Anda di halaman 1dari 7

I.

LANDASAN TEORI

a. PENGERTIAN
Ketuban pecah prematur adalah ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda inpartu dan
selanjutnya. Setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai tanda-tanda inpartu (Ida
Bagus Manuaba 1993).
Ketuban pecah prematur adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan yang terjadi
sebelum satu jam sebelum proses dan tidak memandang usia kehamilan. (Midwivery Volume
2 puline Nac Call Silers).

b. ETIOLOGI
1. Tidak diketahui secara pasti.
2. Servik in kompeten.
3. Ketegangan rahim berlebihan :
- Kelainam ganda.
- Hidramnion.
4. Kelainan letak jam dalam rahim.
a. Letak sunsang.
b. Letak tilang.
5. Kemungkinan kesempitan panggul.
a. Perut gantung.
b. Bagian terendah belum masuk PAP.
c. Cephalo pervis disproporsi.
6. Kelainan kawaan dari selaput ketuban.
7. Infeksi yang membabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

c. PATOFISIOLOGI
Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikal dan vaskularisasi. Bila
terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dan
mengeluaran air ketuban.
Dasar-dasar diagnosa KPP :
Terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas dilakukan pemeriksaan
terferning dan nitrosin test.
Utuk menegakkan diagnsoa KPP dilakukan :

a. Pemeriksaan spesulum untuk mengambil sampel cairan ketuban.


b. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati.
d.

PENATALAKSANAAN
II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata : Nama, Umur, Alamat, Pekerjaan.


2. Keluhan Utama :
Keluarnya cairan yang mendadak disertai bau yang khas banyak atau sedikit (merembes),
warna (jernih, keruh, cairan yang bercampur darah).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Mulainya timbul keluhan (tanggal, jam), upaya yang dilakukan (pergi ke bidan,
R.S, dokter), hasil upaya (pengobatan yang dilakukan).

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pernah terjadi sebelumnya apa tidak.
5. Riwayat Keluarga
Keturunan kembar dalam keluarga. Penyakit keturunan dan menular.
6. Riwayat Menstruasi
HPHT, HPL, Manarche, Siklus, Lamanya, Disminorhea.
7. Riwayat Obstetrik
Riwayat kehamilan sekarang : Terdapat kelainan letak (letak lintang, letak sungsang, letak
normal / kepala).
8. Riwayat Ginekologi
Terdapat infeksi pada daerah genetalia. Infeksi pada daerah serviks.
9. Riwayat Anak : Jumlah anak, jenis persalinan (spontan, operasi, s.c, vacum,
forsep)
10. Riwayat Patososial
- Ibu merasa cemas dengan keadaan ini (karena pengeluaran cairan yang
banyak).
- Kehamilan ini diharapkan oleh suami / keluarga.
11. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : baik / tidak.
TB : < 145 cm.
TTV : Dalam batas normal, kecuali diikuti tanda-tanda infeksi.
Perut : terdapat linea nigra, linea alba, pembesaran perut bisa lebih besar dari usia
kehamilan  gemeli, hidramnion.
Genetalia externa : kurangnya cairan yang banyak, merembes, sedikit dengan bau
yang khas, warna (darah, jernih, keruh)
12. Pemeriksaan Khusus
a. Palpasi
* Leopold I : Tinggi fundos uferi bisa lebih tinggi dari usia kehamilan
(Hidramnion, gemeli) / lebih rendah letak  lintang.
* Leopold II : Teraba 3 bagian besar dengan gemeli teraba kepala /
bokong pada kanan / kiri uterus letak  lintang.
* Leopold III : Teraba 2 balotement  gemeli. Tidak teraba bagian-
bagian janin (kosong)  letak lintang. Teraba bokong 
letak sungsang.
* Leopold IV : Bagian terendah jenis sudah masuk / belum.
b. Abdomen, tidak ada his yang adekuat.
c. Auskultasi
Djj untuk mengetahui kesejahteraan janin.
d. Periksa dalam : terdapat pembukaan pada serviks inkompeten
ketuban bisa positif merembes / negatif. Effesement masih kaku karena tidak
ada tanda-tanda persalinan. Bagian terendah janin.
e. Pemeriksaan panggul : UPL terdapat CPD / tidak
13. Pemeriksaan Penunjang
 Test lakmus / nitrazine test : Merah menjadi biru.
 Pemeriksaan speculum : Untuk mengambil sampel cairn, untuk kultur dan
pemeriksaan bacteriolosis.
 Laboratorium : Leukosit darah meningkat > 15.000 ml3 bila terjadi infeksi
melalui pelvik scor.
 USG : untuk mengaktifkan usia kehamilan dan letak janin.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan keluarnya air ketuban yang keluar
terus menerus.
2. Cemas berhubungan dengan pengeluaran cairan ketuban yang terus menerus
dan banyak.
3. Resiko terjadinya infective berhubungan dengan ketuban pecah.
4. Resiko terjadinya tali pusat membungbung.

C. PERENCANAAN
Dx 1 : Cemas berhubungan dengan pengeluaran cairan ketuban yang terus menerus
dan banyak.
Tujuan : Memberi rasa nyaman sampai dengan partus.
Kriteria hasil : - Pakaian dalam keadaan keling.
- Keluhan px berkurang
Rencana Tindakan :
1. Beri penyuluhan tentang :
- Akibat ketuban pecah dini.
- Perlunya menjaga kebersihan diri.
2. Ganti pakaian px bila basah.
3. Jaga kebersihan diri dan lingkungan.
4. Observasi keluhan px.
5. Observasi pengeluaran pervaginam.
Rasional
1. Px lebih mengerti tentang keadaanya saat ini.
2. Untuk memberikan rasa nyaman px.
3. Agar tidak terjadi infeksi.
4. Untuk mengetahui keadaan px.
5. Agar bisa.

Dx 2 : Cemas berhubungan dengan pengeluaran cairan ketuban yang terus menerus


dan banyak.
Tujuan : Untuk mengurangi kecemasan pada px
Kriteria hasil : - Kecemasan px berkurang / tidak cemas.
- Px mengerti dengan keadaannya saat ini.
Rencana Tindakan :
1. Berikan penjelasan / H. E tentang :
2.Berikan dukungan profesional sesuai indikasi.
3.Anjurkan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Rasional
1. Akibat ketuban pecah dini.
2. Dapat menurunkan stress / cemas.
3. Dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, pasien lebih percaya kepada
kebesarannya.
Dx 3 : Resiko terjadinya infective berhubungan dengan ketuban pecah.
Tujuan : Tidak terjadi infestive (24 jam)
Kriteria hasil : - TTV dalam batas normal (T, S, N, RR).
- Tidak ada keluhan tanda-tanda infektive.
Rencana Tindakan :
1. Beri penyuluhan / H.E tentang :
2. Jaga kebersihan px dan lingkungan.
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotika.
4. Obs. Suhu restal per 4 jam.
5. Obs. Keluhan px

Dx 3: Resiko terjadinya tali pusat membungbung.


Tujuan : Tidak terjadi tali pusat membungbung sampai dengan partus.
Kriteria hasil : - Tali pusat tidak keluar.
- Tidak terjadi gawat janin.

Rencana Tindakan :
1. Beri penjelasan / H.E tentang :
2. Anjurkan px untuk tirah baring (bedrest).
3. Bantu keperluan px.
4. Obs. Pengeluaran pervagiman.
5. Obs. DDJ

D. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini pengolahan dan perwujudan rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi secara optimal.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus melibatkan klien, perawat
dan anggota kesehatan lain. Tujuan evaluasi yaitu untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana tindakan keperawatan tercapai atau tidak, atau timbil masalah baru serta
untuk melaksanakan pengkajian ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, 2001 Media Aesculapius FKUI,
Jakarta.
Lismidar, Proses Keperawatan, 1990, Universitas Indonesia, Jakarta.
Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri, 1998. Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.
Winkjo Satro, Hanafiah, Ilmu Kebidanan, 1992, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai