PENDAHULUAN
pada bayi baru lahir. Masalah ini tidak hanya dihadapi oleh negara berkembang
saja melainkan juga negara maju. Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia 0-28
hari. Neonatus adalah sesuatu yang sangat berharga dan sangat memerlukan
perhatian khusus baik dari orang tua, tenaga kesehatan, maupun pemerintah
kematian bayi baru lahir setiap tahun. Angka kematian neonatus (kematian dalam
28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup dan 98% berasal
Data WHO yang dikutip dari Child Health Research Project Special
42% kematian neonatus terjadi karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi
tinggi yaitu 1,8-18 per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian sebesar 12-
68%, sedangkan di negara maju angka kejadian sepsis neonatorum berkisar antara
tiga per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian 10,3% (Watson dkk., 2003).
2003 sampai Desember 2004 adalah sebesar 5,3% dengan angka kematian sebesar
Sepsis neonatorum sebagai salah satu penyakit infeksi bayi baru lahir
masih merupakan masalah utama yang belum dapat terpecahkan sampai saat ini.
World Health Organization juga melaporkan case fatality rate kasus sepsis
neonatorum masih tinggi, yaitu sebesar 40%. Hal ini terjadi karena banyak faktor
risiko infeksi pada masa perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi
sebelumnya pada bayi maupun ibu. Hipoksia atau gangguan sistem imun bayi,
asfiksia dan bayi berat lahir rendah atau bayi kurang bulan dapat mendorong
terjadinya infeksi yang berakhir dengan sepsis neonatorum. Ketuban pecah dini,
ketuban berbau, panas badan sebelum melahirkan, keputihan yang tidak diobati,
infeksi saluran kemih meningkatkan risiko sepsis pada bayi baru lahir. Sepsis
dalam waktu singkat. Gejala dan tanda klinis sepsis klasik pada anak sepsis jarang
neonatorum (Narasimha dan Kumar, 2011). Biakan darah yang merupakan baku
emas diagnosis membutuhkan waktu cukup lama, yaitu sekitar tiga sampai lima
3
hari. Pemeriksaan penunjang seperti C-reactive protein (CRP), rasio I:T, jumlah
penunjang lain menjadi tidak spesifik dan sulit dipakai sebagai pegangan dalam
klinis tidak khas, pemeriksaan penunjang tidak spesifik, serta pemeriksaan biakan
darah sebagai baku emas membutuhkan waktu cukup lama. Waktu yang tepat
untuk memulai terapi antibiotik menjadi masalah para klinisi. Berbagai upaya
pemeriksaan hematologik sehingga dikenal dengan istilah HSS. Sistem skoring ini
terdiri dari tujuh parameter hematologi, yaitu rasio imatur dan total neutrofil,
jumlah total sel polymorphonuclear (PMN), rasio imatur dan matur neutrofil,
jumlah imatur PMN, jumlah total leukosit, perubahan degeneratif pada sel PMN
4
serta jumlah trombosit (Khair dkk., 2010). Perubahan sistem hematologi pada
granulasi toksik, vakuolisasi, serta Dohle bodies. Sistem skoring hematologi ini
didapatkan melalui pemeriksaan darah lengkap serta blood smear dari darah
masing parameter terhadap kejadian sepsis neonatorum serta mencari skor yang
penelitian ini adalah kultur darah yang diambil hanya dari satu sisi tubuh bayi.
Hasil dari penghitungan sistem skoring dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu
Sistem skoring menggunakan cara ini dapat dipakai pada pasien sepsis
neonatorum awitan dini maupun awitan lambat. Sistem ini mempunyai kelebihan,
yaitu mudah dilakukan, biaya relatif murah, sederhana karena hanya melakukan
satu jenis pemeriksaan darah perifer, dan hasil pemeriksaan darah tidak
daerah yang berbeda akan menunjukkan hasil yang berbeda pula. Hal ini karena
5
serta demografi yang berbeda-beda. Pola kuman penyebab sepsis juga berbeda di
setiap daerah dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Perbedaan pola kuman di
besar menjadi penyebab utama sepsis neonatorum (Modi dan Carr, 2000).
terbatas yang tidak memiliki sarana pemeriksaan kultur darah. Sistem skoring
mempunyai nilai spesifisitas yang tinggi (neonatus tidak terinfeksi memiliki hasil
negatif) dan nilai duga positif (bila hasil positif maka neonatus tersebut terinfeksi)
yang tinggi, yakni lebih dari 85% (Laishram dan Khuraijam, 2013). Penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti ini berbeda dengan penelitian yang telah ada.
Hal ini karena pada penelitian ini tidak dicari hubungan masing-masing parameter
dalam sistem skoring hematologi serta hasil yang diperoleh dari sistem skoring ini
adalah hanya positif atau negatif menderita sepsis neonatorum. Baku emas yang
digunakan adalah pemeriksaan kultur darah. Kultur darah dua sisi (sisi kanan dan
kiri) subjek digunakan pada penelitian ini. Kultur darah dikatakan positif apabila
didapatkan patogen yang sama pada kedua sisi subjek. Sepsis neonatorum dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, atau jamur, dan pada penelitian ini akan
lebih difokuskan pada penyebab bakteri. Uraian dalam latar belakang masalah di
atas memberi dasar bagi peneliti untuk meneliti penggunaan sistem skoring
1. Apakah sistem skoring hematologi sensitif (nilai sensitivitas lebih dari 85%)
2. Apakah sistem skoring hematologi spesifik (nilai spesifisitas lebih dari 85%)
darah.
darah.
Dari data hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
penelitian selanjutnya.
Referensi :
https://adoc.pub/queue/bab-i-pendahuluan-infeksi-neonatus-khususnya-sepsis-
neonator.html