Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR SECTIO CAESARIA (BBL SC)

Dosen Pembimbing :
Dr. Anita, M.Kep., Sp.Mat

Pembimbing Lahan :
Ns. Iin Handayani S.kep
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

a. Definisi
Bayi baru lahir adalah bayi yang pada usia kehmailan 37-42 minggu dan berat badan
2.500-4.000 gram.sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim

b. Etiologi
1) Janin besar melebihi 4000 gram
2) Malpresentasi janin
3) Partus tidak maju
4) Gemeli
5) Pre-eklamasi
6) Adanya riwayat sc
c. Tanda dan Gejala, Klasifikasi
1) Lahir aterm 37-42 mg
2) BB 2500-4000 gr
3) Panjang lahir 48-52 cm
4) Lingkar dada 30-38cm
5) Lingkar kepala 33-35cm
6) Frekuensi denyut jantung 120-160x/mnt
7) Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subcutan yang cukup
8) Kuku agak panjang dan lemas
9) Nilai APGAR <7
10) Gerakan aktiv

d. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat
lahir secara normal ,misalnya bayi lahir besar melebihi 4000gram.BBL harus segera
beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.
Banyak perubahan yang dialami bayi tersebut dari lingkungan interna (dalam kandungan
ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (o2 dan nutrisi) kelingkungan
eksterna (diluar kandungan ibu)yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan
bantuan orang lain untuk memenuhinya

e. Pemeriksaan Penunjang
1) pH tali pusat,tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status praasidosis,tingkat
rendah menunjukkan gangguan asfiksia bermakna 2
2) pemeriksaan hemoglobin
3) Tes Combs langsung pada daerah tali pusat
4) Biliribun total

f. Penatalaksanaan
1) Membersihkan jalan napas bayi
2) Memotong dan merawat tali pusat
3) Mempertahankan suhu tubuh bayi
4) Memberi vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan

g. Masalah Keperawatan dan Data Pendukung


1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
refleks hisap tidak adekuat.
Data pendukung :
DS :
- nafsu makan menurun
- kram dan nyeri abdomen
DO :
- otot pengunyah lemah
- diare
- membran mukosa pucat
- bising usus hiperaktif
2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan
lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak
Data pendukung :
DS : -
DO :
- suhu tubuh diatas normal
- kulit merah
- kulit teraba hangat

3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan


tali pusat) tali pusat masih basah
DS : -
DO :
- bekas luka insisi tali pusat
- imunitas lemah

h. Diagnose Keperawatan

1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan refleks hisap tidak adekuat.
2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan
lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak
3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan
tali pusat) tali pusat masih basah

i. Tujuan Rencana Keperawatan dan Kriteria Hasil

1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan refleks hisap tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam perubahan
nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
 Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
 Intake dan output makanan seimbang.
 Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.

2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan


lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam perubahan
suhu tubuh tidak terjadi.
Kriteria hasil :
 Suhu tubuh normal 36-370 C.
 Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan pucat.
3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan
tali pusat) tali pusat masih basah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam infeksi pada
tali pusat tidak terjadi.
Kriteria hasil :
 Bebas dari tanda-tanda infeksi.
 TTV normal : S : 36-370C, N :70-100x/menit, RR : 40-60x/menit
 Tali pusat mongering

j. Intervensi dan Rasional


Dx 1 :

 Rencana tindakan :
1. Pantau intake dan out put cairan
2. Kaji payudara ibu tentang kondisi putting
3. Lakukan breast care pada ibu secara teratur
4. Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 ml air steril kemudian
dextrosa dan PASI
5. Intruksikan ibu cara dan posisi menyusui yang tepat secara mandiri
6. Instruksikan pada ibu agar mengkonsumsi susu ibu menyusui
7. Pantau warna, konsentrasi, dan frekuensi
berkemih Rasional :
1. Pada janin cukup bulan mengandung (80-100 ml). Masukan cairan adekuat
untuk metabolisme tubuh yang tinggi
2. Kondisi puting ibu sangat menentukan dalam proses menyusui, kondisi
puting inverted menggangu proses laktasi
3. Perawatan breast care untuk melancarkan dan merangsang produksi air
susu pada ibu menyusui
4. Pemberian makan awal membantu memenuhi kebutuhan kalori dan cairan,
khususnya pada bayi yang menggunakan 100-120 kal/kg dari BB setiap 24
jam
5. Cara dan posisi ibu dalam menyusui sangat mempengaruhi proses laktasi,
sehingga proses laktasi harus dilakukan dengan benar
6. Untuk meningkatkan produksi susu ibu sehingga proses laktasi menjadi
adekuat
7. Kehilangan cairan dan kurangnya masukan oral dengan cepat
menghabiskan cairan ekstraseluler dan mengakibatkan penurunan
haluaran urin

Dx 2 :

 Rencana tindakan :
1. Pertahankan suhu lingkungan dalam zona termoneural yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan berat badan neonatus, usia gestasi
2. Pantau aksila bayi kulit, suhu timpatik dan lingkungan sedikitnya setiap
30-60 mnt
3. Kaji frekuensi pernapasan perhatikan takipnea (frekuensi > 60/mnt)
4. Tunda mandi pertama sampai suhu 36,50 C
5. Mandikan bayi dengan cepat untuk menjaga agar bayi tidak kedinginan
6. Perhatikan tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit buruk, pelambatan
berkemih, membrane mukosa kering )
7. Lakukan pemberian makn oral dini
Rasional :
1. Dalam respon terhadap suhu lingkungan yag rendah, bayi cukup bulan meningkatkan
suhu tubuhnya dengan menangis atau meningkatkan aktivitas motorik karena banyak
mengkonsumsi oksigen
2. Stabilisasi suhu mungkin tidak terjadi sampai 8-12 jam setelah lahir kecepatan konsumsi
oksigen dan metabolisme minimal bila suhu kulit dipertahankan diatas 36,5 0 C
3. Bayi menjadi takipnea dalam respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen yang
dihubungkan dengan stres dingin
4. Membantu mencegah kehilangan panas lanjut karena evaporasi
5. Mengurangi kemingkinan kehilangan panas melalui evaporasi dan konveksi dan
membantu menghemat energi
6. Hilangnya panas terjadi melalui vasodilatasi perifer dan melalui augmentasi pendinginan
dengan evaporasi dan penigkatan kehilangan air kast mata
7. Untuk peningkatan 10 C (1,8 F) suhu tubuh, metabolisme dan kebutuhan cairan meningkat
kira-kira 10%. Kegagalan menggantikan kehilangan cairan selanjutnya memperberat
status dehidrasi
Dx 3

Rencana tindakan :
1. Observasi tanda-tanda infeksi
2. Pertahankan teknik septic dan aseptic.
3. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali perhari.
4. Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda
infeksi. Rasional :
1. Mengetahui adanya indikasi infeksi
2. Melindungi bayi dari resiko infeksi nosokomial
3. Potensial entri organisme kedalam tubuh
4. Deteksi dini terhadap penyebaran infeksi

k. Daftar Pustaka
Baughman, D. C & Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. 2008. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis.
EGC: Jakarta.
Eliastam. Michael. 1998. Buku Saku Penuntun Kedaruratan Medis. EGC: Jakarta
Nurafif, Amin Huda,dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis. Yogyakarta: MediAction Publishing.
Potter, Patricia A. 1996. Pengkajian Kesehatan. EGC: Jakarta.
Taylor, Cynthia M. 2010. Diagnosa Keperawatan dengan Rencana Asuhan. EGC:
Jakarta.
Williams & Wilkins. 2012. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan
Edisi 2. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai