Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PADA An.

USIA 3 TAHUN DENGAN DIARE DIRUANG FLAMBOYAN III

RS. DRAJAT PRAWIRANEGARA KABUPATEN SERANG TAHUN 2021

“Diajukan untuk memenuhi tugas ujian Praktek Klinik Keperawatan Anak”

Dosen Pembimbing: Hj.Dedeh Hamdiah, S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh:
Idah
8801190054
2C

DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit

1. Definisi

Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air
besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare
merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lender
(Riskesdas, 2013).

Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses.
Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, dan bila
buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak
berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).

WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB)
dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare
akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama ≥ 14 hari.

2. Etiologi

Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi,


selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala
dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan.
Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan sebutan penyakit
diareakan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi
perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat.

Faktor penyebab diare, antara lain :

a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

b) Infeksi virus : Enterovirus (virusECHO, Coxsackie,


Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain
- lain.
c) Infeksi parasite : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).

2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media
akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan initerutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2
tahun.

a. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
(intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
b. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
c. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar). Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat
meningkatan resikoterjadinya diare, yaitu :
1) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4 - 6 bulan pertama
dari kehidupan.
2) Menggunakan botol susu
3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar
4) Air minum tercemar dengan tinja
5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja, atau sebelum menjamah makanan.

Menurut Wong (2008), penyebab infeksius dari diare akut yaitu :

1. Agen virus
a) Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam (380C atau lebih
tinggi), nausea atau vomitus, nyeriabdomen, disertai infeksi saluran pernapasan atas
dan diaredapat berlangsung lebih dari 1 minggu. Biasanya terjadi padabayi usia 6-12
bulan, sedangkan pada anak terjadi di usia lebihdari 3 tahun.
b) Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu makan terganggu,
malaise. Sumber infeksi bisa didapatdari air minum, air di tempat rekreasi (air
kolam renang, dll), makanan. Dapat menjangkit segala usia dan dapat sembuhsendiri
dalam waktu 2-3 hari.
2. Agen bakteri
a) Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi bergantung pada strainnya.
Biasanya anak akan mengalami distensi abdomen, demam, vomitus, BAB berupa
cairan berwarna hijau dengan darah atau mucus bersifat menyembur. Dapat
ditularkan antar individu, disebabkan karena daging yang kurang matang,
pemberian ASI tidak eksklusif.
b) Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6 - 72 jam untuk gastroenteritis.
Gejalanya bervariasi, anak bias mengalami nausea atau vomitus, nyeri abdomen,
demam, BAB kadang berdarah dan ada lendir, peristaltik hiperaktif, nyeritekan
ringan pada abdomen, sakit kepala, kejang. Dapatdisebabkan oleh makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh binatang seperti kucing, burung, dan
lainnya.
3. Keracunan makanan
a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram yang hebat
pada abdomen, syok. Disebabkan oleh makanan yang kurang matang atau
makanan yang disimpan dilemari es seperti puding, mayones, makanan yang
berlapis krim.
b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anakakan mengalami
nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan intensitas yang sedang hingga berat.
Penularan bisa lewat produk makanan komersial yang paling sering adalah daging
dan unggas.
c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan mengalami nausea,
vomitus, mulut kering, dan disfagia. Ditularkan lewat makanan yang
terkontaminasi. Intensitasnya bervariasi mulai dari gejala ringan hingga yang
dapat menimbulkan kematian dengan cepat dalam waktu beberapa jam.

3. Patofisiologi dan pathway

Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh


berbagai kemungkinan faktor diantaranya.

1) Faktor infeksi
a. Virus

Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi rotavirus. Setelah
terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan
makanan dan minuman yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian
melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan oleh sel
enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang
sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili- vili usus halus
mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik.
Selanjutnya, terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan
fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin
bakteri atau virus akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel
mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.

b. Bakteri

Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu kedalam mukosa,
terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Entero toksin ini dapat diresorpsi ke
dalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan
kejang-kejang. Selain itu, mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret
berdarah berlendir. Penyebab utama pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella
sp, E. coli. diare ini bersifat self-limiting dalam waktu kurang lebih limahari tanpa
pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru (Wijoyo,
2013).
2) Faktor malabsorpsi

a. Gangguan osmotic

Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul diusus halus
dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus. Akibatnya akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam ronggausus meningkat. Gangguan osmotik meningkat menyebabkan
terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal ini menyebabkan
banyak cairan ditarik ke dalam lumenusus dan akan menyebabkan terjadinya
hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong
keluar melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2008).

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul
diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus (Nursalam, 2008).
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bisa peristaltic usus menurun
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula. Akibat
dari diare yaitu kehilangan air dan elektrolit yang dapat menyebabkan cairan ekstra
seluler secara tiba-tiba cepat hilang, terjadi ketidakseimbangan elektrolit yang
mengakibatkan syokhipovolemik dan berakhir pada kematian jika tidak segeradiobati
(Nursalam, 2008).

3) Faktor makanan

Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik.
Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan
kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare (Hidayat,
2008). Diare akut berulang dapat menjurus ke malnutrisi energiprotein, yang
mengakibatkan usus halus mengalami perubahan yang disebabkan oleh PEM tersebut
menjurus ke defisiensi enzim yang menyebabkan absorpsi yang tidak adekuat dan
terjadilah diare berulang yang kronik. Anak dengan PEM terjadi perubahan respons
imun, menyebabkan reaksi hipersensitivitas kulit terlambat, berkurangnya jumlah
limfosit dan jumlah sel T yan gberedar.
Setelah mengalami gastroenteritis yang berat anak mengalami malabsorpsi.
Malabsorpsi juga terdapat pada anak yang mengalami malnutrisi, keadaan malnutrisi
menyebabkan atrofi mukosa usus, faktor infeksi silang usus yang berulang
menyebabkan malabsorpsi, enteropati dengan kehilangan protein. Enteropati ini
menyebabkan hilangnya albumin dan imunogobulin yang mengakibatkan
kwashiorkor dan infeksi jalan nafas yang berat (Suharyono, 2008).
4) Faktor psikologis

Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang


akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.
Proses penyerapan terganggu (Hidayat, 2008).

4. Manifestasi klinis

Anak yang mengalami diare akibat akibat infeksi bakteri mengalami kramperut,
muntah, demam, mual, dan diare cair akut. Diare karena infeksi bakteri invasif akan
mengalami demam tinggi, nyeri kepala, kejang-kejang, mencret berdarah dan berlendir
(Wijoyo, 2013). Ngastiyah (2014), mengatakan anak yang mengalami diare mula-mula
akan cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang. BAB cair,
mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lamaberubah kehijauan karena
bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya akan lecet karena sering defekasi
dan tinja makin lam makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal
dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Jika anak telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, serta mengalami
gangguan asam basadapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia,
hipovolemia. Gejala dari dehidrasi yang tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit
kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun besa rmenjadi cekung, mukosa bibir kering.

Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan


hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bilatidak diobati dengan tepat.
Dehidrasi yang terjadi menurut tonisit splasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi
hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinyabisa
tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
Untuk mengetahui keadaan dehidrasi dapat dilakukan penilaian sebagai berikut:

Penilaian Derajat Dehidrasi

Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi berat


dehidrasi ringan/sedang
1) Lihat
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai,
Mata atau tidak sadar
Normal Cekung Sangat cekung
Air mata dan kering
Mulut dan lidah Ada Tidak ada Tidak ada
Rasa haus Basah Kering Sangat kering

2) Periksa Minum biasa Haus, ingin Malas minum


Turgor kulit tidak haus minum banyak atau tidak bisa
minum
3) Hasil
pemeriks Kembali cepat Kembali Kembali sangat
aan lambat lambat

4) Terapi Tanpa Dehidrasi Dehidrasi berat,


dehidrasi ringan/sedang kriteria bila ada 1
kriteria tanda*
Bila ada 1
Rencana terapi tanda ditambah Ditambah 1 atau
A 1 atau lebih lebih tanda lain
tanda lain rencana terapi C
rencana terapi
B
Sumber : Depkes, Buku Ajar Diare dalam Nursalam (2008)

 Pathway

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang diusus Toksis tidak dapat diserap

Hipersekresi air dan


elektrolit
Ansietas

Hiperperistatik Malabsorbsi KH, lemak


protein
Isi usus
Penyerapan makanan Meningkat tekanan
osmotik

Pergeseran air dan


elektrolit ke usus

Diare

Frekwensi BAB meningkat Distensi abdomen


Mual, muntah
Kerusakkan integritas
Hilang cairan dan elektrolit kulit perianal Napsu makan
berlebihan menurun

Ketidakseimbangan
Gangguan keseimbangan Asidosis metabolik nutrisi kurang dari
cairan dan elektrolit kebutuhan tubuh
Sesak
Dehidrasi
Gangguan pertukaran gas

Kekurangan volume
Resiko syok
cairan
(hipovolemik)
5. Komplikasi
Menurut Suharyono dalam Nursalam (2008), komplikasi yang dapat terjadi dari diare
akut maupun kronis, yaitu:
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolic),
karena :
a. Kehilangan narium bicarbonat bersama tinja.
b. Adanya ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yang tidak
sempurna, sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguri dan anuria).
e. Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam cairan
intraseluler.
Secara klinis, bila pH turun oleh karena akumulasi beberapa asam nonvolatil, maka akan terjadi
hiperventilasi yang akan menurunkan pCO2 menyebabkan pernafasan bersifat cepat, teratur, dan
dalam (pernapasan kusmaul) (Suharyon, 2008).
2) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare dan lebih sering terjadi
pada anak yang sebelumnya sudah menderita kekurangan kalori protein (KKP), karena :
a. Penyimpanan persediaan glycogen dalam hati terganggu.
b. Adanya gangguan absorpsi glukosa, walaupun jarang terjadi gejala
hypoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun
sampai 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Hal tersebut
dapat berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat,
pucat, syok, kejang sampai koma.
3) Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizisehingga terjadi penurunan berat
badan. Hal ini disebabkan karena:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntahnya akan bertambah hebat, sehingga orang tua hanya sering
memberikan air teh saja.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran
dalam waktu yang terlalu lama.
c. Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan
diabsorpsidengan baik karena adanya hiperperistaltik.
4) Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa renjatan atau syok hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadinya
hipoksia, asidosis bertambah berat sehingga dapat mengakibatkan perdarahan di dalam otak,
kesadaran menurun, dan bila tidak segera ditolong maka penderita dapat meninggal.
5) Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung sedikit
garam, dapat terjadi hiponatremi (Na<130 mol/L).
Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan
oedema. Oralitaman dan efektif untuk terapi dari hampir semua anaka dengan hiponatremi. Bila
tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai
Ringer Laktat atau Normal Saline (Juffrie, 2010).

6. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Dehidrasi sebagai prioritas umum pengobatan 4 hal penting yang perlu
diperhatikan
1) Jenis cairan
 Oral : pedialyte atau oralit, Ricelyte
 Parenteral : NaCl, Isotonic, infus
2) Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan.
3) Jalan masuk atau cara pemberian
 Cairan per oral, pada pasien dengan dehidrasi ringan dan
sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL dan glukosa.
 Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat
(RL) selalu tersedia difasilitas kesehatan dimana saja.
Mengenai seberapa banyak cairan yang diberikan
tergantung dari berat ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan
umur dan berat badannya.
4) Jadwal pemberian cairan
Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan
penilaian kembali status hidrasi untuk menghitung kebutuhan
cairan.
 Identifikasi penyebab diare
 Terpai sistematik seperti pemberian obat anti diare, obat
anti mortilitas dan sekresi usus, antiemetic.
b. Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan :
1) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis
lainnya).
2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasitim),
bila anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak
yang berantai sedang atau tidak jenuh (Ngastiyah, 2014).

2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya 1 gelas setiap kali setelah pasien
defekasi. Cairan harus mengandung eletrolit, seperti oralit. Bila tidak ada oralit
dapat diberikan larutan gula garamdenan 1gelas air matang yang agak
dingindilarutkan dalam 1 sendok tehgula pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika
anak terus muntah atau tidak mau minum sama sekali perlu diberikan melalui
sonde. Bila pemberian cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infus
dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter). Yang
penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama pada jam-jam
pertama karena diperlukan untuk segera mengatasi dehidrasi.
b. Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk mengetahui kebutuhan
sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat
dihitung dengan cara:
 Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set
infus yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol
infus waktu memantaunya.
 Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.
 Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih
sering, encer atau sudah berubah konsistensinya.
 Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk
mencegah bibir dan selaput lendir mulut kering.
 Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien
diberimakan lunak atau secara realimentasi.

Penanganan diare lainnya yaitu dengan rencana terapi A, B dan C


sebagai berikut :

1. Rencana terapi A
Penanganan diare dirumah, dengan menjelaskan pada ibu tentang 4
aturan perawatan di rumah:
a. Beri cairan tambahan
1) Jelaskan pada ibu, untuk :
a) Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada
setiap kali pemberian.
b) Jika anak memperoleh ASI Eksklusif,
berikan oralit atau air matang sebagai
tambahan.
c) Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif,
berikan 1 atau lebih cairan berikut ini: oralit,
cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau
air matang.

Anak harus diberi larutan oralit dirumah, jika :

a) Anak telah diobati dengan Rencana


Terapi B atau C dalam kunjungan ini.
b) Anak tidak dapat kembali ke klinik jika
diarenya bertambah parah.
2) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.
Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan
dirumah. Tunjukkan kepada ibu berapa banyak
oralit atau cairan lain yang harus diberikan setiap
kali anak BAB:
a) Sampai umur 1 tahun: 50 sampai 100 ml
setiap kali BAB
b) Umur 1 sampai 5 tahun: 100 sampai 200 ml
setiap kali BAB

Katakan kepada ibu :

a) Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi


sering dari mangkuk/ cangkir/ gelas.
b) anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian
lanjutkan lagi dengan lebih lambat.
c) Lanjutkan pemberian cairan tambahan
sampai diare berhenti.
d) Beri tablet Zinc selama 10 hari
e) Lanjutkan pemberian makan
f) Kapan harus kembali untuk konseling bagi
ibu
2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit. Berikan oralit diklinik sesuai yang dianjurkan
selama periode 3 jam.
Pemberian Oralit

Umur ≤ 4 bulan 4 - >12 1 - <2 2 - < 5


bulan tahun tahun
Berat < 6kg 6 - <10 kg 10 - <12 12 – 19 kg
Jumlah 200 - 400 400 - 700 kg 900 –
700 - 900 1400
Sumber : MTBS, 2011

a. Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama


1) Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih
banyak dari pedoman di atas.
2) Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang
tidak menyusu, berikan juga 100-200 ml air matang
selama periode ini.
b. Tunjukkan cara memberikan larutan oralit
1) Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari
cangkir/gelas
2) Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian
berikan lagilebih lambat.
3) Lanjutkan ASI selama anak mau
c. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut
1) Umur <6 bulan : 10 mg/hari
2) Umur ≥ 6 bulan : 20 mg/hari
d. Setelah 3 jam
1) Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat
dehidrasinya.
2) Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan
pengobatan.
3) Mulailah memberi makan anak.
e. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai
1) Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit di rumah
2) Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus
diberikan dirumah untuk menyelesaikan 3 jam
pengobatan.
3) Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan
menambahkan 6 bungkus lagi.
4) Jelaskan 4 aturan perawatan diare dirumah (lihat
rencana terapi A).
3. Rencana terapi C
Penanganan dehidrasi berat dengan cepat, yaitu dengan :
a. Memberikan cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa
minum, beri oralit melalui mulut sementara infus
dipersiapkan. Beri 100 ml/kg cairan Ringer Laktat (atau
jika tak tersedia, gunakan cairan Nacl yang dibagi sebagai
berikut:

Pemberian cairan

Umur Pemberian pertama Pemberian berikut 70


30 ml/kg selama ml/kg selama
Bayi (Dibawah 1 jam* 5 jam
umur 12 bulan)

Anak (12 bulan 30 menit* 2 jam


sampai 5 tahun)
Sumber : MTBS, 2001.

b. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum


teraba, beri tetesan lebih cepat
c. Beri oralit (kira-kira 5 ml/ kg/ jam) segera setelah anak
mau minum: biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam
(anak) dan beri juga tablet Zinc.
d. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah
3 jam.
Klasifikasikan dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
e. Rujuk segera untuk pengobatan intravena, jika tidak ada
fasilitas untuk pemberian cairan intravena terdekat (dalam
30 menit).
f. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan
tunjukkan cara meminumkan pada anaknya sedikit demi
sedikit selama dalam perjalan menuju klinik.
g. Jika perawat sudah terlatih menggunakan pipa orogastrik
untuk rehidrasi, mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit
melalui pipa nasogastrik atau mulut: beri 20 ml/kg/jam
selama 6 jam(total 120 ml/kg).
h. Periksa kembali anak setiap 1-2 jam:
1) Jika anak muntah terus atau perut makin
kembung, beri beri cairan lebih lambat.
2) Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik,
rujuk anak untuk pengobatan intravena.
i. Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan
dehidrasi.
Kemudian tentukan rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan pengobatan.
4. Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita diare
a. Pastikan semua anak yang menderita diare mendapatkan
tablet Zinc sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan.
b. Dosis tablet Zinc (1 tablet = 20 mg). Berikan dosis
tunggal selama10 hari:
1) Umur < 6 bulan : tablet
2) Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet
c. Cara pemberian tablet Zinc
1) Larutan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam
sendok the (tablet akan larut 30 detik), segera
berikan kepada anak.
2) Apabila anak muntah sekitar setenagh jam setelah
pemberian tablet Zinc, ulangi pemberian dengan
cara memberikan potongan lebih kecil dilarutkan
beberapa kali hingga satu dosis penuh.
3) Ingatkan ibu untuk memberikan tablet Zinc setiap
hari selama 10 hari penuh, meskipun diare sudah
berhent, karena Zinc selain memberi pengobatan
juga dapat memberikan perlindungan terhadap diare
selama 2-3 bulan ke depan.
4) Bila anak menderita dehidrasi berat dan
memerlukan cairan infus, tetap berikan tablet Zinc
segera setelah anak bisa minum atau makan.
5. Pemberian Prebiotik pada penderita diare
Prebiotik merupakan mikro organisme hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan yang
memberikan pengaruh menguntungkan pada penderita dengan memperbaiki keseimbangan
mikro organisme usus, akan terjadi peningkatan kolonisasi bakteri prebiotik di dalam lumen
saluran cerna. Probiotik dapat meningkatkan produksi musin mukosausus sehingga
meningkatkan respons imun alami (innate immunity). Probiotik menghasilkan ion hidorgen yang
akan menurunkan pH ususdengan memproduksi asam laktat sehingga menghambat pertumbuhan
bakteri patogen.
Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi suportif diare akut. Hal ini
berdasarkan peranannya dalam menjaga keseimbangan flora usus normal yang mendasari
terjadinya diare. Probiotik aman dan efektif dalam mencegah dan mengobati diare akut pada
anak (Yonata, 2016).
c. Kebutuhan nutrisi
Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia sehingga masukan nutrisinya
menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan nutrisi akan bertambah jika, pasien juga mengalami
muntah-muntah atau diare lama, keadaan ini menyebabkan makin menurunnya daya tahan tubuh
sehingga penyembuhan tidak lekastercapai, bahkan dapat timbul komplikasi.
Pada pasien yang menderita malabsorbsi pemberian jenis makanan yang menyebabkan
malabsorbsi harus dihindarkan. Pemberian makanan harus mempertimbangkan umur, berat
badan dan kemampuan anak menerimanya. Pada umumnya anak umur 1 tahun sudah bisa makan
makanan biasa, dianjurkan makan bubur tanpa sayuran pada hari masih diare dan minum teh.
Hari esoknya jika defekasinya telah membaik boleh diberi wortel, daging yang tidak berlemak
(Ngastiyah, 2014).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1) Fokus Pengkajian

1. Konsep dasar keperawatan Konsep dasar keperawatan anak meliputi :


a. Pengkajian
 Identitas klien
 Identitas orang tua
 Identitas saudara kandung
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat kesehatan masa lalu ( Khusus anak usia 0-5 tahun )
1. Pre natal care
2. Natal
3. Post natal
 Riwayat kesehatan keluarga
d. Riwayat iminusasi
e. Riwayat tumbuh kembang
 Pertembuhan fisik
 Perkembangan tiap tahap
f. Riwayat nutrisi
 Pemberian ASI
 Pemberian susu formula
 Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat in
g. Riwayat psichososial
 Tempat tinggal
 Lingkungan rumah
 Apakah rumah dekat sekolah dan ada tempat bermain
 Hubungan antara anggota keluarga
 Pengasuh anak
h. Riwayat spritual
 Support system dalam keluarga
 Kegiatan keagamaan
i. Reaksi hospitalisasi
 Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
 Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
j. Aktivitas sehari-hari
 Nutrisi sebelum sakit dan saat sakit
 Cairan sebelum sakit dan saat sakit
 Elimisani
1. BAB, sebelum sakit dan saat sakit
2. BAK, sebelum sakit dan saat sakit
 Istirahat / tidur, sebelum sakit dan saat sakit
 Olahraga
 Personal hygiene, sebelum sakit dan saat sakit
 Aktivitas / mobilitas fisik k. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum klien

2) Fokus Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah :


1. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran alveolar - kapiler
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d proses infeksi, inflamasi diusus
3. Gangguan keseimbangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
4. Gangguan integritas kulit b/d ekspresi / BAB sering
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake
makanan
6. Resiko syok ( hipovolemik ) b/d kehilangan cairan dan elektrolit.

3) Perencanaan NOC – NIC


Rencana Keperawatan
no Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1 Gangguan Setelah dilakukan
Fluid management
keseimbangan tindakan keperawatan 2
1. Monitor status Hydrasi
volume cairan b/d × 24 Jam dengan kriterial
(kelemahan membran mukosa,
kehilangan cairan Hasil :
nadi adekuat. tekanan darah
aktif ditandai - Tekanan darah, nadi,
ortos taltik) jika diperlu kan
dengan : suhu tubuh dalam batas
2. Monitor vital Sign
normal
3. Monitor masukkan
Tidak ada tanda-tanda
makanan/ Cairan
dehidrasi, elastisitas
4. Dorong masukkan oral
turgo kulit baik membran
5. Kolaborasi
mukosa lembab tidak ada Pemberian cairan IV
rasa haus yang
berlebihan.
2. Gangguan rasa Setelah dilaku- kan
Diare manage- ment :
nyama (nyeri) b/d tindakan keperawatan
1. Ajarkan pasien untuk
proses infeksi 3 × 24 Jam, Noc :
mengguna-
Inflamasi dius us - Bowel
kan obat anti diare
elimination
2. Instruksikan keluarga untuk
- Fluid balance
Hydration mencatat warna, jumlah,

- kriterial Hasil : frekwensi dan konsistensi dari

- Fese Feses
3. Evaluasi intake makanan
berbentuk, BAB
yang masuk
sehari sekali 3×
4. Observasi turgor kulit
- Menjaga daerah sekitar
secara rutin
Rectal dari iritasi
Kolaborasi dengan dokter
- Tidak mengalami diare
pemberian medikasi.
- Menjelaskan penyebab
diare dan rasional
tindakan
Mempertahan
kan turgor kulit.

3. Setelah dilaku- kan


Gangguan Pressure manag ement
tindakan keperawatan
integritas Kulit 1. Anjurkan pasiaen untuk
1 × 24 jam
b/d menggunakan pakaian
- Tissue integrity :
eksresi/BAB yang longgar
Skinand mucous
2. Jaga kebersi han kulit agar
membranes
tetap bersih dan kering
Hemodyalis akses
3. Monitor kulit akan adanya
Kriterial hasil :
Kemerahan
- Integritas kulit yang
Oleskan lotion atau minyak baby
baik bisa dipertahankan
oil pada daerah yang tertekan.
(sensasi, elastis
-itas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
- Tidak ada
luka/lesi pada
kulit
- Perfusi jaringan
baik
Mampu melindungi kulit
dan mempertakan
kelembaban kulit dan
perawatan alami.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta.

Yonata, A & Farid, A.F. 2016. Penggunaan Probiotik Sebagai Terapi Diare. Jurnal
Kedokteran Universitas Lampung Majority Volume 5 nomor 2

Anda mungkin juga menyukai