Anda di halaman 1dari 7

Peranan Mikroba Dalam Kehidupan

Manusia
1. PERANAN BIOTEKNOLOGI DAN MIKROBA PADA ENDOFIT DALAM
PENGEMBANGAN OBAT HERBAL

peranan bioteknologi dalam budidaya, multiplikasi, rekayasa genetika, dan


skrining mikroba endofit yang dapat menghasilkan metabolit sekunder sangat
penting dalam rangka pengembangan bahan obat yang berasal dari tanaman
obat. Bahkan dengan kemajuan yag pesat dalam bidang bioteknologi dapat
dihasilkan beberapa jenis tanaman transgenic yang dapat memproduksi vaksin
rekombinan.

a. Kultur jaringan

b. Metabolit sekunder

c. Rekayasa genetika

d. Mikroba endofid

- Mikroba endofit yang menghasilkan antibiotika Cryptocandin adalah


antifungi yang dihasilkan oleh mikroba endofit Cryptosporiopsis
quercina.
- Mikroba endofit yang memproduksi antivirus Jamur endofit Cytonaema sp.
Dapat menghasilkan metabolit cytonic acid A dan B, yang struktur
malekulnya merupakan isomer p-tridepside, berhasiat sebagai anti virus.
Cytonic acid A dan B ini merupakan protease inhibitor dan dapat
menghambat pertumbuhan cytomegalovirus manusia.
- Mikroba endofit yang menghasilkan metabolit sebagai antikanker Paclitaxel
dan derivatnya merupakan zat yang berkhasiat sebagai antikanker yang
pertama kali ditemukan yang diproduksi oleh mikroba endofit.
- Mikroba endofit penghasil zat anti malaria Colletotrichum sp. merupakan
endofit yang diisolasi dari tanaman Artemisia annua, menghasilkan
metabolit artemisinin yang sangat potensial sebagai anti malaria.
- Endofit yang memproduksi antioksidan Pestacin dan isopestacin
merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh endofit P. microspora.
Endofit ini berhasil diisolasi dari tanaman Terminalia morobensis, yang
tumbuh di Papua New Guinea.
- Endofit yang menghasilkan metabolit yang berkhasiat sebagai antidiabetes
Endofit Pseudomassaria sp yang diisolasi dari hutan lindung, menghasilkan
metabolit sekunder yang bekerja seperti insulin.
- Endofit yang memproduksi senyawa imunosupresif Obat-obat imunospresif
merupakan obat yang digunakan untuk pasien yang akan dilakukan
tindakan transplantasi organ. Selain itu imunosupresif juga dapat digunakan
untuk mengatasi penyakit autoimum seperti rematoid artritis dan insulin
dependent diabetes[CITATION Mak05 \l 1033 ].

2. PEMANFAATAN MIKROORGANISME DALAM PENGEMBANGAN


MAKANAN HALAL BERBASIS BIOTEKNOLOGI

Aplikasi bioteknologi sangat beragam yang meliputi berbagai aspek yaitu pada
bidang pangan, pertanian, peternakan, kesehatan, dan pengobatan. Aplikasi
bioteknologi banyak menggunakan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme
merupakan makhluk hidup yang memiliki ukuran yang sangat kecil.
Mikroorganisme ada yang hanya terdiri dari sel tunggal (uniseluler) maupun
bersel banyak (multiseluler). Setiap sel memiliki kemampuan untuk mengalami
pertumbuhan, memperbanyak diri, dan menghasilkan energy.

Mikroorganisme berinteraksi dengan sesama mikroorganisme maupun dengan


organisme lain yang kemudian akan memberikan efek yang beraneka ragam, baik
menguntungkan maupun merugikan. Dalam pembahasan mikrobiologi
kedokteran maupun fitopatologi, beberapa mikroorganisme dapat menjadi
penyebab adanya suatu penyakit dan menjadi patogen dalam kehidupan. Namun,
mayoritas mikroorganisme dapat memberikan manfaat yang sangat beragam
dalam dunia bioteknologi. Mikroorganisme yang digunakan untuk proses
pengolahan makanan bisa berasal dari kelompok bakteri maupun fungi. Bakteri
yang digunakan bisa berasal dari kelompok Actinobacteriaceae seperti
Bifidobacterium thermophilum, Firmicutes seperti Bacillus, dan
Proteobacteriaceae seperti Acetobacter dan Gluconacetobacter. Sedangkan dari
fungi bisa berasal dari yeast maupun filamentous fungi

Jika ditinjau dari segi kesehatan, produk fermentasi mampu meningkatkan daya
cerna dan kualitas nutrisi makanan, meningkatkan nilai gizi makanan,
meningkatkan keamanan makanan melalui penghambatan patogen serta juga
dapat meningkatkan kualitas organoleptik makanan. Makanan fermentasi di
Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori berdasarkan prosesnya
seperti Fermentasi asam laktat (buah, sayur, susu, singkong, dan daging),
fermentasi jamur (kedelai, kacang), fermentasi alkohol (beras, singkong), dan
fermentasi kadar garam tinggi (ikan, kecap, dan tauco [CITATION Hay19 \l 1033 ]).
3. BIOTEKNOLOGI UNTUK KETAHANAN PANGAN KEDELAI : ASPEK
PRODUKSI DAN KONSUMSI

kedelai merupakan komoditas pangan yang telah terbiasa dikonsumsi oleh


masyarakat, memberikan kontribusi penting sebagai sumber makanan bergizi
terutama sebagai sumber protein (kandungan protein sekitar 40 persen), dan
harganya relatif terjangkau. Sebagai sumber protein, kedelai merupakan
komoditas termurah bila dibandingkan dengan sumber protein lainnya seperti
telur, ikan, susu dan daging. Keberadaan kedelai ternyata bermakna lebih dalam
pada kehidupan masyarakat. Kenaikan nilai tukar dollar terhadap rupiah akhir-
akhir ini mengakibatkan kenaikan harga kedelai dan tempe, dan lebih dari itu
mengancam kehidupan industri kecil dan rumah tangga. Kedelai impor selama ini
dinilai lebih murah dan mempunyai kualitas yang lebih baik dari kedelai lokal,
kondisi ini menjadi jebakan yang makin menjauhkan cita-cita ketahanan pangan
melalui swasembada dan kemandirian kedelai. Ketahanan pangan kedelai akhir-
akhir ini menjadi fokus permasalahan mengingat pasokan kedelai dunia yang
harganya meningkat, sehingga mengancam industri tahu dan tempe merugi dan
bahkan gulung tikar. Komoditas kedelai menjadi dilema, karena produksi kedelai
selama 20 tahun terakhir terus menurun sebagai akibat makin berkurangnya
lahan dan minat petani menanam kedelai, yang notabene kurang menguntungkan
dibandingkan dengan komoditas lainnya, sehingga produksi tahun terakhir 2012
tercatat hanya 0,85 juta ton/ tahun. Sebaliknya dengan kebutuhan yang terus
meningkat memacu jumlah impor yang makin tinggi, dan pada tahun 2012
tercatat 1,9 juta ton atau sekitar 69 persen dari seluruh kebutuhan. Ketahanan
pangan kedelai yang dilaksanakan melalui program swasembada kedelai tahun
2014 adalah program Pemerintah melalui Kementerian Pertanian. Melihat data
produksi dan sasaran swasembada kedelai, nampaknya swasembada sukar untuk
dicapai. Walaupun produktivitas tercatat sedikit meningkat, namun jumlah luas
lahan[CITATION Bio13 \l 1033 ].

4. PERANAN MIKROBA TANAH PADA KEGIATAN REHABILITASI


LAHAN BEKAS TAMBANG

- Sebagai Biokatalisator AMD dan Sebagai Agen Biomining


- Sebagai Agen Bioremediasi Logam logam
- Sebagai Pemacu Tanaman Melakukan Proses Fitoremediasi

Sesungguhnya apabila lingkungan memadai maka proses bioremediasi dapat


berlangsung dengan sendirinya di alam (intrinsic bioremediation), karena
lingkungan mempunyai kemampuan untuk memulihkan dirinya sendiri, yang
dikenal sebagai daya lenting. Namun pada lahan bekas tambang yang telah
mengalami tingkat degradasi yang tinggi, kecepatan untuk memulihkan diri jauh
lebih lambat dari kecepatan akumulasi logam, maka campur tangan manusia
diperlukan supaya lingkungan mampu mendukung berlangsungnya proses
bioremediasi. Proses bioremediasi yang melibatkan upaya manusia disebut
engineered

Bioremediation Engineered bioremediation dapat dilakukan melalui dua cara,


nutrient amendment dan bioaugmentation, yaitu perbaikan unsur hara supaya
cukup dan seimbang (sufficient and ballance) dan pemberian inokulum mikroba
fungsional dengan jenis dan jumlah yang memadai untuk berlangsungnya suatu
proses bioremediasi. Nutrient amendment perlu dilakukan untuk memperbaiki
ketersediaan unsurunsur hara. Seperti halnya organisme lain yang lebih tinggi,
mikroba juga memerlukan unsur-unsur hara makro dan mikro untuk
pertumbuhannya. Ketersediaan unsur hara sangat diperlukan oleh mikroba untuk
menyusun sel-sel tubuhnya, sebagai aktivator enzim dan sebagai aseptor
elektron dalam proses respirasi. Karena aplikasi bioremediasi di lapangan sangat
tergantung pada sifat fisik Peranan Mikroba Tanah pada Kegiatan Rehabilitasi dan
kimia lingkungan maka faktor-faktor kebutuhan oksigen atau sumber energi, pH,
ketersediaan sumber karbon, kadar air, dan suhu lingkungan harus diperhatikan
sebab faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi aktivitas mikroba yang
dipekerjakan. Masing-masing mikroba memerlukan kebutuhan lingkungan yang
spesifik.

Dengan perbaikan-perbaikan faktor lingkungan pada lahan bekas tambang


diharapkan lahan tersebut cocok untuk mendukung pertumbuhan mikroba yang
mampu melakukan proses bioremediasi sehingga pada lahan tersebut akan
terjadi suksesi kolonisasi oleh mikroba. Namun demikian, apabila perbaikan
lingkungan sudah dilakukan tetapi proses bioremediasi tidak terjadi maka perlu
dilakukan inokulasi mikroba yang diperlukan (bioaugmentasi) [CITATION enn08 \l

1033 ].
Daftar pustaka

Maksum Radji. (2005). PERANAN BIOTEKNOLOGI DAN MIKROBA PADA ENDOFIT DALAM
PENGEMBANGAN OBAT HERBAL.

Enny Widyanti. (2008). PERANAN MIKROBA TANAH PADA KEGIATAN REHABILITASI LAHAN BEKAS
TAMBANG.

Suyanto Pawiroharsono. (2013). BIOTEKNOLOGI UNTUK KETAHANAN PANGAN KEDELAI : ASPEK


PRODUKSI DAN KONSUMSI.

Hayyundurrotul Faridah, Silvia Kurnia Sari. (2019). PEMANFAATAN MIKROORGANISME DALAM


PENGEMBANGAN MAKANAN HALAL BERBASIS BIOTEKNOLOGI.

Anda mungkin juga menyukai