Anda di halaman 1dari 15

Nama :Nurdiansyah

Kelas :2B
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti inflamasi peradangan.
Menurut Hirlan dalam Aru (2009), gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan lain. Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel.
Menurut Lindseth dalam Price dan Wilson (2009), gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau
perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal.
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga
Hal 492). Gastritis adalah segala radang mukosa lambung (Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisihal749). Gastritis merupakan keadaan peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difusi atau local (Patofisiologi Sylvia A Price hal 422). Gastritis
(penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau
meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa
lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan
mulas.
Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu peradangan
atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan dan
ketidakteraturan dalam pola makan, misalnya telat makan, makan terlalu banyak dan cepat,
makan-makanan yang terlalu berbumbu dan makanan yang pedas

B. ETIOLOGI
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
1. Gastritis Akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut seperti:
o Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid, silfonamide merupakan obat yang
bersifat mengiritasi mukosa lambung.
o Minuman beralkohol
o Infeksi bakteri seperti H. pylori, H. heilmanii, streptococci
o Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.
o Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis.
o Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan.
o Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman dengan
kandungan kafein dan alkohol merupakan salah satu penyebab iritasi mukosa lambung.
2. Gastritis Kronis
Penyebab pasti dari gastritis kronik belum diketahui, tapi ada dua predisposisi penting yang
bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non-infeksi (Wehbi, 2008).
o Gastritis infeksi
Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan memberikan manifestasi
peradangan kronik. Beberapa agen yang diidentifikasi meliputi hal-hal berikut.
1. a).H. Pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri itu merupakan penyebab utama
dari gastritis kronik (Anderson, 2007).
b).Helicobacter heilmanii, Mycobacteriosis, dan Syphilis (Quentin, 2006)
c)Infeksi parasit (Wehbi, 2008).d)Infeksi virus (Wehbi, 2008).
Helicobacter heilmanii, Mycobacteriosis, dan Syphilis (Quentin, 2006)c)Infeksi
parasit (Wehbi, 2008).d)Infeksi virus (Wehbi, 2008).
2. Infeksi parasit (Wehbi, 2008).
3. Infeksi virus (Wehbi, 2008)
o Gastritis non-infeksi
1. Gastropai akbiat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluks garam empedu kronis
dan kontak dengan OAINS atau aspirin (Mukherjee, 2009).
2. Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang menyebabkan ureum terlalu
banyak beredar pada mukosa lambung (Wehbi, 2008).

C. EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi gastritis diduga cukup tinggi. Diperkirakan sekitar 50% populasi dunia terinfeksi
Helicobacter pylori. Data mengenai epidemiologi gastritis di Indonesia masih belum begitu
lengkap, namun dilaporkan bahwa tren prevalensinya semakin menurun.

D. PATOFISIOLOGI
1. Gastritis Akut
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung. Jika mukosa
lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
o Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan
meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan
NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.Hasil dari penyawaan tersebut akan
meningkatkanasam lambung . Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan
mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
o Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang
dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi
hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi
mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan
sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan
menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi mukosa
lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan
terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental
dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun
dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanyarata, Gastritis itu bisa sembuh dan
juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Gastritis Akut
Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada hematemesis
melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia
2. Gastritis Kronik
Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati
anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan.
F. KLASIFIKASI
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung padasebagian besar merupakan
penyakit yang ringan dan sembuh sempurna.Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi
klinisnya adalah:
o Gastritis akut erosive
Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa
muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
o Gastritis akut hemoragic
Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpaiperdarahan mukosa lambung
dalan berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontunuitas mukosa
lambung pada beberapatempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.
( Hirlan, 2001)

2. Gastritis Kronis
Menurut Muttaqin, (2011) Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronikdiklasifikasikan dengan tiga perbedaan
sebagai berikut :
o Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema , sertaperdarahan dan erosi
mukosa.
o Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisanmukosa pada
perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dankanker lambung, serta anemia
pernisiosa. Hal ini merupakankarakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan
selchief.
o Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-nodul pada mukosa
lambung yang bersifat iregular, tipis, dan hemoragik.

G. FARMAKOTERAPI

Nama
Kategori Dosis, Kerja Kontra
Generik dan Efek samping
Obat frekuensi Obat indikasi
Nama Dagang

Oral Esomeprazole 2 x 20 mg Hipersensitif, Gatal, sulit


bernafas,
pembengakan
wajah, bibir
dan lidah.
Parenteral (IV) Ondansentron 3 x 1 amp Ibu hamil Konstipasi,
pusing, dan
mual
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Jong (2010), untuk menegakkan diagnosa gastitis dilakukan dengan berbagai macam tes
diantaranya:
1. Tes darah
Tes darah untuk melihat hasilnya antibodi terhadap serangan Helicobacter pylori. hasil tes
yang positif menunjukkan bahwa seseorangpernah mengalami kontrak dengan Helicobacter
pylori. Tes darah juga dapat digunakan untuk mengecek terjadinya anemia yang mungkin saja
disebabkan oleh perdarahan karena gastritis.
2. Uji napas
Urea Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urase
Helicobacter pyjlori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat
diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini digunakan untuk mengetahui adanya Helicobacteri pyloridalam sempel tinja
seseorang. Hasil tes yang positif menunjukkan orang tersebut terinfeksi Helicobacteri pylori.
Biasanya dokter menguji adanya darah dalam tinja yang menandakan adanya perdarahan
dalam lambung karena gastritis.
4. Rontgen
Tes ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelaianan pada lambung yang dapat dilihat
dengan sinar X. Biasanya akan diminta menelan cairan barium dahulu sebelum dilakukan
rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dirontgen
5. Endoskopi
Tes ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada almbung yang mungkin tidak dapat
dilihat oleh sinar X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang
fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam esofagus, lambung dan bagian atas
usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi), sebelum endoskop
dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS

Non Farmakologi
 Membiasakan makan dengan teratur
 Menghindari makanan yang menyebabkan sekresi HCL yang berlebihan (asam,
pedas)
 Menghindari minuman yang menyebabkan sekresi HCL yang belebihan (kopi,
minuman asam, dan bersoda)
 Menghindari alkohol dan kafein
 Teknik relaksasi seperti berolahraga agar menghindari
 Hentikan kebiasaan merokok
 Istirahat yang cukup

Terapi terhadap asam lambung :


Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung yang menyebabkan
sakit peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya bagian bagian besar tipe gastritis.
Terapi melibatkan obat-obat yang mengurangi atau menetralkan asam lambung :
1. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet
dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida
menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung
dengan cepat.
2. Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa
sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,
ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi.
3. Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi
asam lambung adalah dengan cara menutup pompa asam dalam sel-sel lambung
penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja
dari pompa-pompa ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole,
lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat
kerja H. pylori.
4. Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk
melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang
termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-
obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan
untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya
adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. pylori.

J. KOMPLIKASI
1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut:
o Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan medis, terkadang
perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.
o Ulkus, jika prosesnya hebat
o Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.
2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat
kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan
penyempitan daerah antrum pylorus.

K. DIET/NUTRISI
Menurut Persagi (1999) dikenal jenis diet untuk penderita penyakit gastritis. Diet ini disesuaikan
dengan berat ringannya penyakit.

1. Diet Lambung I diberikan pada penderita gastritis berat yang disertai pendarahan. Jenis
makanan yang diberikan, meliputi susu dan bubur susu yang diberikan setiap 3 jam
sekali.
2. Diet Lambung II Untuk penderita gastritis akut yang sudah dalam perawatan. Makanan
yang diberikan merupakan makanan saring atau cincang pemberiannya sama 3 jam
sekali.
3. Diet Lambung III Untuk penderita gastritis yang tidak begitu berat atau ringan. Bentuk
makanan harus lunak dan diberikan enam kali sehari.
4. Diet Lambung IV Orst ini diberikan pada penderita gastritis ringan, makanan dapat
berbentuk lunak atau biasa.
Jenis makanan yang boleh diberikan pada penderita gastritis

1. Sumber hidrat arang (nasi atau penggantinya) yaitu meliputi ; beras, dibubur atau ditim,
kentang direbus atau dipures, makaroni, mi bihun direbus, roti, biskuit, marie, dan
tepung-tepungan dibuat bubur atau puding.
2. Sumber protein hewani (daging atau penggantinya) Ikan, hati, daging sapi empuk, ayam
digiling atau dicincang dan direbus, disemur, ditim, atau dipanggang, telur ayam direbus,
didadar, diceplok air, atau dicampurkan dalam makanan, susu. Sumber protein nabati
tahu, tempe, direbus, ditim atau ditumis, kacang hijau direbus dan dihaluskan.
3. Lemak margarin, minyak (tidak untuk menggoreng) dan santan encer.
4. Sayuran - sayuran yang tidak banyak serat dan tidak menimbulkan gas, misalnya :
bayam, labu siam, wortel, tomat direbus atau ditumis.
5. Buah-buahan pepaya, pisang rebus, sawo, jeruk garut, sari buah (sebaiknya dimakan
bersama nasi).
6. Bumbu-bumbu Gula, garam, vetsin, kunyit, kunci, sereh, salam, lengkuas, sedikit  jahe,
dan bawang.
1. Pengkajian Keperawatan
a) Biodata
Nama : Tn.i
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin :laki laki
Status Mariental : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Pabrik
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : kp cicadas 07
No. Medrec : 347.156
No. Rawat : 347.170
Dx. Medis : gastritis
Tgl. Masuk : 10 juni 2020
Tgl. Pengkajian : 11 juni 2020

Penanggung Jawab :
Nama : Ny. S
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : IRT
b) Keluhan Utama :
Pasien mengatakan mual, muntah, tidak bisa makan, dan lemas
c) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pasien mengeluh lemas, tidak bisa makan, dan mual, nyerinya seperti di tusuk tusuk pada
bagaian lambung, skala 6 dan nyeri yang di rasakan 1 minggu yang lalu, nyerinya hilang timbul
pada malam hari,
d) Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit masa lalu
e) Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien mengatakan bahwa dalam keluarga nya tidak memiliki penyakit keturunan atau penyakit
yang sama dirasakan pasien
f) Pemeriksaan fisik :
1. Tanda-tanda vital
a. Keadaan umum : Compos mentis
b. Tekanan darah : 90/60mm/Hg
c. Nadi : 95x/menit
d. Suhu : 46,7˚C
e. RR : 30x/menit
2. Antropometri
BB = 50 kg
TB = 168 cm
IMT = 17,71 (kurus ringan)
3. Pemeriksaan Sistematika / persistem
A) Sistem pernafasan
1. Inspeksi :
 Bentuk dada simetris,
 Ada bantu otot nafas tambahan
2. Palpasi :
 Tidak terdapat masa dan lesi
 Vocal premitus resonan
 Tidak ada nyeri tekan dan benjolan
3. Perkusi :
 Resonan
 Suara jantung pekak
4. Auskultasi :
 Normal
B) Sistem Kardiovaskuler dan Limfe
1. Inspeksi :
 Mukosa bibir pucat, tidak terdapat clubbing finger, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening, tidak ada distensi vena jugularis.
2. Palpasi
 Nadi 95x/menit, Irama regular, akral hangat capillary, retill time < 2 detik.
3. Perkusi
 Resonan
4. Auskultasi
 Bunyi jantung s1 dan s2 reguler
C) Sistem Pencernaan
1. Inspeksi
Konjungtiva tidak anemis, tidak ada stomatitis, lidah tampak kotor, tidak ada carries
pada gigi, proposi tubuh normal, bentuk perut kembung
2. Auskultasi
Bising Usus Hiperaktif 30x/ menit (Normal : 5-25x/menit)
3. Palpasi
Nyeri tekan pada abdomen dibagian lambung, distensi abdomen
4. Perkusi
Perkusi perut sedikit pekak.

D) Sistem persyarafan
Inspeksi, Palpasi & Perkusi
GCS : 14. Tidak ada gangguan pada sistem syaraf.
E) Sistem penglihatan
1. Inspeksi
 Bentuk mata simetris, terdapat konjungtiva anemis
2. Palpasi
Tekanan intraokuler
F) Sistem Pendengaran
1. Inspeksi
 Kesimetrisan pinna kiri & kanan, kebersihan telinga sedikit kotor.
2. Palpasi
 Nyeri tekan tidak ada
3. Test kemampuan pendengaran
 Garpu tala : Normal
 Detak jam : Normal
 Test berbisik : Normal
G) Sistem Perkemihan
1. Inspeksi
Tidak ada edema, tidak terpasang kateter urin.
2. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan.
H) Sistem Muskuloskeletal
1. Inspeksi
Bagian tubuh terasa lemah, tidak ada edema. Kemampuan dalam bergerak sedang.
2. Palpasi
Uji kekuatan otot :
Adakah tonus otot, berapakah nilai kekuatan otot
Kekuatan otot dinilai dengan angka 0-5 :
1 Apabila sama sekali tidak mampu bergerak, kontraksi tidak ada bila lengan atau
tungkai dilepaskan akan jatuh 100% pasif
2 Tidak ada gerakan, teraba atau terlihat adanya kontraksi otot sedikit
3 Gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan sokongan
4 Rentang gerak normal, menentang gravitasi
5 Gerakan normal penuh, menentang gravitasi dengan sedikit tahanan
6 Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan penahanan penuh

L ka 4 L ki 4
T ka 4 T ki 4
3. ROM
Rentang gerak :
ROM normal penuh, menentang gravitasi dengan sedikit tahanan.
I) Sistem Endokrin
1. Inspeksi
Tidak ada pembesaran tiroid.
2. Palpasi
Kelenjar tyroid : simteris, tidak ada nyeri tekan
J) Sistem Integumen
1. Inspeksi
Turgor kulit pasien jelek, temperatur kulit panas, warna kulit normal, keadaan kulit
kotor, tidak ada kelainan kulit, tidak ada tanda-tanda peradangan pada kondisi
pemasangan infus.
2. Palpasi
Turgor kulit jelek, tidak ada edema.

2. Masalah Keperawatan, hasil yang dicapai, intervensi keperawatan, rasional

Nyeri akut
Defisit nutrisi
hipertermia
Masalah keperawatan:
Kriteria hasil:
Intervensi keperawatan Rasional
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Mengecek TTV sebelum dan sesudah
2x24 jam, Nyeri Akut teratasi dengan kriteria hasil : pemberian analgesic serta
Tingkat nyeri menjelaskan efek terapi dan efek
 Keluhan nyeri menurun samping dari obat analgesic yaitu
 Meringis menurun obat antasida untuk menetralisir
 Mual muntah menurun asam lambung dan menghilangkan

 Pola tidur membaik rasa nyeri.

Manajamen Nyeri
Observasi :
- Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi respons nyeri
non verbal
Terapeutik :
- Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, Nutrient, akupresur,
terapi Nutrisi, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
- Memfasilitas istirahat dan tidur
Edukasi :
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik seperti, Antasida
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Memonitor asupan makanan
2x24 jam, Resiko Defisit Nutrisi teratasi dengan
kriteria hasil :
Status nutrisi
 Nyeri abdomen menurun
 Frekuensi makan membaik
 Membran mukosa membaik
Manajemen Nutrisi
Observasi :
-Mengidentifikasi status nutrisi.
-Mengidentifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastric.
-Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis
Gutrient.
-Memonitor asupan makanan.
Terapeutik :
-Memfasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
-Memberikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi.
-Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein.
Edukasi :
-Mengajarkan diet yang diprogramkan.
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
seperti antiemetic, jika perlu

-Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan


jumlah kalori dan jenis Nutrient yang dibutuhkan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Melakukan tindakan mengukur


2x24 jam,hipertermia teratasi dengan kriteria suhu tubuh
hasil :  Melakukan tindakan kompres
 Suhu tubuh menurun hangat basah
Pemantauan cairan
Observasi :
- Mengidentivikasi penyebab hipertermia
(mis.dehidrasi,terpapar limgkungan panas
penggunaan inkubator)
- Memonitor suhu tubuh
- Memonitor kadar elektolit
- Memonitor haluaran urine
- Memonitor koplikasi akibat hipertermia
Terapeutik:
- Menyediakan lingkuangn yang dingin
- Melonggarkan atau lepaskan pakaian
- Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
- Memberikan cairan oral
- Menganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis(keringat berlebih)
- Melakukan pendinginan eksternal (mis.selimut
hipotermia atau kompres dingin pada
dahi,leher,dada,abdomen,aksila)
- Menghindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Memberikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
- Menganjurkan tirah baring
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

mengidentivikasi penyebab hipertermia


(mis.dehidrasi,terpapar
Sumber:
a. Jurnal keperawatan untuk perawatan kasus (1 jurnal keperawatan)
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/690/1/ABDUL%20WAHID%20SALEH
%20KTI%20PDf.pdf
b. Referensi minimal 5 (dalam 10 tahun terakhir)
Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyekit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Adriansyah, Muhammad.2012.Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.Jogjakarta:DIVA
Nuari, Nian Afrian (2015) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem
Gastrointestinal, Jakarta : CV. Trans Info Media
Suratun (2010) Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal,
Jakarta : CV. Trans Info Media
Muttaqin, A., & Sari, K(20011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : SalembaMedika
https://www.academia.edu/28958713/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_KLIEN
_GASTRITIS
https://lieyanamoetz.wordpress.com/2012/10/26/asuhan-keperawatan-gastritis/
https://www.academia.edu/36151977/MAKALAH_GASTRITIS.doc
http://etd.eprints.ums.ac.id/2939/1/J200050077.pdf

Anda mungkin juga menyukai