baru lahir 6 hari, namun
hasil bisa berbeda.
O a. Pemeriksaan Umum
b. Keadaan umum (normalnya baik/stabil), kesadaran, tanda-tanda
vital (nadi, suhu dan nafas). Nilai normal dan penjelasan sama
seperti catatan perkembangan asuhan bayi baru lahir I, namun
hasil bisa berbeda (Sembiring, 2019; h. 449).
Pengukuran BB: normalnya 2500-4000 gram (Arfiana AL,
2016; h. 2).
c. Status Present :
1. Kepala : Normalnya simetris, tidak ada penonjolan
fontanel, tidak ada caput, tidak ada cephal hematoma,
ubun-ubun besar rata tidak menonjol dan sedikit menonjol
saat bayi menangis (Kemenkes, 2010; h. 18).
2. Mata : Tidak strabismus, tidak ada glaukoma kongenital
dan katarak kongenital, sklera putih, konjungtiva merah
muda, tidak ada kotoran/secret (Kemenkes, 2010; h. 18).
3. Mulut : Normalnya bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak
ada bagian yang terbelah, normalnya bayi menghisap kuat
(JNPK-KR, 2016; h. 130).
4. Abdomen : Periksa bentuk perut, normalnya tidak ada
penonjolan sekitar tali pusat saat menangis dan tidak ada
perdarahan tali pusat serta tidak ada pembengkakan
(Sembiring, 2019; h. 452).
5. Genetalia : Normalnya bayi perempuan kadang terlihat
cairan vagina berwarna putih atau kemerahan, dan pada
bayi laki-laki terdapat lubang uterus pada ujung penis,
teraba testis di skrotum (JNPK-KR, 2016; h. 131).
6. Kulit : Normalnya wajah, bibir dan selaput lendir, dada
harus berwarna merah muda, tanpa adanya kemerahan
atau bisul (JNPK-KR, 2016; h.130).
A a. Diagnosa kebidanan
Bayi Ny X umur 8-28 hari neonatus cukup bulan sesuai masa
kehamilan.
b. Masalah : sesuai keluhan dan hasil pengkajian
c. Diagnosa potensial :Tidak ada
d. Kebutuhan segera : Tidak ada
P Hari, tanggal: jam:
a. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.
Hasil : Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.
b. Memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan masalah/
keluhan yang ada pada bayi.
Hasil : Ibu mengerti atas penjelasan yang diberikan.
c. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif.
Hasil:Ibu memberikan ASI eksklusif.
d. Menganjurkan ibu untuk meningkatkan kebersihan dan
merawat kulit serta mata.
Hasil : Ibu bersedia meningkatkan kebersihan bayinya.
e. Memberitahu ibu tentang imunisasi dasar wajib untuk bayi,
pada saat umur bayi menginjak 1 bulan yaitu imunisasi BCG
dan Polio 1.
Hasil : Ibu mengetahui jadwal imunisasi bayinya.
f. Menganjurkan ibu untuk memantau pemenuhan kebutuhan
nutrisi bayi dengan ASI.
Hasil : Ibu bersedia melakukannya.
g. Menganjurkan ibu segera ke fasilitas kesehatan atau Posyandu
apabila bayi mengalalami masalah/tanda bahaya.
Hasil : Ibu memahami penjelasan bidan.
h. Memberitahu ibu untuk melakukan penanganan dan rujukan
kasus bila diperlukan.
Hasil: Ibu bersedia melakukannya.
i. Melakukan dokumentasi kegiatan.
Hasil : Dokumentasi telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Bapennas.2015.RPJMN 2015-2019 dan strategi pembangunan kesehatan dan gizi


masyarakat. Jakarta: Kemenkes 2015.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sum
atera Utara. Medan: Dinkes Prov. SU.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan menteri Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta: DepkesRI
Jannah, 2017. ASKEB II Persalianan Berbasis Kompetensi.Jakarta:EGC.
Johariyah.2016. AsuhanKebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: TIM
Mangkuji , B., dkk. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah Soap. Jakarta : EGC
Marmi,dan K. Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka belajar.
Muslihatun, Wafinur. (2010). Pendokumentasian Kebidanan. Yogyakarta: Fitramay
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. 2016.Buku Acuan Midwifery Update.
Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.
Purwoastuti, Endang dan Elisabeth S. Walyani. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.
Sondakh, J. J.2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi baru Lahir. Malang:
Penerbit Erlangga.
Tando, 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai