Di Susun Oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
Nia Pristina,S.Kep.,Ners
Erika Sihombing,S.Kep., Ners
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada Tn.N Dengan Diagnosa Medis TBC Dan Kebutuhan Dasar Oksigenasi
Diruang Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES EKA
HARAP Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina,.Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES EKA HARAP Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Erika Sihombing,S.Kep., Nersselaku kepala ruang Gardenia RSUD Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah
memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik
manajemen keperawatan di ruang Gardenia.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
4
5
DAFTAR ISI
iii
6
iv
7
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
P1. Introduksi
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk
batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis (Hiswani,
2004). Penularan melalui perantara ludah atau dahak penderita yang mengandung
basil tuberculosis paru (Depkes RI, 2012). Pengobatan TB paru dapat
dilaksanakan secara tuntas dengan kerjasama yang baik antara penderita TB Paru
3 dan tenaga kesehatan atau lembaga kesehatan, sehingga penyembuhan pasien
dapat dilakukan secara maksimal (Aditama, 2006)
Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien
dan dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari
keluarga yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan
mempengaruhi kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Apabila ini
dibiarkan, dampak yang akan muncul jika penderita berhenti minum obat adalah
munculnya kuman tuberculosis yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi
dan kuman tersebut terus menyebar pengendalian obat tuberculosis akan 4
semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya angka kematian terus bertambah
akibat penyakit tuberculosis (Amin dan Bahar, 2007).
P2. Justifikasi (Pembenarannya, Data WHO, Indonesia, kalteng, Doris)
Menurut WHO Indonesia masuk dalam daftar 30 negara dengan kasus
tuberkulosis tertinggin di dunia.Dari 30 negara tersebut Indonesia menduduki
posisi ke tiga. Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi
yang prevalensinya paling tinggi di dunia.
Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012) sepertiga
populasi dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi Mycobacterium
Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap tahunnya dan
sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal dari
negara berkembang salah satunya Indonesia (Depkes RI, 2012)
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data
per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada
laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei
Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada
perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan
karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya
8
ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-
laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang
merokok.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mencatat pada 2017
penderita tuberkulosis (TB) mencapai 7.560 kasus. Angka kesembuhan dan
keberhasilan pengobatan TB di Kalteng tahun 2017 untuk kuret mencapai 80 persen,
sukses rate mencapai 97 persen, sedangkan target Dinas Kesehatan Kalteng di 2017
sebanyak 85 persen.
Jumlah pasien Tuberkulosis (TBC) RSUD dr Doris Sylvanus pun meningkat tiap
bulannya. Berdasarkan data yang dimiliki pihak RS ini, selama tahun 2017 ada sebanyk
895 pasien. Rinciannya 740 pasien rawat jalan dan rawat inap 151 pasien.
P3. Kronologi Sebab Akibat
Penyebab tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
menyebar di antara manusia melalui percikan ludah yang dilepaskan ke udara melalui
batuk dan bersin.
Penularan TBC bisa terjadi ketika seseorang dengan TB aktif yang batuk, bersin,
berbicara atau meludah. Jika udara yang terkontaminasi bakteri TBC ini terhirup, Anda
memiliki kemungkinan untuk terinfeksi.
Bakteri penyebab TBC yang bermutasi (bisa disebabkan oleh tidak patuhnya
pengobatan), juga bisa membuat tuberkulosis memburuk sehingga mengalami TBC
resistan obat (TB MDR). TB MDR adalah kondisi di mana bakteri tuberkulosis yang ada
di dalam tubuh kebal terhadap reaksi obat TBC. Bila TBC resisten obat terlambat
dideteksi, hal ini menyebabkan penyakit semakin sulit untuk disembuhkan.
P4. Solusi Penanganan Pencegahan
Walaupun sudah menerima pengobatan, pada bulan-bulan awal pengobatan
(biasanya 2 bulan), penderita TBC juga masih dapat menularkan penyakit. Jika Anda
menderita TBC, langkah-langkah di bawah ini sangat berguna untuk mencegah
penularan, terutama pada orang yang tinggal serumah dengan Anda:
- Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, atau kenakan Apabila
menggunakan tisu untuk menutup mulut, buanglah segera setelah digunakan.
- Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
- Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan sering
membuka pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat masuk.
- Jangan tidur sekamar dengan orang lain, sampai dokter menyatakan TBC yang
Anda derita tidak lagi menular
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis di paru-paru. Kondisi ini, kadang disebut juga
dengan TB paru.
Bakteri tuberkulosis yang menyerang paru-paru menyebabkan gangguan
pernapasan, seperti batuk kronis dan sesak napas. Penderita TBC biasanya juga
mengalami gejala lain seperti berkeringat di malam hari dan demam.
Pengobatan penyakit tuberkulosis biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan
dengan aturan minum obat yang ketat guna mencegah risiko terjadinya resistansi
antibiotik. Jika tidak ditangani dengan segera, TBC dapat berakibat
fatal. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi bagian organ tubuh
lainnya, seperti ginjal, tulang, sendi, kelenjar getah bening, atau selaput otak, kondisi ini
dinamakan dengan TB ekstra paru.
TBC adalah salah satu dari 10 penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada tahun
2018, 10 juta orang terserang penyakit ini, dan 1,5 juta kehilangan nyawa akibat penyakit
ini. Sebanyak 251.000 orang di antaranya adalah penderita HIV/AIDS.
Selain itu, menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 95% kasus
tuberkulosis terjadi di negara berkembang. Orang-orang yang memiliki sistem imun yang
buruk serta kekurangan nutrisi lebih rentan terserang infeksi Mycobacterium tuberculosis.
Namun, angka kejadian penyakit ini terus mengalami penurunan setiap tahunnya.
Sejak tahun 2000-2018, diperkirakan sekitar 58 juta nyawa telah diselamatkan dengan
pengobatan medis yang ada untuk mengatasi penyakit tuberkulosis.
2.1.2 Anatomi Fisiologi (SISTEM PERNAPASAN)
2.1.2.1 Hidung
Laring merupakan saluran pernapasan yang terletak antara orofaring dan trakea ,
fungsi dari laring adalah sebagai jalan masuknya udara, membersihkan jalan masuknya
makanan ke esofagus dan sebagai produksi suara.
Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
13
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama
menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
2.1.2.4 Trakea
Trakea merupakan organ tabung antara laring sampai dengan puncak paru,
panjangnya sekitar 10-12 cm, setinggi servikal 6-torakal 5 Disebut juga batang
tenggorokan Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina.
2.1.2.5 Bronkus
Bronkus merupakan cabang dari trakea yang bercabang dua keparu-paru kanan
dan paru-paru kiri.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar diameternya.Bronkus kiri
lebih horizontal, lebih panjang dan lebih sempit.
2.1.2.6 Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar berada pada rongga
dada bagian atas, di bagian samping di batasi oleh otot dan rusuk dan di bagianb bawah di
batasi oleh diafragma yang berotot kuat.
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut Terletak dalam rongga dada atau
toraks Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar Setiap paru mempunyai apeks dan basis Paru kanan lebih besar
dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris Paru kiri lebih kecil dan terbagi
menjadi 2 lobus Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai
dengan segmen bronkusnya.
14
2.1.2.7 Alveolus
(WOC B1-B6)
Droplet mengandung micobecterium Udara tercemar micobecterium
tuberkulosae tuberkolosae
Defisit pengetahuan
Mycrobacterium Tuberkulosis
TB Paru
Pain
Nyeri Akut/Kronik
B6 Bone
Pelepasan asam
arakidonat pada
hipotalamus
Stimulasi nosiseptor
Nyeri
Gangguan Mobilitas
Fisik
21
3. sesak bernafas
pada penyakit ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak
nafas.sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru dan takipneu.
4. nyeri dada
gejala ini agak jarang ditemukan.nyeri dada timbul bila infiltrasinya
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis .terjadi
gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise dan kelelahan
Penyakit tuberculosis bersifat radang menahun, gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan,badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, keringat malam, dll. Selain itu juga terjadi
kselitan tidur pada malam hari (Price, 2005). Gejala malaise ini makin lama
makin berat dan terjadi ilang timbul secara tidak teratur.
2.1.7 Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan
komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini :
pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncet’s arthropathy
2. Komplikasi lanjut :
Obstruksi jalan nafas ; Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOFT),
kerusakan parenkim berat ; SOPT / fibrosis paru, kor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering
terjadi pada TB milier dan kavitas TB.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum sangat penting karena
dengan di ketemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat
di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu
2
datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan
hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu
positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada
pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan
mikroskopik BTA negatif.
c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika diketemukan
bakteri taham asam.
d. Skin test (PPD, Mantoux) Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :
1) indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative atau hasil negative
2) indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan
3) indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif
4) indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat
5) reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan berupa
indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan
antara antibody dan antigen tuberculin
e. Rontgen dada Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru
bagian atas, timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan.
Perubahan yang menunjukkan perkembangan Tuberkulosis meliputi
adanya kavitas dan area fibrosa.
f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan Positif bila terdapat
Mikobakterium Tuberkulosis.
g. Biopsi jaringan paru Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang
mengindikasikan terjadinya nekrosis.
h. Pemeriksaan elektrolit Mungkin abnormal tergantung lokasi dan
beratnya infeksi.
i. Analisa gas darah (AGD) Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat,
dan adanya sisa kerusakan jaringan paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru Turunnya kapasitas vital, meningkatnya
ruang fungsi, meningkatnya rasio residu udara pada kapasitas total paru,
dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim /
fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari
tuberkulosis kronis)
3
2.2.2 Fisiologi
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni : ventilasi, perfusi dan
difusi( Potter & Perry, 2006).
a.Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas kedalam dan keluar
paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan throak yang elastic
dan persarafan yang utuh. Otot pernapasan yang utama adalah diagfragma(Potter
& Perry, 2006). Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-
paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi kare.na
adanya perbedaan tekanan antara intrapleural lebih negative (752 mmHg)
daripada tekanan atmofer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.
b. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir
dalam arteri pulmonaris dri ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru
bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon
dioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah
jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume
darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi
penurunan volume atau tekanan darah sistemik.
c. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi
yang lebih tinggi kedaerah degan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas
pernafasan terjadi di membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat
dipegaruhi oleh ketebalan membrane(Potter & Perry, 2006).
2.2.3 Etiologi
1. Saraf Otonom.
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat
memngaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat
ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis.
5
2. Faktor Perkembangan.
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi karena usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan
anak.
3. Faktor Lingkungan.
Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi,
seperti faktor alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut memengaruhi
kemampuan adaptasi.
4. Faktor Perilaku
Perilaku yang di maksud diantaranya adalah perilaku dalam
mengkonsumsi makanan (status nutrisi), aktivitas yang dapat meningkatkan
kebutuhan oksigenasi, merokok dan lain-lain.
2.2.4 Patofisiologi.
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi adalah proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan
keluar dari dan ke paru-paru, apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka
oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon
jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus.
Proses difusi adalah penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan, yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan
pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan
volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
2.2.5. Manifestasi Klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas
dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior,
frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya
6
pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA,
2011).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS
abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman
nafas (NANDA, 2011).
2.2.6. Komplikasi
1) Penurunan Kesadaran
2) Hipoksia
3) Cemas dan gelisah
2.2.7. Pemeriksaan Diagnaostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu:
1. Elektrokardiogram
Elektrokardiogram ( EKG ) menghasilkan rekaman grfaik aktivitas
listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
2. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secara efisien.
3. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane
kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
4. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler.
5. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
6. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
7
6. B6 (Bone)
Pada trauma di rusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan otot dan
jaringan lunak dada sehingga meningkatkan risiko infeksi. Klien sering dijumpai
mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari disebabkan adanya
sesak napas, kelemahan dan keletihan fisik secara umum.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Sekret kental
dan sekret darah (D.0001) Hal. 18
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Otot (D.0056)
Hal. 128
3. Nyeri akut berhubungan dengan batuk terus menerus (D.0077) Hal. 172
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi
(D.0111) Hal 246
2.3.3 Intervensi
Dengan adanya Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) maka
perawat dapat menentukan intervensi yang sesuai dengan diagnosis keperawtan
yang telah terstandar sehingga dapat memberikan Asuhan Keparawatan yang
tepat, seragam secara nasional, peka budaya, dan terukur mutu pelayanannya.
Adapun intervensi keperawatan :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Tujuan : Ketidakefektifan jalan nafas hilang dan terkontrol serta
menghindari dari terjadinya Komplikasi
Kriteria hasil :
1. Klien melaporkan hilang atau terkontrol
2. Klien tampak rileks
Intervensi :
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, ferekuensi, kualitas, intensitas nyeri
a. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan.
b. Berikan teknik nonfarmakologis seperti hypnosis, terapi musik, terapi pijat
kompres hangat/dingin dll.
c. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri seperti : suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
10
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Identitas Mahasiswa
Nama Mahasiswa : Lala Veronica
NIM : 2018.C.10a.0974
Ruang Praktek : Ruang Gardenia
Tgl Praktek : 1 Juni 2020
Jam Pengkajian : 10:00 WIB
1.2 Pengkajian
1.2.1 Identitas Klien
Nama : Tn.N
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jln. Merbabu 1
TGL MRS : 1Juni 2020
Diagnosa Medis : TBC
1.2.2 Riwayat Kesehatan
1.2.2.1 Keluhan Utama
Klien mengatakan “batuk berdahak yang terus menerus seperti tertusuk-
tusuk,Nyeri dibagian dada dan terjadi ketika batuk”.
1.2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan keluhan batuk terus menerus,batuk berdahak
dirasakan sudah 1 bulan,namun semakain memberat,batuk berdahak kurang lebih
1 bulan, dan keringat malam.Nyeri di bagian dada klien, Tidak ada riwayat trauma
di bagian dada klien. Klien mengatakan ketika batuk klien susah mengeluarkan
dahak.Dirasakan semakin berat dan badan terasa lemah dan di aktivitas di bantu
12
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Menikah
= =Tinggal serumah
= Pasien
13
1.2.3.6 Persyarafan(Brain)
1. Fungsi cerebral/kortikal
- Tingkat Kesadaran Menurut GCS
E : 4 Klien dapat spontan membuka mata
M : 6 Klien dapat bergerak menurut perintah
14
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini,
klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Klien adalah seorang ayah, klien orang
yang ramah, klien adalah seorang kepala keluarga.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
1.2.4.6 Koping-Toleransi terhadap stress
Klien mengatakan setiap ada masalah pasien selalu menceritakannya
kepada istrinya dan ketika sakit klien mengatakan keluhan sakit kepada keluarga,
perawat dan dokter
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
1.2.4.7 Nilai Pola Keyakinan
Klien dan keluarga mengatakan tidak ada tindakan medis yang
bertentangan dengan keyakinan yangdianut.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
1.2.5 Sosial – Spiritual
1.2.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik meskipun dengan suara yang
pelan.
1.2.5.2 Bahasa Sehari-hari
Bahasa yang digunakan klien sehari-hari, yaitu bahasa Dayak indonesia.
1.2.5.3 Hubungan Dengan Keluarga
Baik, ditandai dengan perhatian yang diberikan oleh keluarga saat Tn. N
dirawat di ruangan Gardenia terlihat keluarga selalumenjenguk.
Penatalaksanaan Medis
Lala Veronica
20
DO : trakheobronkhial (secret)
1. Klien batuk tidak efektif
Secret susah susah keluar
2. Saat klien bernafas terdapat
suara tambahan pada bagian
Batuk tidak efektif
dada klien.
3. Klien tampak batuk tidak
Bersihan jalan nafas tidak
efektif.
efektif
4. Sekret (+) putih kekuningan,
kental
5. Pola nafas cepat dan dangkal
(Dyspnea)
6. Penggunaan otot bantu nafas
buatan
7. TTV : TD : 90/60 Menit
N : 78/Menit
S : 36,3oC
RR : 24x/Menit
Hasil Pemeriksaan CT-SCAN :
- Diagnosa medis penyakit
TBC
2 DS : Batuk terus-menerus Nyeri Akut
DO :
menerus
Q : Seperti di tusuk-tusuk
kiri
21
S : Skala nyeri 4
lain
DO :
beraktivitas sendiri
DS :
4. Defisit Pengetahuan
Kekurangan Pengetahuan
-pasien mengatakan belum
dipakai bersama
DO :
dahak sembarangan
bersama
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental upaya batuk
buruk di tandai dengan batuk terus menerus terasa seperti tertusuk-tusuk, di bagian
dada,skala nyeri 4 (Sedang),terjadi ketika batuk. TTV : TD= 90/60 menit,N = 78x /
menit,S = 36,3oC.RR= 24 x / menit
2. Nyeri akut berhubungan dengan batuk terus menerus di tandai dengan nyeri di
bagian dada ketika batuk
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot di tandai dengan pasien
tidak bisa melakukan apa-apa
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan yang dii
dapatkan tentang penyakitnya di tandaai oleh pasien tidak mengetahui tentang
penyakitnya dan alat makan masih di pakai bergantian
23
Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Tn. N
Ruangan : Gardenia
Diagnosa 1 Dalam waktu 1x 7 jam 1. Observasi jalan nafas 1. Untuk mengetahui jenis jalan nafas klien
setelah diberikan 2. Monitor bunyi nafas 2. Untuk mengetahui bunyi nafas klien
Bersihan jalan nafas intervensi jalan nafas 3. Monitor sputum 3. Untuk mengetahui sputum dapat
tidak efektif yang kembali efektif dengan 4. Posisikan semi fowler
dikeluarkan
berhubungan dengan kreteria evaluasi: 5. Ajarkan batuk efektif
4. Pemberian posisi semi fowler atau agar
penumpukan secret 1. Keluhan klien 6. Pertahankan kepatenan jalan
nafas. dapat membantu mengurangi sesak napas
di jalan nafas menumpuknya
5. Mengajarkan klien batuk efektif agar
secret berkurang.
2. Bentuk dada dapat mengeluarkan dahak atau seputum
simetris yang ada disaluran pernafasan.
3. Tidak
menggunakan otot
bantu pernapasan
4. Bersihan jalan
nafas normal.
Diagnosa 2 Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi skala nyeri 1. Memberikan informasi dasar dalam
24
Nyeri akut yang keperawatan 1 x 7 jam 2. Identifikasi respon nyeri non menentukan rencana perawat
berhubungan dengan diharapkan masalah nyeri verbal 2. Mengurangi nyeri pada klien
batuk terus menerus
teratasi: 3. Ajarkanteknik nonfarmokologi 3. klien dapat mengatur batuk efektif dengan
di tandai dengan
nyeri dada Dengan kriteria hasil : untuk mengurangi rasa nyeri baik.
1. Skala nyeri = 4 4. Anjurkan memonitor nyeri 4. Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal
Eksperi rileks secara mendiri yang menyenangkan
2. TTV normal 5. Tingkatkan pengetahuan 5. Pengetahuan yang akan dirasakan membantu
3. Pernapasan klien tentang sebab-sebab nyeri, dan mengurangi nyerinya, dan dapat membantu
mulai membaik menghubungkan berapa lama mengembangkan kepatuhan klien terhadap
4. Menidentifikasi nyeri akan berlangsung rencana terapeutik
aktivitas yang 6. Kolaborasi pemberian 6. Obat untuk membantu meredakan rasa nyeri
meningkatkan atau analgesic dan berkurang
menurunkan nyeri
5. Pasien tidak meringis
Diagnosa 3 Tujuan : 1x7 jam di 1. Ajarkan teknik ROM 1. Mengetahui keadaan umum pasien
berikan intervensi 2.Kompres hangat pada 2. ROM dilakukan untuk mencegah
Intoleransi Aktivitas
25
1. 1 Juni2020, 1. Mengobservasi tanda vital dan pemberian O2 S : Pasien mengatakan secret berkurang Lala Veronica
10:00 WIB O : TD = 120 / 80 mmHg
2. Mengajarkan batuk efektif
N = 80x/menit
3. Atur posisi klien menjadi semi fowler S = 36,3oC
R = 20x/menit
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
2. 1 Juni 2020, 1. Mengidentifikasi factor yang memperberat S : Pasien mengatakan nyeri sudah Lala Veronica
10:50 WIB hilang
dan memperingan nyeri. Memberikan teknik
O :
nonfarmakologis. Terapi music 1. Skala nyeri pasien mulai normal
2. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk 2. Tekanan darah klien sudah normal
mengurangi rasa nyeri. Dapat melakukan secara 3. Nyeri yang dirasakan pasien sudah
mulai membaik
mandiri terapi music (tampak disaat klien
A : Masalah teratasi
merasa nyeri, klien dan keluarga dapat P : Hentikan Intervensi
melakukan terapi music secara mandiri).
3. 1 Juni 2020, 1. 1.Membina hubungan saling percaya kepada S : Pasien mengatakan kelemahan otot Lala Veronica
12:30 WIB klien. berkurang berkurang
A 2. Memberikan lingkungan yang nyaman O : TD = 120/80 mmHg
3. Mengajarkan dan mendukung klien dalam N=80x/menit
28
4. 1 Juni 2020, 1. Memonitor tingkat pengetahuan pasien S : Tn.N mengatakan sudah paham Lala Veronica
12:30 WIB dan keluarga mengenai penyakitnya
2. Mempertahankan pengetahuan pasien O : Pasien dapat mengulang kembali
dan keluarga informasi mengenai penyakit yang
29
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka