Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR NORMAL DI RUANG PERINATOLOGI


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Dosen Koordinator : Monna Maharani H., M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Mat
Dosen Pembimbing: Siti Nurbayanti, M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat

Oleh:
Diana Shinta Maharani
2250321047

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2022

Cap Ruangan Tanggal Nilai Tanggal Nilai Rata-Rata

Paraf CI Paraf
Dosen
A. Definisi
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0 - 28 hari
(Mega, 2020). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai
4000 gram (Manuaba, 2012).
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan
37- 42 mingguatau 294 hari dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan
4000 gram, bayi baru lahir (newborn atau neonatus) adalah bayi yang baru
di lahirkan sampai dengan usia empat minggu (Deasy, kk., 2020).
Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37-42
minggu, berat badan 2500-4000 gram, panjang lahir 48-52 cm. lingkar dada
30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi
denyut jantung 120- 160 kali permenit, kulit kemerah-merahan dan licin
karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan
rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai
Appearance Pulse Grimace Activity Respiration (APGAR) >7, gerakan
aktif, bayi langsung menangis kuat, genetalia pada laki-laki kematangan
ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang
sedangkan genetalia pada perempuan kematangan ditandai dengan labia
mayora menutupi labia minora, refleks rooting susu terbentuk dengan baik,
refleks sucking sudah terbentuk dengan baik (Armini, 2017).
B. Etiologi
1. His (Kontraksi otot rahim)
2. Kontraksi otot dinding perut
3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.
C. Patofisiologi
Adaptasi fisiologis Bayi Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang
meliputi :
1. Sistem pernafasan
Masa alveoli akan kolaps dan paru- paru kaku. Pernafasan pada
neonatus biasanya pernafasan diafragma dan abnominal. Sedangkan
respirasi setelah beberapa saat kelahiran yaitu 30 -60 x/menit.
2. Jantung dan sirkulasi darah
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat.
Dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru
mengecil dan darah mengalir ke paru-paru. Dengan demikian duktus
botali tidak berfungsi lagi, foramen ovale akan tertutup. Penutupan
foramen ovale terjadi karena pemotongan tali pusat
3. Saluran pencernaan
Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan
dalam 24 jam pertama.
4. Hepar
Fungsi hepar janin dalam kandungan setelah lahir dalam
keadaan imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan
ketidakseimbangan hepar untuk menindakan bekas penghancuran
darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada
neonatus, misalnya enzim UDPGT (Urin Difosfat Glukoronide
Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrigerase)
yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga
neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis
5. Metabolisme
Pada jam -jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil
metabolisme lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120
mg/100 ml.
6. Produksi panas
Pada neonatus yang mengalami hipotermi, bayi mengadakan
penyesuaian suhu terutama dengan NST (Non Sheviring
Thermogenesis) yaitu dengan pembakaran "brown fat" (lemak
coklat) yang memberikan lebih banyak energi daripada lemak biasa.
7. Kelenjar endokrin
Kelenjar tiroid yang sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir
dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum akhir.
8. Keseimbangan air dan ginjal
Tubuh bayi mengandung banyak air dan kadar natrium
relatif lebih besar daripada kalium
9. Susunan saraf
Gerakan menelan pada janin, sehingga janin yang dilahirkan
diatas 32 Minggu dapat hirup diluar kandungan. Pada kehamilan 7
bulan maka janin amat sensitif terhadap cahaya
10. Imunologi
Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari
kolostrum dan asi
11. Sistem integument
Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas,
semua struktur kulit ada pada saat lahir tetapi tidak matur. Epidermis
dan dermis tidak terikat dengan erat dan sangat tipis, vernik kaseosa
juga bersatu dengan epidermis dan bertindak sebagai tutup
pelindung dan warna kulit merah muda.
12. Sistem skeletal
Saat baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki.
Ekstremitas harus simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-
garis yg telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup bulan.
(Armini, 2017).
D. Pathway

Sumber: dikembangkan dari Bobak (2005), Carpenito (2010),


Winkjosastro (2006)

E. Klasifikasi
Bayi baru lahir dibagi dalam beberapa klasifikasi menurut (Ni
Wayan,2021). yaitu :
1. Bayi baru lahir menurut masa gestasinya :
a) Kurang bulan (preterm infant) : < 37 miggu
b) Cukup bulan (term infant) : 37-42 minggu
c) Lebih bulan (postterm infant) : 42 minggu atau lebih
2. Bayi baru lahir menurut berat badan lahir:
a. Berat lahir rendah : < 2500 gram
b. Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
c. Berat lahir lebih : >4000 gram
3. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi
dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
a. Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
b. Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan
(SMK/KMK/BMK)
F. Penilaian Bayi waktu Lahir
Menurut Winkjosastro (2006), keadaan bayi dinilai satu menit
setelah lahir dengan penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk
mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Setiap penilaian
diberi angka 0,1 dan 2. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah
bayi normal ( vigorous baby = nilai APGAR 7-10), asfiksia sedang-ringan
(nilai APGAR 4-6) atau bayi menderita asfiksia berat (nilai APGAR 0-3).
Bila nilai APGAR 2 menit tidak mencapai nilai 7, maka harus dilakukan
tindakan resusitasi lebih lanjut oleh karena bila bayi menderita asfiksia lebih
dari 5 menit, kemungkinan terjadinya gejala- gejala neurologik lanjutan di
kemudian hari lebih besar. Berhubungan dengan hal itu, penilaian menurut
APGAR dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada umur 5 menit.
Berikut ini merupakan tabel penilaian APGAR :
Tanda 0 1 2
Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(Warna kulit) ekstremitas biru kemerah-
merahan
Pulse rate Tidak ada <100 >100
(Frekuensi nadi)
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin
(Reaksi mimik
rangsangan)
Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
(Tonus otot) dalam sedikit
fleksi
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Baik/menangis
(Pernapasan) teratur
Winkjosastro (2006)
Catatan :
NA 1 menit lebih/sama dengan 7 tidak perlu resusitasi
NA 1 menit 4-6 bag dan mask ventlation
NA 1 menit 0-3 lakukan intubasi
G. Komplikasi
1. Sebore
2. Ruam
3. Moniliasi
4. Ikterus fisiologi
5. Gangguan sistem saraf pusat : koma, menurunnya reflex mata
6. Kardiovaskular : penurunan tekanan darah secara berangsu
7. Pernafasan : Menurunnya konsumsi oksigen
8. Saraf dan otot : tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Sel Darah Putih 18000/mm,
2. Neutropil meningkat sampai /mm hari pertama setelah lahir (menurun
bila ada sepsis)
3. Hemoglobin 15-20g/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia)
4. Hematokrit 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar gula menunjukan anemia/hemoraghi
prenatal)
5. Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan 8 mg/dl 1-2 hari
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
6. Detrosik:Tetes glukosa selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-
rata mg/dl,meningkat mg/dl pada hari ke 3.

H. Penatalaksanaan Medis
Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah
transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar
dan tidak ada kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif dilakukan dalam
24 jam pertama kehidupan. Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus
dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi kelainan atau anomali kongenital
yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran,
pengelolaan lebih lanjut dari setiap kelainan yang terdeteksi pada saat
antenatal, mempertimbangkan masalah potensial terkait riwayat kehamilan
ibu dan kelainan yang diturunkan, dan memberikan promosi kesehatan,
terutama pencegahan terhadap sudden infant death syndrome (SIDS)
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk
membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat,
mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi
Asuhan bayi baru lahir meliputi :
1. Pencegahan Infeksi (PI)
2. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi Untuk
menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan
penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga
pertanyaan :
a) Apakah kehamilan cukup bulan?
b) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
c) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia
sehingga harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada
jalan napas bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian
Kesehatan RI, 2013)
3. Pemotongan dan perawatan tali pusat Setelah penilaian sepintas dan
tidak ada tanda asfiksia pada bayi, dilakukan manajemen bayi baru
lahir normal dengan mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala,
dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau
perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan
pemotongan tali pusat dengan satu tangan melindungi perut bayi.
Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat
atau mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Perawatan rutin untuk tali pusat
adalah selalu cuci tangan sebelum memegangnya,menjaga tali pusat
tetap kering dan terpapar udara, membersihkan dengan air,
menghindari dengan alkohol karena menghambat pelepasan tali
pusat, dan melipat popok di bawah umbilikus (Lissauer, 2013).
4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan
bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk
melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari,
menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi
akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu
pertama biasanya berlangsung pada menit ke- 45-60 dan
berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu
payudara (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Jika bayi belum
menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih
dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit
selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi masih belum melakukan
IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan asuhan perawatan neonatal
esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K, salep mata,
serta pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan lagi
kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI,
2013).
5. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam,
kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
6. Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi
mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis
(tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian
salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya
pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam
setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
7. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1dosis
tunggal di paha kiri
Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah
perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh
sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic
disease of the newborn dapat diberikan dalam suntikan yang
memberikan pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang
membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang
bervariasi dan proteksi yang kurang pasti pada bayi (Lissauer, 2013).
Vitamin K dapat diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir (Lowry,
2014).
8. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan
kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
9. Pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan
dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping
sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI ekslusif mempunyai dasar
hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada
bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi
kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI
Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan bayi
baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
Menurut Doenges (2001), pengkajian dasar pada neonatus cukup bulan
meliputi :
a. Aktivitas/istirahat
Aktivitas spontan, status terjaga yang terlihat (mengantuk, sadar
aktif, sadar diam, menangis), status tidur yang terlihat (tidur dalam,
tidur sebentar).
b. Sirkulasi
Nadi apikal, bunyi jantung (murmur), warna kulit (kebiruan,
belang- belang, abu-abu), sianosis (lokasi, efek menangis),
haemoglobin, hematokrit.
c. Integritas ego
Area umum dari masalah perhatian terhadap rangsang
(penglihatan, auditorium), kebiasaaan terhadap rangsang, perilaku
sosial/keinginan untuk digendong.
d. Eliminasi
Bising usus, abdomen (utuh, lunak, masa), anus (paten, fisura, kista
pilonidal), mekonium keluar (waktu), urine (waktu pertama
berkemih, jumlah/frekuensi, warna).
e. Makanan/cairan
Berat badan, panjang badan, kulit (lembab/kering, turgor), fontanel
(normal, tertekan), kekuatan refleks (menghisap, menelan),
muntah.
f. Hygiene
Bayi tidak mampu merawat diri dan tergantung secara total (tingkat
4)
g. Neurosensori
Tingkat kesadaran, respons terhadap rangsang, menangis
(kekuatan, karakter), respons pendengaran dan pengelihatan, tonus
otot, refleks.
h. Nyeri/ketidaknyamanan
Observasi (tidak dites untuk) respons terhadap rangsang nyeri :
gelisah, iritabilitas, menangis konstan.
i. Pernapasan
APGAR skor 1 menit dan 5 menit, frekuensi pernapasan, bunyi
napas, pernapasan cuping hidung,
j. Keamanan
Tipe kelahiran, suhu, kulit (tekstur, lembab/kering, warna, verniks
kaseosa,), tali pusat (jumlah pembuluh, warna, perdarahan,
eksudat, hernia, navel kutis), klavikula (utuh,
ikatan/krepitasi/lokasi), ekstremitas (kesamaan panjang, jumlah
jari), spinal (lurus, melengkung).
k. Seksualitas
Payudara (jarak, diameter areola), genitalia wanita (labia mayor
lebih besar dari labia minor, kemerahan, bengkak, perdarahan),
genitalia pria ( skrotum ada rugae , bengkak , testis turun)
2. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian atau pemeriksaan fisik pada bayi dilakukan secara
menyeluruh. Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan
bagian dari prosedur perawatan bayi segera setelah lahir. Pengkajian
ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dan untuk
memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami
penyimpangan (Muslihatun,2010; h.28).
a. Pengukuran
1) Lingkar kepala
Lingkar kepala diukur mulai dari bagian depan kepala
(diatas alis/area frontal) dan area oksipital. Lingkar kepala
normalnya 32- 35 cm. Apabila lingkar kepala lebih kecil dari
pada lingkar dada dicurigai adanya mikrosefalus. Jika lingkar
kepala 4 cm lebih besar dari lingkar dada atau tetap menetap
atau bertambah meningkat selama beberapa hari, maka harus
dicurigai adanya hidrosefalus.
2) Lingkar dada
Lingkar dada pada bayi cukup bulan normalnya 30-33 cm.
Sekitar 2 cm lebih kecil daripada lingkar kepala. Pengukuran
tepat dilakukan pada garis buah dada. Bila lingkar kepala <30
cm perlu dicurigai adanya prematur
3) Panjang badan
Panjang badan yang diukur dari puncak kepala sampai tumit,
pada bayi cukup bulan normalnya adalah 48-52 cm. Bila
panjang badan <48 cm atau >52 cm perlu dicermati adanya
penyimpangan kromosom.
4) Berat badan
Berat badan pada bayi cukup bulan normalnya 2500-4000
gram.
b. Pengukuran tanda-tanda vital
1) Suhu/temperatur
Sebaiknya mengukur temperatur melalui aksila,
karena mengukur temperatur melalui rektum dapat
menyebabkan perforasi pada mukosa. Temperatur normal
adalah 36,5-37,5°C.
2) Pernafasan
Pernafasan biasanya dimulai beberapa detik dari
kelahiran, Pernafasan yang normal pada bayi baru lahir
adalah berkisar 30-60 x/menit, pengukuran dilakukan selama
60 detik (1 menit). Pengukuran dilakukan dengan
menghitung 60 detik penuh untuk mendeteksi
ketidakteraturan dalam kecepatan. Kecepatan pernafasan
dipengaruhi seperti menangis. Bila tidak terjadi pernafasan
yang teratur menunjukan suatu kelainan yaitu asfiksia.
3) Nadi
Denyut nadi normal pada bayi baru lahir adalah 130-160
x/menit. Pengukuran juga dilakukan dengan menghitung
selama 60 detik.
c. Kondisi Umum
Yang perlu diperhatikan dalam kondisi umum meliputi:
1) Keadaan umum : kesadaran dan keaktifan
2) Kulit : pada bayi baru lahir kulit tampak
berwarna merah.
Observasi warna kulit bayi dalam hubungannya dengan
perubahan aktifitas, posisi dan temperatur. Pada umumnya
bayi akan memerah jika dia menangis , penurunan temperatur
dapat meningkatkan derajat sianosis karena vasokontriksi
(Maryunani dkk,2008; h.74)
d. Pemeriksaan bagian tubuh (pemeriksaan fisik)
1) Kepala
Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase, caput
succedaneum, cephal hematome, hidrosepalus. Berikut ini
merupakan tabel perbedaan antara caput succedenum dan
caputcephalhematoma :

Caput succedenum Cephalhematoma


a) Muncul pada saat lahir a) Muncul beberapa jam setelah
b) Tidak bertambah besar lahir
c) Hilang dalam beberapa b) Lebih besar hari ke-2 atau ke-
hari 3
d) Batas tidak jelas c) Hilang setelah 6 minggu
e) Kadang-kadang melewati d) Batas tegas
sutura e) Tidak pernah lewat sutura
f) Penyebab: bengkak f) Penyebab : perdarahan
melewati jaringan lunak subperiosteal
g) Komplikasi: tidak ada g) Komplikasi: ikterus, fraktur,
perdarahan intrakranial, syok.
Maryunani dkk (2008; h.83)
2) Mata
Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran efikantus),
kesimetrisan, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva.
3) Telinga
Kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala
serta adanya gangguan pendengaran
4) Hidung
Bentuk hidung, pola pernafasan, kebersihan

5) Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah, lidah,
palatum, bercak putih pada gusi, refleks menghisap, ada
labio/palatoskisis
6) Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan benjolan,
kelainan tiroid.
7) Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
8) Dada
Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting susu, gangguan
pernafasan, auskultasi bunyi jantung, dan pernafasan.
9) Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,
perdarahan tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan,
gastroskisis, omfalokel, bentuk simetris/tidak, palpasi hati,
ginjal.
10) Genetalia
Kelamin laki-laki: skrotum sudah turun, urifisium uretra
diujung penis (fimosis, hipospadia/epispadia).Kelamin
perempuan: labia mayora, labia minora, orifisium vagina,
orifisium uretra, sekret dan lain-lain.
11) Tungkai dan kaki
Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari (sindaktili,
polidaktili)
12) Anus
Berlubang/tidak, posisi, fungsi sfingter ani, adanya atresia
ani.
13) Punggung
Bayi tengkurap, raba kurvatura kolumna
vertebralis,pembengkakan, spina bifida.
14) Pemeriksaan kulit
Verniks caseosa, lanugo, warna, udema, bercak tanda lahir,
memar. Muslihatun (2010; h.53)
e. Refleks pada bayi baru lahir

Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan

spontan tanpa disadari pada bayi norm al. Berikut ini tabel refleks yangl

biasa ditemukan pada neonatus norma

Tabel 2.4 Reflekspada bayi baru lahir

Refleks Cara merangsang Keterangan


Refleks Sentuhkan Bayi secara otomatis akan
menghisap puting susu ke menghisap benda yang
(sucking) ujung mulut ditempatkan di mulut
bayi mereka. Hilang setelah 3-4
bulan.
Refleks Sentuh bibir, Bayi itu memalingkan
mencari/ pipi atau sudut kepalanya ke arah benda
memutar mulut dengan yang menyentuhnya, dalam
(rooting) Puting upaya menemukan sesuatu
yang dapat dihisap. Hilang
setelah 3-4 bulan.
Refleks Beri bayi Otot-otot tenggorokan
menelan minum menutup trakea dan
(swallow membuka esofagus ketika
ing) minuman berada dalam
mulut. Refleks akan
menetap.
Refleks Tempatkan jari Jari-jarinya akan langsung
menggen di telapak menggenggam sangat kuat.
gam tangan bayi Hilang pada bulan ketiga.
(graps) Tidak adanya refleks ini
menegaskan penyakit
serebral.
Tonik Gerakkan Lengan pada sisi tersebut
leher kepala bayi ke akan lurus dan lengan yang
samping berlawanan akan menekuk.
Refleks muncul pada bulan
pertama dan hilang pada
bulan keenam. Jika refleks
ini menetap hingga usia > 6
bulan menandakan
gangguan pada neuron
motorik atas.

Refleks Bayi dikejutkan Seluruh tubuhnya bereaksi


moro dengan gerakan dengan gerakan
yang mendadak mengayunkan/merentangkan
atau suara yang lengan dan kaki seolah ia
keras akan meraih sesuatu dan
menariknya dengan cepat ke
arah dada dengan posisi
tubuh meringkuk seperti
berpegangan dengan erat,
mendorong kepala ke
belakang, membuka mata,
dan mungkin menangis.
Hilang pada usia 3-4 bulan.
Jika menetap setelah 4-6
bulan bayi menderita
penyakit serebral.
Refleks Biarkan telapak Bayi akan melakukan
berjalan kaki bayi gerakan seperti berjalan.
dan menyentuh Akan menurun pada usia 1
melangk
permukaan yang minggu dan hilang setelah
ah
keras usia 2 bulan.
(steppin
g)
Refleks Baringkan bayi Bayi akan melakukan
merangk dengan gerakan merangkak dengan
ak tengkurap menggunakan lengan dan
(crawlin tungkainya.
g)
Knee Dengan Tungkai bawah akan
jerk perlahan tepuk mengedut kedepan.
lutut Menetap seumur hidup.
Ekstensi Bayi dengan Bayi dengan cepat
menyila posisi telentang, menekukan dan meluruskan
ng pemeriksa kaki yang berlawanan
meluruskan sebagai usaha untuk
salah satu kaki mendorong rangsangan
bayi dan menjauh dari kaki yang lain.
merangsang
telapak
kaki
dengan
menjentikkan
jari
Babinsk Menggoreskan Jari-jari akan mengembang
y telapak kaki dan jari kaki yang besar
(Plantar) menekuk untuk hasil yang
dimulai dari
tumit lalu sisi positif. Menetap sampai usia
lateral kearah 2-4 tahun.
atas.
Refleks Bayi diangkat Kepala akan tengadah dan
daya dengan jatuh ke belakang
tarik pergelangan
(traksi) tangan
dari
posisi telentang
Inkurvas Atur posisi bayi Fleksi lateral searah usapan.
i badan tengkurap, usap Hilang setelah 2-3 bulan.
punggung
membentuk
garis, 4-5
cm dari

tulang
belakang
Perry
(2007)
3. Analisa Data
No Data fokus Etiologi Masalah
1 DS= Bayi Ny.W lahir BBL Resiko termoregulasi
tanggal 7 November 2022 tidak efektif
jam 08.24 WIB masa
gestasi37 minggu status perbedaan suhu tubuh (D.0148)
gestasi G3P2A0 bayi dalam perut ibu dan
dilahirkan secara spontan
lingkungan luar
dibantu oleh dokter tempat
melahirkan di RSUD
SRAGEN adanya factor
DO=keadaaan compos kondisi,radiasi dan
mentis
evaporasi
TTV=TD=- S=37 C

R=44x/menit Resiko terjadi


N=144x/menit UK=37 perubahan suhu tubuh
minggu,penurunan
lemak subcutan dalam kulit
2 Ds= Bayi Ny.W lahir BBL Resiko defisit nutrisi
tanggal 7 November 2022 (D.0032)
jam 08.24WIB masa gestasi
37 minggu status gestasi refleks menghisap (+)
G3P2A0 bayi dilahirkan belum terlatih dan
secara spontan dibantu oleh imaturitas saluran
dokter tempat melahirkan cerna
di RSUD SRAGEN
Do=kesadaran compos
mentis intake dan output

BB=2850gram PB=45cm nutrisi


LK=32cm
LD=31cm APGAR score7- Resiko defisit nutrisi
9-10
Reflek hisap belum kuat
dan belum terlatih,Ibu
belum menyusui
3 Ds= Bayi Ny.W lahir BBL Resiko infeksi
tanggal 7 November 2022 (D. 0142)
jam 08.24WIB masa gestasi
37 minggu status gestasi Faktor lingkungan dan
G3P2A0 bayi dilahirkan Tali pusat basah
secara spontan dibantu oleh
dokter tempat melahirkan
di RSUD SRAGEN bakteri mudah
Do= tali pusat masih basah menempel Dan
dan rapuh TTV= TD=- berkembang biak
S=37C
R=44x/menit Resiko terjadinya
N=144x/menit infeksi.

4. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan lingkungan
yang baru (udara luar) dan penurunan jumlah lemak subcutan
b. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh
dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
c. Resiko infeksi b/d kurangnya pertahanan imunologis, faktor
lingkungan dan tali pusat masih basah.

5. Rencana Asuhan Keperawatan


No Dx Kep Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
1 Resiko Setelah dilakukan
termoregulasi tindakan keperawatan Regulasi Temperatur
tidak efektif selama ... X 24 jam (I.14578)
berhubungan diharapkan termoregulasi
Observasi
dengan neonatus membaik
lingkungan yang (L.14135) dengan kriteria ➢ Monitor suhu tubuh bayi
baru (udara luar) hasil: sampai stabil (36,5 –
dan penurunan a. Suhu tubuh 37,5°C)
jumlah lemak membaik (5) ➢ Monitor suhu tubuh anak
subcutan b. Suhu kulit membaik tiap 2 jam, jika perlu
(5) ➢ Monitor tekanan darah,
c. Frekuensi nadi frekuensi pernapasan dan
membaik (5) nadi
d. Pengisian kapiler ➢ Monitor warna dan suhu
membaik (5) kulit
e. Ventilasi membaik ➢ Monitor dan catat tanda
(5) dan gejala hipotermia
atau hipertermia
Terapeutik

➢ Pasang alat pemantau


suhu kontinu, jika perlu
➢ Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi yang
adekuat
➢ Bedong bayi segera
setelah lahir untuk
mencegah kehilangan
panas
➢ Masukkan bayi BBLR ke
dalam plastic segera
setelah lahir (mis: bahan
polyethylene,
polyurethane)
➢ Gunakan topi bayi untuk
mencegah kehilangan
panas pada bayi baru
lahir
➢ Tempatkan bayi baru
lahir di bawah radiant
warmer
➢ Pertahankan kelembaban
incubator 50% atau lebih
untuk mengurangi
kehilangan panas karena
proses evaporasi
➢ Atur suhu incubator
sesuai kebutuhan
➢ Hangatkan terlebih
dahulu bahan-bahan
yang akan kontak dengan
bayi (mis: selimut, kain
bedongan, stetoskop)
➢ Hindari meletakkan bayi
di dekat jendela terbuka
atau di area aliran
pendingin ruangan atau
kipas angin
➢ Gunakan matras
penghangat, selimut
hangat, dan penghangat
ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh,
jika perlu
➢ Gunakan Kasur
pendingin, water
circulating blankets, ice
pack, atau gel pad dan
intravascular cooling
cathetherization untuk
menurunkan suhu tubuh
➢ Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien

Edukasi

➢ Jelaskan cara
pencegahan heat
exhaustion dan heat
stroke
➢ Jelaskan cara
pencegahan hipotermi
karena terpapar udara
dingin
➢ Demonstrasikan Teknik
perawatan metode
kanguru (PMK) untuk
bayi BBLR

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu

2 Resiko defisit Setelah dilakukan Edukasi Nutrisi bayi


nutrisi tindakan keperawatan (I.12397):
berhubungan selama ... X 24 jam Observasi :
dengan diharapkan status nutrisi
ketidakmampuan bayi membaik (L.03031)
tubuh dalam dengan kriteria hasil: ➢ Identifikasi kesiapan dan
mencerna nutrisi a. Berat badan kemampuan ibu atau
(imaturitas meningkat (5)
saluran cerna). b. Panjang badan pengasuh menerima
meningkat (5) informasi.
c. Kulit kuning
menurun (5)
d. Sklera kuning
menurun (5)
e. Membran mukosa
kuning (5) ➢ Identifikasi kemampuan
f. Pucat menurun (5)
g. Proses tumbuh ibu atau pengasuh
kembang membaik menyediakan nutrisi.
(5)
h. Lapisan lemak
membaik (5) Terapeutik :
i. Pola makan
membaik. ➢ Sediakan materi dan
media pendidikan
Kesehatan
➢ Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
➢ Berikan kesempatan
kepada ibu atau pengasuh
untuk bertanya Edukasi
➢ Jelaskan tanda-tanda
awal rasa lapar (mis. bayi
gelisah, membuka mulut
dan menggeleng-
gelengkan kepala,
menjulur-julurkan lidah,
mengisap jari atau
tangan)
➢ Anjurkan menghindari
pemberian pemanis
buatan
➢ Ajarkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS)
(mis. cuci tangan
sebeium dan sesudah
makan, cuci tangan dengan
sabun setelah ke toilet)
➢ Ajarkan cara memilih
makanan sesuai dengan
usia bayi
➢ Ajarkan cara
mengaturfrekuensi
makan sesuai usai bayi
➢ Anjurkan tetap
memberikan ASI saat
bayi sakit

3 Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi


b/d kurangnya
tindakan keperawatan (I.14539):
pertahanan
imunologis, selama …X24 jam di Observasi
faktor
harapkan tingkat infeksi ➢ Monitor tanda dan gejala
lingkungan dan
tali pusat masih menurun (L.14137) infeksi lokal dan sistemik
basah.
dengan kriteria hasil: Terapeutik
a. Kemerahan menurun ➢ Batasi jumlah
dari 1-5. pengunjung
b. Nyeri menurun dari 1- ➢ Berikan perawatan kulit
5 pada area edema
c. Bengkak menurun ➢ Cuci tangan sebelum dan
dari 1-5 sesudah kontak dengan
d. Cairan berbau busuk pasien dan lingkungan
menurun dari 1-5 pasien
e. Gangguan kogniitif ➢ Pertahankan teknik
menurun dari 1-5. aseptic pada pasien
f. Kadar sel darah putih berisiko tinggi
membaik dari 1-5. Edukasi
g. Kultur urine, darah, ➢ Jelaskan tanda dan gejala
sputum, area luka, infeksi
feses, membaik dari ➢ Ajarkan cara mencuci
1-5. tangan dengan benar
➢ Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka.
➢ Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
➢ Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

J. Daftar Pustaka
Armini, N.W., Sriasih, NG.K., dan Marhaeni, G.A. 2017, Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah, Penerbit
ANDI, Yogyakarta.

Deasy, dkk (2020).Ilmu kuliah : Ilmu kesehatan Anak. Medan : Yayasan


kita menulis
Dewi, M. P., & Mahmudah, M. (2011). Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
Tentang Pentingnya Kolostrum Bagi Bayi Baru Lahir Di RB
Rahayu Tawangmangu Karanganyar. Maternal, 4(04).
https://ejurnal.stikesmhk.ac.id/index.php/maternal/article/view/140

Indrayani, T., & Fatimah, S. K. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu, Sikap


Ibu Dan Media Informasi Dalam pemberian imunisasi hepatitis B 0-
7 hari Pada bayi baru lahir di BPM Hj. Darmis syaiful Jakarta Timur.
Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 9(1),
195-204.
https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id/index.php/dksm/article/

Lissauer. (2013). Perawatan tali pusat kering pada


bayi.http:Kesehatan RI/2013/12/ infeksi-tali-pusat.html.
Manuaba, I.B.G. 2012, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Mega Cahyani, P. N. L. S., Yuni Gumala, S. K. M., Made, N., Suarjana, S.
K. M., & Made, I. (2020). Hubungan Konsumsi PUFA Dengan
Status Gizi Dan Lingkar Kepala Bayi Baru Lahir Di Klinik
Bersalin Yayasan Bumi Sehat (Doctoral dissertation, Jurusan Gizi).

Ni Wayan Metriani, N. W. (2021). Gambaran Kejadian Infeksi Bayi Baru


LahirDi Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya
Kota Denpasar Tahun 2020 (Doctoral dissertation, Jurusan
Kebidanan 2021).

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):


Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Definisidan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta:
DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai