DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini
terdiri dari asuhan keperawatan pada pasiem dengan benigna prostatic
hyperplasia (BPH).
Penyusun
2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB I: PENDAHULUAN....................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...............................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................5
C. TUJUAN....................................................................................................5
BAB II: ISI............................................................................................................6
A. PENGERTIAN BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA........................6
B. ETIOLOGI BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA...............................6
C. PATOFISIOLOGI BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA...................7
D. MANIFESTASI KLINIS BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA.........8
E. DERAJAT BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA...............................9
F. KOMPLIKASI BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA.........................9
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG BENIGNA PROSTATIC
HYPERPLASIA..........................................................................................10
H. PENTALAKSANAAN BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA...........11
BAB III: PEMBAHASAN....................................................................................13
A. CONTOH SOAL KASUS BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA.......13
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BENIGNA
PROSTATIC HYPERPLASIA....................................................................13
BAB IV: PENUTUP..............................................................................................24
A. KESIMPULAN.........................................................................................24
B. SARAN......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Benigna prostatic hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar
prostat, yang disebabkan hiperplasia beberapa atau semua komponen
prostat meliputi jaringan kelenjar/jaringan fibromuskular yang
menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Jitowiyono &
Kristiyanasari, 2012). Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit
yang disebabkan oleh penuaan. Tanda klinis BPH biasanya muncul
pada lebih dari 50% laki-laki yang berusia 50 tahun keatas.
Penyebab terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui
secara pasti, namun faktor usia dan hormonal menjadi predisposisi
terjadinya BPH. Beberapa faktor meyebutkan bahwa hiperplasia prostat
sangat erat kaitannya dengan peningkatan DTH (dehidrotestosteron),
peningkatan esterogen-testosteron, interaksi antar sel stroma dan sel
epitel prostat, berkurangnya kematian sel, dan teori stem sel. Faktor lain
yang mempengaruhi BPH adalah latar belakang kondisi penderita
misalnya usia, riwayat keluarga, obesitas, meningkatnya kadar kolesterol
darah, pola makan tinggi lemak hewani, olahraga, merokok, minuman
beralkohol, penyakit Diabetes Mellitus, dan aktifitas seksual.
Pasien BPH akan mengalami gangguan elimasi urine yang akan
menimbulkan gangguan eliminasi urine akut hemoragik post operasi,
struktur pasca operasi, dan infeksi (Haryono, 2013) sehingga dapat
menurunkan aktifitas dan produktivitas pasien. Pasien yang
mengalami hambatan dalam eliminasi urine terkadang memerlukan
tindakan operasi untuk mengatasinya dan mengharuskan mendapatkan
perawatan secara intensive (Kusnadi & Atoilah, 2013).
Selain penatalaksanaan medis, asuhan keperawatan juga penting
untuk mengatasi gangguan eliminasi urine. Salah satu perawatan pasien
BPH yaitu pemasangan kateter jika terjadi retensi urine untuk membantu
pasien berkemih, melakukan progam Bladder Training juga sangat
4
5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan benigna prostatic
hyperplasia?
C. TUJUAN
1. Untuk mendapat gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan Benigna Prostatic Hyperplasia.
5
6
BAB II
ISI
6
7
7
8
8
9
9
1
0
10
1
1
11
1
2
Prostatektomi Retropubik.
Adalah suatu teknik yang lebih umum dibanding pendekatan
suprapubik dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati
kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih
tanpa memasuki kandung kemih. Prosedur ini cocok untuk
kelenjar besar yang terletak tinggi dalam pubis.
Insisi Prostat Transuretral ( TUIP ).
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan
instrumen melalui uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada
prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada
uretra dan mengurangi kontriksi uretra. Cara ini diindikasikan
ketika kelenjar prostat berukuran kecil ( 30 gram/kurang ) dan
efektif dalam mengobati banyak kasus BPH. Cara ini dapat
dilakukan di klinik rawat jalan dan mempunyai angka komplikasi
lebih rendah di banding cara lainnya.
TURP ( TransUretral Reseksi Prostat )
TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat
uretra menggunakan resektroskop. TURP merupakan operasi
tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai efek merugikan
terhadap potensi kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada prostat
yang mengalami pembesaran antara 30-60 gram, kemudian
dilakukan reseksi. Cairan irigasi digunakan secara terus-menerus
dengan cairan isotonis selama prosedur. Setelah dilakukan
reseksi, penyembuhan terjadi dengan granulasi dan reepitelisasi
uretra parsprostatika (Anonim,FKUI,1995), karena pembedahan
tidak mengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini akan
timbul kembali 8-10 tahun kemudian.
12
1
3
BAB III
PEMBAHASAN
13
1
4
B. Diagnosa Keperawatan
1) Pre Operasi
Retensi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik,
pembesaran prostat, dekompensasi otot destrusor dan
14
1
5
C. Intervensi Keperawatan
1) Pre Operasi
1. Retensi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik,
pembesaran prostat, dekompensasi otot destrusor dan
ketidakmapuan kandung kemih untuk berkontraksi secara
adekuat.
Tujuan : Retensi urin berkurang
Kriteria hasil:
15
1
6
N
INTERVENSI RASIONAL
O
Untuk meminimalkan retensi urin
Dorong klien untuk berkemih tiap 2-
1. distensi berlebihan pada vesika
4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.
urinari.
Observasi aliran urin, perhatian
Untuk mengevaluasi obstruksi dan
2. jumlah urin dan kekuatan
pilihan intervensi
pancarannya.
Awasi dan catat waktu serta jumlah Retensi urine meningkatkan tekanan
3. setiap kali berkemih dalam saluran perkemihan yang
dapat mempengaruhi fungsi ginjal
Untuk meningkatkan aliran cairan,
Berikan cairan sampai 3000 ml
meningkatkan perfusi ginjal serta
4. sehari dalam toleransi jantung.
membersihkan ginjal, vesika urinari
dari pertumbuhan bakteri.
Untuk mengurangi spasme vesika
Berikan obat sesuai indikasi
5. urinari dan mempercepat
(antispamodik)
penyembuhan
N INTERVENSI RASIONAL
O
1. Kaji nyeri, perhatikan lokasi dan Untuk menentukan intervensi
intensitas nyeri (1-10). selanjutnya
2. Berikan tindakan kenyamanan Untuk menurunkan tegangan otot,
(sentuhan terapeutik, pengubahan memfokusksn kembali perhatian
16
1
7
N INTERVENSI RASIONAL
O
1. Pantau keluaran urin tiap jam bila Diuresisi yang cepat dapat
diindikasikan. Perhatikan keluaran mengurangkan volume total karena
100-200 ml/. ketidakcukupan jumlah natrium
diabsorbsi tubulus ginjal
2. Pantau masukan dan kaluaran Indikator keseimangan cairan dan
cairan. kebutuhan penggantian.
3. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan Deteksi dini terhadap hipovolemik
peningkatan nadi dan pernapasan, sistemik.
penurunan tekanan darah, diaforesis
dan pucat.
4. Tingkatkan tirah baring dengan Menurunkan kerja jantung
kepala lebih tinggi. memudahkan hemeostatis sirkulasi.
5. Kolaborasi dalam memantau Berguna dalam evaluasi kehilangan
pemeriksaan laboratorium sesuai darah / kebutuhan penggantian.
17
1
8
N INTERVENSI RASIONAL
O
1. Dampingi klien dan bina hubungan Menunjukka perhatian dan
saling percaya. keinginan untuk membantu.
18
1
9
N INTERVENSI RASIONAL
O
1. Dorong klien menyatakan rasa takut Membantu klien dalam
persaan dan perhatian. mengalami perasaan.
2. Kaji ulang proses penyakit, dan Memberikan dasar pengetahuan
pengalaman klien. dimana klien dapat membuat
pilihan informasi terapi.
2) Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi
sekunder pada TUR-P.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang
Kriteria hasil:
Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang.
Ekspresi wajah klien tenang.
Klien menunjukkan ketrampilan relaksasi
No INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan pada klien tentang gejala Klien dapat mendeteksi gajala
dini spasmus kandung kemih. dini spasmus kandung kemih.
2. Pemantauan klien pada interval yang Menentukan terdapatnya
teratur selama 48 jam, untuk spasmus sehingga obat – obatan
mengenal gejala – gejala dini dari bisa diberikan.
spasmus kandung kemih.
3. Jelaskan pada klien bahwa intensitas Memberitahu klien bahwa
nyeri dan frekuensinya akan ketidaknyamanan hanya
berkurang dalam 24 sampai 48 jam. temporer.
4. Beri penyuluhan pada klien agar Mengurang kemungkinan
tidak berkemih ke seputar kateter. spasmus.
5. Ajarkan penggunaan teknik Menurunkan tegangan otot,
relaksasi, termasuk latihan nafas memfokuskan kembali perhatian
dalam dan imajinasi. dan dapat meningkatkan
kemampuan koping.
19
2
0
20
2
1
N INTERVENSI RASIONAL
O
1. Jelaskan pada klien tentang sebab Menurunkan kecemasan klien dan
terjadi perdarahan setelah mengetahui tanda – tanda
pembedahan dan tanda – tanda perdarahan
perdarahan
2. Irigasi aliran kateter jika terdeteksi Gumpalan dapat menyumbat
gumpalan dalm saluran kateter kateter, menyebabkan peregangan
dan perdarahan kandung kemih
3. Sediakan diet makanan tinggi serat Dengan peningkatan tekanan pada
dan memberi obat untuk fosa prostatik yang akan
memudahkan defekasi . mengendapkan perdarahan .
4. Mencegah pemakaian termometer Dapat menimbulkan perdarahan
rektal, pemeriksaan rektal atau prostat .
huknah, untuk sekurang –
kurangnya satu minggu .
5. Pantau traksi kateter: catat waktu Traksi kateter menyebabkan
traksi di pasang dan kapan traksi pengembangan balon ke sisi fosa
dilepas . prostatik, menurunkan perdarahan.
Umumnya dilepas 3 – 6 jam setelah
pembedahan .
6. Observasi: Tanda – tanda vital tiap Deteksi awal terhadap komplikasi,
4 jam, pemasukan dan pengeluaran dengan intervensi yang tepat
21
2
2
N INTERVENSI RASIONAL
O
1. Beri kesempatan pada klien untuk Untuk mengetahui masalah klien.
memperbincangkan tentang pengaruh
TUR – P terhadap seksual.
2. Jelaskan tentang : kemungkinan Kurang pengetahuan dapat
kembali ketingkat tinggi seperti membangkitkan cemas dan
semula dan kejadian ejakulasi berdampak disfungsi seksual.
retrograd (air kemih seperti susu).
3. Mencegah hubungan seksual 3-4 Bisa terjadi perdarahan dan
minggu setelah operasi . ketidaknyamanan.
4. Dorong klien untuk menanyakan Untuk mengklarifikasi kekhatiran
kedokter salama di rawat di rumah dan memberikan akses kepada
sakit dan kunjungan lanjutan . penjelasan yang spesifik.
22
2
3
N INTERVENSI RASIONAL
O
1. Jelaskan pada klien dan keluarga meningkatkan pengetahuan klien
penyebab gangguan tidur dan sehingga mau kooperatif dalam
kemungkinan cara untuk tindakan perawatan .
menghindari.
23
2
4
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Benigna prostatic hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat,
yang disebabkan hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat
meliputi jaringan kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan
penyumbatan uretra pars prostatika Hiperplasia prostat jinak (BPH)
adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Tanda klinis BPH
biasanya muncul pada lebih dari 50% laki-laki yang berusia 50 tahun
keatas. Untuk membuat asuhan keperawatan pada pas
B. SARAN
24
2
5
DAFTAR PUSTAKA
25