Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN

SEPSIS NEONATORUM DI RUANG MELATI RSUD PROF. DR. MARGONO


SOEKARJO PURWOKERTO

DISUSUN OLEH:
DWI YULIANTI
2211040006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XIX


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022-2023
A. Konsep Penyakit
1. Definisi Sepsis Neonatorum
Sepsis pada bayi baru lahir (BBL) adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan
ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sum-
sum tulang atau air kemih yang terjadi pada bulan pertama kehidupan (Kosim, 2014).
Sejak adanya konsensus dari American College of Chest Physicians/ Society of
Critical Care Medicine(ACCP/SCCM) telah timbul berbagai istilah dan definisi di
bidang infeksi yang banyak pula dibahas pada kelompok BBL dan penyakit anak
(Cunningham et al., 2012). Istilah atau definisi tersebut antara lain (Kosim, 2014):
a. Sepsis merupakan sindrom respon inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory
Respons Syndrome - SIRS) yang terjadi sebagai akibat infeksi bakteri, virus,
jamur, ataupun parasit.
b. Sepsis berat adalah keadaan sepsis yang disertai disfungsi organ kardiovaskular
dan gangguan napas akut atau terdapat gangguan dua organ lain (seperti gangguan
neurologi, hematologi, urogenital, dan hepatologi).
c. Syok sepsis terjadi apabila bayi masih dalam keadaan hipotensi walaupun telah
mendapatkan cairan adekuat.
d. Sindroma disfungsi multi organ terjadi apabila bayi tidak mampu lagi
mempertahankan homeostasis tubuh sehingga terjadi perubahan fungsi dua atau
lebih organ tubuh.
Sepsis adalah sindroma respons inflamasi sistemik (systemic inflammatory
response syndrome) dengan etiologi mikroba yang terbukti atau dicurigai. Bukti
klinisnya berupa suhu tubuh yang abnormal (>38oC atau <36oC) ; takikardi; asidosis
metabolik; biasanya disertai dengan alkalosis respiratorik terkompensasi dan
takipneu; dan peningkatan atau penurunan jumlah sel darah putih. Sepsis juga dapat
disebabkan oleh infeksi virus atau jamur. Sepsis berbeda dengan septikemia.
Septikemia (nama lain untuk blood poisoning) mengacu pada infeksi dari darah,
sedangkan sepsis tidak hanya terbatas pada darah, tapi dapat mempengaruhi seluruh
tubuh, termasuk organ-organ.
Sepsis yang berat disertai dengan satu atau lebih tanda disfungsi organ, hipotensi,
atau hipoperfusi seperti menurunnya fungsi ginjal, hipoksemia, dan perubahan status
mental. Syok septik merupakan sepsis dengan tekanan darah arteri <90 mmHg atau 40
mmHg di bawah tekanan darah normal pasien tersebut selama sekurang-kurangnya 1
jam meskipun telah dilakukan resusitasi cairan atau dibutuhkan vasopressor untuk
mempertahankan agar tekanan darah sistolik tetap ≥90 mmHg atau tekanan arterial
rata-rata ≥70 mmHg.

2. Etiologi
Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis dapat
disebabkan oleh virus, atau semakin sering, disebabkan oleh jamur). Mikroorganisme
kausal yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumonia. Spesies Enterococcus,
Klebsiella, dan Pseudomonas juga sering ditemukan. Umumnya, sepsis merupakan
suatu interaksi yang kompleks antara efek toksik langsung dari mikroorganisme
penyebab infeksi dan gangguan respons inflamasi normal dari host terhadap infeksi.
Kultur darah positif pada 20-40% kasus sepsis dan pada 40-70% kasus syok
septik. Dari kasus-kasus dengan kultur darah yang positif, terdapat hingga 70% isolat
yang ditumbuhi oleh satu spesies bakteri gram positif atau gram negatif saja; sisanya
ditumbuhi fungus atau mikroorganisme campuran lainnya. Kultur lain seperti sputum,
urin, cairan serebrospinal, atau cairan pleura dapat mengungkapkan etiologi spesifik,
tetapi daerah infeksi lokal yang memicu proses tersebut mungkin tidak dapat diakses
oleh kultur.
Insidensi sepsis yang lebih tinggi disebabkan oleh bertambah tuanya populasi
dunia, pasien-pasien yang menderita penyakit kronis dapat bertahan hidup lebih lama,
terdapat frekuensi sepsis yang relatif tinggi di antara pasien-pasien AIDS, terapi
medis (misalnya dengan glukokortikoid atau antibiotika), prosedur invasif (misalnya
pemasangan kateter), dan ventilasi mekanis.
Sepsis dapat dipicu oleh infeksi di bagian manapun dari tubuh. Daerah infeksi
yang paling sering menyebabkan sepsis adalah paru-paru, saluran kemih, perut, dan
panggul. Jenis infeksi yang sering dihubungkan dengan sepsis yaitu:
1) Infeksi paru-paru (pneumonia)
2) Flu (influenza) 3) Appendiksitis 4) Infeksi lapisan saluran pencernaan (peritonitis)
5) Infeksi kandung kemih, uretra, atau ginjal (infeksi traktus urinarius)
6) Infeksi kulit, seperti selulitis, sering disebabkan ketika infus atau kateter telah
dimasukkan ke dalam tubuh melalui kulit
7) Infeksi pasca operasi 8) Infeksi sistem saraf, seperti meningitis atau
encephalitis. Sekitar pada satu dari lima kasus, infeksi dan sumber sepsis tidak dapat
terdeteksi.
3. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala sepsis neonatorum dibagi menjadi enam kelompok, antara
lain :
1. Gejala umum : Tampak sakit, Tidak mau minum, Suhu naik turun, Sklerema
2. Gejala gastrointestinal : Muntah, Diare, Hepatomegali, Perut kembung
3. Gejala saluran nafas : Dispneu, Takipneu, Sianosis
4. Gejala kardiovaskuler : Takikardi, Edema, Dehidrasi
5. Gejala syaraf pusat: Letargi, Iritabel, Kejang
6. Gejala hematomegali: Ikterus, Splenomegali,Pteki/perdarahan, Lekopenia(Fauziah
dan Sudarti, 2013).

4. Patofisiologi
1. Selama dalam kandungan
Oleh karena terlindung berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion
khorion dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion, janin selama dalam
kandungan sebenarnya relatif aman terhadap kontaminasi. Namun,terdapat
beberapa kemungkinan kontaminasi kuman melalui :
a. Infeksi kuman yang diderita ibu yang dapat mencapai janin melaluialiran
darah menembus barier plasenta dan masuk sirkulasi janin.
b. Prosedur tindakan obstetri yang kurang memperhatikan factor antiseptic
misalnya pada saat pengambilan contoh darah janin.
c. Pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina akan
berperan dalam infeksi janin.
2. Setelah lahir
Kontaminasi kuman dapat terjadi dari lingkungan bayi oleh karena antara lain
hal-hal berikut ini :
1. Infeksi silang
2. Alat-alat yang digunakan bayi kurang bersih / steril
3. Prosedur invasive seperti kateterisasi umbilicus
4. Kurang memperhatikan tindakan aseptic
5. Rawat inap terlalu lama Bayi yang dirawat terlalu banyak / padat (Maryunani
dan Nurhayati, 2019)
5. Pathway
6. Komplikasi
Komplikasi sepsis neonatorum antara lain meningitis yang dapat
menyebabkan terjadinya hidrosefalus dan atau leukomalasia periventrikular.
Komplikasi acuterespiratory distress syndrome (ARDS) dan syok septik dapat
dijumpai pada pasien sepsis neonatorum. Komplikasi lain adalah berhubungan dengan
penggunaan aminoglikosida,seperti tuli dan/ atau toksisitas pada ginjal,
komplikasi akibat gejala sisa atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari
gangguan perkembangan sampai dengan retardasi mental bahkan sampai
menimbulkan kematian (Depkes, 2017).

7. Pemeriksaan Penunjang
Gejala sepsis sering kali tidak khas pada bayi. Maka diperlukan pemeriksaan
laboratorium untuk menegakkan diagnosis sepsis, hal ini meliputi beberapa hal
sebagaiberikut :
1. Pemeriksaan hematologi
a) Trombosit : < 100.000/µL
b) Leukosit : dapat meningkat atau menurun
c) Pemeriksaan kadar D-Dimer
Tes darah lainnya dapat memeriksa fungsi organ tubuh seperti hati dan
ginjal(Maryunani dan Nurhayati, 2019).
2. Kultur darah untuk menentukan ada atau tidaknya bakteri di dalam darah
(Putra,2012).
3. Urine diambil dengan kateter steril untuk memeriksa urine di bawah mikroskop,
dan kultur urine untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri (Putra,2012).
4. Fungsi lumbal (pengambilan cairan otak dari tulang belakang) untuk mengetahui
bayi terkena meningitis (Putra, 2012)
a) Lebih dari 30 sel darah putih (30x10 9/L);diduga infeksi bila lebih dari
20/mm3 sel darah putih (20x10 9/L) dan lebih dari 5/mm3 (5x10 9/L)
neutrofil.
b) Protein — pada bayi cukup bulan > 200mg/dL (>2g/L)
c) Glukosa — kurang dari 30% gula darah.
d) Dapat timbul streptokokkus group B pada pemeriksaan gram tanpa ada sel
darah putih yang muncul (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
5. Rontgen terutama paru-paru untuk memastikan ada atau tidaknya pneumonia
(Putra, 2012).
6. Jika bayi menggunakan perlengkapan medis di tubuhnya, seperti infus ataukateter,
maka cairan dalam perlengkapan medis tersebut akan diperiksa ada atautidaknya
tanda-tanda infeksi (Putra, 2012).
7. Pemeriksaan C-Reactive Protein (CRP) merupakan pemeriksaan protein yang
disintesis di hepatosit dan muncul pada fase akut bila terdapat kerusakan jaringan
(Maryunani dan Nurhayati, 2019)
8. .Lokasi infeksi-pertimbangkan aspirasi jarum atau biopsi untuk pemeriksaan gram
dan mikroskopi direk(Fanaroff dan Lissauer, 2013)
9. .Aspirat trakea bila menggunakan ventilasi mekanik.Pertimbangkan (Fanaroff dan
Lissauer, 2013).
10. Kultur vagina ibu (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
11. Kultur jaringan plasenta dan histopatologi (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
12. Skrining antigen cepat (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
13. Gas darah (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
14. Skrining koagulasi (Fanaroff dan Lissauer, 2013).

8. Penatalaksanaan
a. Terapi suportif—jalan napas, pernapasan, sirkulasi (A-B-C: airway,
breathing,circulation). Periksa gula darah.
b. Obati dengan antibiotik segera bila ada dugaan sepsis, segera setelah mengambil
kultur tetapi sambil menunggu hasil kultur.
c. Pilihan antibiotik bergantung kepada kejadian dan praktik setempat.
a. Sepsis awitan dini (Early-onset sepsis). Mencakup organisme gram positif
dangram negatif, contoh: penicillin/amoxcillin+aminoglikosida (misalnya:
gentamisin / tobramisin).
b. Sepsis awitan lambat (Late-onset sepsis). Perlu juga mencakup stafilokokus
dan enterokokkus koagulase negatif, contoh : methicillin/flucloxacillin +
gentamisin atau sefalosporin / gentamisin + vancomysin.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Sepsis


1. Pengkajian.
Menurut hidayat (2004), pengkajian merupakan langkah pertama dari proses
keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagaipermasalahan yang ada. Adapun pengkajian pada klien dengan
Diagnosa Medis Sepsis Neonatrum adalah :
1. Data Subyektif (DS) Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien atau
keluarga klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
Informasi tersebut tidak ditentukan oleh tim kesehatan secara independen tetapi
melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2019).Dalam hal ini data yang
diperoleh dari wawancara dengan keluarga dan tim Kesehatan yang lain, dimana
wawancara tersebut untuk mengetahui pada ibu meliputi :
a) Biodata
Menggunakan identitas menurut Matondang dkk, (2013) antara lain :
- Nama bayi : Untuk mengetahui identitas bayi.
- Umur bayi : Untuk memberikan asuhan yang sesuaipada bayi.
- Tanggal/jam lahir : Untuk mengetahui umur bayi
- Jenis Kelamin : Untuk penilaian data pemeriksaan klinis,misalnya insiden
seks, penyakit penyakit seks (seks linked).
- Berat badan : Untuk mengetahui berapa kilo berat badanbayi baru lahir
- Panjang badan : Untuk mengetahui panjang badan bayi.
- Nama ibu/ayah:Untuk mengetahui identitas orang tua bayi.
- Umur : Untuk mengetahui umur orang tua bayi.
- Agama : Untuk memberikan support kepada keluarga sesuai agamanya.
- Suku bangsa : Untuk mengetahui faktor pembawa ras.
- Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat Pendidikan yang diperlukan untuk
memberikan KIE
- Pekerjaan : Untuk mengetahui sosial ekonomi keluarga
- Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal pasien
2. Riwayat kehamilan sekarang
a) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), Sesuai dengan hukum Naegele yaitu dari
hari pertama haid terakhir ditambah tujuh dikurangi tiga bulan ditambah satu
tahun (Varney, 2017).
b) Hari Perkiraan Lahir (HPL). Untuk mengetahui taksiran persalinan
c) Keluhan pada kehamilan. Berisikan keluhan, pemakaian obat-obatan, maupun
penyakit pada saat hamil, mulai dari trimester I, II dan III (Varney, 2017).
d) Ante Natal Care (ANC). Ante Natal Care yaitu pengawasan sebelum
persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim (Manuaba dkk, 2012). Untuk mengetahui riwayat ANC teratur
atau tidak, sejak hamil berapa minggu, tempat ANC dan riwayat kehamilannya
(Saifuddin, 2016).
e) Penyuluhan. Penyuluhan apa yang pernah didapat klien perlu ditanyakan
untuk mengetahui pengetahuan apa saja yang kira-kira telah didapat klien dan
berguna bagi kehamilannya (Astuti, 2012).
f) Imunisasi Tetanus Toxoid (TT). Untuk mengetahui sudah/belum, kapan dan
berapa kali yang nantinya akan mempengaruhi kekebalan ibu dan bayi
terhadap penyakit tetanus (Astuti, 2012).
g) Kebiasaan ibu sewaktu hamil
1) Pola nutrisi. Dikaji untuk mengetahui nafsu makan, porsi makan dalam
sehari, jumlah minum dan pola makan selama ibu hamil (Saminem, 2018).
2) Pola eliminasi. Dikaji untuk mengetahui keluhan berkemih atau defekasi
ibu selama hamil dan sebelum hamil (Saminem, 2008). Perlu juga dikaji
jumlah, warna, bau, konsistensi,konstipasi, incontinensia, frekuensi BAB
dan BAK klien serta upaya mengatasi masalah yang dialami klien (Evania,
2013).
3) Pola istirahat. Yakni mengkaji waktu mulai tidur dan bangun, penyulit
tidur, hal yang mempermudah tidur, gangguan tidur, pemakaian jenis obat
tidur, serta hal yang menyebabkan klien mudah terbangun (Evania, 2013).
4) Pola seksualitas. Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan
hubungan seksualitas sebelum dan selama hamil serta keluhan dalam
melakukan hubungan seksual (Saminem, 2018).
5) Personal hygiene. Mengkaji status kebersihan mulai rambut hingga kaki,
frekuensi mandi, gosok gigi, cuci rambut, hingga potong kuku
(Evania2013).
6) Psikologi sosial budaya. Kaji keadaan psikis klien saat ini, hubungan klien
dengan keluarga dan tetangga, bagaimana kehamilannya saat ini
diharapkan atau tidak. Jika kehamilan diharapkan, jenis kelamin yang
diinginkan laki-laki atau perempuan, kebiasaan minum jamu selama hamil,
pantangan makanan bagi ibu dan adat budaya yang mengikat (Saminem,
2018).
7) Perokok dan pemakaian obat-obatan. Dikaji untuk mengetahui apakah ibu
merokok atau tidak dan ibu menggunakan obat-obatan dan alkohol yang
mengakibatkan abortus, persalinan premature, berat badan lahir rendah dan
kerusakan janin (Emilia, 2008).
3. Riwayat persalinan sekarang
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak,keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji
untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak
(Anggraini,2011).
4. Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit saat hamil. Untuk mengetahui berbagai penyakit yang
pernah dialami oleh klien pada saat hamil (Evania, 2013). seperti sakit kepala,
gangguan penglihatan, pusing atau nyeri epigastrium bagian atas (Tresnawati,
2012).
b) Riwayat penyakit sistemik. Untuk mengkaji keadaan pasien yang dapat
memicu terjadinya komplikasi pada saat hamil yaitu, Jantung, ginjal, asma,
hepatitis, DM, hipertensi dan sebagainya (Varney, 2017)
c) Riwayat penyakit keluarga. Meliputi ada keluarga yang menderita penyakit
yang sama atau tidak, ada jenis penyakit herediter atau tidak dalam keluarga.
5. Data Objektif (DO)
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, informasi
tersebutbiasanya diperoleh melalui kepekaan perawat “senses” selama melakukan
pemeriksaan fisik melalui 2S (sight, smell) dan HT (hearing and touch atau taste)
(Nursalam, 2019). Hal ini diperoleh dari pemeriksaan fisik yang meliputi:
a.) Pemeriksaan khusus. Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR pada menit ke-
1,ke-5, ke-10 (Marmi dan Rahardjo, 2012).
b.) Pemeriksaan umum. Untuk mengetahui keadaan umum bayi meliputi tangkat
kesadaran (Sadar, penuh, apatis, gelisah, koma), pernafasan, warna kulit,
denyut jantung, suhu aksiler, postur, gerakan dan ketegangan otot
(Muslihatun, 2011).
c.) Tanda-tanda vital, meliputi : Suhu dinilai dari temperatur normal rectal atau
axilla yaitu 36,5˚C sampai 37˚C. Denyut jantung dinilai dari kecepatan, irama,
kekuatan. Dalam satu menit normalnya 120-160x/menit. Pernapasan dinilai
dari sifat pernapasan dan bunyi napas. Dalam satu menit,pernapasan normal,
40-60 x/menit (Marmi dan Rahardjo, 2012).
6. Pemeriksaan fisik sistematis menurut Muslihatun, (2010) adalah :
- Kepala : Untuk mengkaji ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, adakah
mesochepal atau mekrochepal serta adakah kelainan cephal hematoma caput
succedaneum, hidrochepalus.
- Muka : Adakah tanda-tanda paralisis (kelumpuhanotot wajah) antara lain :
wajahasimetris, peningkatan air mata, gerakan kelopak mata lambat
(Muttaqin, 2012).
- Mata : Adakah kotoran di mata, adakah warna kuning di sklera dan warna
putih pucat di konjungtiva.
- Telinga: Adakah serumen atau cairan simetris atau tidak.
- Mulut: Adakah sianosis dan bibir kering, adakah kelainan seperti labioskizis,
atau labio palatoskizis.
- Hidung : Adakah nafas cuping,kotoran yang menyumbat jalan nafas. Leher :
Adakah pembesaran kelenjer thyroidh)
- Dada : Simetris atau tidak, retraksi, frekuensi bunyi jantung, adakah kelainan.
- Abdomen : Bentuk, dinding perut dan adanya benjolan,penonjolan sekitar tali
pusat, perdarahan tali pusat, adakah pembesaran hati, dan limpa.j
- Genetalia : Jika laki-laki apakah testis sudah turun padaskrotum,
perempuan apakah labia mayora sudah menutupi labia minora.
- Ekstremitas : Adakah oedema, tanpa sianosis, akral dingin,apakah kuku sudah
melebihi jari-jari, apakah ada kelainan polidaktili atau sindaktili.l
- Anus : Apakah anus berlubang atau tidak.
7. Eliminasi
Dalam 24 jam pertama bayi akan mengeluarkan meconium dan dapat BAK
dengan volume 20-30 ml / hari (Marmi dan Rahardjo, 2012).
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan diluar
pemeriksaan fisik untuk menunjang diagnosis penyakit (Matondang dkk, 2013)

2. Diagnosa Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi (d.0005 hal 26)
2) Hipertermia b.d proses penyakit
3) Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolism (D0019)
4) Intoleransi aktifitas b.d kelemahan(D0056)
5) Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
3. Intervensi Keperawatan
No Dx keperawatan Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
.
1. Pola napas tidakSLKI: Pola napas SIKI: Pemantauan respirasi
efektif b.dSetelah dilakukan - Monitor frekuensi, irama,
hambatan upaya Tindakan keperawatan kedalaman dan upaya napas
napas selama 3x 24 jam. - Monitor pola napas
(Kelemahan otot Diharapkan masalah - Monitor adanya sumbatan
pernapasan) hipertermi teratasi, jalan napas
dengan kriteria hasil: - Palpasi kesimetrisan ekspansi
- Dispnea menurun paru
- Frekuensi napas - Auskultasi bunyi napas
membaik - Monitor saturasi oksigen
- Penggunaan otot - Monitor hasil x ray thorax
bantu napas - Document hasil pemantauan
menurun - Informasikan hasil
- Kedalaman napas pemantauan
membaik
2. Hipertermi b.d SLKI: Termoregulasi SIKI: Managemen hipertermi
proses penyakit Setelah dilakukan - Monitr suhu tubuh
Tindakan keperawatan - Monitor kadar elektrolit
selama 3x 24 jam. - Monitor haluaran urin
Diharapkan masalah - Sediakan lingkungan yang
hipertermi teratasi, dingin
dengan kriteria hasil: - Lepaskan dan longgarkan
- Suhu tubuh pakaian
membaik - Basaki dan kipasi permukaan
- Suhu kulit tubuh
membaik - Berikan cairan oral
- Tekanan darah - Kompres dingin pada dahi,
membaik leher, dada, abdomen, aksila
- Berikan oksigen
- Anjurkan tirah baring
- Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena
3. Defisit nutrisi SLKI: Status nutrisi SIKI: Manajemen nutrisi
b.d peningkatan bayi - Identifikasi status nutrisi
kebutuhan Tujuan : - Monitor asupan makanan
metabolisme setelah dilakukan - Monitor berat badan
tindakan keperawatan - Observasi daya hisap bayi
diharapkan defisit - Monitor hasil pemeriksaan
nutrisi membaik. laboratorium
Kriteria hasil: status - Berikan makanan melalui
nutrisi bayi selang OGT
- Berat badan - Anjurkan kepada keluarga
meingkat pasien untuk memebrikan
- Panjang badan nutrisi ASI ekslusif selama 6
meningkat bulan
- Prematuritas - Kolaborasi dengan Tim Ahli
menurun gizi
- Pucat menurun
- Kesulitan makan
menurun
- Pola makan
membaik

4. Intoleran SLKI: Toleransi SIKI: (Manajemen energi)


aktivitas aktivitas - Monitor ttv
berhubungan Tujuan : - Monitor pola dan jam tidur,
dengan setelah dilakukan monitor lokasi dan
kelemahan tindakan keperawatan ketidaknyamanan selama
diharapkan intoleran melakukan aktivitas
aktivitas membaik. - Sediakan lingkungan
Kriteria hasil: toleransi nyaman,
aktifitas - Latihan gerak pasif/aktif,
- Frekuensi nadi berikan aktivitas distraksi
membaik yang menyenangkan,
- Saturasi oksigen - Anjurkan tirah baring,
membaik anjurkan aktivitas secara
- Keluhan lemas bertahap
berkurang - Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk peningkatan nutrisi
makanan
5. Risiko infeksi SLKI: Tingkat Infeksi SIKI: pecegahan infeksi
b.d Tujuan : - Monitor tanda dan gejala
ketidakadekuatan setelah dilakukan infeksi local dan sisteik
pertahanan tubuh tindakan keperawatan - Cuci tangan sebelum dan
primer diharapkan risiko sesudah kontak dengan pasien
infeksi berkurang. - Jelaskan tanda dan gejala
Kriteria hasil: infeksi
- Demam menurun - Ajarkan cara cuci tangan yang
- Nyeri menurun benar
- Nafsu makan - Anjurkan meningkatkan
meningkat asupan nutisi
- Kadar sel darah - Ajarkan meningkatkan asupan
putih membaik cairan.
- Pertahankan Teknik aseptic
pada pasien beresiko tinggi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Erlina, D.M. (2014). Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan Sepsis Neonatorum di Ruang
KBRT RSUD Dr. Moewardi. Surakarta. STIKes Kusuma Husada.Karya Tulis Ilmiah
Kristiyanasari, weni. (2013). Asuhan Keperawatan Neonatusdan Anak. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Marmi, Raharjdjo. (2012). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Prasekolah. Yogjakarta:
Pustaka Belajar.
Putra, R.S. (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidann. Yogjakarta: D-Medika.
Ridha, H. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Setiati, Siti et al. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 6, Jilid 2. Jakarta: Interna
Publishing
Smeltzer. Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.
Terri. (2014). Buku Praktikum Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC.
Tim POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.
Tim POKJA SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI
Tim POKJA SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan: DPP PPNI.
Wong, DL et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Vol.2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai