Anda di halaman 1dari 53

1

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA Tn. N DENGAN DIAGNOSA MEDIS TBC DENGAN
KEBUTUHAN OKSIGENISASI DI RUANG GARDENIA
RSUD DR. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA

Di Susun Oleh:

NAMA : LALA VERONICA


NIM : 2018.C.10a.0974

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
2

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Lala Veronica
NIM : 2018.C.10a.0974
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. N
Dengan TBC dan Kebutuhan Dasar Manusia Pemenuhan
OksigenisasiDi Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan I (PPK I) Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademi Pembimbing Lahan

Nia Pristina,S.Kep.,Ners
Erika Sihombing,S.Kep., Ners

Ketua Program Studi S1 Keperawatan,

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep


3

Kata Pengantar

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada Tn.N Dengan Diagnosa Medis TBC Dan Kebutuhan Dasar Oksigenasi
Diruang Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES EKA
HARAP Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina,.Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES EKA HARAP Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Erika Sihombing,S.Kep., Nersselaku kepala ruang Gardenia RSUD Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah
memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik
manajemen keperawatan di ruang Gardenia.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 1 Juni 2020

Penyusun
4
5

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................i


KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum .........................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................3
1.4.1 Untuk Mahasiswa....................................................................................3
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga.......................................................................3
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit).......................................3
1.4.4 Untuk IPTEK...........................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit............................................................................5
2.1.1 Definisi ...................................................................................................5
2.1.2 Anatomi fisiologi ....................................................................................5
2.1.3 Etiologi ...................................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi ...............................................................................................8
2.1.5 Patofisiologi ............................................................................................9
2.1.6 Manisfestasi Klinis .................................................................................13
2.1.7 Komplikasi ..............................................................................................15
2.1.8 Pemeriksa Penunjang ..............................................................................16
2.1.9 Penatalaksanaan Medis............................................................................17
2.2 Konsep Dasar Manusia............................................................................19
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ..........................................................23
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................23
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................25
2.3.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................25

iii
6

2.3.4 Implementasi Keperawatan ...................................................................26


2.3.5 Evaluasi keperawatan ............................................................................26
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ..............................................................................................27
3.1.2 Identitas Klien ........................................................................................27
3.1.3 Riwayat Kesehatan/Perawatan ...............................................................27
3.1.4 Genogram...............................................................................................28
3.1.5 Pemeriksaan fisik....................................................................................29
3.2 Diagnosa.................................................................................................36
3.3 Rencana Keperawatan ...........................................................................38
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan..............................................40
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..............................................................................................42
4.2 Saran........................................................................................................42
Daftar Pustaka

iv
7

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
P1. Introduksi
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk
batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis (Hiswani,
2004). Penularan melalui perantara ludah atau dahak penderita yang mengandung
basil tuberculosis paru (Depkes RI, 2012). Pengobatan TB paru dapat
dilaksanakan secara tuntas dengan kerjasama yang baik antara penderita TB Paru
3 dan tenaga kesehatan atau lembaga kesehatan, sehingga penyembuhan pasien
dapat dilakukan secara maksimal (Aditama, 2006)
Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien
dan dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari
keluarga yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan
mempengaruhi kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Apabila ini
dibiarkan, dampak yang akan muncul jika penderita berhenti minum obat adalah
munculnya kuman tuberculosis yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi
dan kuman tersebut terus menyebar pengendalian obat tuberculosis akan 4
semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya angka kematian terus bertambah
akibat penyakit tuberculosis (Amin dan Bahar, 2007).
P2. Justifikasi (Pembenarannya, Data WHO, Indonesia, kalteng, Doris)
Menurut WHO Indonesia masuk dalam daftar 30 negara dengan kasus
tuberkulosis tertinggin di dunia.Dari 30 negara tersebut Indonesia menduduki
posisi ke tiga. Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi
yang prevalensinya paling tinggi di dunia.
Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012) sepertiga
populasi dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi Mycobacterium
Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap tahunnya dan
sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal dari
negara berkembang salah satunya Indonesia (Depkes RI, 2012)
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data
per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada
laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei
Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada
perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan
karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya
8

ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-
laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang
merokok.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mencatat pada 2017
penderita tuberkulosis (TB) mencapai 7.560 kasus. Angka kesembuhan dan
keberhasilan pengobatan TB di Kalteng tahun 2017 untuk kuret mencapai 80 persen,
sukses rate mencapai 97 persen, sedangkan target Dinas Kesehatan Kalteng di 2017
sebanyak 85 persen.
Jumlah pasien Tuberkulosis (TBC) RSUD dr Doris Sylvanus pun meningkat tiap
bulannya. Berdasarkan data yang dimiliki pihak RS ini, selama tahun 2017 ada sebanyk
895 pasien. Rinciannya 740 pasien rawat jalan dan rawat inap 151 pasien.
P3. Kronologi Sebab Akibat
Penyebab tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
menyebar di antara manusia melalui percikan ludah yang dilepaskan ke udara melalui
batuk dan bersin.
Penularan TBC bisa terjadi ketika seseorang dengan TB aktif yang batuk, bersin,
berbicara atau meludah. Jika udara yang terkontaminasi bakteri TBC ini terhirup, Anda
memiliki kemungkinan untuk terinfeksi.
Bakteri penyebab TBC yang bermutasi (bisa disebabkan oleh tidak patuhnya
pengobatan), juga bisa membuat tuberkulosis memburuk sehingga mengalami TBC
resistan obat (TB MDR). TB MDR adalah kondisi di mana bakteri tuberkulosis yang ada
di dalam tubuh kebal terhadap reaksi obat TBC. Bila TBC resisten obat terlambat
dideteksi, hal ini menyebabkan penyakit semakin sulit untuk disembuhkan.
P4. Solusi Penanganan Pencegahan
Walaupun sudah menerima pengobatan, pada bulan-bulan awal pengobatan
(biasanya 2 bulan), penderita TBC juga masih dapat menularkan penyakit. Jika Anda
menderita TBC, langkah-langkah di bawah ini sangat berguna untuk mencegah
penularan, terutama pada orang yang tinggal serumah dengan Anda:
- Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, atau kenakan Apabila
menggunakan tisu untuk menutup mulut, buanglah segera setelah digunakan.
- Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
- Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan sering
membuka pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat masuk.
- Jangan tidur sekamar dengan orang lain, sampai dokter menyatakan TBC yang
Anda derita tidak lagi menular
9

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis mengambil
rumusan masalah bagimana cara memberikan asuhan keperawatan kebutuhan dasar
manusia pada pasien dengan khusunya pada Tn. N dengan diagnosa medis TBC dan
dengan kebutuhan dasar manusia diruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan tentang asuhan keperawatan KDM
pada Tn.N yang komprehensif dengan diagnosa Penyakit TBC dan kebutuhan
dasar oksigenisasi di ruang Gardenia RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya ?
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Penyakit TBC?
1.2.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) ?
1.2.2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada pasien
Penyakit TBC dan kebutuhan dasar oksigenasi ?
1.2.2.4 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn.N di ruang
Gardenia RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya ?
1.2.2.5 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan pada
Tn.N di ruang Gardenia RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya
1.2.2.6 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Tn.N di
ruang Gardenia RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya ?
1.2.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn.N di ruang
Gardenia RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya ?
1.2.2.8 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan pada Tn.N di ruang
Gardenia RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya ?
1.1. Manfaat Penulisan
1.1.1. Manfaat Bagi Penulis
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa TBC dengan kebutuhan dasar oksigenisasi.
1.1.2. Manfaat Bagi Klien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mengerti cara perawatan dan menghindari penyebab pada
penyakit secara benar dan bisa melakukan perawatan dirumah dengan mandiri.
1.1.3. Manfaat Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
10

1.1.4. Manfaat Bagi IPTEK.


Dapat berguna sebagai ilmu pengetahuan bagi setiap orang.
11

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis di paru-paru. Kondisi ini, kadang disebut juga
dengan TB paru.
Bakteri tuberkulosis yang menyerang paru-paru menyebabkan gangguan
pernapasan, seperti batuk kronis dan sesak napas. Penderita TBC biasanya juga
mengalami gejala lain seperti berkeringat di malam hari dan demam.
Pengobatan penyakit tuberkulosis biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan
dengan aturan minum obat yang ketat guna mencegah risiko terjadinya resistansi
antibiotik. Jika tidak ditangani dengan segera, TBC dapat berakibat
fatal. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi bagian organ tubuh
lainnya, seperti ginjal, tulang, sendi, kelenjar getah bening, atau selaput otak, kondisi ini
dinamakan dengan TB ekstra paru.
TBC adalah salah satu dari 10 penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada tahun
2018, 10 juta orang terserang penyakit ini, dan 1,5 juta kehilangan nyawa akibat penyakit
ini. Sebanyak 251.000 orang di antaranya adalah penderita HIV/AIDS.
Selain itu, menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 95% kasus
tuberkulosis terjadi di negara berkembang. Orang-orang yang memiliki sistem imun yang
buruk serta kekurangan nutrisi lebih rentan terserang infeksi Mycobacterium tuberculosis.
Namun, angka kejadian penyakit ini terus mengalami penurunan setiap tahunnya.
Sejak tahun 2000-2018, diperkirakan sekitar 58 juta nyawa telah diselamatkan dengan
pengobatan medis yang ada untuk mengatasi penyakit tuberkulosis.
2.1.2 Anatomi Fisiologi (SISTEM PERNAPASAN)

Gambar 2.1.2 Anatomi Fisiologi


12

2.1.2.1 Hidung

Hidung merupakan organ utama saluran pernapasan yang langsung berhubungan


dengan dunia luar yang berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya udara melalui
proses pernapasan. Selain itu hidung juga berfungsi untuk mempertahankan dan
menghangatkan udara yang masuk, sebagai filter dalam membersihkan benda asing yang
masuk dan berperan untuk resonansi suara, sebagai tempat reseptor alfaktorius.
2.1.2.2 Faring

Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan


makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher.
2.1.2.3 Laring

Laring merupakan saluran pernapasan yang terletak antara orofaring dan trakea ,
fungsi dari laring adalah sebagai jalan masuknya udara, membersihkan jalan masuknya
makanan ke esofagus dan sebagai produksi suara.
Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
13

- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama
menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
2.1.2.4 Trakea
Trakea merupakan organ tabung antara laring sampai dengan puncak paru,
panjangnya sekitar 10-12 cm, setinggi servikal 6-torakal 5 Disebut juga batang
tenggorokan Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina.
2.1.2.5 Bronkus
Bronkus merupakan cabang dari trakea yang bercabang dua keparu-paru kanan
dan paru-paru kiri.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar diameternya.Bronkus kiri
lebih horizontal, lebih panjang dan lebih sempit.
2.1.2.6 Paru-Paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar berada pada rongga
dada bagian atas, di bagian samping di batasi oleh otot dan rusuk dan di bagianb bawah di
batasi oleh diafragma yang berotot kuat.
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut Terletak dalam rongga dada atau
toraks Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar Setiap paru mempunyai apeks dan basis Paru kanan lebih besar
dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris Paru kiri lebih kecil dan terbagi
menjadi 2 lobus Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai
dengan segmen bronkusnya.
14

2.1.2.7 Alveolus

Merupakan bagian terminal cabang-cabang bronkus dan bertanggung jawab akan


struktur paru-paru yang menyerupai kantong kecil terbuka pada salah satu sisinya dan
tempat pertukaran O2 dan CO2 Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk
satu lembar akan seluas 70 m2
2.1.3. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus,sejenis kuman yang berbentuk batang dengan
ukuran panjang1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm.Sebagian besar kuman terdiri atas asam
lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam(asam alkohol)
sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisis.Kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dingin
(dapat tahan bertaun-tahun dalam lemari es).
Bersifat dormant.Dari sifat dormantin kuman dapat bangkit lagi dan menjadikan
tuberculosis menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan
bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi oksigennya. Dalam hal ini tekanan
bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya,sehingga bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis. (Amin, 2007)
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat
dormant.Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
tuberkulosis aktif kembali.Sifat lain kuman adalah aerob.Sifat ini menunjukkan bahwa
kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya.Dalam hal ini
tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya,sehingga bagian
apikal inimerupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Basil mikro bakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran
napas (dropletinfection) sampai alveoli,maka terjadilah infeksi primer(ghon) selanjutnya
menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks(ranke).
keduanya dinamakan tuberkulosis primer,yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
15

mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh


mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium.
Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pada usia1-3 tahun.Sedangkan yang
disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh
karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik
terhadap basil tersebut.
Faktor predis posisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain:
1). Mereka yang kontak dekat dengan seorangyang mempunyai TB aktif
2). Individu imuno supresif (termasuk lansia,pasien kanker,individu dalam terapi
kartiko teroid atau terinfeksi HIV)
3). Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
4). Individu tanpa perawatan yang ade kuat
16

5). Individu dengan gangguan medis seperti : DM,GGK,penyimpanan gizi,


bypass gatrektomi.
6). Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara,Amerika Latin
Karibia)
7). Individu yang tinggal diinstitusi (Institusi psikiatrik, penjara)
8). Individu yang tinggal didaerah kumuh
2.1.4. Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan
sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru
a. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
1) Tuberkulosis Paru BTA (+)
Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah Sekurang-kurangnya 2
pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen dahak
SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk
berat bila gambaran foto rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru
yang luas.
b. Tuberculosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu:
1) TBC ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
17

2) TBC ekstra-paru berat


Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.
c. Tipe Penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe penderita yaitu:
1) Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
2) Kambuh (Relaps)
Adalah penderita Tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
Tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
3) Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan
kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus
membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).
4) Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan
atau lebih, kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
2.1.5 Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman Dibersinkan atau
dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara.Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2jam,tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet,ventilasi yang buruk dan kelembaban.Dalam suasana lembab dan gelap
kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan.Bila partikel infeksi
ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru-
paru.Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikro
milimeter.
Tuberculosis adalah penyakityang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit(biasanya sel T)
18

adalah imunoresponsif nya.Tipe imunitas seperti ini basanya lokal,melibatkan


makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya.Respon
ini disebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai
unit yang terdiri dari 1-3 basil.Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan
dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit (Dannenberg1981).
Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru- paru
atau dibagian atas lobus bawah,basil tuberkelin ini membangkitkan reaksi
peradangan.Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagos.
19

(WOC B1-B6)
Droplet mengandung micobecterium Udara tercemar micobecterium
tuberkulosae tuberkolosae

Abnormalitas genetik,faktor Kurang terpapar


lingkungan,infeksi virus Terhirup lewat saluran informasi
pernapasan,masuk ke paru-
paru,masuk ke alveoli

Defisit pengetahuan

Proses peradangan tuberkulosis

Mycrobacterium Tuberkulosis

TB Paru

B1 Breathing B2 Blood B3 Brain B4 Bladder B5 Bowel

Infeksi primer Penyebaran/ Konsentrasi Pembesaran Efek


pada Alveoli pembesaran plasma darah kelenjar di hiperventilasi
benjolan area
limfa reproduksi
Mengganggu perfusi Termoregulasi Produksi asam
dan difusi oksigen terganggu Gangguan lambung meningkat
Penyumbatan
Eliminasi
pembuluh darah
Suplai oksigen Merangsang pusat Paristalik usus
menurun termoregulasi di menurun
Aliran darah turun Paralisis
Hipotalamus
faringetal
Gangguan Mual,nyeri
Suplay O2 menurun Hipertemi
Pertukaran Gas lambung
Kesulitan
menelan
Produksi sekret meningkat Iskemik Proses
peradangan Risiko difisit
Penurunan nutrisi
Bersihan jalan nafas Perfusi perifer tidak nafsu makan
tidak efektif efektif Risiko Infeksi
Penurunan energi (ATP
turun) 20

Pergerakan otot Metabolisme Aerob


menurun

Asam laktat meningkat


Intoleransi Aktivitas

Pain

Nyeri Akut/Kronik

B6 Bone

Pelepasan asam
arakidonat pada
hipotalamus

Stimulasi nosiseptor

Nyeri

Gangguan Mobilitas
Fisik
21

2.1.6. Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)


Keluhan yang diraskan pasien pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau
malah banyak ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan .keluhan yang terbanyak:
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang pana
0
badan dapat mencapai 40-41 Celsius. Serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar ,tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbul
demam influenza ini ,sehingga pasien merasa tidak pernah terbeba dari serangan demam
influenza. Keadaan ini sangat terpengaruh oleh daya tahan tubuh pasien dan berat
ringannya infeksi kuman tuberkolosis masuk.
2. Batuk/batuk berdarah
gejala ini bayak ditemukan.batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus.batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena
terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama.mungkin saja batuk baru ada
setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah minggu-mimggu
atau berbulan-bulan peradangan bermula.sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-
produktif) kemudian setelah timbul peradagan menjadi produktif(menghasilkal sputum).
keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuuh darah yang
pecah.kebanyakan batuk darah pada tuberkulusis terjadi pada kavitas,tetapi dapat
juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
1

3. sesak bernafas
pada penyakit ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak
nafas.sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru dan takipneu.
4. nyeri dada
gejala ini agak jarang ditemukan.nyeri dada timbul bila infiltrasinya
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis .terjadi
gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise dan kelelahan
Penyakit tuberculosis bersifat radang menahun, gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan,badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, keringat malam, dll. Selain itu juga terjadi
kselitan tidur pada malam hari (Price, 2005). Gejala malaise ini makin lama
makin berat dan terjadi ilang timbul secara tidak teratur.
2.1.7 Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan
komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini :
pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncet’s arthropathy
2. Komplikasi lanjut :
Obstruksi jalan nafas ; Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOFT),
kerusakan parenkim berat ; SOPT / fibrosis paru, kor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering
terjadi pada TB milier dan kavitas TB.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum sangat penting karena
dengan di ketemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat
di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu
2

datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan
hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu
positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada
pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan
mikroskopik BTA negatif.
c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika diketemukan
bakteri taham asam.
d. Skin test (PPD, Mantoux) Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :
1) indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative atau hasil negative
2) indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan
3) indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif
4) indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat
5) reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan berupa
indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan
antara antibody dan antigen tuberculin
e. Rontgen dada Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru
bagian atas, timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan.
Perubahan yang menunjukkan perkembangan Tuberkulosis meliputi
adanya kavitas dan area fibrosa.
f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan Positif bila terdapat
Mikobakterium Tuberkulosis.
g. Biopsi jaringan paru Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang
mengindikasikan terjadinya nekrosis.
h. Pemeriksaan elektrolit Mungkin abnormal tergantung lokasi dan
beratnya infeksi.
i. Analisa gas darah (AGD) Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat,
dan adanya sisa kerusakan jaringan paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru Turunnya kapasitas vital, meningkatnya
ruang fungsi, meningkatnya rasio residu udara pada kapasitas total paru,
dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim /
fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari
tuberkulosis kronis)
3

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan tuberkulosis paru (TB paru) dapat dibagi menjadi dua fase,
yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Penggunaan obat juga dapat dibagi menjadi
obat utama dan tambahan.
Obat anti tuberkulosis (OAT) yang dipakai sebagai tatalaksana ini pertama
adalah rifampisin, isoniazid, pirazinamid, streptomisin, dan etambutol, yang
tersedia dalam tablet tunggal maupun dalam sediaan dosis tetap (fixed dose
combination). Jenis obat lini kedua adalah kanamisin, kuinolon, dan derivat
rifampisin dan isoniazid.
2.2. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Oksigenisasi
2.2.1 Definisi Oksigenisasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia
atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktifitas.
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap
kali bernapas. (Wartonah Tarwanto,2006)
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia,
dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh.
Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yangat berartibagi tubu, salah satunya
adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin
pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam
pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat
tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat
pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan.
4

2.2.2 Fisiologi
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni : ventilasi, perfusi dan
difusi( Potter & Perry, 2006).
a.Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas kedalam dan keluar
paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan throak yang elastic
dan persarafan yang utuh. Otot pernapasan yang utama adalah diagfragma(Potter
& Perry, 2006). Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-
paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi kare.na
adanya perbedaan tekanan antara intrapleural lebih negative (752 mmHg)
daripada tekanan atmofer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.
b. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir
dalam arteri pulmonaris dri ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru
bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon
dioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah
jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume
darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi
penurunan volume atau tekanan darah sistemik.
c. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi
yang lebih tinggi kedaerah degan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas
pernafasan terjadi di membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat
dipegaruhi oleh ketebalan membrane(Potter & Perry, 2006).
2.2.3 Etiologi
1. Saraf Otonom.
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat
memngaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat
ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis.
5

2. Faktor Perkembangan.
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi karena usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan
anak.
3. Faktor Lingkungan.
Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi,
seperti faktor alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut memengaruhi
kemampuan adaptasi.
4. Faktor Perilaku
Perilaku yang di maksud diantaranya adalah perilaku dalam
mengkonsumsi makanan (status nutrisi), aktivitas yang dapat meningkatkan
kebutuhan oksigenasi, merokok dan lain-lain.
2.2.4 Patofisiologi.
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi adalah proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan
keluar dari dan ke paru-paru, apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka
oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon
jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus.
Proses difusi adalah penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan, yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan
pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan
volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
2.2.5. Manifestasi Klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas
dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior,
frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya
6

pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA,
2011).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS
abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman
nafas (NANDA, 2011).
2.2.6. Komplikasi
1) Penurunan Kesadaran
2) Hipoksia
3) Cemas dan gelisah
2.2.7. Pemeriksaan Diagnaostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu:
1. Elektrokardiogram
Elektrokardiogram ( EKG ) menghasilkan rekaman grfaik aktivitas
listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
2. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secara efisien.
3. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane
kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
4. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler.
5. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
6. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
7

2.2.8. Penatalaksanaan Medis


1. Pemantauan Hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter,
misal: nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian
oksigen jika diperlukan.
4. Penggunaan ventilator mekanik
5. Fisoterapi dada
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
2.3.1.1 Identitas Klien
2.3.1.2 Keluhan Utama
Keluhan utama klien dengan TBC biasanya bervariasi seperti keluhan batuk,
kehilangan nafsu makan , demam dan keringat pada malam hari,batuk
berdarah,kurang berenergi,nyeri dada dan sesak nafas
2.3.1.3 Riwayat penyakit saat ini
Biasanya keluhan hampir sama dengan jenis penyakit TBC lainnya dan
tidak mempunyai awitan (onset) yang khas. Batuk merupakan gejala umum yang
sering kali diabaikan oleh klien dengan TBC, batuk akan timbul lebih sering dan
volume sputum bertambah.
2.3.1.4 Riwayat penyakit sebelumnya
Walaupun tidak terlalu spesifik, biasanya akan didapatkan adanya keluhan
batuk jangka panjang dan penurunan berat badan secara signifikan.
2.3.1.4 Riwayat penyakit keluarga
Terdapat juga bukti bahawa anggota keluarga dari klien dengan TBC
beresiko lebih besar mengalami penyakit ini.
2.3.1.5 Pemeriksaan Fisik (B1-B6)
1. B1 (Breating)
- Inspeksi
8

Secara umum biasanya klien tampak kurus, terlihat batuk, dengan/tanpa


peningkatan produksi sekret. Pergerakan dada biasanya asimetris apabila terjadi
komplikasi efusi pleura dengan hemoragi. Nyeri dada dapat timbul dalam
berbagai bentuk tapi biasanya sebagai rasa sakit atau tidak nyaman akibat
penyebaran neoplastik ke mediastinum. Selain itu, dapat pula timbul nyeri
pleuritis bila terjadi serangan sekunder pada pleura akibat penyebaran neoplastik
atau pneumonia. Gejala-gejala umum seperti anoreksia, lelah, dan berkurangnya
berat badan merupakan gejala-gejala lanjutan.
- Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.
- Perkusi
Pada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor.
- Auskultasi
Didapatkan bunyi stidor lokal, wheezing unilateral didapatkan apabila
karsinoma melibatkan penyempitan bronkun dan ini merupakan tanda khas pada
tumor bronkhus. Penyebaran lokal tumor ke struktur mediastinum dapat
menimbulkan suara serak akibat terangsangnya saraf rekuren, terjadi disfagia
akibat keterlibatan esofagus, dan paralisis hemidiafragma akibat keterlibatan saraf
frenikus. (Alsagaff, 1996 dalam Muttaqin,A, 2008)
2. B2 (Blood)
Perawat perlu memonitor dampak pneumothoraks pada status
kardiovaskular yang meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah
dan pengisian kapiler/CRT.
3. B3 (Brain)
Pada inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Selain itu, diperlukan juga
pemeriksaan GCS, apakah compos mentis, samnolen atau koma.
4. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Perawat perlu memonitor adanya oliguri yang merupakan tanda awal dari syok.
5. B5 (Bowel)
Akibat sesak napas, klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan
nafsu makan dan penurunan berat badan.
9

6. B6 (Bone)
Pada trauma di rusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan otot dan
jaringan lunak dada sehingga meningkatkan risiko infeksi. Klien sering dijumpai
mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari disebabkan adanya
sesak napas, kelemahan dan keletihan fisik secara umum.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Sekret kental
dan sekret darah (D.0001) Hal. 18
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Otot (D.0056)
Hal. 128
3. Nyeri akut berhubungan dengan batuk terus menerus (D.0077) Hal. 172
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi
(D.0111) Hal 246
2.3.3 Intervensi
Dengan adanya Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) maka
perawat dapat menentukan intervensi yang sesuai dengan diagnosis keperawtan
yang telah terstandar sehingga dapat memberikan Asuhan Keparawatan yang
tepat, seragam secara nasional, peka budaya, dan terukur mutu pelayanannya.
Adapun intervensi keperawatan :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Tujuan : Ketidakefektifan jalan nafas hilang dan terkontrol serta
menghindari dari terjadinya Komplikasi
Kriteria hasil :
1. Klien melaporkan hilang atau terkontrol
2. Klien tampak rileks
Intervensi :
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, ferekuensi, kualitas, intensitas nyeri
a. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan.
b. Berikan teknik nonfarmakologis seperti hypnosis, terapi musik, terapi pijat
kompres hangat/dingin dll.
c. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri seperti : suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
10

d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri


e. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
f. Kaloborasi pemberian analgetik, jika perlu
g. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi, tidak mengenal sumber informasi
Tujuan : Pasien dapat menambah pengetahuannya tentang penyakit yang
dialami
Keteria Hasil :
1. Mengetahui penyebab dan faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya
penyakit
2. Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit
3. Mengetahui cara pencegahan komplikasi
4. Melakukan perubahan perilaku yang dapat menyebabkan bertambahnya
penyakit.
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat
sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua
profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan (Setiadi, 2010).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap penilaian
atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.
11

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Identitas Mahasiswa
Nama Mahasiswa : Lala Veronica
NIM : 2018.C.10a.0974
Ruang Praktek : Ruang Gardenia
Tgl Praktek : 1 Juni 2020
Jam Pengkajian : 10:00 WIB

1.2 Pengkajian
1.2.1 Identitas Klien
Nama : Tn.N
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jln. Merbabu 1
TGL MRS : 1Juni 2020
Diagnosa Medis : TBC
1.2.2 Riwayat Kesehatan
1.2.2.1 Keluhan Utama
Klien mengatakan “batuk berdahak yang terus menerus seperti tertusuk-
tusuk,Nyeri dibagian dada dan terjadi ketika batuk”.
1.2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan keluhan batuk terus menerus,batuk berdahak
dirasakan sudah 1 bulan,namun semakain memberat,batuk berdahak kurang lebih
1 bulan, dan keringat malam.Nyeri di bagian dada klien, Tidak ada riwayat trauma
di bagian dada klien. Klien mengatakan ketika batuk klien susah mengeluarkan
dahak.Dirasakan semakin berat dan badan terasa lemah dan di aktivitas di bantu
12

oleh keluarga , klien dibawa keluarga ke RSUD Doris Selvanus Palangkaraya,


disarankan rawat inap untuk dilakukan tindakan. Klien masuk Ruang Gardenia
pada jam 09.00 WIB.
1.2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan telah mengalami sakit TBC dan mengalami keluhan
yang sama sebelumnya.
1.2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada penyakit yang sama di keluarga klien
1.2.2.5 Genogram Keluarga

KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Menikah
= =Tinggal serumah
= Pasien
13

1.2.3 Pemeriksaan Fisik


1.2.3.1 Keadaan umum
Klien tampak sangat lemah, kesadaran klien compos mentis, posisi
berbaring semi fowler, penampilan klien tidak tidak rapi, ekspresi wajah klien
tampak meringis. Pasien terpasang O2 nasal kanul 2 Lpm. Pasien terpasang infus
Nacl 09 % disebelah kanan
1.2.3.2 Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah meringis, bentuk
badan simetris, cara berbaring terlentang tidak dapat bergerak bebas, berbicara
tidak bisa, suasana hati gelisah.
1.2.3.3 Tanda-Tanda Vital
Pada saat pengkajian Suhu klien 36.3oC Axilla, Nadi 78x/menit,
Pernapasan 24x/menit dan Tekanan Darah 90/60 mmHg.
1.2.3.4 Pernafasan (Breathing)
Bentuk dada klien teraba simetris, klien memiliki kebiasaan merokok = ±2
bungkus/hari, klien mengalami batuk sejak ± 1 bulan yang lalu, terdapat
sputum(berwarna kuning dan bercampur darah), batuk tidak efektif, tidak sianosis,
pasien tampak sesak saat aktivitas, nafas klien tersengal-sengal cepat pendek, type
pernapasanan klien tampak menggunakan dada, irama pernapasan tidak teratur
dan suara nafas klien vesikuler, ada ada suara nafas tambahan wheezing.
Masalah Keperawatan :Bersihan jalan nafas tidak efektif
1.2.3.5 Cardiovasculer(Bleeding)
Terdapat nyeri di bagian dada, cappilary refill ≤2 detik, pasien tidak pucat,
tidak ada peningkatan Vena Jugularis, Bunyi Jantung Lup-Dup, irama Reguller.
Masalah Keperawatan: Nyeri akut

1.2.3.6 Persyarafan(Brain)
1. Fungsi cerebral/kortikal
- Tingkat Kesadaran Menurut GCS
E : 4  Klien dapat spontan membuka mata
M : 6  Klien dapat bergerak menurut perintah
14

V : 5  Klien dapat berbicara dengan baik, tidak ada


disorientasi tempat, waktu dan orang.
GCS : 15
Kesadaran compos menthis
- Oraientasi Terhadap Orang, Tempat dan Waktu
Klien merespon ketika dipanggil namanya, klien bisa menyebutkan
nama masing-masing anaknya. Klien mengetahui bahwa ia sedang dirawat di RS.
Doris Sylvanys di Ruang Gardenia, klien mengetahui kapan dia dibawa ke RS.
Doris Sylvanus untuk berobat oleh keluarganya.
- Daya Ingat dan Memori
 Klien dapat mengingat tadi pagi pukul 11.50 WIB klien dibawa
ke UGD untuk diperiksa.
 Klien dapat mengingat sebelum dilakukan pemeriksaan fisik
oleh perawat klien dibantu keluarga berjalan ke WC untuk
buang air kecil.
- Bicara
Klien dapat berbicara dengan baik dan berkomunikasi dengan perawat
dan keluarganya dengan bahasa Indonesia dan bahasa Dayak. Klien dapat
mengulang kata-kata yang diucapkan perawat dan mengerti apa yang diucapkan
perawat.
2. Sistem Saraf Kranial
- Nervus Kranial I : Klien mampu membedakan bau tidak enak dari kopi dan
kayu putih.
- Nervus Kranial II : Klien dapat membaca papan nama perawat dengan benar
pada jarak + 25 cm, lapang pandang klien baik, klien dapat melihat jari tangan
perawat dengan pandangan perifer pada sudut 900C.
- Nervus Kranial III : Reaksi pupil terhadap cahaya miosis, bola mata dapat
digerakan ke dalam dan ke atas, klien dapat mengangkat alis dengan simetris.
- Nervus Kranial IV : Bola mata dapat bergerak ke bawah dan ke luar
- Nervus Kranial V : Otot messeter dapat diraba saat mengunyah, terasa
pergerakan tangan pada kulit kepala, klien dapat merasakan rangsangan halus
dari tissue pada kulit wajah.
15

- Nervus Kranial VI : Bola mata klien dapat digerakan ke arah lateral


- Nervus Kranial VII : Klien dapat merasakan rasa kopi dan gula, klien bisa
tersenyum dan mengerutkan dahi.
- Nervus Kranial VIII : Klien mampu mendengarkan gesekan rambut, dari hasil
tes rinne, webber dan swabach tidak ada kelainan.
- Nervus Kranial IX : Klien dapat menelan dengan baik
- Nervus Kranial X : Klien dapat berbicara dengan baik, uvula terangkat ke atas
saat klien mengatan “aduh”.
- Nervus Kranial XI : Pergerakan rotasi kepala klien baik dapat menahan
tekanan pada kepala, klien tidak dapat menahan tekanan pada bahu dan tidak
dapat mengangkat bahu ke atas dengan baik.
- Nervus Kranial XII : Klien dapat menggerakan lidah ke kiri, kanan, atas dan
bawah
Keluhan lainnya : Klien mengatakan merasa nyeri di bagian dada
Masalah Keperawatan: Nyeri akut
1.2.3.7 Eliminasi Uri ((Bladder)
Produksi urine 1200 ml 4x6/hari warna urine kuning jernih, bau urine
amoniak. Eliminasi Tn. N tidak ada masalah atau lancar keluhan dan masalah
keperawatan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
1.2.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak kering, tidak ada lesi. Gigi
lengkap (atas, bawah, kanan dan kiri) tidak caries, gusi tidak ada peradangan dan
perdarahan, lidah berwana merah muda dan tidak ada peradangan, tidak ada
perdarahan pada mukosa, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak ada keluhan
nyeri pada tenggorokan saat menelan. Palpasi abdomen tidak teraba massa dan
tidak ada nyeri tekan pada abdomen. Tidak ada hemoroid pada rectum. Pasien
BAB 1x sehari warna kuning dan lunak konsistensinya.
1.2.3.9 Tulang-Otot-Integumen(Bone)
Pergerakan Tn. N secara bebas dan tidak terbatas dan ekstremitas bawah
normal pergerakanya ,tidak ada peradangan maupun deformitas pada tulang,
maupun patah tulang.
16

1.2.4 Pola Fungsi Kesehatan


1.2.4.1 Persepsi Klien Dengan Kesehatan dan Penyakit
Pasien mengetahui keadaannya yang sedang tidak sehat dan klien
mengetahui tentang penyakitnya.
1.2.4.2 Nutrisi danMetabolisme
Tinggi badan 160 cm, berat badan sebelum sakit 58 kg, berat badan saat
sakit 45 kg. Tidak kesukaran menelan atau normal.
BB 48 48
= = =21
TB(m) ² (1,5) ² 2,25

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekuensi/hari 3x1 sehari 3-4x1 sehari
Porsi 1 porsi Rumah Sakit 1-2 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis makanan Nasi, lauk, sup, sayur Nasi, sayur, lauk, nasi
dan buah goreng
Jenis minuman Air putih Bebas
Jumlah minuman/cc/24 jam ± 1600cc ± 1800cc
Kebiasaan makan Dibantu perawat dan Mandiri, teratur
keluarga, teratur
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

1.2.4.3 Pola Istirahat dan Tidur


Pasien mengatakan tidur 7 jam/hari dan pasien mengatakan tidak
mengalami gangguan pola tidur.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
1.2.4.4 Kognitif
Pasien dan keluarga sudah mengetahui penyakitnya setelah diberikan
penjelasan dari dokter dan tenaga medis lainnya.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
1.2.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri,
peran)
17

Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini,
klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Klien adalah seorang ayah, klien orang
yang ramah, klien adalah seorang kepala keluarga.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
1.2.4.6 Koping-Toleransi terhadap stress
Klien mengatakan setiap ada masalah pasien selalu menceritakannya
kepada istrinya dan ketika sakit klien mengatakan keluhan sakit kepada keluarga,
perawat dan dokter
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
1.2.4.7 Nilai Pola Keyakinan
Klien dan keluarga mengatakan tidak ada tindakan medis yang
bertentangan dengan keyakinan yangdianut.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
1.2.5 Sosial – Spiritual
1.2.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik meskipun dengan suara yang
pelan.
1.2.5.2 Bahasa Sehari-hari
Bahasa yang digunakan klien sehari-hari, yaitu bahasa Dayak indonesia.
1.2.5.3 Hubungan Dengan Keluarga
Baik, ditandai dengan perhatian yang diberikan oleh keluarga saat Tn. N
dirawat di ruangan Gardenia terlihat keluarga selalumenjenguk.

1.2.5.4 Hubungan Dengan Teman, Keluarga, Petugas Kesehatan dan Orang


Lain.
Klien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungannya sekitar, perawat maupun dokter.
1.2.5.5 Orang Berarti/Terdekat
Klien mengatakan sangat mencintai keluarganya karena selalu
memberikan motivasi kepada pasien.
1.2.5.6 Kegiatan Menggunakan Waktu Luang
18

Klien mengunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama keluarga


dan beristirahat dirumah.
1.2.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, dan Penunjang Lainnya)
Pemeriksaan laboratorium tanggal 1 Juni 2020

Jenis pemeriksaan Hasil 16/02 17/11 21/11 Nilai rujukan


HGB 9.5 9.8 8.6 12 – 16 g/dl
RBC 3.92 3,62 3.37 3,8-5,2 (106/ul)
WBC 12.6 21.29 23.31 4-10 (103/ul)
HCT 28,5 29,3 25.2 36-45 %
MCV 72,7 74,4 74.8 80-86 fl
DARAH MCH 26,3 25.0 25.5 28 -33 pg
MCHC 36,1 33.4 34.1 33-36g/dl
PLT 470 472 467 150-450 (103ul)
Eo - 0.04 0.01 103/ul
Baso - 0.10 0.08 103/ul
Neutr - 18.30 20.64 103/ul
Lymph - 1.97 1.72 103/ul
Mono - 0.88 0.86 103/ul

Pemeriksaan Radiologi tanggal 1 Juni 2020

Tanggal Pemeriksaan Hasil


1- 6-2020 CT-SCAN TB Paru
19

Penatalaksanaan Medis

No Obat/Terapi Medis Dosis Indikasi


1. Infus NaCl 500/24 jam untuk menggantikan cairan tubuh yang
hilang, mengoreksi ketidakseimbangan
elektrolit, dan menjaga tubuh agar tetap
terhidrasi dengan baik.
2. O2 Nasal kanul 2L/m untuk terapi oksigen dengan kebutuhan
oksigen rendah hingga sedang.
3. Inj. Ceftriaxone 2x1 gr Untuk mengatasi infeksi bakteri
4. Inj. Ketorolac 3% Untuk mengatasi rasa nyeri
5. N.asetil sistein 3x1 Untuk mengencerkan dahak yang kental
dan susah keluar
6. Aspirin 500mg 3x1 untuk mengurangi demam dan
meredakan nyeri ringan hingga sedang

Palangkaraya, 1 Juni 2020


Mahasiswa

Lala Veronica
20

Tabel Analisis Data

No DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH


DATA OBYEKTIF PENYEBAB

1 DS : Klien mengatakan batuk Bersihan jalan nafas tidak


berdahak. Peningkatan produksi sekresi efektif.

DO : trakheobronkhial (secret)

1. Klien batuk tidak efektif
Secret susah susah keluar
2. Saat klien bernafas terdapat 
suara tambahan pada bagian
Batuk tidak efektif
dada klien.

3. Klien tampak batuk tidak
Bersihan jalan nafas tidak
efektif.
efektif
4. Sekret (+) putih kekuningan,
kental
5. Pola nafas cepat dan dangkal
(Dyspnea)
6. Penggunaan otot bantu nafas
buatan
7. TTV : TD : 90/60 Menit
N : 78/Menit
S : 36,3oC
RR : 24x/Menit
Hasil Pemeriksaan CT-SCAN :
- Diagnosa medis penyakit
TBC
2 DS : Batuk terus-menerus Nyeri Akut

-Pasien mengatakan nyeri dada

DO :

1. P : Karena batuk terus

menerus

Q : Seperti di tusuk-tusuk

R : Tempat di dada sebelah

kiri
21

S : Skala nyeri 4

T : Terjadi ketika batuk

2. Klien tampak meringis


3 DS : Reaksi Sistematis Intoleransi Aktivitas

-Pasien mengatakan lemas dan Lemah

seluruh aktivitas dibantu orang Intoleransi aktivitas

lain

DO :

1. Klien tampak tidak bisa

beraktivitas sendiri

DS :
4. Defisit Pengetahuan
Kekurangan Pengetahuan
-pasien mengatakan belum

tahu tentang bagaimana

perawatan TB keluarga pasien

mengatakan alat makan masih

dipakai bersama

DO :

1. ketika batuk pasien tidak

mutup mulut, membuang

dahak sembarangan

2. Alat makan masih dipakai

bersama

3. Pasien hanya lulusan SMA


22

3.1 Prioritas Masalah

1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental upaya batuk
buruk di tandai dengan batuk terus menerus terasa seperti tertusuk-tusuk, di bagian
dada,skala nyeri 4 (Sedang),terjadi ketika batuk. TTV : TD= 90/60 menit,N = 78x /
menit,S = 36,3oC.RR= 24 x / menit
2. Nyeri akut berhubungan dengan batuk terus menerus di tandai dengan nyeri di
bagian dada ketika batuk
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot di tandai dengan pasien
tidak bisa melakukan apa-apa
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan yang dii
dapatkan tentang penyakitnya di tandaai oleh pasien tidak mengetahui tentang
penyakitnya dan alat makan masih di pakai bergantian
23

Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Tn. N

Ruangan : Gardenia

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan

Diagnosa 1 Dalam waktu 1x 7 jam 1. Observasi jalan nafas 1. Untuk mengetahui jenis jalan nafas klien
setelah diberikan 2. Monitor bunyi nafas 2. Untuk mengetahui bunyi nafas klien
Bersihan jalan nafas intervensi jalan nafas 3. Monitor sputum 3. Untuk mengetahui sputum dapat
tidak efektif yang kembali efektif dengan 4. Posisikan semi fowler
dikeluarkan
berhubungan dengan kreteria evaluasi: 5. Ajarkan batuk efektif
4. Pemberian posisi semi fowler atau agar
penumpukan secret 1. Keluhan klien 6. Pertahankan kepatenan jalan
nafas. dapat membantu mengurangi sesak napas
di jalan nafas menumpuknya
5. Mengajarkan klien batuk efektif agar
secret berkurang.
2. Bentuk dada dapat mengeluarkan dahak atau seputum
simetris yang ada disaluran pernafasan.
3. Tidak
menggunakan otot
bantu pernapasan
4. Bersihan jalan
nafas normal.

Diagnosa 2 Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi skala nyeri 1. Memberikan informasi dasar dalam
24

Nyeri akut yang keperawatan 1 x 7 jam 2. Identifikasi respon nyeri non menentukan rencana perawat
berhubungan dengan diharapkan masalah nyeri verbal 2. Mengurangi nyeri pada klien
batuk terus menerus
teratasi: 3. Ajarkanteknik nonfarmokologi 3. klien dapat mengatur batuk efektif dengan
di tandai dengan
nyeri dada Dengan kriteria hasil : untuk mengurangi rasa nyeri baik.
1. Skala nyeri = 4 4. Anjurkan memonitor nyeri 4. Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal
Eksperi rileks secara mendiri yang menyenangkan
2. TTV normal 5. Tingkatkan pengetahuan 5. Pengetahuan yang akan dirasakan membantu
3. Pernapasan klien tentang sebab-sebab nyeri, dan mengurangi nyerinya, dan dapat membantu
mulai membaik menghubungkan berapa lama mengembangkan kepatuhan klien terhadap
4. Menidentifikasi nyeri akan berlangsung rencana terapeutik
aktivitas yang 6. Kolaborasi pemberian 6. Obat untuk membantu meredakan rasa nyeri
meningkatkan atau analgesic dan berkurang
menurunkan nyeri
5. Pasien tidak meringis

Diagnosa 3 Tujuan : 1x7 jam di 1. Ajarkan teknik ROM 1. Mengetahui keadaan umum pasien
berikan intervensi 2.Kompres hangat pada 2. ROM dilakukan untuk mencegah
Intoleransi Aktivitas
25

berhubungan dengan intoleransi aktifitas dengan persendiaan kekakuan sendi


kreteria evaluasi: 3. Anjurkan untuk aktifitas yang 3. Agar tidak terjadi kekakuan pada sendi
Kelemahan otot di
tadai dengan pasien 1. Aktivitas dilakukan ringan 4. Untuk melatih pasien supaya dapat
tidakbisa melakukan sendiri tanpa di bantu 4. Kolaborasi dengan tim medis beraktivitas sendiri
apa-apa orang lain dalam pemberan fisioterapi Berfungsi untuk mengoptimalkan / memulihkan
tenaga pasien supaya dapat mentoleransi
aktifitas

1. Berikan informasi tentang


penyakit TB
2. Berikan informasi tentang
perawatan penyakit TB
Diagnosa 4 3. Berikan informasi tentang
1. Mempermudah penyampaian informasi
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan pencegahan penyakit TB
2. Memberikan informasi mengenai penyakit
berhubungan dengan asuhan keperawatan Berikan informasi tentang
26

kurangnya selama 1 x 7 jam penularan penyakit TB


pengetahuan di diharapkan
tandai dengan alat
Dengan kriteria hasil :
makan saling
bergantian dan 1. Pasien dan keluarga tau
membuang dahak tentang perawatan TB
sembarangan
2.Pasien dan keluarga
dapat melakukan
perawatan TB secara
mandiri

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


27

Hari/Tanggal, Implementasi Evaluasi Tanda Tangan dan


Jam Nama Perawat

1. 1 Juni2020, 1. Mengobservasi tanda vital dan pemberian O2 S : Pasien mengatakan secret berkurang Lala Veronica
10:00 WIB O : TD = 120 / 80 mmHg
2. Mengajarkan batuk efektif
N = 80x/menit
3. Atur posisi klien menjadi semi fowler S = 36,3oC
R = 20x/menit
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

2. 1 Juni 2020, 1. Mengidentifikasi factor yang memperberat S : Pasien mengatakan nyeri sudah Lala Veronica
10:50 WIB hilang
dan memperingan nyeri. Memberikan teknik
O :
nonfarmakologis. Terapi music 1. Skala nyeri pasien mulai normal
2. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk 2. Tekanan darah klien sudah normal
mengurangi rasa nyeri. Dapat melakukan secara 3. Nyeri yang dirasakan pasien sudah
mulai membaik
mandiri terapi music (tampak disaat klien
A : Masalah teratasi
merasa nyeri, klien dan keluarga dapat P : Hentikan Intervensi
melakukan terapi music secara mandiri).

3. 1 Juni 2020, 1. 1.Membina hubungan saling percaya kepada S : Pasien mengatakan kelemahan otot Lala Veronica
12:30 WIB klien. berkurang berkurang
A 2. Memberikan lingkungan yang nyaman O : TD = 120/80 mmHg
3. Mengajarkan dan mendukung klien dalam N=80x/menit
28

latihan ROM aktif atau pasif untuk S = 36,3oC


R = 20x/mnt
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan
Pasien dapat beraktifitas mandiri
dan ketahanan otot A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

4. 1 Juni 2020, 1. Memonitor tingkat pengetahuan pasien S : Tn.N mengatakan sudah paham Lala Veronica
12:30 WIB dan keluarga mengenai penyakitnya
2. Mempertahankan pengetahuan pasien O : Pasien dapat mengulang kembali
dan keluarga informasi mengenai penyakit yang
29

3. Memberikan pendidikan kesehatan dideritakannya serta beberapa cara


penanganan secara mandiri dirumah
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
30

BAB IV

Penutup

4.1 Kesimpulan

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang adalah TBC) adalah penyakit


infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis tipe
humanus. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Hasil Pengkajian pada Tn.N Berdasarkan laporan kasus diatas maka penulis
menyimpulkan beberapa hal :
Pengkajian pada pasien TBC dengan kebutuhan dasar oksigenisasi terfokus
pada pengkajian pemenuhan oksigenisasi, pengkajian bersihan jalan nafas tidak
efektif, perkembangan kesembuhan pasien pengetahuan pasien mengenai
penyakitnya.
Diagnosa yang muncul pada laporan kasus ini adalah: Bersihan jaalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret di jalan nafas , Nyeri akut
berhubungan dengan batuk terus-menerus di tandai dengan nyeri dada.Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot di tandai dengan pasien tidak bisa
melakukan apa-apa, dan deficit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan.
Dalam perencanaan keperawatan pada laporan asuhan keperawatan pada
pasien TBC, mengobservasi bunyi nafas, mengatur posisi semi fowler,
mengajarkan batuk efektif, dan melakukan observasi skala nyeri, menganjurkan
perilaku hidup bersih dan sehat, dan menciptakan Implementasi keperawatan
yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah keperawatan yang muncul pada
kasus ini.
4.2 Saran

Disarankan dalam melakukan perawatan atau pencegahan TBC adalah


dengan cara meningkatan daya tahan tubuh dengan memakan makanan yang
bergizi dan selalu jangan lupa minum obat teratur sesuai dengan yang dianjurkan
dokter serta mengatur pola hidup sehat.
31
32

Daftar Pustaka

Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC

Depkes RI. 2011. TBC Masalah Kesehatan Dunia. www.bppsdmk.depkes.go.id.


Tanggal diaskses: 20 Maret 2011.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2017). NANDA Internasional Diagnosis


Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Nanda NIC- NOC .2013 . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis Edisi Revisi Jilid II. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai