Anda di halaman 1dari 97

KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

OKTANTYASARI (1814401018)

SEPTI KURNIA NINGRUM (1814401019)

M.KURNIAWAN M (1814401020)

SUCIATI (1814401022)

LUCY ANGGUN GINANTY (1814401023)

SUTRI SARIF HIDAYATULLAH (1814401024)

HESTY ASMA SAFITRI (1814401025)

NI WAYAN AYUDYA S (1814401026)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN. 2019/2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

HARGA DIRI RENDAH

A.Definisi

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri .

Harga diri rendah kronik merupakan evaluasi diri negatif yang berkepanjangan/perasaan
tentang diri atau kemampuan diri (herdman,2012).

B.Etiologi

Proses terjadinya harga diri rendah pada pasien akan dijelaskan dengan menggunakan konsep
stress adaptasi stuart sundeen yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi.

a.Faktor predisposisi

1.Faktor biologis

Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma kepala.

2.Faktor psikologis

Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya pengalaman masa
lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan berulang ; kurang mempunyai tanggung jawab personal; ketergantungan pada
oranglain, penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas, peran yang
tergantung, ideal diri yang tidak realistis; pengaruh peniaian internal individu.

3.Faktor sosial budaya

Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan terhadap pasien yang
mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan lingkungan pada
tahap tumbuh kembang anak, dan tingkat pendidikan rendah.

Faktor tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat mempengaruhi komponen.

Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuuh, tindakan
operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat mempengaruhi
harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan
orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan

2
dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan
bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal:

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.

b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu
mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran:

a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan


pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau
keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.

b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.

c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan sakit. Transisi ini
dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau
fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Perubahan
tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri,
peran dan harga diri.

b.Faktor Presipitasi

Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan
ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat mempengaruhi komponen.

Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuuh, tindakan
operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat mempengaruhi
harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan
orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan
dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan
bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal:

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.

b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu
mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran:

3
a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau
keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.

b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.

c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan sakit. Transisi ini
dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau
fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Perubahan
tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri,
peran dan harga diri.

C.Rentang respon

Respon adaptif

Respon malaptif

Aktualisasi diri konsep diri

harga diri rendah

kerancuan identitas

Depolarisasi

Keterangan:

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata
yang sukses diterima.

2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi.

3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri maladaptif.

4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial dan
kepribadian dewasa yang harmonis.

5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan
orang lain.

C. Tanda dan Gejala

Data subjektif:

Pasien mengungkapkan tentang;

4
a.Hal negatif diri sendiri atau oranglain

b.Perasaan tidak mampu

c.Pandangan hidup yang pesimis

d.Penolakan terhadap kemampuan diri

Data Objektif :

a.Penurunan produktifitas

b.Tidak berani menatap lawan bicara

c.Lebih banyak menundukan kepala pada saat berinteraksi

d.Bicara lambat dengan nada suara lemah

D.Pohon masalah

Resiko tinggi perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori- halusinasi

Isolasi sosial; Menarik diri

Harga Diri

Koping individu tidak efektif

E.Diagnosis keperawatan

Harga diri rendah kronis

F.Mekanisme Koping

Mekanisme koping menurut Deden (2013) :

Jangka pendek :

1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-obatan, kerja
keras, nonoton tv terus menerus.

2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan, politik.

3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes popularitas.

5
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : penyalahgunaan obat-obatan.

Jangka Panjang :

1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang
yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.

2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.

Mekanisme Pertahanan Ego:

Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi, isolasi,
proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.

G. Tindakan Keperawatan

1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien

2) Menjelaskan tentang harga diri rendah:pengertian,tanda dan gejala , proses harga diri
rendah , dan akibat jika tidak diatasi.

3) Membantu keluarga mengambil keputusan merawat pasien

4) Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah

5) Membimbing keluarga merawat harga diri rendah

6) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung


meningkatkan harga diri pasien

7) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang merlukan rujukan segera ke


fasilitas pelayanan kesehatan

8) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

6
Pengkajian dan latihan pertama (SP 1 Pasien) Harga Diri Rendah

Identifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri sendiri dan pengaruhnya terhadap


hubungan dengan orang lain, harapan yang telah dan belum tercapai, upaya yang dilakukan
untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi; identifikasi kemampuan melakukan kegiatan
dan aspek positif pasien (buat daftar kegiatan); bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang
dapat dilakukan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per hari.

Orientasi:

“Selamat pagi mbak, perkenalkan saya perawat......... senang dipanggil......nama mbaksiapa?”

“Oh..... mbak N senang dipanggil apa mbak?”

“Baiklah N, saya perawat M. Bagaimana perasaan N saat ini?”

“Ooo... N merasa bosan..apa yang membuat N bosan?”

“Jadi... N merasa bosan karena merasa tidak berarti. Bagaimana kalau sekarang kita

membicarakan tentang perasaan N dan kemampuan yang N miliki?”

“Dimana kita bisa bercakap-cakap?”

“Baik berapa lama?”

“Bagaimana kalau 30 menit? Tujuan kita bercakap-cakap agar N dapatmenilai kembali

kemampuan yang dimiliki selama ini dan kegiatan yang biasa N lakukan.”

Kerja:

“Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian N tentang diri N sendiri. Tadi N

mengatkan merasa bosan karna tidak berarti. Apa yang menyebkan N merasa demikian?”

“ Jadi... N terasa gagal memenuhi keinginan orang tua ada lagi lagi hal lain yang N rasakan?”

“Bagaimana hubungan N dengan eluarga dan teman teman setelah N merasakan hidup tidak

berarti dan tidak berguna?.”

“Ohh.. N jadi malas dan malu.... ada lagi?”

“Tadi N juga mengatakan telah gagal memenuhi keinginan orang tua, sebenarnya apa saja
keinginan dan cita-cita N?”

“Yang mana saja dari harapan N yang telah dicapai?”

“Bagaiman usaha N untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi?”

7
“Agar dapat mencapai harapan harapan N mari kita menilai kemampuan yang dimiliki N
untuk

dilatih dan dikembangkan. Coba N sebutkan kemampuan apa saja yang N miliki?”

“Bagus, apalagi? Mari kita buat daftarnya ya... !kegiatan rumah tangga yang biasa N
lakukan?

bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu? Mencuci pring... dst”

“Wah bagus sekali ada tujuh kemampuan dan kegiatan yang N miliki. Nah sekarang dari
tujuh

kempuan?kegiatan ini yang mana yang masih bisa dilakukan dirumah? Coba kita liat yang

pertama bisakah, yang kedua....”(hingga tujuh kemampuan/kegiatan (misalnya akhirnya ada


lima

yang masih dapat dilakukan).

“Bagus sekali, ternyata ada lima kegiatan yang masih dapat dilakukan dirumah, menurut N

adakah bantuan yang diperlukan untuk N melakukan kegiatan ini?”

“Iya bagus sekali!”

“Mari kita lihat kembali daftar kegiatan yang telah kita buat tadi.” “ Coba N pilih yang akan

dikerjakan sesuai kemampuan, yang nomor satu... main terus. Wah saat ini belum bisa

dilakukan ya ....yang nomor dua merapihkan tempat tidur. Bagaimana N? Wah, tentu bisa

dilakukan ya .bagus sekali!”

“Baik... nomor tiga mencuci piring, bisa ya?”( dan seterusnya hingga kelimanyadidiskusikan

misalnya akhirnya ada empat kegiatan yang dipilih untuk dikerjakan dirumah)

“Nah dari keempat kegiatan yang telah dipilih untuk dikerjakan dirumah.... mana yang mau

dilatih hariini?”

“Baik mari kita latihan merapihkan tempat tidur. Tujuannya agar N dapat meningkatkan

kemampuan merapihkan tempat tidur dan merasakan manfaatnya.Dimana kamarnya?”

8
“Nah, kalau kita akan merapihkan tempat tidur. Kita pindahkan terlebih dahulu bantal dan

selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat sperinya, dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang

kita pasang lagi sperinya kita mulai dari arah atas ya... bagus! Sekarang bagian kaki, tarik dan

masukkan, lalu bagia pinggir dimasukan.Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan di

bagian atas/kepala.Mari kita lipat selimut.Nah, letakkan di bawah/kaki.”

“Bagus sekali, N dapat mengikuti langkah langkahnya. Sekaran, mari kita masukan pada

jadwal harpan N ya...... mau berapa kali sehari merapikan tempat tidur? Bagusdua kali sehari.

Yang pertama pagi saat bangun tidur, lalu setelah istirahat siang jam 4. Jika sudah dikerjakan,

beri tana ya... M artinya mandiri, diisi jika merapikan tempat tidur dilakukan N tanpa

diingatkan keluarga; B artinya bantuan , diisi jika merapikan tempat tidur dilakukan dengan

bantuan keluarga atau harus diingatkan keluarga terlebih dahulu; dan T artinya tergantung,

diisi jika mbak N tidak melakukannya.”

Terminasi:

“Bagaimana perasaan N setelah latihan merapikan tempat tidur?”

“Nah , sekarang coba ulangi kembali langkah langkah merapikan tempat tidur?”

“Bagus sekali! Jangan lupa merapikan tempat tidur sesuai jadwal yang telah dibuat ya...

Yaituseteleh bangun tidur pagi hari dan setelah istirahat siang hari.”

“Nah, besok saya akan dating kembali, kita latihan kegiatan yang kedua. Mau jam berapa?”

“Baiklah , kalau begitu besok saya akan menemui N jam 10. Sampai jumpa....”

9
(SP 2 Pasien) Harga Diri Rendah
Latihan 2 untuk pasien : Latihan kegiatan kedua (SP 2 pasien) Evaluasi tanda dan gejala
harga diri,validasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama yang telah dilatih dan
berikan pujian ,evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama ,bantu pasien memilihh
kegiatan kedua yang akan dilatih ,latih kegiatan kedua (alat dan cara),masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan :dua kegiatan ,masing-masing dua kali perhari

Orientasi :
“Selamat pagi N…”
“Wah,N kelihatan rapi pagi ini?”
“Bagaimana perasaan N saat ini?Bagaimana dengan perasaan –perasaan negatif yang sering
mbak rasakan?”
“Bagus sekali…..perasaan tidak berarti dan tidak berguna tidak dirasakan lagi belakangan
ini”
“Bagaimana dengan kegiatan merapikan tempat tidurnya?”
“Boleh saya liat kamar tidurnya?”
“Tempat tidurnya rapi sekali …bagus!Sekarang mari kita lihhat jadwalnya…”
“Wah ternyata N telah melakukan kegiatan merapikan tempat tidur sesuai jadwal…nanti
kegiatan ini tetap N teruskan ya..”
“Lalu…apa manfaat yang N rasakan dengan melakukan kegiatan merapikan tempat tidur
secara terjadwal?”

“Sesuai janji kita kemari,hari ini kita akan lanjutkan latihan untuk kegiatan yang kedua.Hari
ini N mau latihan mencuci piring kan?”
“Bagaimana kalau pertemuan kita hari ini selama 20 menit?”
“Dimana tempat mencuci piringnya?”
“Tujuan kita bercakap- cakap dan latihan pagi ini adalah agar N dapat meningkatkan
kemampuan mencuci piring sehingga N akan merasa puas dan merasakan manfaat dari hasil
kegiatannya”.

Kerja :
”Baik,sebelum mulai latihan mencuci piring…kita persiapkan dlu perlengkapan untuk
mencuci piring.Menurut N apa saja yang perlu kita siapkan saat akan mencuci piring?”
“Yaaa..bagus sekali.jadi ….sebelum mencuci piring kita perlu menyiapkan alatnya ,yaitu
sabun cuci piring dan sabut untuk mencuci piring.selain itu juga tersedia air bersih untuk

10
membilas piring yang telah kita sabuni.Nah ,sekarang bagaimana langkah-langkahnya atau
cara mencuci piring yang biasa N lakukan?”
“Benar sekali..pertama kita bersihkan dari sisa-sisa makanan dan kita kumpulkan disatu
tempat .kemudian kita basahi piring dengan air ,lalu sabuni seluruh permukaan piring,
kemudian kita basahi dengan air,lalu sabuni seluruh permukaan piring,dan kemudian dibilas
hingga bersih sampai piringnya tidak terasa licin lagi.kemudian piringnya bisa kita letakkan
pada rak piring yang tersedia.Jika ada piring dan gelas ,maka yang pertama kali kita cuci
adalah gelasnya, setelah itu baru piringnya Sekarang baru kita mulai N ya…”
“Bagus sekali ,N telah berlatih mencuci piring dengan cara yang baik.Sekarang, kita
masukkan lagi kegiatan ini ke jadwal harian N ya…. Mau berapa kali sehari mencuci
piringnya?”
“Bagus sekali !Jadi N mau mencuci piring tiga kali sehari.Kapan saja N?”
“Ooh….sehabis sarapan pagi ,sehabis makan siang dan sehabis makan malam .Kita
masukkan kejadwalnya ya ….Yah,silahkan N tulis sesuai kesepakatan tadi.jangan lupa
kegiatan merapikan tempat tidurnya tetap dimasukkan kedalam jadwal.waktunya sama
sebelumnya ya.Nanti kalau kegiatannya sudah dikerjakan ,beri tanda ya….”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan N setelah mencuci piring?”
“Nah,sekarang coba ulangi kembali langka-langkah mencuci piring!”
“Benar N! Jangan lupa mencuci piring sesuai jadwal yang telah dibuat tadi ya…..yaitu
setelah sarapan pagi hari,setelah makan siang da makan malam”
“Besok saya akan menemui N kembali ,kita latihan kegiatan yang ketiga .Mau jam berapa ?”
”Jam 09 pagi? Baik ,sampai jumpa…”

11
(SP 3 Pasien) Harga Diri Rendah

Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah, validasi kemampuan melakukan kegiatan
pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian,evaluasi manfaat melakukan
kegiatan pertama dan kedua, bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih, latih
kegiatan ketiga(alat dan cara), masuka pada jadwal kegiatan untuk latihan: ketiga, masing-
masing dua kali perhari.

Contoh strategi komunikasi SP 3 HDR

ORIENTASI

“Selamat pagi N..”

“Bagaimana perasaan N saat ini? Bagaimana dengan perasaan –perasaan negative yang
pernah dirasakan?”

“Bagus sekali.. jadi sekarang N merasa hidup ini berarti dan lebih berguna”

“Bagaimana dengan jadwal kegiatan nya..sudah dikerjakan?”

“Mari kita lihat jadwal nya. Yang merapih kan tempat tidur sudah dikerjakan. Bagus
sekali,boleh saya lihat kamar tidurnya?”

“Wah, tempat tidur nya rapih sekali…bagus! Kemudian untuk menuci piring nya, juga sudah
dikerjakan sesuai jadwal?”

“Wah,N luar biasa…semua telat dikerjakan sesuai jadwal.coba kita lihat sama-sama tempat
cuci piringnya.bersih sekali, tidak ada piring dan gelas kotor,semua sudah rapih dirak
piringnya”

“Apa manfaat yang Nrasakan dengan melakukan kegiatan-kegiatan ini?”

“Kegiatan ini terus N lakukan yaa.. agar N semakin terampil melakukan nya dan semakin
dapat merasakan manfaat nya”

“sesuai dengan kesepakatan kita minggu lalu, hari ini kita akan melanjutkan latih kegiatan
ketiga, yaitu menyapu. Pertemuan ini selama 30 menit. Tujuan pertemuan pagi ini adalah
untuk berlatih menyapu sehingga N dapat menyapu dengan baik dan merasakan manfat dari
kegiatan menyapu”.

KERJA

“Menurut N, apa saja persiapan untuk menyapu lantai?”

“Bagus... sebelum mulai menyapu, kita perlu menyiapkan sapu dan pengki. Bagaimana cara
menyapu yang biasa N lakukan?”

12
“Yah, bagus! Jadi.. menyapu dilakukan dari arah sudut ruangan. Menyapu dilakuakn juga
dibawah meja dan kursi, bila perlu meja dan kursinya digeser, agar dapat menyapu pada
bagian lantainya dengan lebih bersih. Begitu juga untuk kolong tempat tidur perlu disapu”

“Yaa.. bagus sekali! Menurut N bagaimana perbedaan setelah ruangan ini disapu
dibandingkan tadi sebelum disapu?”

“Mari kita tambahkan kegiatan menyapu ke dalam jadwal kegiatan nya. Mau jam berapa saja
kegiatan menyapu dilakukan? Baik,jadi.. kegiatan menyapu akan N kerjakan dua kali sehari,
jam 8 pagi dan jam 16.30. kemudian untuk kegiatan merapihkan tempat tidur dan mencuci
piringnya tetap seperti jadwal yang lalu yaa..”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan N setelah latihan menyapu?”

“Nah, sekarang coba ulangi kembali persiapan untuk menyapu!”

“Ya, benar sekali N! Jangan lupa kegiatan menyapu dilakukan sesuai jadwal yang telat dibuat
tadi yaa.. yaitu jam 8 pagi dan jam 16.30, juga kegiatan merapihkan tempat tidur dan mencuci
piring sesuai jadwal”

“Besok saya akan balik lagi kesini, kita latihan kegiatan yang keempat, yaitu menggambar.
Mau jam berapa?”

“jam 11? Baik, kalau begitu sampai jumpa yaa...”

13
(SP 4 Pasien) Harga Diri Rendah

Evaluasi data harga diri rendah, validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, ledua, dan
ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian; evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama,
kedua, dan ketiga; bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih; latih kegiatan
keempat (alat dan cara); masukan pada jadual kegiatan untuk latihan : empat kegiatan,
masing-masing dua kali per hari.

Orentasi

“Selamat siang N...”


“Bagaimana perasaan N saat ini? Bagaimana dengan perasaan-perasan negatif yang pernah
mbak rasakan?”
“Bagus sekali...jadi sekarang N tidak lagi merasakan perasaan tersebut”
“Bagaimana dengan jadual kegiatannya...sudah dilakukan sesui jadual?”
“Mari kita sama-sama lihat jadualnya. Merapihkan tempat tidur...sudah di kerjakan.
Kemudian untuk mencuci piringnya dan menyapu juga sudah di kerjakan sesui jadual”
“Coba kita lihat kamar tidurnya”.
“bagus sekali, tempat tidurnya sudah rapih”.
“Tempat cucian piring juga bersih, tidak ada yang kotor lagi. Lantai ruangan juga bersih.
Bagus sekali...semua telah di kerjakan sesui jadual. N bisa tetap lanjutkan kegiatan ini sesui
jadual”
“Nah, seteah melakukan kegiatan merapihkan tempat tidur, mencuci piring, dan menyapu
setiap hari sesui jadual...manfaat apa yang N rasakan?”

“Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini akan lanjutkan latihan kegiatan keempat, yaitu
menggambar, kita bertemu selama 30 menit ya...
“Tujuan pertemuan pagi ini adalah untuk latihan menggambar sehingga N dapat menyalurkan
hobi N dan N semakin percaya diri.

Kerja:
“Hari ini N mau menggambar apa?”
“Menggambar pisnag, Baik persiapan apa saja yang telah disiapkan apa saja?"
“Luar biasa N telah mempersiapkan pensil warna dan kertasnya, jadi bisa kita mulai iya...”
“ Wah... bagus sekali gambarannya”
“Sudah siap ternyata gambarannya”

14
“Bagaimana kalu kita tambahkan jadual menggambar pada jadual kegiatan harian N. Kapan
saja N akan menggambar?”
“Bagus dua kali sehari...jam 11 san jam 5 sore. Kemudian untuk kegiatan merapihkan tempat
tidur, mencuci piring, dan menyapu lantai tetap seperti jadual yang lalu ya mbak...”

Terminasi:
“Bagaimana persaan N setelah atihan menggambar?”
“Nah, sekarang coba ulangi kembali langkah-langkah untuk menggambar!”
“Ya, benar sekali N! Jangan lupa jadual menggambarnya dilakukan sesui jadual yaitu jam 11
dan 5 sore...juga kegiatan merapihkan tempat tidur, mencuci piring, dan menyapu lantai.”

"Besok saya akan kembali lagi kesini untuk mengevaluasi pelaksanaan jadual kegiatan N.
mau jam berapa?
“Jam 11? Baik, kalau begitu sampai besok ya...”

b. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Pasien Harga Diri Rendah


keluarga (pelaku rawat) diharapkan dapat merawat pasien harga diri rendah di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
Tujuan: Keluarga mampu:
1) Mengenal masalah harga diri rendah
2) Mengambil keputusan untuk merawat hagra diri rendah
3) Merawat hagra diri rendah
4) Memodifikasi lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri pasien
5) Menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
6) Mwmanfaatkan faslitas pelayanan kesehatan

Tindakan Keperawatan:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2) Menjelaskan tentang harga diri rendah : pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya harga diri rendah, dan akibat jika tidak diatasi.
3) Membantu keluarga mengambil keputusan merawat pasien
4) Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah
5) Membimbing keluarga merawat harga diri rendah

15
6) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
meningkatkan harga diri pasien
7) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke
fasilitas pelayanan kesehatan
8) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur

Tindakan keperawatan untuk keluarga (pelaku rawat) dilakukan dalam empat kali
pertemuan, pada masing-masing pertemuan dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan
strategi pelakasanaan (SP).

16
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI

1. Masalah Utama
Isolasi sosial : menarik diri

2. Proses Terjadinya Masalah


a. Pengertian
Perilaku isolasi sosial menraik diri merupakan suatu gangguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang
menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (Depkes RI, 2000)
Tanda dan Gejala
Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
 Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
 Menghindar dari orang lain (menyendiri).
 Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain/perawat.
 Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
 Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
 Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
 Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
 Posisi janin saat tidur.

b. Rentang Respon Sosial


Waktu membina suatu hubungan sosial, setiap individu berada dalam rentang
respons yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respons
yang dapat diterima oleh norma – norma sosial dan budaya setempat yang secara
umum berlaku, sedangkan respons maladaptif merupakan respons yang dilakukan
individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma –
norma sosial dan budaya setempat. Respons sosial maladaptif yang sering terjadi

17
dalam kehidupan sehari – hari adalah menarik diri, tergantung (dependen),
manipulasi, curiga, gangguan komunikasi, dan kesepian.

Menurut Stuart dan Sundeen, 1999, respon setiap individu berada dalam
rentang adaptif sampai dengan maladaptive yang dapat dilihat pada bagan berikut :

a) Respon Adaptif
adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma –norma sosial
dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif terdiri
dari :
1) Menyendiri(Solitude): Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu
cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude
umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.
2) Otonomi: Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerja sama (mutualisme): adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan
menerima.
4) Saling tergantung (interdependen): Merupakan kondisi saling tergantung
antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

b) Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan
berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif terdiri
dari :
1) Menarik diri: merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2) Manipulasi: Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada
individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak
dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
3) Impulsif: Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.

18
4) Narkisisme: Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara
terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap
egosenetris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.
5) Tergantung (dependen): terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
6) Curiga: Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan
orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-
tanda cemburu, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan
humor yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang
dingin dan tanpa emosi.

c. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan
perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya
orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain,
menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan meresa
tertekan.
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya
stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti
berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung,
merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons
menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).
Tanda dan Gejala :
 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi).
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
 Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
 Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
 Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

19
d. Akibat
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi
realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap
lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu
yang nyata tanpa stimulus/rangsangan eksternal.
Tanda dan gejala ;
 Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
 Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
 Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
 Tidak dapat memusatkan perhatian.
 Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut.
 Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.

3. Pohon masalah:

Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: Menarik diri


Core Problem

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


a. Masalah keperawatan:
 Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
 Isolasi sosial: menarik diri
 Gangguan konsep diri: harga diri rendah

b. Data yang perlu dikaji


Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

20
Data Subjektif:
 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata.
 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
 Klien merasa makan sesuatu.
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
 Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
 Klien ingin memukul/melempar barang-barang.
Data Objektif:
 Klien berbicara dan tertawa sendiri.
 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
 Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
 Disorientasi

Isolasi Sosial : menarik diri


Data Subyektif:
 Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif:
 Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif:
 Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
 Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup.

5. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


 Isolasi sosial: menarik diri
 Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

21
6. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi

Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :

1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi


terapeutik dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal


b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :

2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap


2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan
tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada
teman bicara
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b. Apa yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu ,
namun perawat sendiri tidak mendengarnya.
d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2.4 Diskusikan dengan klien :

22
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan
perasaannya

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya


Tindakan :

3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
a. Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara
sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :

4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi


4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama

23
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat
bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang
lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :

5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat minum obat
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri


Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Tindakan:
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.

24
2.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
2.4 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain
a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang
lain
b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain
c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial


Tindakan:
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
▪ Klien – Perawat
▪ Klien – Perawat – Perawat lain
▪ Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain

25
▪ K – Keluarga atau kelompok masyarakat
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain


Tindakan:
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang
lain.
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga


Tindakan:
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
▪ Salam, perkenalan diri
▪ Jelaskan tujuan
▪ Buat kontrak
▪ Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
▪ Perilaku menarik diri
▪ Penyebab perilaku menarik diri
▪ Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
▪ Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal
satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

26
Diagnosa 2 : harga diri rendah
Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2.2 Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
2.3 Utamakan memberikan pujian yang realistik

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan


Tindakan:
3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang


dimiliki
Tindakan:
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
▪ Kegiatan mandiri
▪ Kegiatan dengan bantuan sebagian

27
▪ Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya


Tindakan:
5.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien.
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan:
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah.
6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

28
Daftar Pustaka

Budi Anna Keliat. 2009. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta. ECG

Yosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta. ECG

29
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
(PERTEMUAN PERTAMA)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien :
S: Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya
O: Klien tampak menyendiri, klien terlihat mengurung diri, klien tidak mau bercakap-
cakap dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
3. Tujuan Keperawatan :
a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien
4. Tindakan Keperawatan
 Bina hubungan saling percaya dengan klien
 SP 1 :
1) Identifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2) Diskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
3) Diskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
4) Ajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5) Anjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

FASE ORIENTASI :

1. Salam Terapeutik : “Selamat pagi Pak!” Perkenalkan nama saya Sinar Surya Putri,
biasa di panggil Sinar, saya mahasiswa POLTEKKES Tanjung Karang. Saya praktek
disini mulai dari hari ini. Nama Bapak siapa? Senang di panggil apa?
2. Validasi
“ Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apa yang terjadi sehingga Bapak dibawa
kesini??”
3. Kontrak :
 Topik : “Senang ya bisa berkenalan dengan bapak hari ini, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus agar bapak dapat
mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain?
 Waktu: “ Berapa lama pak? Bagaimana kalau 15 menit saja?”
 Tempat : “Di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah, di ruangan
ini saja kita berbincang-bincang.”

30
FASE KERJA :
 “Bapak, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan ibu siapa?”
 “Menurut bapak apa keuntungann berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain?”
 “Kalau bapak tidak tahu saya akan memberitahukan keuntungan dari berinteraksi
dengan orang lain, yaitu bapak punya banyak teman, saling menolong, saling
bercerita, dan tidak selalu sendirian”.
 “Sekarang saya akan mengajarkan bapak berkenalan. Bagus, bapak dapat
mempraktekkan apa yang saya ajarkan tadi. Bagaiman kalau kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?”

FASE TERMINASI :

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


 Evaluasi Subyektif: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang
tadi?”
 Evaluasi Objektif: “Coba ibu ceritakan kembali keuntungan berinteraksi dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain?”
2. Tindak Lanjut: “Tadi saya sudah menjelaskan keuntungan dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain dan cara berkenalan yang benar. Saya harap bapak
dapat mencobanya bagaimana berinteraksi dengan orang lain!“
3. Kontrak yang akan datang
 Topik : “Baiklah, pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan
berbincang-bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan
mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain”.
 Waktu: “Berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan
saya besok? Bagaimana kalau 15 menit saja?”
 Tempat: “Di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya
sudah... bagaimana kalau besok kita melakukannya di teras depan saja?”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
(PERTEMUAN KEDUA)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien :
S: Klien mengatakan malas berinteraksi
O: Klien menyendiri di kamar, klien tidak mau melakukan aktivitas di luar kamar,
klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
3. Tujuan Keperawatan :
a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan denagn orang lain

31
c. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain
4. Tindakan Keperawatan
 Bina hubungan saling percaya dengan klien
 SP 1 :
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Berikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan
satu orang
3) Bantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

FASE ORIENTASI :
1. Salam Terapeutik : “ Selamat Pagi Pak!” masih ingat dengan saya? Benar bapak!
saya suster Sinar”.
2. Validasi : “ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin
saya ajarkan?”
3. Kontrak :
 Topik : “Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan mempraktekkan
bagaimana cara berkenalan dengan satu orang”.
 Waktu : “Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya
selama 15 menit, bagaimana menurut bapak?
 Tempat : “Kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras depan,
apakah bapak setuju?”

FASE KERJA :
 “Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan kepada saya
bagaimana cara berkenalan dengan orang lain?”
 “Hebat, bapak dapat melakukannya dengan baik. Sekarangvmari kita
melakukannya dengan satu orang yang bapak belum kenal!!”
 “Bagus, bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan sesuai dengan apa yang saya
ajarkan. Bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal
di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?”

FASE TERMINASI :

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


 Evaluasi Subyektif : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-
bincang tadi?” Siapa nama orang yang bapak ajak berkenalan tadi?”
 Evaluasi Objektif : “Klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di
kenalnya sebanyak 1 orang”.
2. Tindak Lanjut :“Bapak saat saya tidak ada bapak dapat melakukan hal seperti
yang bapak lakukan tadi dengan orang yang belum bapak kenal, kemudian bapak
ingat nama yang pernah bapak ajak kenalan atau bisa bapak catat di buku saat
berkenalan.”

32
3. Kontrak yang akan datang
 Topik : “Baiklah, pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan
melakukan berkenalan dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih?”
 W aktu : “Berapa lama bapak punya waktu untuk interaksi dengan orang
lain? Bagaimana kalau besok kita melakukannya selama 15 menit?”
 Tempat : “ Di mana bapak bisa melakukannya besok? Bagaimana kalau
besok kita melakukannya di tempat ini lagi? Selamat siang bapak!!!”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
(PERTEMUAN KETIGA)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien :
S: Klien mengatakan sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
O: Klien tampak sudah mau keluar kamar, klien dapat melakukan aktivitas di ruangan
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
3. Tujuan Keperawatan :
a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
 Bina hubungan saling percaya dengan klien
 SP 1 :
1) Evaluasi jadwal kegitan harian pasien
2) Berikan kesempatan pada klien berkenalan
3) Anjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

FASE ORIENTASI :
1. Salam Terapeutik : “ Selamat Pagi Pak!” masih ingat dengan saya? Benar bapak! saya
suster Sinar”.
2. Validasi : “ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin
bapak lakukan?”
3. Kontrak :
 Topik : “ Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini bapak akan melakukan interaksi
dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih pada orang yang tidak bapak kenal
atau orang baru”
 W aktu : “ Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya
selama 15 menit... bagaimana menurut bapak?”

33
 Tempat : “Kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras, apakah
bapak setuju?”

FASE KERJA :
 “Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan kepada saya
bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... ibu dapat melakukannya
dengan baik”.
 “Sekarang, mari kita melakukannya dengan orang lain yang bapak tidak kenal sebanyak
2 orang atau lebih!! Bagus, bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan mulai
berkembang dalam berinteraksi dengan orang lain”.
 “Bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal di
masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?”

FASE TERMINASI :

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


 Evaluasi Subyektif : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang
tadi? Siapa saja nama orang yang bapak ajak berkenalan tadi?”
 Evaluasi Objektif : “Klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di
kenalnya sebanyak 3 orang”.
2. Tindak Lanjut : “nah.. saat saya tidak ada, bapak dapat melakukannya hal seperti yang
ibu lakukan tadi dengan orang yang baru bapak kenal... kemudian bapak ingat nama
yang pernah bapak ajak kenalan atau bisa bapak catat di buku saat berkenalan.”
3. Kontrak yang akan datang:
 Topik : “Baiklah, pertemuan hari ini kita akhiri. Besok kita ulangi apa yang telah
kita pelajari dari kemarin ya pak. Apakah bapak bersedia?”
 Waktu : “Berapa lama bapak mau melakukannya? Bagaimana kalau besok kita
melakukannya selama 15 menit?”
 Tempat : “ Di mana bapak bisa melakukannya besok? Baiklah kita melakukannya
di sini saja. Selamat siang bapak!!!”

34
LAPORANPENDAHULUAN

A.    MASALAH UTAMA


PerilakuKekerasan

B.     PROSES TERJADINYA MASALAH

1.      Pengertian

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik secara diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
(Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, dalam Harnawati, 1993).
Setiap aktivitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Stuart dan Sundeen,
1998).
Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain (Towsend, 1998).
Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri,
lingkungan, termasuk orang lain dan barang-barang (Maramis, 1998).
Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan fisik
(Ketner et al., 1995).
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan
bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain (Carpenito, 2000).

Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu yang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak
lingkungan.
C.    ETIOLOGI

1.      Faktor Predisposisi

35
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan  menurut teori
biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan  oleh Towsend (1996 dalam
Purba dkk, 2008) adalah:

a)      Teori Biologik


Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku:

1)      Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls  agresif: sistem limbik,
lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam
memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem
informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan
meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus
frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku
tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi
timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.

2)      Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan
serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. Teori ini
sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang
respons terhadap stress.

3)      Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan
genetik karyotype XYY.

4)      Gangguan Otak


Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak
kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal;
trauma otak, yang  menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan
epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan
tindak kekerasan.

36
b)      Teori Psikologik

1)      Teori Psikoanalitik


Teori ini menjelaskan tidak  terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan
rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah.
Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan
citra diri dan memberikan arti  dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa  ketidakberdayaan dan rendahnya
harga diri.

2)      Teori Pembelajaran


Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang tua
mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau
berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki
persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan
perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang
lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang
mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku
kekerasan setelah dewasa.

c)      Teori Sosiokultural

Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap
perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan
sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku
tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak
dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut
dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan
kekerasan dalam hidup individu.

2.      Faktor Presipitasi

37
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan  dengan
(Yosep, 2009):
a)      Ekspresi diri, ingin menunjukkan  eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah
konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b)      Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c)      Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan
dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan
konflik.
d)     Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai
seorang yang dewasa.
e)      Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak
mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
f)       Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

D.    TANDA DAN GEJALA

1.      Fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah
dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2.      Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar
dan ketus.
3.      Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4.      Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5.      Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6.      Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan
kreativitas terhambat.
7.      Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
8.      Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.
(Nita Fitria, 2009. hal 140)
E.     MEKANISME KOPING

38
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien
untuk mengembangkan mekanisme koping yang kontruktif dalam mengekspresikan
kemarahannya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego
seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial dan reaksi formasi.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari
seseorang karena ditinggal oleh orang yang dianggap sangat berpengaruh dalam hidupnya.
Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang rendah diri (harga
diri rendah), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul
dengan orang lain ini tidak diatasi akan memunculkan halusinasi berupa suara-suara atau
bayangan yang meminta klien untuk melakukan tindak kekerasan. Hal tersebut akan
berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (resiko tinggi mencederai diri, orang lain
dan lingkungan).
Selain diakibatkan berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik
dalam menghadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga
tidak efektif). Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau
menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen terapeutik
inefektif).
(Nita Fitria, 2009. hal 145)

F.     Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada klien dengan perilaku kekerasan meliputi penatalaksanaan


keperawatan dan penatalaksanaan medis.
1.      Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan dapat dilakukan melalui proses pendekatan keperawatan
dan terapi modalitas.

a)      Pendekatan proses keperawatan


Penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan berdasarkan proses keperawatan, yaitu
meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan serta
evaluasi.
1)      Terapi Modalitas

39
Terapi kesehatan jiwa telah dipengaruhi oleh perubahan terkini dalam perawatan
kesehatan dan reimbursement, seperti pada semua area kedokteran, keperawatan, dan disiplin
ilmu keshatan terkait. Bagian ini secara singkat menjelaskan modalitas terapi yang saat ini
digunakan baik pada lingkungan, rawat inap, maupun rawat jalan (Videbeck, 2001, hlm. 69).
(a)    Terapi lingkungan
Begitu pentingnya bagi perawat untuk mempertimbangkan lingkungan bagi semua klien
ketika mencoba mengurangi atau menghilangkan agresif. Aktivitas atau kelompok yang
direncanakan seperti permainan kartu, menonton dan mendiskusikan sebuah film, atau
diskusi informal memberikan klien kesempatan untuk membicarakan peristiwa atau isu ketika
klien tenang. Aktivitas juga melibatkan klien dalam proses terapeutik dan meminimalkan
kebosanan.
Penjadwalan interaksi satu-satu dengan klien menunjukkan perhatian perawat yang tulus
terhadap klien dan kesiapan untuk mendengarkan masalah, pikiran, serta perasaan klien.
Mengetahui apa yang diharapkan dapat meningkatkan rasa aman klien  (Videbeck, 2001,
hlm. 259).
(b)   Terapi Kelompok
Pada terapi kelompok, klien berpartisipasi dalam sesi bersama kelompok individu. Para
anggota kelompok bertujuan sama dan diharapkan memberi kontribusi kepada kelompok
untuk membantu yang lain dan juga mendapat bantuan dari yang lain. Peraturan kelompok
ditetapkan dan harus dipatuhi oleh semua anggota kelompok. Dengan menjadi anggota
kelompok klien dapat, mempelajari cara baru memandang masalah atau cara koping atau
menyelesaikan masalah dan juga membantunya mempelajari keterampilan interpersonal yang
penting  (Videbeck, 2001, hlm. 70).
(c)    Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang mengikutsertakan klien dan anggota
keluarganya. Tujuannya ialah memahami bagaimana dinamika keluarga memengaruhi
psikopatologi klien, memobilisasi kekuatan dan sumber fungsional keluarga,
merestrukturisasi gaya perilaku keluarga yang maladaptif, dan menguatkan perilaku
penyelesaian masalah keluarga (Steinglass, 1995 dalam Videbeck, 2001, hlm. 71).
(d)   Terapi individual
Psikoterapi individu adalah metode yang menimbulkan perubahan pada individu dengan
cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilakunya. Terapi ini memiliki hubungan
personal antara ahli terapi dan klien. Tujuan dari terapi individu yaitu, memahami diri dan
perilaku mereka sendiri, membuat hubungan personal, memperbaiki hubungan interpersonal,

40
atau berusaha lepas dari sakit hati atau ketidakbahagiaan.
Hubungan antara klien dan ahli terapi terbina melalui tahap yang sama dengan tahap
hubungan perawat-klien: introduksi, kerja, dan terminasi. Upaya pengendalian biaya yang
ditetapkan oleh organisasi pemeliharaan kesehatan dan lembaga asuransi lain mendorong
upaya mempercepat klien ke fase kerja sehingga memperoleh manfaat maksimal yang
mungkin dari terapi  (Videbeck, 2001, hlm. 69).

2.      Penatalaksanaan medis


Penatalaksanaan medis dapat dibagi menjadi dua metode, yaitu metode psikofarmakologi
dan metode psikososial.

a)      Metode Biologik


Berikut adalah beberapa metode biologik untuk penatalaksanaan medis klien dengan
perilaku kekerasan yaitu:
(1)   Psikofarmakologi
Penggunaan  obat-obatan untuk gangguan jiwa berkembang dari penemuan neurobiologi.
Obat-obatan tersebut memengaruhi sistem saraf pusat (SSP) secara langsung dan selanjutnya
memengaruhi perilaku, persepsi, pemikiran, dan emosi.  (Videbeck, 2001, hlm. 22).
Menurut Stuart dan Laraia (2005, hlm. 643), beberapa kategori obat yang digunakan untuk
mengatasi perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.

Antianxiety dan Sedative Hipnotics


Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti
Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan didalam kedaruratan psikiatrik untuk
menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini direkomendasikan untuk dalam waktu lama
karena dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk gejala
depresi.
Selanjutnya pada beberapa klien yang mengalami disinhibiting effect dari Benzodiazepines
dapat mengakibatkan peningkatan perilaku agresif. Buspirone obat Antianxiety, efektif dalam
mengendalikan perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini
ditunjukkan dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera kepala,
demensia dan ’developmental disability’.

41
Antidepressant
Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku agresif klien yang
berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline dan Trazodone, efektif untuk
menghilangkan agresivitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan mental
organik.
(Dr.Budi Anna Keliat, Dkk. 2005)

G.    pohon Masalah

Resiko tinggi mencedarai diri, orang lain, lingkungan


Perilaku kekerasan
 
PPS : Halusinasi
Isolasi sosial : menarik diri
Regimen terapeutik inefektif
Harga diri rendah kronis
 

Koping keluarga berduka disfungsional


Tidak efektif
(Nita Fitria, 2009. hal 146)

H.    MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1.      Perilaku Kekerasan.


2.      Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3.      Perubahan persepsi sensori.
4.      Harga diri rendah kronis.
5.      Isolasi sosial.
6.      Berduka fungsional.
7.      Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
8.      Koping keluarga inefektif

42
I.       DATA YANG PERLU DIKAJI

1.      Masalah keperawatan:


a)      Perilaku kekerasan / amuk

2.      Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
Masalah Keperawatan Data yang perlu di kaji
Perilaku kekerasan Subyektif
/ :
amuk      Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
     Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
     Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Obyektif
      Mata merah, wajah agak merah.
      Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
      Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan
tajam.
      Merusak dan melempar barang-barang

(Nita Fitria, 2009. hal 147)


J.      Rencana Tindakan

Diagnosa 1: perilakukekerasan
Tujuan Umum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
Tujuan Khusus :
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
a)      Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan
tujuan interaksi.
b)      Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c)      Bicara dengansikaptenang, rileks dan tidakmenantang.

43
2.      Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
a)      Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b)      Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c)      Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
3.      Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
a)      Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
b)      Observasi tanda perilaku kekerasan.
c)      Simpulkanbersamaklien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialamiklien.

4.      Kliendapatmengidentifikasiperilakukekerasan yang biasadilakukan.


Tindakan:
a)      Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b)      Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
c)      Tanyakan "apakahdengan cara yang dilakukanmasalahnyaselesai?"

5.      Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.


Tindakan:
a)      Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b)      Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c)      Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6.      Kliendapatmendemonstrasikancarafisikuntukmencegahperilakukekerasan
Tindakan :
a)      Diskuiskankegiatanfisik yang biasadilakukanklien
b)      Beripujianataskegiatanfisik yang biasa di lakukanklien
c)      Diskusikanduacarafisik yang paling mudahdilakukanuntukmencegahperilakukekerasan, yaitu
: tariknafasdalamdanpukulkasursertabantal
7.      Kliendapatmendemostrasikancarasosialuntukmencegahperilakukekerasan
Tindakan :
a)      Diskusikancarabicara yang baikdenganklien
b)      Bericontohcaraberbicara yang baik
c)      Mintaklienmengikuticontohcarabicara yang baik

44
d)     Diskusikandengankliententangwaktudankondisicarabicara yang dapatdilatihdiruangan

8.      Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
a)      Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b)      Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah
raga, memukul bantal / kasur.
c)      Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
d)     Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
9.      Kliendapatmengidentifikasi cara mengontrolperilakukekerasan.
Tindakan:
a)      Bantu memilih cara yang paling tepat.
b)      Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c)      Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d)     Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
e)      Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
10.  Klienmendapatdukungandarikeluarga.
Tindakan :
a)      Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.
b)      Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
11.  Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
a)      Diskusikandengankliententangobat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efeksamping).
b)      Bantuklienmengunakanobatdenganprinsip 5 benar (namaklien, obat, dosis, cara dan waktu).
c)      Anjurkanuntukmembicarakanefek dan efeksampingobat yang dirasakan.
(Nita Fitria, 2009. hal 148)

45
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 P
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

Hari/tanggal : 7 Februari 2012


Nama klien : Nn. M
No. MR :
Dx / SP ke / Pertemuan ke :I
Nama perawat pelaksana : Perawat A
Resiko perilaku kekerasan

A.    PROSES KEPERAWATAN

1.      Kondisi Klien :


Subyektif :
         Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
         Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
         Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Obyektif
         Mata merah, wajah agak merah.
         Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
         Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
         Merusak dan melempar barang-barang

2.      Diagnosa 1: perilakukekerasan


Tujuan Umum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
B.     STRATEGI PELAKSANAAN

46
1.      Orientasi :

         Salam Teraupetik


“Selamat pagi Mbak. Perkenalkan nama saya Anik wijayanti, panggil saja Anik.
Saya adalah mahasiswa AKPER Muhammadiyah Kendal. Nama Mbak siapa dan suka
dipanggil apa? Baiklah mulai sekarang saya akan pangil Mbak Mita saja, ya”

         Evaluasi/validasi
 “kalau boleh tahu, sudah berapa lama Mbak Mita di sini ? Apakah Mbak Mita masih ingat
siapa yang membawa kesini ? bagaimana perasaan Mbak saat ini? Saya lihat Mbak sering
tampak marah dan kesal, sekarang Mbak masih merasa kesal atau marah ?”

         Kontrak
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang membuat Mbak Mita marah dan
bagaimana cara mengontrolnya? Ok. Mbak?”
“ Tidak lama kok, 15 menit saja”.
“Mbak senangnya kita berbicaranya dimana?. Dimana saja boleh kok, asal Mbak merasa
nyaman. Baiklah, berarti kita berbicara disini saja ya, Mbak”

2.      Kerja :

“Nah, sekarang coba Mbak ceritakan Apa yang membuat Mbak Mita merasa marah? ”
Apakah sebelumnya mbak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang?”
“Lalu saat Mbak sedang marah apa yang akan Mbak rasakan? Apakah Mbak merasa sangat
kesal, dada Mbak  berdebar-debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup rapat dan
ingin mengamuk? ”
“Setelah itu apa yang Mbak Mita lakukan? ”
“Apakah dengnan cara itu marah/kesal Mbak dapat terselesaikan? ” Ya tentu tidak, apa
kerugian yang Mbak Mita alami?”
“Menurut Mbak Mita adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Mbak Mita belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

47
”Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Mbak. Salah satunya adalah dengan
cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Namanya teknik napas
dalam”
”Begini Mbak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Mbak rasakan, maka Mbak berdiri atau
duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan
–lahan melalui mulut”
“Ayo Mbak coba lakukan, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan 5 kali. “
“Bagus sekali, Mbak  sudah bisa melakukannya”
“ Nah..Mbak Mita tadi telah melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam, sebaiknya
latihan ini Mbak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul
Mbak sudah terbiasa melakukannya”

3.      Terminasi :

         Evaluasi
Evaluasi subjektif:
“Bagaiman perasaan Mbak setelah kita berbincang-bincang dan melakukan latihan teknik
relaksasi napas dalam tadi? Ya...betul, dan kelihatannya Mbak terlihat sudah lebih rileks”.

Evaluasi objektif
”Coba Mbak sebutkan lagi apa yang membuat Mbak marah, lalu apa yang Mbak rasakan saat
itu dan apa yang akan Mbak lakukan. Kemudian apa akibatnya...”
“Wah...bagus, Mbak masih ingat semua...”

         Tindak lanjut


“Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari Mbak?”
“Kapan waktu yang Mbak inginkan untuk melakukan latihan ini? Bagaimana kalau setiap
jam 11pagi?”

         Kontrak yang akan datang

48
“ Nah, Mbak. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah satu dari teknik saja. Masih ada cara
yang bisa digunakan untuk mengatasi marah Mbak. Cara yang kedua yaitu dengan teknik
memukul bantal atau kasur.
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok, Mbak maunya kita bertemu besok
jam berapa?”“Kita latihannya dimana, Mbak? Disini saja lagi , Mbak” “ok, Mbak. Kalau
begitu saya pamit dulu ya, Mbak.... Assalamualaikum”

49
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat bagi S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba

Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Ed.2 . Jakarta : EGC

50
LAPORAN PENDAHULUAN

“HALUSINASI”

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi yaitu suatu kondisi individu menganggap jumlah
serta pola stimulus yang datang (baik dari dalam maupun dari luar) tidak sesuai dengan
kenyataan, disertai distorsi dan gangguan respons terhadap stimulus tersebut baik
respons yang berlebihan maupun yang kurang memadai (Townsend, 2010). Halusinasi
adalah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori
persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau
penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat, Akemat,
2010).

Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2005; Laraia, 2009). Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


FAKTOR PRESDISPOSISI DAN PRESIPITASI
1. Factor predisposisi
a. Biologis :
1) Genetik: Diturunkan melalui kromosom orangtua (kromosom keberapa masih
dalam penelitian). Diduga kromosom no.6 dengan kontribusi genetik
tambahan nomor 4, 8, 15 dan 22. Pada anak yang kedua orangtuanya tidak
menderita, kemungkinan terkena penyakit adalah satu persen. Sementara pada
anak yang salah satu orangtuanya menderita kemungkinan terkena adalah
15%. Dan jika kedua orangtuanya penderita maka resiko terkena adalah 35
persen. Kembar indentik berisiko mengalami gangguan sebesar 50%,
sedangkan kembar fraterna berisiko mengalami gangguan 15%
2) Kelainan fisik: Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik.Neurotransmitter
dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin
3) Riwayat janin pada saat prenatal dan perinatal meliputi trauma, penurunan
oksigen pada saat melahirkan, prematur, preeklamsi, malnutrisi, stres, ibu
perokok, alkohol, pemakaian obat-obatan, infeksi, hipertensi dan agen
teratogenik. anak yang dilahirkan dalam kondisi seperti ini pada saat dewasa

51
(25 tahun) mengalami pembesaran ventrikel otak dan atrofi kortek otak. Anak
yang dilahirkan dalam lingkungan yang dingin sehingga memungkinkan
terjadinya gangguan pernapasan
4) Nutrisi: Adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan penurunan BB,
rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa.
5) Keadaan kesehatan secara umum: misalnya kurang gizi, kurang tidur,
gangguan irama sirkadian, kelemahan, infeksi, penurunan aktivitas, malas
untuk mencari bantuan pelayanan kesehatan
6) Sensitivitas biologi: riwayat peggunaan obat halusinogen, riwayat terkena
infeksi dan trauma serta radiasi dan riwayat pengobatannya
7) Paparan terhadap racun : paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan
dan riwayat keracunan CO, asbestos karena mengganggu fisiologi otak

b. Psikologis
1) Intelegensi: riwayat kerusakan struktur di lobus frontal dan kurangnya suplay
oksigen terganggu dan glukosa sehingga mempengaruhi fungsi kognitif sejak
kecil misalnya: mental retardasi (IQ rendah)
2) Ketrampilan verbal
a) Gangguan keterampilan verbal akibat faktor komunikasi dalam keluarga,
seperti : Komunikasi peran ganda, tidak ada komunikasi, komunikasi
dengan emosi berlebihan, komunikasi tertutup,
b) Adanya riwayat gangguan fungsi bicara, akibatnya adanya riwayat Stroke,
trauma kepala
c) Adanya riwayat gagap yang mempengaruhi fungsi sosial pasien
3) Moral : Riwayat tinggal di lingkungan yang dapat mempengaruhi moral
individu, misalnya lingkungan keluarga yang broken home, konflik, Lapas.
4) Kepribadian: mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah putus asa dan menutup
diri

52
5) Pengalaman masa lalu :
a) Orangtua yang otoriter dan selalu membandingkan
b) Konflik orangtua sehingga salah satu orang tua terlalu menyayangi
anaknya
c) Anak yang dipelihara oleh ibu yang suka cemas, terlalu melindungi, dingin
dan tak berperasaan
d) Ayah yang mengambil jarak dengan anaknya
e) Mengalami penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien
baik sebagai korban, pelaku maupun saksi
f) Penilaian negatif yang terus menerus dari orang tua
6) Konsep diri : adanya riwayat ideal diri yang tidak realistis, identitas diri tak
jelas, harga diri rendah, krisis peran dan gambaran diri negative
7) Motivasi: riwayat kurangnya penghargaan dan riwayat kegagalan
8) Pertahanan psikologi: ambang toleransi terhadap stres rendah dan adanya
riwayat gangguan perkembangan
9) Self control: adanya riwayat tidak bisa mengontrol stimulus yang datang,
misalnya suara, rabaan, penglihatan, penciuman, pengecapan, gerakan
c. Social cultural
1) Usia : Riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai
2) Gender : Riwayat ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran gender
3) Pendidikan : Pendidikan yang rendah, riwayat putus sekolah dan gagal sekolah
4) Pendapatan : Penghasilan rendah
5) Pekerjaan : Pekerjaan stresful, Pekerjaan beresiko tinggi
6) Status sosial : Tuna wisma, Kehidupan terisolasi
7) Latar belakang Budaya : Tuntutan sosial budaya seperti paternalistik dan
adanya stigma masyarakat, adanya kepercayaan terhadap hal-hal magis dan
sihir serta adanya pengalaman keagamaan
8) Agama dan keyakinan : Riwayat tidak bisa menjalankan aktivitas keagamaan
secara rutin dan kesalahan persepsi terhadap ajaran agama tertentu
9) Keikutsertaan dalam politik: riwayat kegagalan dalam politik
10) Pengalaman sosial : Perubahan dalam kehidupan, misalnya bencana, perang,
kerusuhan, perceraian dengan istri, tekanan dalam pekerjaan dan kesulitan
mendapatkan pekerjaan

53
11) Peran sosial: Isolasi sosial khususnya untuk usia lanjut, stigma yang negatif
dari masyarakat, diskriminasi, stereotype, praduga negative

2. Factor presipitasi
a. Nature
Enam bulan terakhir terjadi hal-hal berikut ini:
1) Faktor biologis : kurang nutrisi, Ada gangguan kesehatan secara umum
(menderita penyakit jantung, kanker, mengalami trauma kepala atau sakit panas
hingga kejang-kejang), sensitivitas biologi (terpapar obat halusinogen atau
racun, asbestosis, CO)
2) Faktor psikologis : mengalami hambatan atau gangguan dalam ketrampilan
komunikasi verbal, ada kepribadian menutup diri, ada pengalaman masa lalu
tidak menyenangkan (misalnya: menjadi korban aniaya fisik, saksi aniaya fisik
maupun sebagai pelaku, konsep diri yang negatif (harga diri rendah, gambaran
citra tubuh, keracuan identitas, ideal diri tidak realistis, dan gangguan peran),
kurangnya penghargaan, pertahanan psikologis rendah (ambang toleransi
terhadap stres rendah), self control (ada riwayat terpapar stimulus suara,
rabaan, penglihatan, penciuman dan pengecapan, gerakan yang berlebihan dan
klien tidak bisa mengontrolnya
3) Faktor social budaya : usia, gender, pendidikan rendah/putus atau gagal
sekolah, pendapatan rendah, pekerjaan tidak punya, status social jelek (tidak
terlibat dalam kegiatan di masyarakat, latar belakang budaya, tidak dapat
menjalankan agama dan keyakinan, keikutsertaan dalam politik tidak bisa
dilakukan, pengalaman sosial buruk, dan tidak dapat menjalankan peran sosial.
b. Origin
1) Internal :Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya.
2) Eksternal : Kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, dan kurang dukungan
kelompok/teman sebaya
c. Timing: stres terjadi dalam waktu dekat, stress terjadi secara berulang-ulang/ terus
menerus

54
d. Number: Sumber stres lebih dari satu dan stres dirasakan sebagai masalah yang
sangat berat.
PENILAIAN TERHADAP STRESSOR
1. Kognitif : Tidak dapat berpikir logis, inkoheren, Disorientasi, Gangguan memori
jangka pendek maupun jangka panjang, Konsentrasi rendah, kekacauan alur pikir,
Ketidakmampuan mengambil keputusan, Fligh of idea, gangguan berbicara dan
perubahan isi pikir
2. Afektif : Tidak spesifik, reaksi kecemasan secara umum, kegembiraan yang
berlebihan, kesedihan yang berlarut dan takut yang berlebihan, curiga yang berlebihan
dan defensif sensitif
3. Fisiologis : pusing, kelelahan, keletihan, denyut jantung meningkat, keringat dingin,
gangguan tidur, muka merah/tegang, frekuensi napas meningkat, ketidakseimbangan
neurotransmitter dopamine dan serotonine
4. Perilaku : Berperilaku aneh sesuai dengan isi halusinasi, berbicara dan tertawa
sendiri, daya tilik diri kurang, kurang dapat mengontrol diri, penampilan tidak sesuai,
Perilaku yang diulang-ulang, menjadi agresif, gelisah, negativism, melakukan
pekerjaan dengan tidak tuntas, gerakan katatonia, kaku, gangguan ekstrapiramidal,
gerakan mata abnormal, grimacvin, gaya berjalan abnormal, komat-kamit,
menggerakkan bibir tanpa adanya suara yang keluar
5. Social : Ketidakmampuan untuk berkomunikasi, acuh dengan lingkungan, penurunan
kemampuan bersosialisasi, paranoid, personal higiene jelek, sulit berinteraksi dengan
orang lain, tidak tertarik dengan kegiatan yang sifatnya menghibur, penyimpangan
seksual dan menarik diri.

SUMBER KOPING
1. Personal ability : Ketidakmampuan memecahkan masalah, ada gangguan dari
kesehatan fisiknya, ketidakmampuan berhubungan dengan orang lain, pengetahuan
tentang penyakit dan intelegensi yang rendah, identitas ego yang tidak adekuat.
2. Social support : Hubungan antara individu, keluarga, kelompok, masyarakat tidak
adekuat, komitmen dengan jaringan sosial tidak adekuat
3. Material asset : Ketidakmampuan mengelola kekayaan, misalnya boros atau santa
pelit, tidak mempunyai uang untuk berobat, tidak ada tabungan, tidak memiliki
kekayaan dalam bentuk barang, tidak ada pelayanan kesehatan dekat tempat tinggal

55
4. Positif belief : Distress spiritual, tidak memiliki motivasi, penilaian negatif terhadap
pelayanan kesehatan, tidak menganggap itu suatu gangguan
MEKANISME KOPING
1. Konstruktif
2. Destruktif
 Regresi
 Proyeksi
 Denial
 Withdrawal
III. A. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Gangguan persepsi sesuai halusinasi

Isolasi sosial atau menarik diri

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:

a. Data Obyektif
 Bicara atau tertawa sendiri.
 Marah-marah tanpa sebab.
 Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu
 Menutup telinga.
 Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
 Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
 Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
 Menutup hidung.
 Sering meludah.
 Muntah.

56
 Menggaruk-garuk permukaan kulit.

b. Data Subyektif: Pasien mengatakan :


 Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
 Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
 Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
 Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau
monster.
 Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan.
 Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
 Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.
 Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat sedang
sendirian.
 Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (dengar, penglihatan, penghidung dan peraba)

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Intervensi ditujukan ke klien
a. Tujuan
1) Pasien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya: isi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon.
2) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan
obat.

4) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.


5) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktifitas.
b. Tindakan Keperawatan

57
1) Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon terhadap halusinasi.
2) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi:
a. Menghardik halusinasi
Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara menghardik,
meminta pasien memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini, dan
menguatkan perilaku pasien.

b. Menggunakan obat secara teratur


Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak
digunakan sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan cara
mendapat obat/ berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6
benar (benar jenis, guna, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).

c. Bercakap –cakap dengan orang lain.


d. Melakukan aktifitas yang terjadual.
Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur, mendiskusikan aktifitas
yang biasa dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan aktifitas,
menyusun jadual aktifitas sehari–hari sesuai dengan jadualyang telah
dilatih, memantau jadual pelaksanaan kegiatan, memberikan
reinforcement.

2, Tindakan Keperawatan Halusinasi (Keluarga)

a. Tujuan
1) Keluarga mampumengenal masalah merawat pasien dirumah.
2) Keluarga mampu menjelaskan halusinasi (pengertian, jenis, tanda dan gejala
halusinasi dan proses terjadinya).
3) Keluarga mampu merawat pasien dengan halusinasi.
4) Keluarga mampu menciptakan lingkungan
5) Keluarga mampu mengenal tanda dan gejala kambuh ulang.
6) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow-up pasien
dengan halusinasi.
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2) Berikan penjelasan kesehatan meliputi : pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami, tanda dan gejala halusinasi, prosesterjadinya halusinasi.

58
3) Jelaskan dan latih cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi:
menghardik, minum obat, bercakap- cakap,melakukan aktivitas.
4) Diskusikan cara menciptakan lingkungan yang dapat mencegah terjadinya
halusinasi.
5) Diskusikan tanda dan gejala kekambuhan.
6) Diskusikan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk follow-up
anggota keluarga dengan halusinasi.

59
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E, Townsend, M.C dan Moorhouse, M.F. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan
Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Keliat, B.A dan Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Cetakan I.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
NANDA, (2011). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Cetakan 2011.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Townsend. M.C, (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

60
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI
PERTEMUAN I

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Pasien tampak tenang dan kooperatif
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (dengar, penglihatan, penghidung dan peraba)
3. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengenal halusinasi
b. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi
4. Tindakan Keperawatan
1. Identifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situas pencetus,
perasaaan,respon
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi : hardik, bercakap-cakap melakukan kegiatan
........sesuaikan tujuan
3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Pak. Perkenalkan, nama saya......., panggil saja........ Nama Bapak siapa?
Senang dipanggil apa?

Evaluasi
Apa yang Bapak rasakan saat ini?

Validasi
Apa yang Bapak sudah lakukan?

61
2. Kontrak (Topik, Waktu, Tempat)
Nah, bagaimana kalau kita mengobrol di teras depan selama 30 menit tentang apa yang
terjadi di rumah sehingga Bapak dibawa ke sini dan saya akan mengajarkan cara
mengontrol suara-suara yang Bapak dengar selama ini agar suara-suara tadi bisa
berkurang atau bahkan tidak terdengar lagi.

KERJA

Coba Bapak ceritakan apa yang terjadi di rumah sehingga Bapak di bawa ke sini? Jadi,
Bapak mendengar suara-suara ya? Apa yang suara-suara itu katakan kepada Bapak?
Kapan suara-suara itu terdengar? Seberapa sering Bapak mendengar suara-suara itu? Apa
yang Bapak rasakan saat suara-suara itu terdengar? Apakah cara yang Bapak lakukan
mengurangi suara-suara tadi?

Nah, apa yang Bapak alami dan rasakan adalah halusinasi. Ada empat cara
menghilangkan suara-suara tadi yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan
melakukan aktifitas. Sekarang kita akan belajar satu cara untuk menghilangkan suara-
suara tadi yaitu menghardik. Nah sekarang bayangkan suara itu terdengar oleh Bapak.
Cara menghardiknya adalah seperti ini: menghardik dalam hati dengan mengatakan
“Pergi..! kamu suara palsu/suara tidak jelas/suara mengganggu. Saya tidak mau
mendengar..!, jika masih seperti ada suara yang ada ditelinga maka boleh sambil menutup
telinga

Sekarang saya akan memperagakan caranya. Bayangkan suara-suara itu terdengar,


kemudian saya lakukan seperti ini (peragakan cara menghardik).

Nah sekarang coba Bapak lakukan kembali seperti yang telah saya ajarkan tadi. Bagus
Pak....coba ulangi sekali lagi...Betul Pak.

TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


Evaluasi Subjektif

Bagaimana perasaan Bapak setelah tadi latihan cara menghardik suara-suara?

Evaluasi Objektif

Apa yang telah Bapak pelajari tadi?coba ceritakan (boleh mencoba lagi)

2. Rencana Tindak Lanjut (planing klien )

62
Berapa kali Bapak mau latihan menghardik? Bagaimana kalau tiga kali sehari?
Bagaimana kalau jam 08.00 – 12.00-17.00 dan jika suara-suara tadi terdengar? Kita
masukkan dalam jadwal kegiatan harian Bapak ya...

3. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)


Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi di sini jam 10.00 pagi untuk berbincang-bincang
cara kedua mengatasi suara-suara tadi? Sampai ketemu besok Pak. Selamat siang.

63
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI
PERTEMUAN II

A.PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien
Pasien tampak tenang dan kooperatif
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (dengar, penglihatan, penghidung dan peraba)

3. Tujuan Khusus
 Pasien dapat menerapkan,mengontrol halusinasi dengan cara yang sudah diajarakan
yaitu dengan cara menghardik
 Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara minum obat
4. Tindakan Keperawatan
1. Evaluasi kegiatan menghardik.Beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6
benar:jenis,guna,dosis,frekuensi,cara,kontinuitas minum obat)
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan minum obat

B.STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

ORIENTASI

1.Salam Terapeutik

Selamat pagi Pak/Bu.....

Evaluasi

Bagaimana perasaannya hari ini?,apakah tanda dan gejala halusinasinya masih ada atau
sudah berkurang.., baik, apa Pak/Bu.... masih mendengar bisikan, frekuensinya apa masih
sering, waktunya masih malam, saat sendirian, perasaan takut/ cemas/ terancam/ senang,
masih mengikuti isi bisikan

Validasi

64
Bagaimana latihan menghardiknya sudah dicoba? Apa ada kesulitan? Berapa kali dicoba?
Apa manfaatnya yang Pak/Bu...rasakan?Bagus sekali ternyata Pak/Bu... sudah melatihnya
dan merasakan manfaatnya

3.Kontrak (Topik, Waktu, Tempat)

Bagaimana jika sekarang kita latih cara kedua mengontrol halusinasi dengan
menggunakan obat?...Kita latihannya didepan saja, setuju?Bagaimana jika 15 menit kita
latihannya?...Tujuannya supaya Pak Agus teratur minum obat dan tidak lupa minum obat,
kemudian halusinasinya bisa dicegah

KERJA

Baik Pak/Bu..., cara kedua mengontrol halusinasi adalah dengan menggunakan obat. Untuk
itu Bapak harus tahu 6 benar tentang obat (benar jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, dan
kontinuitas minum obat)…, nah kalau Pak/Bu... obatnya ada 3 jenis warnanya putih, pink,
dan orange. Yang putih namanya THP gunanya untuk supaya tidak kaku, pink namanya HP
gunanya supaya tidak mendengar bisikan, dan orange namanya CPZ gunanya supaya lebih
rileks dan bisa istirahat tidur. Obatnya diminum 3 x sehari (pagi jam 07.00, siang jam 13.00,
dan malam jam 20.00). nah…, supaya tidak terjadi putus obat sebaiknya 2 hari sebelum obat
habis Bapak harus kontrol ulang guna mendapatkan obat lagi… bagaimana apa Pak /Bu..
sudah mengerti?....., bagus sekali… baik sekarang kita buat jadwal minum obatnya dan kita
masukan dalam jadual kegiatan harian bapak supaya tidak lupa..

TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu...setelah kita latihan tentang obat?

Evaluasi Objektif
Coba Pak/Bu...sebutakan jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, dan kontinuitas minum
obat…. Bagus sekali Pak/Bu...sudah mengerti tentang obat yang dapat mengontrol
halusinasi
2. Rencana Tindak Lanjut (planing klien )
Baik Pak./Bu..,nanti coba latihan sendiri ya menggunakan obat untuk mengontrol
halusinasinya,, Bapak/Ibu....bisa minum obat sesuai dengan jadual yang telah kita buat

65
3. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)
Besok pagi kita akan bertemu lagi untuk melihat manfaat bercakap-cakap,dan berlatih
cara yang ke 4 untuk mengotrol hallusinasi dengan mekukan aktifitas,apa yang akan kita
lakukan oh..baiklah besok kita akan merapihkan tempat tidur dan membereskan meja
makan ya,mau jam berapa? Mau dimana? Baiklah samapai bertemu besok ya.selamat
pagi...

66
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI
PERTEMUAN III

A.PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien
Pasien tampak tenang dan kooperatif
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (dengar, penglihatan, penghidung dan peraba)

3. Tujuan Khusus
 Pasien dapat menerapkan,mengontrol halusinasi dengan cara yang sudah diajarakan
yaitu dengan cara menghardik,minum obat
 Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
4. Tindakan Keperawatan
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik sdan minum obat.Beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saaat terjadi halusinasi
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik,minum obat dan
bercakap-cakap

B.STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

ORIENTASI

1.Salam Terapeutik

Selamat pagi,Pak/Bu...masih ingat dengan saya?


Selama 30 menit kita akan bercakap-cakap tentang masalah yang Bapak/Ibu.. rasakan,di
tempat ini ya pak/bu...

Evaluasi

Baiklah Pak/Bu..,bagaimana perasaan Bapak/Ibu.. hari ini?Apakah Bapak/Ibu... masing


sering mendengar suara-suara?berapa kali Bapak/Ibu.. dengar hari ini? saat kondisi apa
bapak/ibu... dengar suara tersebut? apa yang bapak/ibu... rasakan ketika suara itu
datang,apakah Bapak/Ibu... telah melakukan apa yang sudah kita pelajari dua hari yang

67
lalu. Bagaimana apakah dengan menghardik suara-suara yang Bapak/Ibu... dengar
berkurang?apakah Bapak/Ibu... sudah minum obat hari ini?

Validasi

Baiklah Pak/Ibu..,tadi bapak mengatakan kalau Bapak/Ibu.. sudah melakukan


mengahardik saat suara-suara itu datang,sekarang coba Bapak/Ibu... praktekan kembali
bagaimana bapak/ibu... melakukannya?..bagus sekali,coba sekarang Bapak/Ibu...
perlihatkan pada suster jadwal kegiatan latihan mengahardik yang Bapak/Ibu...
lakukan,bagus sekali...,hari ini Bapak/Ibu... sudah minum obat?berapa obat yang bapak
minum?coba tolong sebutkan lagi hari ini Bapak/Ibu...minum obat apa saja? warnanya
apa?...berapa kali Bapak/Ibu... minum obat setiap hari?...bagus sekali.

3.Kontrak (Topik dan tujuan)

Baiklah, pada hari ini kita akan belajar cara yang ketiga dari cara mengendalikan
hallusinasi/suara-suara yang Bapak/Ibu...dengar yaitu dengan bercakap-cakap. Tujuannya
agar suara yang bapak dengar semakin berkurang,bagaimana Bapak/Ibu...?

KERJA

Caranya begini Pak/Bu...,ketika bapak mendengar suara-suara,coba Bapak/Ibu... alihkan


dengan mengajak orang lain bercakap-cakap,topiknya bisa apa saja yang Bapak/Ibu...
sukai,dengan cara contohnya begini..”Tolong,saya ingin bicara..saya sedang mendengar
suara-suara...ayo..kita bercakap-cakap”. Kalau Bapak/Ibu...di rumah dan mendengar suara-
suara tersebut Bapak/Ibu...bisa mengajak keluarga di rumah untuk bercakap-cakap,misalnya
dengan ibu.contohnya begini..”ibu saya mendengar suara-suara ayo kita bercakap-
cakap”...nah bagamana Bapak /Ibu...mengerti?coba sekarag Bapak/Ibu...praktikan cara yang
tadi sudah di ajarkan...bagus..bagus sekali.

TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


Evaluasi Subjektif

Bagaimana perasaan Bapak/Ibu...setelah kita berlatih tentang cara mengontrol suara-suara


dengan bercakap-cakap?

Evaluasi Objektif
Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara?coba sebutkan?
bagus...(jika benar)
2. Rencana Tindak Lanjut (planing klien )

68
Mari sekarang kita masukan ke jadwal harian Bapak/Ibu... ya berapa kali bapak/ibu... mau
latihan bercakap-cakap...oh 2 kali ya!jam berapa?dengan jam berapa? jangan lupa
Bapak/Ibu...lakukan 3 cara yang sudah kita pelajari agar hallusinasi tidak menggangu
Bapak/Ibu...lagi ya!

3. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)


Besok pagi kita akan bertemu lagi untuk melihat manfaat bercakap-cakap,dan berlatih cara
yang ke 4 untuk mengotrol halusinasi dengan mekukan aktifitas,apa yang akan kita
lakukan oh..baiklah besok kita akan merapihkan tempat tidur dan membereskan meja
makan ya,mau jam berapa? Mau dimana? Baiklah samapai bertemu besok ya.selamat
pagi...

69
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI
PERTEMUAN IV

A.PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien
Pasien tampak tenang dan kooperatif
3. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (dengar, penglihatan, penghidung dan peraba)
4. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat menerapkan mengontrol halusinasi dengan cara yang sudah
diajarkan : menghardik, minum obat dan bercakap-cakap
b. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas
5. Tindakan Keperawatan
1. Evaluasi kegaitan latihan menghardik, obat-obat dan bercakap-cakap, berikan
pujian.
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
3. Masukan pada jadal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat, bercakap-
cakap dan kegiatan harian

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
Selamat pagi,Pak masih ingat dengan saya?

Evaluasi
Baiklah Pak Agus,bagaimana perasaan Bapak hari ini?Apakah Bapak masing sering
mendengar suara-suara?berapa kali Bapak dengar hari ini? saat kondisi apa bapak
dengar suara tersebut? apa yang bapak rasakan ketika suara itu datang,apakah Bapak
telah melakukan apa yang sudah kita pelajari dua hari yang lalu. Bagaimana apakah
dengan menghardik suara-suara yang Bapak dengar berkurang?apakah Bapak sudah

70
minum obat hari ini?lalu apakah sudah mencoba latihan bercakap-cakap dengan orang
lain tentang suara yang didengarnya
Validasi
Baiklah Pak Agus,tadi bapak mengatakan kalau Bapak sudah melakukan mengahardik
saat suara-suara itu datang,sekarang coba Bapak praktekan kembali bagaimana bapak
melakukannya?..bagus sekali,coba sekarang Bapak perlihatkan pada suster jadwal
kegiatan latihan mengahardik yang Bapak lakukan,bagus sekali...,hari ini Bapak sudah
minum obat?berapa obat yang bapak minum?coba tolong sebutkan lagi hari ini Bapak
minum obat apa saja? warnanya apa?...berapa kali Bapak minum obat setiap
hari?...bagus sekali.

2. Kontrak (Topik dan tujuan)


Baiklah, pada hari ini kita akan belajar cara yang keempat dari cara mengendalikan
hallusinasi/suara-suara yang Bapak dengar yaitu dengan melakukan kegiatan yang
sudah terjadwal . Tujuannya agar suara yang bapak dengar semakin
berkurang,bagaimana Bapak?Selama 30 menit kita akan bercakap-cakap tentang
masalah yang Bapak rasakan,di tempat ini ya pak

KERJA

Caranya begini Pak,ketika bapak mendengar suara-suara,coba Bapak alihkan dengan


melakukan kegiatan yang sudah rutin/terjadwal bapak lakukan ,kegiatan bisa apa saja
yang Bapak sukai,dengan cara contohnya begini..”jika muncul suara-suara segera bapak
merapikan tempat tidur sendiri atau membereskan meja makan ”. nah bagamana Bapak
mengerti?coba sekarag Bapak praktikan cara yang tadi sudah di ajarkan...bagus..bagus
sekali..

FASE TERMINASI

TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


Evalusi Subyektif
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berlatih tentang cara mengontrol suara-suara
dengan melakukan kegiatan rutin/harian ?
Evaluasi obyektif
Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara?coba sebutkan?
bagus...(jika benar)

2. Tindak Lanjut Klien


Mari sekarang kita masukan ke jadwal harian Bapak ya berapa kali bapak mau latihan
melakukan kegiatan rutin harian ...oh 2 kali ya!jam berapa?dengan jam berapa? jangan

71
lupa Bapak lakukan 4 cara yang sudah kita pelajari agar hallusinasi tidak menggangu
Bapak lagi ya!

3. Kontrak Akan datang (topik,waktu,tempat)


Besok pagi kita akan bertemu lagi untuk meliha tmanfaat latihan untuk mengotrol
hallusinasi, mau jam berapa? Mau dimana?Baiklah samapai bertemu besok ya. Selamat
pagi...

72
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA KELUARGA PASIEN DENGAN HALUSINASI
PERTEMUAN I

A.PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien
Pasien tampak tenang dan kooperatif
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (dengar, penglihatan, penghidung dan peraba)
3. Tujuan Khusus
a. Keluarga dapat mengeturakan masalah yang dihadapi ketika merawat pasien
b. Keluarga dapat mempraktekan cara merawat halusinasi dengan cara menghardik
4. Tindakan Keperawatan
1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian tanda dan gejala dan proses terjadinya halusinasi
3. Jelaskan cara merawat halusinasi
4. Latih cara merawat halusinasi : hardik
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
Selamat pagi Bu,perkenalkan nama saya suster...
Evaluasi
Baiklah bu,bagaimana perasaan ibu hari ini?selama ini apakah yang terjadi dengan
bapak ? Apakah masing sering mendengar suara-suara? berapa kali dengar hari ini? saat
kondisi apa dengar suara tersebut? apa yang dirasakan dan di ungkapkan pada ibu
ketika suara itu datang,apa yang Bapak lakukan saat suara itu datang bu?
Validasi
Apakah ibu sudah mengetahui apa yang di alami anaknya ?dan bagaimana cara
merawatnya?

2. Kontrak (Topik dan tujuan)

73
Baiklah, pada hari ini kita akan bercakap-cakap tentang masalah yang di alami Bapak
dan bagaimana cara merawatnya. Tujuannya untuk membantu pak agus agar suara yag
didengar semakin berkurang.Selama 30 menit kita akan bercakap-cakap tentang
masalah yang dialami oleh pak agus dan cara merawatnya,di tempat ini ya bu.

KERJA
Selama ini apa yang terjadi dengan Bapak ?..oh jadi tina sering tertawa sendiri ya bu,dan
kadang marah tanpa sebab.baik ibu gejala yang dialami tina itu dinamakan hallusinasi yaitu
mendengar atau memlihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada benda dan.wujudnya. jadi ketika
tina mengatakan mendengar sura-suara sebenarnya suara itu tidak ada,kalau tina mengatakan
melihat bayangan ,bayangan itu tidak ada. kalau tina sedang mangalami kondisi seperti itu
ibu jangan menyetujui atau menyanggah tentang apa yang diceritakan oleh tina,dengarkan
saja...dan katakan pada tina untuk tidak mendengar dan melihat bayangan itu.ingatkan tina
cara mengontrol suara dan bayanagn itu dengan cara menghardik yang pernah saya ajarkan
padanya,caranya begini bu “dengan menyuruh suara itu pergi dengan mengatakan
pergi..pergi kamu suara palsu dan bayangan palsu jangan ganggu saya”bagaimana ibu bisa
melakukannya? Coba sekarang ibu lakukan...o..baik bagus sekali..jangan lupa selalu beri
pujian pada tina setiap dia bisa melakukan cara mengntrol hallusinasi.Nah ibu sudah ada 3
cara yang lain yang pernah di ajarkan pada pak agus untuk mengontrol suara tersebut yaitu
dengan minum obat,bercakap-cakap,dan melakukan kegiatan.

TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


Evalusi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berdiskusi dan berlatih tentang cara mengontrol
suara-suara dengan menghardik?
Evaluasi obyektif
Jadi ibu sudah tahu ya apa yang terjadi pada agus,coba ibu ulangi apa yang yang di alami
bapak.tadi kita sudah berlatih satu cara mengendalikan suara dan bayangan itu ya bu
dengan cara menghardik..coba bisa ibu ulangi lagi bagaimana caranya..bagus ...

2. Tindak lanjut klien


Jangan lupa bu,selalu ingatkan agus untuk berlatih cara mengontrol hallusnasi sesuai
dengan jadwal yang telah di buat tina..dan setiap munul suara/bayangan,jangan lupa
selalu beri pujian setip agus berhasil melakukakannya.

3. Kontrak Akan datang (topik,waktu,tempat)


Minggu depan saat saya berkunjung lagi,kita akan berdiskusi dan berlatih tentang cara
mengontrol hallusinasi yang lain yaitu tentang minum obat.sampai bertemu minggu
depan ya bu...selamat siang.

74
75
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA KELUARGA PASIEN DENGAN HALUSINASI
PERTEMUAN II

A.PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien
Pasien tampak tenang dan kooperatif
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (dengar, penglihatan, penghidung dan peraba)
3. Tujuan Khusus
a. Keluarga mampu melatih pasien menghardik
b. Keluarga dapat membimbing meminum obat pada pasien dengan prinsip 6 benar
4. Tindakan Keperawatan
1.Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien menghardik
2.Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
3.Latih cara memberikan atau membimbing minum obat
4.anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

C. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
Assalamualaikum bu, masih ingat dengan saya.
Evaluasi
“Bagamana keadaan Pak Agus hari ini bu? Apakah halusinasinya masih ada? Apakah
Pak Agus telah melakukan apa yang telah kita pelajari dua hari yang lalu? Bagaimana
apakah dengan menghardik suara-suara yang didengar oleh suami ibu bisa berkurang?
Validasi
Bagus, sekarang coba praktikkan lagi bagaimana ibu melatih Pak Agus untuk
melakukannya. Bagus sekali bu. Coba sekarang saya lihat jadwal kegiatan latihan
menghardik yang Pak Agus telah lakukan. Bagus sekali“

2. Kontrak
Baiklah pada hari ini kita akan belajar cara yang kedua dari empat cara mengendalikan
suara-suara yang muncul yaitu dengan minum obat teratur

76
KERJA

“Baiklah bu, cara kedua yang dilakukan untuk mengatasi halusinasi adalah dengan
minum obat secara teratur. Saya sudah mejelaskan kepada Pak Agus tentang pengertian
dari obat dan cara minum obat dengan benar, menjelaskan tujuan dan manfaat dari minum
obat secara benar dalam menghilangkan atau mengontrol halusinasi, menjelaskan media
atau alat yang dibutuhkan selama melakukan meminum obat dengan benar, menjelaskan
satu persatu jenis obat yang diminum oleh klin. Jadi ibu, bentuk obat dan warna dari obat
itu bermacam-macam, serta berbeda manfaat dari obat tersebut. Misalnya: Chlorpromazin
sering disingkat CPZ, warnanya orange, bentuk tablet, manfaatnya untuk mempermudah
tidur dan menenangkan emosi/perasaan Pak Agus. Haloperidol sering disingkat HPD,
bentuknya tablet, yang warnanya pink/jambon kandungannya 5 mg dan yang warnanya
putih kandungannya 1,5 mg, gunanya untuk membantu mengontrol atau menghilangkan
suara-suara yang didengar dan mengontrol perasaan ingin marah dan jengkel. Resperidon,
sering disingkat RPD, kandungannya 2 mg, bentuknya tablet, warnanya krem agak coklat
muda, gunanya selain untuk menghilangkan atau mengontrol halusinasi juga dapat
menghilangkan perasaan malu, minder dan malas beraktifitas). Kemudian efek samping
yang dapat muncul akibat dari pemberian obat tersebut seperti, efek samping yang
dirasakan adalah: banyak keluar air ludah, bibir kering, tangan dan jari gemetar/ndredek,
badan terasa kaku/jalan seperti robot, ada gerakan tidak terkontrol pada mulut dan rahang
serta bahu, kadang sulit buang air besar, bola mata melotot ke atas. Untuk
menghilangkan efek samping tersebut diberikan obat triheksipenidil sering disingkat
THP, kandungannya 2 mg. Dosis dan aturan minum obat yang hendak diminum (waktu,
frekuensi atau dosis minum obat) harus ibu perhatikan disesuaikan dengan kebutuhan
klien. Biasanya setelah minum obat secara teratur Pak Agus akan merasakan badannya
lebih tenang, rileks, tidak mudah marah/tersinggung atau halusinasi terkontrol. Kira-kira
ada yang ingin ibu tanyakan dari penjelasan saya tadi. Jika tidak ada bertanyaan, coba
bisa sebutkan jenis obat apa aja yang diminum oleh Pak, nama obat, bentuk, warna serta
manfaatnya serta efek samping yang mungkin muncul. Bagus sekali bu. Baiklah ibu nanti
bisa membantu Pak Agus untuk memasukkan jadual melakukan kegiatan minum obat
dalam jadual kegiatan kegiatan harian Pak Agus.

TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berdiskusi tadi?”

2. Rencana tindak lanjut


“Coba nanti ibu minta Pak Agus untuk minum obat secara mandiri (tanpa disuruh oleh
keluarga ) saat waktu minum obat tiba sesuai dengan jadual minum obat.

77
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
“Baiklah bu, minggu depan saya akan kemari lagi untuk kita berdiskusi kembali tentang
bagaimana cara merawat suami ibu dengan halusinasi dengan cara yang lain, yaitu cara
bercakap-cakap dan melakukan kegiatan. Saya akan datang jam 10.00 WIB ya bu.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

78
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA KELUARGA PASIEN DENGAN HALUSINASI
PERTEMUAN III

A.PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien
Pasien tampak tenang dan kooperatif
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (dengar, penglihatan, penghidung dan peraba)
3. Tujuan Khusus
a. Keluarga mampu mengenal tanda dan gejala kekambuhan halusinasi
b. Keluarga dapat menciptakan lingkungan yang nyaman untuk pasien
4. Tindakan Keperawatan
1.Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien menghardik dan
memberikan obat
2.Jelaskan tanda gejala kekambuhan halusinasi pada pasien
3.Jelaskan pada keluarga untuk menciptakan lingkungan yang nyaman

D. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
Selamat sore bu…..
Evaluasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini?
Validasi
Apakah anak S masih terlihat bicara sendiri?Apakah ibu sudah melakukan apa yang
kita pelajari sebelumnya?

2. Kontrak
Topik
Baik bu, sesuai kesepakatan kita sebelumnya hari ini kita akan berdiskusi
tentang cara menciptakan lingkungan yang nyaman dan mengenal tanda dan gejala
kekambuhan pada anak S. Tujuannya supaya keluarga mampu mengenal tanda- tanda

79
jika anak S kambuh dan mampu menciptakan lingkungan yang nyaman untuk
mengurangi kekambuhan pada anak S.
Tempat/ waktu
Bagaimana kalau kita berdiskusi diteras saja dan selama lebih kurang 15 menit.

KERJA
Baik bu…kira- kira selama ini situasi apa saja yang membuat anak S mengalami
halusinasi….ooobegitu, bak bu, jadi anak S akan mengalami gejala halusinasi pada saat
sendiri, tidak ditemani dan melamun. kita akan membuat cara yang ketigayaitu menciptkan
lingkungan yang nyaman untuk dalam mengatasi halusinasi pada anak S adalah dengan latih
untuk melakukan kegiatan yang sudah diajarkan, tidak membiarkan anak S melamun dan
sendiri, buat kegiatan keluarga bersama seperti makan bersama atau beribadah bersam . Ibu
dan keluarga harus tanggap terhadap perubahan pada anak S, apabila muncul gejala
halusinasi yaitu menyendiri, melamun, tertawa/berbicara sendiri, tidak mau beraktifitas, jika
hal ini terjadi maka keluarga mengingatkan dan motivasi anak S untuk melakukan kegiatan
yang sudah diajarkan

80
TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawata


Evaluasi Subjektif
Ibu merasa senang, ada manfaat dari kegiatan yang diberikan
Evaluasi Objektif
Ibu mampu menyebutkan SP 3 Halusinasi
2. Tindak lanjut klien
 Lanjutkan latihan sebelumnya
 Ajak anak S untuk berkumpul, berkomunikasi dengan keluarga
 Tidak membiarkan anak S sendirian dengan membuat kegiatan bersama
 Pantau tanda- tanda muncul halusinasi

SP 4 Keluarga: Follow up untuk kontrol ke PKM dan rujukan

81
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus ( Masalah Utama )


Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatan, klien mengatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
melakukan perawatan diri ( depkes 2000)
Deficit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
keperawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting). (nurjanah,2004)
Deficit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya, dan
kesejahteraannya, sesuai dengan kondisi kesejahterannya.Klien dinyatakan terganggu
perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya. (Dr. Amino
Gondohutomo,2008)
Deficit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemmpuan dalam dilakukan atau melengkapi aktifitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene) , berpakaian / berhias, makan dan BAB atau
BAK ( toileting ). (Nita Fitria,2009)
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. (Poter.Perry,2005).
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah,2000)

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor Predisposisi
Factor pendukung terjadinya deficit perawatan diri adalah sebagai berikut
:Perkembangan, keluarga terllau melindungi dan memenjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu. Biologis, penyakit kronik yang menyebabkan
klien tidak mampu melakukan perawatan diri.Kemampuan realitas turun, klien
dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termaksud perawatan diri.Social, kurang
dukungan dan latihan kemampuan keperawatab diri lingkungannya.Situasi
lingkungan mepengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

82
B. Factor Presipitasi
Yang merupakan factor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motifasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah atau lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes(2000:59) factor-faktor yang mepengaruhi personal hygiene
adalah sebagai berikut: Body image, gambaran indivudu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya, dengan adanya perubahan fisik misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga tidak peduli dengan kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. Social
ekonomi, personal hygiene memerlukan memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukanuang untuk
menyediakannya.Pengatahuan, pengetahuan personal hygiege sangat penting
karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada
klien penderita diabetes militus ia harus menjaga kebersihan kakinya. Budaya,
disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.Kebiasaan seseorang, ada kebiasaan orang yang mengguanakan
produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-
lain.Kondisi fisik atau psikis, pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

C. Jenis-Jenis
1. Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan diri
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas mandi/ kebersihan diri
2. Kurang perawatan diri : makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukan aktifitas makan
3. Kurang perawatan diri : toileting
Kurang perawatan diri ( toileting ) adalah gangguan kemampuan untuk
menyelesaikan aktifitas toileting sendiri
4. Kurang perawatan diri: berhias/berdandan
Kurang perawatan diri ( berhias/berdandan ) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

83
(Nurjanah:2004, 79)

D. Mekanisme Koping
1. Regresi
2. Penyangkalan
3. Isolasi diri
4. Intelektualisasi

III. A. Pohon Masalah


Resiko Gsp: halusinasi

Isolasi sosial DPD

HDR

B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


Defisit perawatan diri
Data subjektif :
Klien mengatakan malas mandi karena airnya dingin, Klien
mengatakan malas makan sendiri dan tidak mampu untuk makan sendiri.Klien
mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK atau BAB
dan Klien mengatakan dirinya malas berdandan.
Data objektif :
Ketidakmampuan mandi atau membersihkan diri di tandai dengan
rambut kotor, gigi kotor, dan kulit berdaki dan berbau serta kuku panjang dan
kotor.Ketidakmampuan makan secara sendiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makanan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya.Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri
ditandi BAB atau BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB atau BAK dan Ketidakmampuan berpakaian atau berhias
ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian
tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki) atau tidak berdandan (wanita).

84
IV. Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri, ketidakmampuan dalam kebersihan diri, makan mandiri,
toileting, berhias/berdandan.

V. Rencana Tindakan Keperawatan


Terlampir

Sumber :
Herman, Ade. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Direja surya.
Kaliat, Budi Anna Dan Akemat. 2009. Model Praktek Keperawatan Professional
Jiwa. Jakarta: EGC.

STRATEGI PELAKSANA TINDAKAN KEPERAWATAN


SP1 KEBERSIHAN DIRI

85
Proses keperawatan
Kondisi Klien
Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin.Ketidakmampuan mandi
atau membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, dan kulit berdaki dan
bebau, serta kuku panjang dan kotor.

Diagnosa Keperawatan
Devisit perawatan diri, ketidakmampuan dalam kebersihan diri

Tujuan Khusus:
1. klien dapat membina hubungan saling percaya
2. klien dapat memahami pentingnya kebersihan diri
3. klien dapat mengetahui cara menjaga kebersihan diri
4. klien dapat mempraktekan cara menjaga kebersihan diri

Tindakan Keperawatan:
1. bina hubungan saling peraya
2. jelaskan pentingnya kebersihan diri
3. jelaskan cara menjaga kebersihan diri
4. bantu klien mempraktekan cara menjaga kebersihan diri
5. anjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

Proses Komunikasi Dalama Pelaksanaan Tindakan


Fase Orientasi
1. Salam teraupetik:
selamat pagi bapak atau ibu, perkenalkan nama saya Faradillah. Saya senag
dipanggil Fara.Nama bapak atau ibu siapa?Senangnya dipanggil siapa? Saya
mahasiswi stikes pertamedikayang akan merawat bapak atau ibu, saya praktek
disini selama 5 hari. Hari ini saya dinas pagi diruangan ini dari jam 7 pagi sampai
2 siang. Dari tadi, saya lihat bapak atau ibu menggaruk-garuk badannya, gatal ya ?
bagaimana kalo kita bicara tentang kebersihan diri? Berapa lama kita bicara ? 15
menit ya.... mau dimana .. ? disini saja ya ?

86
2. Evaluasi atau validasi:
Bagaimana perasaan bapak atau ibu hari ini?
Bagaimana semalam tidurnya ?
3. Kontrak
Topik : bapak atau ibu saya ingin berbincang-bincang tentang kondisi bapak
atauibu selamaperawatan
Waktu :bapak atau ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa? Dan
berapalama? Bagaimana jika jam 08.00-08.15?
Tempat : dimana kita berbincang-bincang, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang ditaman?
Tujuan :kita berbincang-bincang agar kita saling mengenal

Fase Kerja
Bapak atau ibu ada apa garuk-garuk ? Apakah bapak atau ibu sudah mandi hari
ini? Apa alasan bapak atau ibu sehingga tidak bisa merawat diri? kalau kita tidak teratur
menjaga kebersihan diri masalah apa menurut bapak yang bisa muncul ? betul ada
kudis,kutu.... dan lain-lain.
Menurut bapak atau ibu kita mandi harus bagaimana? Sebelum mandi apa yang perlu
kita siapakan ? benar sekali, bapak atau ibu perlu menyiapkan handuk,sikat gigi, sampo,
sabun, dan sisir.Bagaimana kalau sekarang kita kekamar mandi, saya akan membimbing
bapak atau ibu melakukannya. Sekarang, buka pakaian dan siram seluruh tubuh bapak
atau ibu termaksud rambut lalu ambil sampo gosokan pada kepala bapak atau ibu sampai
berbusa, lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali! Selanjutnnya ambil sabun, gosokan
diseluruh tubuh secara merata, lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi
pakai odol, giginya disikat mulai dari atas sampai bawah. Gosok seluruh gigi bapak atau
ibu mulai darri depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih.
Terakhir, siram lagi seluruh bapak atau ibu sampai bersih lalu keringkan dengan anduk.
Bapak atau ibu bagus sekali melakukannya.

Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

87
Evaluasi klien (subyektif)
Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berbincang-bincang dengan saya dan
tahu cara merawat kebersihan diri?

Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)


Cobak bapak atau ibu sebutkan kembali cara menjaga kebersihan diri.
2. Rencana tindak lanjut
Saya harap bapa atau ibu melakukan cara menjaga kebersihan diri dan jangan lupa
masukkan dalam jadwal kegiatan harian.
3. Kontrak yang akan datang
Topik :bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang-bincang lagi
tentang cara makan yang baik.
Waktu :bagaimana klau kita berbincang-bincang kembali hari ini jam 10.00
selama 15 menit, apakan bapak atau ibu setuju?
Tempat :besok kita akan berbincang-bincang dimana, bagaimana kalau diruang
makan?
Baiklah samapai bertemu lagi.Selamat pagi bapak atau ibu.

88
STRATEGI PELAKSANA TINDAKAN KEPERAWATAN
SP2 MAKAN

Proses keperawatan
Kondisi Klien
Klien mengatakan malas makan sendiri dan tidak mampu untuk makan
sendiri.Ketidakmampuan makan secara sendiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makanan sendiri, makanan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.

Diagnosa Keperawatan
Makan mandiri

Tujuan Khusus:
1. klien dapat membina hubungan saling percaya
2. klien dapat mengetahui cara dan alat makan yang benar
3. klien dapat melakukan kegiatan makan
4. klien dapat memasukan kegiatan makan dalam jadwal kegiatan harian

Tindakan Keperawatan:
1. bina hubungan saling peraya
2. jelaskan cara dan alat makan yang benar
3. latih kegiatan makan
4. anjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

Proses Komunikasi Dalama Pelaksanaan Tindakan


Fase Orientasi
1. Salam teraupetik:
Selamat pagi bapak atau ibu, tampak rapi hari ini. Pagi ini kita akan latihan
bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung diruang makan ya !
Mari..itu sudah datang makananya
2. Evaluasi atau validasi:
Bagaimana bapak atau ibu sudah mandi hari ini ?
Alat apa saja yang dibutuhkan ketika mau mandi ?

89
3. Kontrak
Topik : bapak atau ibu saya ingin berbincang-bincang tentang cara dan alat
makan yang benar
Waktu :bapak atau ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa? Dan
berapalama? Bagaimana jika jam 08.00-08.15?
Tempat : dimana kita berbincang-bincang, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang diruang makan ?
Tujuan :kita berbincang-bincang agar bapak atau ibu dapat makan mandiri

Fase Kerja
Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan?dimana bapak atau ibu
makan?Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktikan!
Bagus, setelah itu kita duduk dan ambil makanan.Sebelum disantap kita berdoa dulu.
Silakan bapak atau ibu yang pimpin! Bagus. Mari kita makan! Saat makan kita harus
menyuap makanan satu persatu dengan pelan-pelan. Ya,ayo….sayurnya dimakan ya.
Setelah makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya betul..dan akhiri dengan cuci
tangan. Ya bagus!

Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif)
Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berbincang-bincang dengan saya dan
setelah kita makan bersama

Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)


Coba bapak atau ibu sebutkan kembali apa saja yang harus kita lakukan pada saat
makan
2. Rencana tindak lanjut
Saya harap bapak atau ibu melakukan makan mandiri dan jangan lupa masukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
3. Kontrak yang akan datang

90
Topik :bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang-bincang lagi
tentang cara toileting yang baik.
Waktu :bagaimana klau kita berbincang-bincang kembali hari ini jam 08.00
selama 30 menit, apakan bapak atau ibu setuju?
Tempat :besok kita akan berbincang-bincang dimana, bagaimana kalau diruang
taman?
Baiklah samapai bertemu lagi.Selamat pagi bapak atau ibu.

91
STRATEGI PELAKSANA TINDAKAN KEPERAWATAN
SP3 TOILETING

Proses keperawatan
Kondisi Klien
Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK atau
BAB.Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandi BAB atau BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau BAK

Diagnosa Keperawatan
Toileting

Tujuan Khusus:
1. klien dapat membina hubungan saling percaya
2. klien dapat melakukan BAB dan BAK yang baik
3. klien dapat menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
4. klien dapat menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB/BAK

Tindakan Keperawatan:
1. bina hubungan saling peraya
2. latihan cara BAB dan BAK yang baik
3. menjelaskan tempat BAB atau BAK yang sesuai
4. menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB atau BAK

Proses Komunikasi Dalama Pelaksanaan Tindakan


Fase Orientasi
1. Salam teraupetik:
Selamat pagi bapak atau ibu, bagaimana perasaan hari ini? Baik.., sudah di
jalankan jadwal kegiatan nya?..kita akan membicarakan tentang cara buang air
besar dan buang air kecil yang baik yah. Kira-kira 30 menit yah..? di mana kita
duduk?
2. Evaluasi atau validasi:
Bagaimana bapak/ibu makannya sudah habis 1 porsi?

92
Bapak atau ibu ketika makan apa saja yang harus dilakukan ?

3. Kontrak
Topik : bapak atau ibu saya ingin berbincang-bincang tentang melakuan
BAB/BAK secara mandiri
Waktu :bapak atau ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa? Dan
berapalama? Bagaimana jika jam 08.00-08.30?
Tempat : dimana kita berbincang-bincang, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang di taman?
Tujuan :kita berbincang-bincang agar bapak atau ibu dapat melakukan
BAB/BAK secara mandiri

Fase Kerja
Untuk pasien laki-laki:
Dimana biasanya bapak buang air besar dan buang air kecil? Benar bapak buang air
besar atau kecil yang baik itu di WC, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada
saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak boleh buang air besar atau kecil di
sembarang tempat. Sekarang, apakan bapak tau bagaimana cara cebok? Yang perlu
diingat saat mencebok adalah bapak membersihkan bokong atau kemaluan dengan air
yang bersih dan pastikan tidak ada tinja atau air kencing yang tersis di tubuh
bapak.Setelah bapak selesai cebok, jangan lupa tinja atau air kencing yang ada di WC di
bersihkan.Caranya siram tinja atau air kencing yang ada di WC secukupnya sampai tinja
atau air kencing itu tidak tersisa di WC. Setelah itu cuci tangan dengan menggunakan
sabun.
Untuk perempuan
Cara membilas yang bersih stelah ibu buang air besar yaitu dengan menyiram air ke
arah depan ke belakang. Jangan terbalik yah..cara seperti ini berguna untuk mencegah
masuknya kotoran/tinja yang ada di bokong ke bagian kemaluan kita. Setelah ibu selesai
cebok, jangan lupa tinja atau air kencing yang ada di WC di bersihkan.Caranya siram
tinja atau air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai air kencing atau tinja tidak
tersisa di WC.Lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun

Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

93
Evaluasi klien (subyektif)
Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berbincang-bincang tentang cara
buang air besar atau kecil yang baik

Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)


Coba bapak atau ibu jelaskan ulang tentang cara BAB/BAK yang baik
2. Rencana tindak lanjut
Saya harap bapak atau ibu melakukan toileting yang baik dan jangan lupa
masukkan dalam jadwal kegiatan harian.
3. Kontrak yang akan datang
Topik :bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang-bincang lagi
tentang cara berhias/berdandan.
Waktu :bagaimana klau kita berbincang-bincang kembali hari ini jam 08.00
selama 30 menit, apakan bapak atau ibu setuju?
Tempat :besok kita akan berbincang-bincangdimana, bagaimana kalau di ruang
tamu?
Baiklah samapai bertemu lagi.Selamat pagi bapak atau ibu.

94
STRATEGI PELAKSANA TINDAKAN KEPERAWATAN
SP4 BERHIAS/BERDANDAN

Proses keperawatan
Kondisi Klien
Klien mengatakan dirinya malas berdandan.Ketidakmampuan berpakaian atau berhias
ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai,
tidak bercukur (laki-laki) atau tidak berdandan (wanita).

Diagnosa Keperawatan
Berhias/berdandan

Tujuan Khusus:
1. klien dapat membina hubungan saling percaya
2. klien dapat menjelaskan pentingnya berhias/berdandan
3. klien dapat melakukan cara berhias/berdandan
4. klien dapat memasukan kegiatan berhias/berdandan dalam jadwal kegiatan harian

Tindakan Keperawatan:
1. bina hubungan saling peraya
2. jelaskan pentingnya berhias/berdandan
3. latihan cara berhias/berdandan
4. masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

Proses Komunikasi Dalama Pelaksanaan Tindakan


Fase Orientasi
1. Salam teraupetik:
Selamat pagi bapak atau ibu, bagaimana perasaan hari ini? Baik.., sudah di
jalankan jadwal kegiatan nya?..hari ini kita akan latihan berhias/berdandan, mau
di mana latihan nya? Bagaimana kalau di ruang tamu?Bagaimana kalau kita
melkaukan nya selama 30 menit?
2. Evaluasi atau validasi:
Bagaimana bapak/ibu hari ini sudah BAB/BAK?

95
Bapak atau ibu ketika BAB/BAK apa saja yang harus dilakukan ?

3. Kontrak
Topik : bapak atau ibu saya ingin berbincang-bincang tentang melakuan
berhias/berdandan
Waktu :bapak atau ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa? Dan
berapalama? Bagaimana jika jam 08.00-08.30?
Tempat : dimana kita berbincang-bincang, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang di ruang tamu?
Tujuan :kita berbincang-bincang agar bapak atau ibu dapat melakukan
berhias/berdandan

Fase Kerja
Apa yang bapak atau ibu lakukan setelah selesai mandi? Apakah bapak atau ibu sudah
ganti baju?Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering berganti pakaian
yang bersih 2 hari sekali.Sekarng bapak atau ibu ganti bajunya.Ya, bagus seperti
itu.Apakah bapak atau ibu menyisir rambut? Bagaimana cara bersisir? Coba kita
peraktekkan liat ke cermin, bagus sekali.Apakah bapak suka bercukur?Berapa hari sekali
bercukur?Betul 2 kali seminggu.

Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif)
Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berhias/berdandan?

Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)


Coba bapak atau ibu sebutkan cara berhias/berdandan diri yang baik sekali lagi.
2. Rencana tindak lanjut
Saya harap bapak atau ibu melakukan berhias/berdandan yang baik dan jangan
lupa masukkan dalam jadwal kegiatan harian.
3. Kontrak yang akan datang
Topik :bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang-bincang lagi
tentang kondisi bapak/ibu yang lain.

96
Waktu :bagaimana klau kita berbincang-bincang kembali hari ini jam 08.00
selama 30 menit, apakan bapak atau ibu setuju?
Tempat :besok kita akan berbincang-bincang dimana, bagaimana kalau di
taman?
Baiklah samapai.Selamat pagi bapak atau ibu.

97

Anda mungkin juga menyukai