Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Program Profesi
Ners Stage KMB

Dosen Pengampu : Yuyun Solihatin, M.kep., Ns.

Disusun Oleh :

Alsa Nurina Ayuningtias

J2314901033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2023
LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA

A. Pengertian hemodialisa

Hemodialisa adalah suatu metode terapi dialisis yang digunakan untuk


mengeluarkancairan dan produk limbah yang tertimbun dalam darah yang
bersifat toksik ketika secara akut atau secara progresif ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut. Terapi ini dilakukan dengan menggunakan
sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran penyaring semipermeabel
(ginjal buatan) (Wong, 2017).
Hemodialisis adalah proses pembuangan zat zat sisa metabolisme, zat
toksik lainnya melalui membran 2semi permeabel sebagai pemisah antara
darah dan cairan diaksat yang sengaja dibuat dalam dializer (Wijaya dan
Putri, 2017).
Hemodialisis adalah suatu prosedur dimana kotoran dibuang dari dalam
darah melalui ginjal buatan (mesin hemodialisa ) prosedur ini digunakan
untuk mengatasikeadaan dimana ginjal tidak mampu membuang kotoran
tubuh (Des dan Pearle, dalamRatnawati , 2011 ).
Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien
dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek
(beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal
stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi
jangka panjang atau permanen (Suharyanto dan Madjid,2009).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hemodialisa
adalah suatutindakan yang digunakan pada klien gagal ginjal untuk proses
pembuangan zat-zat sisa metabolisme, zat toksik dan untuk memperbaiki
ketidakseimbangan elektrolit lainnya melalui membran 2semi permeabel
sebagai pemisah antara darah dan cairan diaksat yang sengaja dibuat dalam
dializer.

B. Tujuan Hemodialisa
Tujuan dilakukannya terapi HD adalah sebagai berikut (Indrasari, 2015):

1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa


metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatin, dan mengeluarkan
cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
2. Mempertahankan kadar serum elektrolit dalam darah, mengoreksi
asidosis, dan mempertahankan kadar bikarbonat dalam darah.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita gagal ginjal
dengan menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program
pengobatan yang lain.
Menurut Havena dan Terra, 2005 Hemodialisis mempunyai tujuan,
tujuannya adalah untuk membuang produk metabolisme protein yaitu urea,
kreatinin dan asam urat, membuang air yang berlebihan dalam tubuh,
memperbaiki dan mempertahankan sistem buffer dan kadar elektrolit tubuh
dan juga memperbaiki status kesehatan penderita.
C. Prinsip HD

Ada tiga prinsip yang mendasari cara kerja terapi HD, yaitu difusi, osmosis
dan ultrafiltrasi. Proses difusi adalah proses berpindahnya zat terlarut ke
dialisat karena adanya perbedaan kadar di dalam darah. Proses osmosis
adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi yaitu perbedaan
osmosilitas dan dialisat. Sedangkan proses ultrafiltrasi adalah proses
berpindahnya zat terlarut dan air karena perbedaan hidrostatikdi dalam
darah dan dialisat.
D. Indikasi HD

Indikasi terapi HD dibedakan menjadi hemodialisis segera


(emergency) danhemodialisis kronis (Daugirdas, dkk, 2015):
1. Hemodialisis segera

Hemodialisis segera merupakan HD yang harus segera


dilakukan, indikasinyaantara lain terjadi kegawatan ginjal seperti pada
keadaan berikut ini :
a. Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi
b. Oligouria (produksi urin < 200 ml/ 12 jam)

c. Anuria (produksi urin < 50 ml/ 12 jam)

d. Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan EKG, biasanya K


>6,5 mmol/l)

e. Asidosis berat (pH < 7,1 atau bikarbonat < 12 meq)

f. Uremia (BUN > 150 mg/dL)

g. Ensefalopati uremikum

h. Perikarditis uremikum

i. Disnatremia berat (Na > 160 mmol/L atau < 115 mmol/L)

j. Hipertermia
2. Indikasi hemodialisis kronis

Hemodialisis kronis merupakan HD yang dikerjakan


berkelanjutan seumur hidup pasien denggan menggunakan mesin HD.
Hemodialisis dimulai jika LFG < 15 ml/menit. Keadaan pasien yang
mempunyai LFG < 15 ml/menit tidak selalu sama sehingga HD mulai
dianggap perlu jika dijumpai salah satu dari hal di bawah ini (Daugirdas,
dkk, 2015):
k. LFG < 15 ml/menit, tergantung gejala klinis

l. Gejala uremia meliputi: letargia, anoreksia, nausea, mual, dan


muntah.

m. Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.

n. Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.

o. Komplikasi metabolik yang refrakter

E. Adekuasi HD

Pencapaian adekuasi hemodialisis diperlukan untuk menilai efektivitas


tindakan hemodialisis yang dilakukan. Hemodialisis yang adekuat akan
memberikan manfaat yangbesar dan memungkinkan pasien penyakit ginjal
tetap bisa menjalani aktivitasnya seperti biasa. Hemodialisis inadekuat
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bersihan ureum yang tidak
optimal, waktu dialisis yang kurang, dan kesalahan dalam pemeriksaan
laboratorium. Untuk mencapai adekuasi hemodialisis, maka besarnya dosis
yang diberikan harus memperhatikan hal-hal berikut (Daugirdas, dkk, 2015)
:
4. Interdialytic Time

Waktu interval atau frekuensi pelaksanaan HD yang berkisar antara


2 kali/mingguatau 3 kali/minggu. Idealnya HD dilakukan 3 kali/minggu
dengan durasi 4-5 jam setiap sesi, akan tetapi di Indonesia dilakukan 2
kali/minggu dengan durasi 4-5 jam.
5. Time of Dialysis

Lama waktu pelaksanaan HD idealnya 10-12 jam perminggu. Bila


HD dilakukan2 kali/minggu maka lama waktu setiap kali HD adalah
5-6 jam, sedangkan biladilakukan 3 kali/minggu maka waktu setiap
kali HD adalah 4-5 jam.
6. Quick of Blood (Blood flow)

Besarnya aliran darah yang dialirkan ke dalam dialiser yaitu antara


200-600 ml/menit. Pengaturan Qb 200ml/menit akan memperoleh
bersihan ureum 150 ml/menit, dan peningkatan Qb sampai 400ml/menit
akan meningkatkan bersihan
ureum 200 ml/menit. Kecepatan aliran darah (Qb) rata-rata adalah 4 kali
berat badan pasien, ditingkatkan secara bertahap selama HD dan
dimonitor setiap jam.
7. Quick of Dialysate (Dialysate flow)

Besarnya aliran dialisat yang menuju dan keluar dari dialiser yang
dapat mempengaruhi tingkat bersihan yang dicapai, sehingga perlu
diatur sebesar 400- 800 ml/menit.
8. Trans membrane pressure
Besarnya perbedaan tekanan hidrostatik antara kompartemen
dialisis (Pd) dan kompartemen darah (Pb) yang diperlukan agar terjadi
proses ultrafiltrasi. Nilainya tidak boleh kurang dari -50 dan Pb harus
lebih besar daripada Pd.
9. Clearance of dialyzer

Klirens menggambarkan kemampuan dialiser untuk membersihkan


darah daricairan dan zat terlarut, dan besarnya klirens dipengaruhi oleh
bahan, tebal, dan luasnya membrane.

F. Alas an melakukan dialysis

Dialisis dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan kelainan fungsi


otak (ensefalopati uremik), perikarditis (peradangan kantong jantung),
asidosis (peningkatan keasaman darah) yang tidak memberikan respon
terhadap pengobatan lainnya, gagal jantung serta hiperkalemia (kadar
kalium yang sangat tinggi dalam darah) dan juga untuk mengambil zat-zat
nitrogen yang bersifat toksik dari dalam tubuh pasien ke dializer tempat
darah tersebut dibersihkandan kemudian dikembalikan ketubuh pasien
(Cahyaningsih, 2009).

G. Akses Sirkulasi Darah

1. Kateter dialisis perkutan yaitu pada vena pulmoralis atau vena


subklavikula

2. Cimino : dengan membuat fistula interna arteriovenosa~ operasi


(LA.Radialis dan V. Sefalika pergelangan tangan) pada tangan non
dominan. Darah dipirau dari A ke V sehingga vena membesar
hubungan ke sistim dialisi dengan 1 jarum di distal (garis arteri) dan
diproksimal (garis vena), lama pemakaian -+ 4 tahun, masalah yang
mungkin timbul: Nyeri pada punksi vena,trombosis, Aneurisme,
kesulitan hemostatik post dialisa, Iskemia tangan. Kontra indikasi :
Penyakit perdarahan, Kerusakan prosedur sebelumnya, Ukuran
pembuluh darah klien/halus.
3. AV Graft : tabung plastik dilingkarkan yang menghubungkan arteri
ke vena.. operasi graf seperti operasi fastula AV, digunakan 2-3
minggu setelah operasi (Wijaya dan Putri, 2017)
H. Prosedur pelaksanaan HD
Hemodialisa dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu
tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompertemen yang
terpisah. Darah pasien dipompa dan dialirkan ke kompartemen yang
dibatasi oleh selaput semipermeabel buatan (artifisial) dengan komposisi
elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung sisa metabolisme
nitrogen. Cairan dialisis dan darah yang terpisah akan mengalami
perubahan konsentrasi karena zat terlarut berpindah dari konsentrasi yang
tinggi ke konsentrasi yang rendah, sampai konsentrasi zat terlarut sama di
kedua kompartemen (difusi). Pada proses dialisis, air juga dapat berpindah
dari kompartemen darah ke konpartemen cairan dialisat dengan cara
menaikkan tekanan hidrostatik negatif pada kompartemen cairan dialisat.
Perpindahan air ini disebut ultrafiltrasi.
Besar pori pada selaput akan menentukan besar molekul zat pelarut
yang berpindah. Molekul dengan berat molekul lebih besar akan berdifusi
lebih lambat dibanding molekul lebih rendah. Kecepatan perpindahan zat
pelarut tersebut makin tinggi bila konsentrasi di kedua kompartemen
makin besar, diberikan tekanan hidrolik dikompartemen darah, dan bila
tekanan osmotik di kompartemen cairan dialisis lebih tinggi. Cairan
dialisis ini mengalir berlawaan arah dengan darah untuk meningkatkan
efisiensi. Perpindahan zat terlarut pada awalnya berlangsung cepat tetapi
kemudian melambat sampai konsentrasinya sama dikedua kompartemen.
(Pudji et al,).

I. Penatalaksanaan pasien yang menjalani Hemodialisa


Pasien hemodialisis harus mendapat asupan makanan yang cukup agar
tetap dalam gizi yang baik. Gizi kurang merupakan prediktor yang penting
untuk terjadinya kematian pada pasien hemodialisis. Status cairan
menentukan kecukupan cairan dan terapi cairan selanjutnya. Status cairan
pada pasien CKD dapat dimanifestasikan dengan pemeriksaan edema,
tekanan darah, kekuatan otot, lingkar lengan atas, nilai IDWG dan
biochemical marker yang meliputi natrium, kalium, kalsium, magnesium,
florida, bikarbonat dan fosfat.
Asupan protein diharapkan 1-1,2 gr/kgBB/hari dengan 50 % terdiri atas
asupan protein dengan nilai biologis tinggi. Asupan kalium diberikan 40-
70 meq/hari. Pembatasan kalium sangat diperlukan, karena itu makanan
tinggi kalium seperti buah- buahan dan umbi-umbian tidak dianjurkan
untuk dikonsumsi. Jumlah asupan cairan dibatasi sesuai dengan jumlah
urin yang ada ditambah insensible water loss. Asupan natrium dibatasi 40-
120 mEq.hari guna mengendalikan tekanan darah dan edema. Asupan
tinggi natrium akan menimbulkan rasa haus yang selanjutnya mendorong
pasien untuk minum. Bila asupan cairan berlebihan maka selama periode
di antara dialisis akan terjadi kenaikan berat badan yang besar (wijaya dan
putri, 2017).
Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau atau sebagian melalui
ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung,
antibiotik, antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk
memastikan agar kadar obat-obatan ini dalam darah dan jaringan dapat
dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik. Resiko timbulnya
efek toksik akibat obat harus dipertimbangkan (Hudak & Gallo, 2010)
J. Komplikasi
Wijaya dan Putri (2017) menjabarkan komplikasi hemodialisa sebagai
berikut:
1. Hipotensi Merupakan komplikasi akut yang sering terjadi, dimana
insiden 15-30%. Dapat disebabkan oleh karena penurunan volume
plasma, disfungsi otonom, vasodilatasi karena energy panas dan obat
anti hipertensi.
2. Kram otot Terjadi 20 % pasien yang menjalankan hemodialisa, dimana
penyebab idiopatik, namun diduga karena kontraksi akut yang dipacu
oleh peningkatan volume ekstrasluler.
Efek samping yang dapat terjadi pada pasien hemodialisa adalah kram
pada otot, pusing lemah, mual, muntah, infeksi pada pembuluh darah,
berkunang-kunang, kelainan ritme jantung, perdarahan, gangguan
pencernaan, untuk pasien dengan gagal ginjal, asupan makanan, dan cairan
akan membuat pasien menjadi lebih sehat, karena didapatkan banyak
pasien gagal ginjal dengan mal nutrisi terutama akibat dari rendahnya
konsumsi makanan, perasaan mual, pembatasan diet, serta pengobatan
yang dapat menyebabkan efek samping saluran pencernaan, oleh karena
itu diperlukan pengaturan diet yang seimbang dan tepat untuk pasien gagal
ginjal (Bayhakki, 2010)

K. Status Cairan Pada Pasien Hemodialisis

Kondisi normal manusia tidak dapat bertahan lama tanpa asupan


cairan dibandingkandengan makanan namun pasien dengan hemodialisis
mengontrol asupan cairan merupakan salah satu masalah yang utama
karena ketidaktepatan dalam mengontrolasupan cairan akan menimbulkan
beberapa komplikasi/perburukan pada kondisi pasien. Tujuan
penatalaksanaan cairan pada pasien yang menjalani hemodialisis adalah
untuk dapat mempertahankan status cairan yang optimal (Barnet & Pinika,
2007). Status cairan merupakan suatu keadaan atau kondisi pada pasien
untuk menentukan kecukupan cairan dan terapi cairan selanjutnya. Status
cairan pada pasien gagal ginjal kronik dapat dimanifestasikan dengan
pemeriksaan edema, tekanan darah, kekuatan otot, lingkar lengan atas,
nilai IDWG dan biochemical marker yang meliputi natrium, kalium,
kalsium,magnesium, florida, bikarbonat dan fosfat (Istanti, 2011).

L. Komponen Hemodialisa

1. Dialyzer / Ginjal Buatan

Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa


metabolisme tubuh, bila fungsi kedua ginjal sudah tidak memadai lagi,
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, mengeluarkan racun-
racun atau toksin yang merupakan komplikasi dari Gagal Ginjal.
Sedangkan fungsi homonal / endokrin tidak dapat diambil alih oleh
ginjal buatan. Dengan demikian ginjal buatan hanya berfungsi sekita
70-80% saja dari ginjal alami yang normal. Macam-macam ginjal
buatan:

a. Paraller-Plate Diyalizer

Ginjal pertama kali ditemukan dan sudah tidak dipakai lagi,


karena darah dalam ginjal ini sangat banyak sekitar 1000cc,
disamping cara menyiapkannya sangat sulit dan membutuhkan
waktu yang lama.

b. Coil Dialyzer

Ginjal buatan yang sudah lama dan sekarang sudah jarang


dipakai kaena volume darah dalam ginjal buatan ini banyak sekitar
300 cc, sehingga bila terjadi kebocoran pada ginjal buatan darah
yang terbuang banyak. Ginjal ini juga memerlukan mesin khusus,
cara menyiapkannya juga memerlukan waktu yang lama.

c. Hollow Fibre Dialyzer\

Ginjal buatan yang sangat banyak saat ini karena volume


darah dalam ginjal buatan sangat sedikit sekitar 60-80 cc,
disamping cara menyiapkannya mudah dan cepat.

M. Durasi Hemodialisa

Waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan kebutuhan


individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4–5 jam dengan frekuensi 2 kali
seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10–15 jam/minggu dengan QB
200–300 mL/menit. Hemodialisa regeluer dikatakan cukup bila
dilaksanakan secara teratur, berkesinambungan, selama 9-12 jam setiap
minggu.

Rata-rata setiap orang memerlukan waktu 9-12 jam dalam sepekan


untuk mencuci seluruh darah yang ada, tetapi karna dianggap terlalu lama
maka dibuat waktu cuci darahnya menjadi 3 kali pertemuan dalam sepekan
dan disetiap pertemuannya dilakukan selama 3-4 jam. Tentu saja akan
berbeda pada setiap orang yang memerlukan cuci darah, hal ini sangat
tergantung dari derajat kerusakan ginjalnya, diet sehari-hari, penyakit lain
yang menyertai dan lain-lain. Sehingga dokterlah yang menentukannya
untuk setiap pasien dengan tepat (Baradero, et al., 2005).

Anda mungkin juga menyukai