Disusun Oleh :
P1905026
KLATEN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA
A. Definisi
Hemodialisa adalah alat yang digunakan untuk membantu pasien yang ginjalnya
sudah tidak mampu berfungsi dengan baik (Anggraeni, 2017, h110). Hemodialisa
merupakan proses terapi pengganti ginjal dengan menggunakan selaput membran semi
permeabel yang berfungsi seperti nefron sehingga dapat mengeluarkan produk sisa
metabolisme dan mengoreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien
gagal ginjal (Mailani, 2015, h2). Pasien GGK harus menjalani hemodialisa seumur hidup
secara teratur sebelum mendapat ginjal cangkokkan (Armiyati & Rahayu, 2014). Proses
terapi HD memerlukan jangka waktu yang panjang (Mayuda, 2017, h168).
Skema Hemodiaisa
D. Manfaat Hemodialisa
Berikut adalah manfaat hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik : Membuang
sisa produk metabolisme, membuang kelebihan ciran dalam darah, mempertahankan
serta mengendalikan system buffer tubuh, dan mengendalikan kadar elektrolit tubuh
(Wijaya & Putri, 2013, h239). Dalam sebuah studi menyatakan bahwa penanganan
penyakit GGK saat ini yang paling banyak dilakukan adalah hemodialisis, sebagai terapi
pilihan untuk menganti fungsi ginjal mengeluarkan zat-zat sisa metabolik beracun serta
kelebihan cairan tubuh. Terapi ini sangat bermanfaat untuk memperpanjang kehidupan
pasien. (Isroin, 2012, h12 ).
E. Lama Hemodialisa
Lama merupakan renang waktu atau durasi sesuatu berlangsung (KBBI, 2017).
Sehingga lama hemodialisa diartikan sebagi rentang waktu pasien menjalani
hemodialisa. Lama hemodialisa dikategorikan menjadi dua yaitu baru dan lama. Kategori
baru jika pasien menjalani hemodialisa ≤1tahun, Kategori lama jika pasien menjalani
hemodialisa >1tahun (Isroin, 2017).
F. Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi hemodialisa dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :
1) Komplikasi akut pada pasien hemodialisa biasanya terjadi hipotensi, rasa mual dan
muntah, nyeri kepala, gatal saat terapi berjalan, hipoksia, hipokalsemia,
hipokalemia, dan disritmia (Challaghan, 2014, h97).
2) Komplikasi kronis pada pasien hemodialisa meliputi trombosit fistula, emboli udara,
infeksi transmisi, kejang, dan penyakit tulang (Challaghan, 2014, h97).
3) Komplikasi fisiologis pada pasien hemodialisa akan terjadi hipervolemia ataupun
hipovolemia yang ditandai dengan perubahan TTV serta perubahan pada CVP dan
pola nafas , hipotensi ataupun hipertensi akibat darah bergerak keluar sirkulasi
menuju sirkulasi dialisis, dan sindrom disequilibrium dialisis yang ditandai dengan
mual muntah dan sakit kepala akibat gelisah dan kacau mental (Wijaya & Putri,
2013, h243).
4) Komplikasi psikologis pada pasien yang menjalani hemodialisis rentan terhadap
masalah emosional seperti stress. Gangguan psikologis yang terjadi pada pasien
gagal ginjal kronik disebabkan oleh karena pembatasan diet dan cairan, keterbatasan
fisik, penyakit terkait, efek samping obat, dan ketergantungan terhadap dialisis.
Gangguan psikologis lain yang sering terjadi pada pasien gagal ginjal diantaranya
yaitu kehilangan memori, konsentrasi rendah, gangguan mental, dan sosial yang
nantinya mengganggu aktifitas sehari-hari. (Mailani, 2015, h2).
G. Komponen Hemodialisa
1. Mesin hemodialisa
Mesin hemodialisa merupakan mesin yang dibuat dengan sistim
komputerisasi yang berfungsi untuk pengaturan dan monitoring yang penting untuk
mencapai adekuasi hemodialisa.
2. Dialiser
Dialiser merupakan komponen penting yang merupakan unit fungsional dan
memiliki fungsi seperti nefron ginjal.Berbentuk seperti tabung yang terdiri dari dua
ruang yaitu kompartemen darah dan kompartemen dialisat yang dipisahkan oleh
membran semi permeabel. Di dalam dialiser cairan dan molekul dapat berpindah
dengan cara difusi, osmosis, ultrafiltrasi, dan konveksi. Dialiser yang mempunyai
permebilitas yang baik mempunyai kemampuan yang tinggi dalam membuang
kelebihan cairan, sehingga akan menghasilkan bersihan yang lebih optimal (Brunner
& Suddarth, 2011; Black, 2015 ).
3. Dialisat
Diasilat merupakan cairan yang komposisinya seperti plasma normal dan
terdiri dari air dan elektrolit, yang dialirkan kedalam dialiser. Dialisat digunakan
untuk membuat perbedaan konsentrasi yang mendukung difusi dalam proses
hemodialisa. Dialisat merupakan campuran antara larutan elektrolit, bicarbonat, dan
air yang berperan untuk mencegah asidosis dengan menyeimbangkan asam basa.
Untuk mengalirkan dialisat menuju dan keluar dari dialiser memerlukan kecepatan
aliran dialisat menuju dan keluar dari dialiser memerlukan kecepatan aliran dialisat
yang disebut Quick Of Dialysate (Qd). Untuk mencapai hemodialisa yang adekuat
Qd disarankan adalah 400-800 mL/menit (Pernefri, 2013).
4. Akses vascular
Akses vascular merupakan jalan untuk memudahkan pengeluaran darah
dalam proses hemodialisa untuk kemudian dimasukkan lagi kedalam tubuh pasien.
Akses yg adekuat akan memudahkan dalam melakukan penusukan dan
memungkinkan aliran darah sebanyak 200-300 mL/menit untuk mendapat hasil yang
optimal. Akses vaskular dapat berupa kanula atau kateter yang dimasukkan ke dalam
lumen pembuluh darah seperti sub clavia, jungularis, atau femoralis. Akses juga
dapat berupa pembuluh darah buatan yang menyambungkan vena dengan arteri yang
disebut Arteorio Venousus Fistula/Cimino (Pernefri, 2013).
5. Quick of blood
Qb adalah banyaknya darah yang dapat dialirkan dalam satuan menit dan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bersihan ureum. Peningkatan Qb
akan meningkatkan peningkatan jumlah ureum yang dikeluarkan sehingga bersihan
ureum juga meningkat. Dasar peningkatan aliran (Qb) rata rata adalah 4 kali berat
badan pasien. Qb yang disarankan untuk pasien yang menjalani hemodialisa selama 4
jam adalah 250-400 m/Lmenit (Daugirdas, 2012; Gatot, 2013).
H. Perisapan Alat
a. Alat steril
a. Kassa steril
b. Pengalas
c. Sarung tangan
d. AV blood line
e. Kapas alkohol
f. Kapas steril
b. Alat tidak steril
a. Plester
b. Timbangan
c. Tensimeter
d. Infus set
e. Spuit
I. Perawatan Hemodialisa
1. Perawatan sebelum hemodialisis (Pra HD)
a. Persiapan mesin :
- Listrik - air (sudah melalui pengolahan)
- Saluran pembuangan - Dialyzer (ginjal buatan)
- AV Blood line - AV Fistula/ Abocath
- Infuse set - Spuit 50cc, 5 cc
- Insulin, Heparin Injeksi - Xylocain (anestesi local)
- Nacl 0,90% - Kain Kasa/ Gaas Steril
- Persiapan peralatan & obat2 - Duk steril
- Sarung tangan steril - Bak & mangkuk steril kecil
- Klem, Plester - Desinfektan (alkohol, betadin)
- Gelas ukur - Timbangan BB
- Formulir Hemodialisis - Sirkulasi darah
b. Langkah – langkah:
1) Letakkan GB (ginjal buatan) pada holder dengan posisi merah diatas
2) Hubungkan ujung putih pada ABL dengan GB ujung merah
3) Hubungkan uung putih VBL dengan GB ujung biru, ujung biru VBL
dihubungkan dengan alat penampung/ matkan
4) Letakkan posisi GB terbalik yaitu yang tanda merah dibawah, biru diatas
5) Gantungkan NaCl 0,9% (2-3 Kolf)
6) Pasang inus set pada kolf NaCl
7) Hubungkan ujung infus set dengan ujung merah ABL atau tempat khusus
8) Tutup semua klem yang ada pada slang ABL, VBL, 9untuk hubungan
tekanan arteri, tekanan vena, pemberian obat-obatan)
9) Buka klem ujung dari ABL, VBL dan infus set
10) Jalankan Qb dengan kecapatan kurang lebih dari 100 ml/m
11) Udara yang ada dalam GB harus hilang sampai bebas udara degan cara
menekan nekan VBL
12) Air trap/ bubble trap disisi 2/3 – ¾ bagian
13) Setiap kolf NaCl sesudah/ hendak mengganti kolf baru Qb dimatikan
14) Setelah udara dalam GB habis, hubungkan ujung ABL dengan ujung
VBL, klem tetap dilepas
15) Masukan heparin dalam sirkulasi darah sebanyak 1500-2000 U
16) Jalankan sirkulasi darah dan soaking (melembabkan GB) selama 10- 15
menit sebelum dihubungkan dengan sirkulasi sistemik pasien
Catatan Istilah dalam kegiatan Hemodialisa Persiapan Sirkulasi:
o Rinsing (Membilas GB + VBL + ABL)
o Priming (Mengisi GB + VBL + ABL)
o Soaking (Melembabkan GB)
Cara melembabkan GB yaitu dengan menghubungkan GB dengan sirkulasi
dialisat. Bila mempergunakan dialyzer reuse/ pemakaian GB ulang:
Buang formalin dari kompartemen darah dan kompartemen dialisat
Hubungkan dialyzer dengan selang dialisat biarkan kurang lebih 15 menit
pada posisi rinse.
Test formalin dengan tablet clinitest:
Tampung cairan yang keluar dari dialyzer atau drain ambil 100 tts ( 1/ 2 cc)
masukkan ke dalam tabung gelas, masukan 1 cairan tablet clinitest ke dalam
tabung gelas yang sudah berisi cairan. Lihat reaksi:
Warna biru : - / negatif
Warna hijau : + / positif
Warna kuning : + / positif
Warna coklat : + / positif
Selanjutnya mengisis GB sesuai dengan cara mengisi GB baru.
o Volume priming: darah yang berada dalam sirkulasi (ABL + GB + VBL)
Cara menghitung volume priming :
NaCl yang dipakai membilas dikurangi jumlah Nacl yang ada didalam mat kan
(gelas tampung/ukur). Contoh:
Nacl yang dipakai membilas 1000 cc
Nacl yang ada didalam mat kan : 750 cc
Jadi volume priming : 1000 cc – 750 cc = 250 cc
Persiapan pasien: Persiapan mental, izin hemodialisis, persiapan fisik (timbang
BB, Posisi, Observasi Ku dan ukur TTV)
J. Prosedur Hemodialisa
1. Setting dan priming
2. Soaking
3. Sirkulasi dalam
4. Punksi akses vaskuler
a. Periksa tempat shunt
b. Letakkan alas dan atur posisi klien
c. Bawa alat-alat ke dekat klien
d. Cuci tangan, gunakan handscoon
e. Deinfeksi daerah yang akan dipunksi menggunakan alkohol
f. Ambil fistula dan puncti outlet terlebih dahulu, kemudian sambungkan setelah
darah mengalir hingga ujung selang
g. Lakukan hal yang sama dengan puncti inlet, namun sebelumnya selang dengan
klem biru besar dialiri NaCl 0,9 hingga warna NaCl sedikit berwarna kemerahan
karena tercampur darah
h. Lakukan fiksasi pada daerah penusukan
5. Memulai hemodialisa
a. Setelah punksi selesai, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV blood
line diklem
b. Lakukan reset data untuk menghapus program yang telah dibuat sebelumnya
c. Tentukan program sesuai berat badan klien
d. Tekan tombol UFG , lalu Tekan tombol time left
e. Atur concentrate sesuai kebutuhan klien
f. Tekan tombol temperatur
g. Buat profil sesuai kebutuhan klien
h. Berikan kecepatan aliran darah 250 – 300 rpm
K. Pengkajian
1. Keluhan utama 4. Psikospiritual 9. Pemeriksaan
2. Riwayat penyakit 5. Nutrisi Penunjang
sekarang 6. Eliminasi
3. Riwayat obat- 7. Aktivitas
obatan 8. Pemeriksaan fisik
L. Diagnosa
1. Pre HD
a. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, Hb ≤ 7 gr/dl,
Pneumonitis dan Perikarditis
b. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet cairan berlebih,
retensi cairan & natrium
2. Intra HD
a. Resiko cedera b.d akses vaskuler & komplikasi sekunder terhadap penusukan &
pemeliharaan akses vaskuler.
b. Risiko terjadi perdarahan b.d penggunaan heparin dalam proses hemodialisa
3. Post HD
a. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur
dialisis
b. Resiko infeksi b.d prosedur invasif berulang
M. Intervensi
1. Pre HD
2. Intra HD
Anggraeni, K N., Sarwono B., dan Sunarmi. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Depresi Pada Pasien Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di Unit
Hemodialisa Rumah Sakit Tentara DR Soedjono Magelang. The Soedirman Journal
of Nursing, Volume 12, No.2 Poltekkes Kemenkes Semarang.
http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/692 [Diakses : 25 Februari
2018].
Armiyati, Y., & Rahayu, D A. 2014. Faktor Yang Berkorelasi Terhadap Mekanisme Koping
Pasien CKD Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD Kota Semarang. Prosiding
Seminar Internasional Dan Nasional Universitas Muhmmadiyah
Semarang.http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1220/1273
[Diakses : 17 januari 2020].
Bilotta, kimberly. 2012. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC
Isroin L . 2017. Adaptasi Psikologis Pasien Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal
Edunursing, ISSN : 2549-8207. Vol. 1, No. 1, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo. http://journal.unipdu.ac.id
Mailani, F. 2017. Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis: Systematic Review. Volume11, No1, Maret 2015. ISSN1907-686X.
http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/view/11 [Diakses : 17 januari
2020].
Mayuda, A. Chasani, S., dan Saktini, F. 2017. Hubungan Antara Lama Hemodialisis Dengan
Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Di Rsup Dr.Kariadi Semarang. Jurnal
Kedokteran Diponegoro. Semarang. ISSN Online : 2540-8844 https://ejournal3.
undip.ac.id/index.php/medico/ article/ view/18531 [Diakses : 17 januari 2020].
Mutaqqin, Arif & Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
O’Callaghan, C. 2014. At a Glance Sistem Ginjal. Edisi 2. Jakarta : Erlangga
Suharyanto, T., & Madjid, A. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta : CV Trans Info Media
Wijaya, A S., & Putri, Y M. 2013. KMB Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika