Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR

DENGAN SECTIO CAESARIA

DI RUANG NEONATUS

Untuk memenuhi tugas

Praktik Klinik Maternitas

Oleh:

Ahmad Pambagio Utomo

(P17230193060)

PRODI D3 KEPERAWATAN BLITAR

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah di responsi dan disetujui pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :
Judul :

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

Ratih Novitasari,SST.,MPH. Susanti Dwi Rahayu.,S.Kep.,NS


NIP. NPR.11030042

LAPORAN PENDAHULUAN
Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir dengan Sectio Casaria

BAB 1

Konsep Dasar Bayi Baru Lahir dengan Sectio Casearia

1.1 Pengertian
Menurut Wong (2003) dalam materi “Konsep BBL 2020” Poltekkes Malang,
Bayi Baru Lahir merupakan bayi yang baru lahir sampai kurang dari 4 minggu,
biasanya lahir pada usia 38-42 minggu. Sedangkan menurut Departemen
Kesehatan RI Bayi baru lahir merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan 38-
42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram (Depkes RI, 2005).
Sedangkan Sectio Caesaria merupakan upaya pembedahan untuk
mengeluarkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Kapita
Selekta, 2008).
1.2 Etiologi
1. Berasal dari ibu
Menurut Manuaba (2012) dalam (Ninla Elmawati Falabiba, 2019) ada
beberapa, yaitu:
- Ada riwayat SC
- Placenta Previa terutama pada Primigravida
Merupakan kondisi dimana plasenta menutupi pembukaan pada leher
janin ibu.
- Kehamilan yang disertai penyakit (Jantung, DM)
- Gangguan Perjalanan Persalinan (kista ovarium, mioma uteri)
- CPD (Chepallo Pelvik Disproportion)
- PEB (Preeklamsi Berat)
- KPD (Ketuban Pcah dini)
2. Berasal dari janin
Menurut Nurarif (2015) dalam (Ninla Elmawati Falabiba, 2019) ada beberapa
penyebab yaitu:
- Gawat janin
Merupakan kondisi bahaya dari janin yang secara serius akan mengancam
kesehatan janin.
- Mal presentasi
Hal ini terjadi pada bayi sungsang, dimana bukan kepala yang masuk PAP
melainkan bokong janin.
1.3 Manifestasi Klinis
1. BB 2500 – 4000 gram
2. PB lahir 48 -52 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar kepala 33 – 35 cm
5. Denyut nadi 120 -160 x/menit saat berbaring
6. Pernafasan 40 – 60 x/menit
7. Kulit kemerah merahan dan licin, karena jaringan subkutan cukup terbentuk
dan diliputi vernic caseosa
8. Kuku agak panjang dan lemah
9. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
10. Reflek moro sudah baik, apabila bayi dikagetkan akan merespon dengan
gerakan seperti akan memeluk
11. Gerak reflek sudah baik, jika ada benda di telapak tangan bayi maka bayi
akan reflek untuk menggenggam
12. Eliminasi baik, urine dan meconium (bewarna kecoklatan) akan keluar
dalam 24 jam pertama.
13. Nilai Apgar Skor >7

Tanda 0 1 2
Warna Kulit Biru seluruh Tubuh merah, Merah seluruh
(Appearance) tubuh eksternal biru tubuh
Denyut jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit
(pulse)
Reflek Tidak ada Sedikit Bersin
(Grimace) reaksi menyeringai
Tonus Otot Tidak ada Sedikit flexi Gerakan aktif
(Activity)
Respiratory Tidak ada Merintih Menangis kuat
Pengklasifikasian Nilai APGAR:
- Asfiksia Berat (0-3)
Memerlukan resusitasi secara aktif dan pemberian oksigen terkendali
karena selalu disertai asidosis. Perlu diberikan natrikus bikarbonat 7,5%
dengan dosis 2,4 ml/kg BB dan cairan glukosa 40% 1-2 ml/kg BB,
diberikan via vena umbilikus.
- Asfiksia Sedang (4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas
kembali.
- Bayi normal dengan asfiksia sedikit (7-9)
- Bayi normal (10
1.4 Patofisiologi dan Clinical Pathway

Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang


menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan, misalnya janin
besar melebihi 4000 gram, malpersentasi janin, partus tidak maju, gemeli,
preeklamsi, dan adanya riwayat sc.

Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat
tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan
dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam
kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi)
ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala
kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.

Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi
pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan
kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi.
Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk
beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada
sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan
mengambil serta menggunakan glukosa.

Clinical Pathway
Persalinan

Bayi Baru Lahir

Jaringan Lemak
Insisi Tali Pusat Tertelan Air Tuban
Subkutan Tipis

Fungsi Organ Belum Pemaparan dengan Peningkatan Suhu


Baik Suhu Tubuh

Meningkatnya
Resiko Hipotermi Metabolisme

Daya Tahan Tubuh


Penurunan Daya Tahan
Rendah Peningkatan
Tubuh Kebutuhan Oksigen

Jalan Nafas Tidak


Resiko Infeksi Efektif

1.5 Pemeriksaan Penunjang


Beberapa pemeriksaan penunjang yang disertakan saat akan operasi Sectio
Caesarea, antara lain:
1. Ph tali pusat, tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukan status pra asidosis, tingkat
rendah menunjukan gangguan asfiksia bermakna 2.
2. Hb mencapai 15 sampai 20 gram, hematokrit berkisar antara 43% sampai
61%.
3. Tes Coombs langsung pada daerah tali pusat menunjukan adanya komplex
antigen-antibody pada membran sel darah merah yang menunjukan kondisi
Hemolotik.
4. Bilirubbin total sebanyak 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2
hari dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
1.6 Penatalaksanaan Medis
Menurut Prawirohardjo, (2005) tujuan utama perawatan bayi segera sesudah
lahir, adalah:
1) Membersihkan jalan nafas, Bayi normal akan menangis spontan segera
setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera
membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
b. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang Bersihkan
hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kassa steril.
c. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain.
2) Memotong dan Merawat Tali Pusat. Tali pusat dipotong sebelum atau
sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan
mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong
5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan
pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru.
Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon
iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari
dan atau setiap tali basah / kotor. Sebelum memotong tali pusat, pastikan
bahwa tali pusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya
perdarahan.
3) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Pada waktu baru lahir, bayi belum
mampu mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari
luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus
hangat.
4) Memberi Vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi
baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1
mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5 1 mg I.M.
5) Memberi Obat Tetes / Salep Mata Di beberapa negara perawatan mata
bayi baru lahir secara hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya
oplitalmic neonatorum. Di daerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi,
setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir.
Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan
untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual).
6) Identifikasi Bayi
a. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
b. Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus
tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
c. Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi, nyonya)
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu. d. Di
setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, nomor identifikasi.
7) Pemantauan Bayi Baru Lahir Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah
untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah
kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan
penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. Pemantauan 2
jam pertama sesudah lahir meliputi :
a. Kemampuan menghisap kuat atau lemah.
b. Bayi tampak aktif atau lunglai.
c. Bayi kemerahan atau biru
BAB 2

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR

1. Pengkajian
a. Identitas
b. Aktivitas
Status sadar hanya 2-3 jam bebera hari pertama, bayi tampak semi-coma,
meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat,
tidur rata rata perhari 20 jam.
c. Pernfasan dan peredaran darah
Bayi normal mulai bernafas 30 detik setelah kelahiran, untuk menilai
status kesehatan bayi yang berhubungan dengan pernafasan dan denyut
jantung dapat digunakan metode APGAR SKOR.
Namun secara normal, rata rata frekuensi denyut jantung berkisar 120-
140 x/menit (12 jam setelah kelahiran), dapat berfluktasi dari 70-100
x/menit (tidur), dan sampai 180 x/menit (menangis). Sedangkan
pernafasan normal bayi berkisar 30-60 x/menit.
d. Suhu tubuh
Suhu tubuh bayi normal berkisar 36,5 – 37° C, dapat diperiksa di daerah
aksila atau rektal.
e. Kulit
Kulit neonatus yang baru lahir biasanya lembut, halus dan padat dengan
sedikit mengelupas terutama pada kaki, telapak tangan, dan selakangan.
f. Keadaan dan kelengkapan ekstrimitas
Dilihat adakah cacat fisik bawaan berupa kelaian bentuk, kelainan jumlah
atau tidak sama sekali dari anggota tubuh dari ujung rambut sampai
telapak kaki.
g. Berat badan
Berat bada bayi baru lahir normal yaitu 2500-4000 gram.
h. Reflek
- Reflek moro (reflek terkejut), bila diberi rangsangan yang mengagetkan
akan terjadi reflek lengan dan tangan terbuka.
- Reflek menggenggam (Palmer Graps), jika diberi rangsangan pada
telapak tagan bayi, maka respon bayi akan menggenggamnya.
- Reflek mencari (rooting), bila pipi bayi disentuh maka kepala bayi akan
menoleh kearah rangsangan.
- Reflek menghisap (sucking), jika diberikan rangsangan pada mulut bayi,
maka respon bayi akan menghisap.
i. Mekonium
Mekonium atau feses bayi akan keluar setelah 24 jam setelah kelahiran,
berbentuk pasta kental bewarna hitam gelap kehijauan dan lengket.
j. Seksualitas
Genetalia wanita: labia vagina agak kemerahan, tanda vagina dapat
terlihat, rabas mukosa putih.
Genetalia pria: testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis bisa
terjadi.
k. Pemeriksaan fisik
1) Eksternal : Perhatikan warna, bercak warna , kuku, lipatan pada telapak
kaki, periksa potensi hidung dengan menutup sebelah lubang hidung
sambil mengobservasi pernafasan dan perubahan kulit.
2) Dada Palpasi untuk mencari detak jantung yang terkencang, auskultasi
untuk menghitung denyut jantung, perhatikan bunyi nafas pada setiap
dada.
a) Abdomen : Verifikasi adanya abdomen yang berbentuk seperti
kubam atau tidak ada anomaly, perhatikan jumlah pembuluh darah
pada tali pusat.
b) Neurologis : Periksa tonus otot dan reaksi reflex

l. Pemeriksaan penunjang
Nilai APGAR SKOR

Tanda 0 1 2
Warna Kulit Biru seluruh Tubuh merah, Merah seluruh
(Appearance) tubuh eksternal biru tubuh
Denyut jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit
(pulse)
Reflek Tidak ada Sedikit Bersin
(Grimace) reaksi menyeringai
Tonus Otot Tidak ada Sedikit flexi Gerakan aktif
(Activity)
Respiratory Tidak ada Merintih Menangis kuat
Pengklasifikasi:
- Asfiksia berat 0-3
- Asfiksia ringan sedang 4-6
- Normal dengan asfiksia ringan 7-9
- Normal 10
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan ata kotoran pada tali pusat
b. Resiko hiotermi berhubungan dengan perubahan suhu
c. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mukus.
3. Intervensi Keperawatan
1) Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan atau kotoran pada tali
pusat Tujuan : tidak terjadi infeksi pada tali pusat
Intervensi :
(1) Kaji adanya bau atau cairan pada tali pusat
R : Cairan pada tali pusat dapat menunjukkan adanya infeksi
(2) Lakukan perawatan pada tali pusat dengan alcohol
R : Alcohol dapat mencegah infeksi yang terjadi pda tali pusat
(3) Ganti nouvel gauze pada tali pusat setiap habis mandi
R : Nouvel gauze diganti untuk mencegah terjadinya infeksi
(4) Kaji adanya tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu tubuh,
kemerahan disekitar tali pusat.
R : Peningkatan suhu tubuh, kemerahan disekitartali pusat dapat
menunjukkan adanya infeksi
(5) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R : mencuci dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial
(6) Jaga lingkungan tetap bersih
R : Lingkungan yang bersih dapat menjaga kesehatan janin
2) Resiko tinggi hipotermi berhubungan dengan perubahan suhu
Tujuan : hipotermi tidak menjadi aktual
Intervensi :
(1) Segera bungkus bayi dengan selimut kering.
R : Mencegah penguapan suhu melalui evaporasi
(2) Observasi suhu bayi tiap 4jam
R : Deteksi dini bila terjadi hipotermi
(3) Jaga lingkungan tetap hangat dan kering
R : Mencegah penguapan suhu
(4) Dekatkan bayi dengan ibu sesering mungkin
R : Dekapan ibu membuat bayi merasa hangat
3) Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi mucus
Tujuan : pola nafas efektif
Intervensi :
(1) Bersihkan muka dengan kasa/ kain bersih dari darah dan lendir
segera setelah kepala bayi lahir.
R: Mengurangi resiko terjadinya aspirasi dan usaha untuk
membebaskan jalan nafas bayi.
(2) Hisap lendir dengan menggunakan penghisap lendir atau kateter
pada sisi mulut atau hidung.
R : Membersihkan jalan nafas sehingga kebutuhan O2 dapat
terpenuhi dengan pola nafas yang efektif.
(3) Miringkan bayi kekanan untuk mencegah regurgitasi
R : Mencehah terjadinya aspirasi yang dapat menimbulkan
terjadinya gagal nafas pada bayi.
(4) Bersihkan jalan nafas
R : Membebaskan jalan nafas bayi.
(5) Pertahankan suplai oksigen adekuat
R : Memeuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan bayi.
4. Implementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal. Implementasi adalah pengolahan dari perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dengan tenaga
kesehatan lainnya.
Daftar Pustaka
Carpenio.2001.Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi.
Jakarta : EGC.
Mansjoer,A. 2002. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Manuapa, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Jakarta : EGC
Muchtar. 2005. Obsetri Patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC.
Sarwono Prawirohayo.2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 cetakan II. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka.
Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sulityawati, Ari dan Nugraheny, Esti.2010.Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin.Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Kriebs, Jan M dan Gegor, Carolyn.L.2009. Buku Saku Asuhan Kebidanan
Varney. Jakarta: EGC
Saifudin, Abdul Bari. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifudin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Ninla Elmawati Falabiba. (2019). 済無 No Title No Title No Title.

Anda mungkin juga menyukai