OLEH :
Annisa April Liana
NIM P2305093
2022/2023
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hemodialisa
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal
untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah
manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat
lain melalui membran semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada
ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Kusuma &
Nurarif, 2012).
Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisis = pemisahan atau
filtrasi. Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialis yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun
secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Tetapi ini
toksin atau zat beracun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan
dari fungsi ekskresi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK stadium V
dan pada pasien dengan AKI (Acute Kidney Injury) yang memerlukan terapi
B. Tujuan Hemodialisa
terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan ke dalam mesin dialisis. Pada
klien gagal ginjal kronik, tindakan hemodialisis dapat menurunkan risiko kerusakan
organ-organ vital lainnya akibat akumulasi zat toksik dalam sirkulasi, tetapi tindakan
hemodialisis tidak menyembuhkan atau mengembalikan fungsi ginjal secara
permanen. Klien GGK biasanya harus menjalani terapi dialiss sepanjang hidupnya
(biasanya tiga kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam perkali terapi) atau
sampai mendapat ginjal baru melalui transplantasi ginjal (Mutaqin & Sari, 2011).
C. Indikasi Hemodialisa
1. Kegawatan ginjal
7) Ensefalopati uremikum
8) Neuropati/miopati uremikum
9) Perikarditis uremikum
11) Hipertermia
dimulai jika GFR <15 ml/mnt. Keadaan pasien yang mempunyai GFR <15ml/menit
tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai jika dijumpai salah
D. Prinsip Hemodialisis
Seperti pada ginjal, ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu:
1. Proses difusi adalah proses berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar di
2. Proses osmosis adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi yaitu
3. Proses Ultrafiltrasi adalah proses berpindahnya zat dan air karena perbedaan
zat dan air yang berpindah. Pada saat dialisis, pasien, dialiser dan rendaman dialisat
dapat terjadi, misalnya: emboli udara, ultrafiltrasi yang tidak adekuat atau berlebihan
1. Pengkajian Anamnesis
praprosedur
Rasional: mekanisme koping maladaptif terutama pada pasein yang pertama
koping yang positif. Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling sering
pengetahuannya.
consent
tindakan.
memastikan agar kadar obat ini dalam darah dan jaringan dapat
dikeluarkan dari darah pada saat dialisis, oleh karena itu penyesuaian dosis
oleh dokter mungkin diperlukan. Obat-obat yang terikat dengan protein tidak
menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisinya harus dievaluasi dengan
obat antihipertensi diminum pada pagi hari yang sama dengan saat menjalani
2. Pemeriksaan Fisik
tekanan darah biasanya diatas rentang normal. Kondisi ini harus diukur pada
prosedur.
praprosedur
infeksi, trombosis vena subklavia, dan aliran darah yang tidak adekuat.
membaik, atau terdapat cara akses lain. Oleh karena mayoritas pasien
antar sisi atau dihubungkan antara ujung dan sisi pembuluh darah.
darah agar cukup aliran darah yang akan mengalir melalui dialiser.
Segmen arteri fistula digunakan untuk aliran darah arteri dan segmen
didialisis. Untuk menampung aliran darah ini, segmen arteri vena fistula
pembuluh darah yaitu dengan meremas remas bola karet untuk melatih
3) Shunt/ Tandur
pembuluh arteri atau vena dari sapi, materia; gore tex (heterografi) atau
tandur vena safena dari pasien sendiri. Biasanya tandur tersebut dibuat
bila pembuluh darah pasien tidak cocok untuk dijadikan fistula. Tandur
biasanya dipasang pada lengan bawah, lengan atas atau paha bagian
3. Pengkajian Penunjang
hati
F. Perawatan Hemodialisa
a) Persiapan mesin :
b) Langkah – langkah:
4) Letakkan posisi GB terbalik yaitu yang tanda merah dibawah, biru diatas
7) Hubungkan ujung infus set dengan ujung merah ABL atau tempat
khusus
8) Tutup semua klem yang ada pada slang ABL, VBL, 9untuk hubungan
11) Udara yang ada dalam GB harus hilang sampai bebas udara degan cara
13) Setiap kolf NaCl sesudah/ hendak mengganti kolf baru Qb dimatikan
14) Setelah udara dalam GB habis, hubungkan ujung ABL dengan ujung
16) Ganti kolf NaCl dengan baru yang telah diberi heparin 500 U dan klem
infus dibuka
17) Jalankan sirkulasi darah dan soaking (melembabkan GB) selama 10- 15
Tampung cairan yang keluar dari dialyzer atau drain ambil 100 tts ( 1/ 2 cc)
NaCl yang dipakai membilas dikurangi jumlah Nacl yang ada didalam mat
8) Dengn eksternal A-V shunt, desifektan, klem kanula arteri dan vena
12) Bolus heparin inj (dosis awal), fiksasi dan tutup kassa steril
13) Punksi inlet (vena atau arteri femoralis), raba arteri femoralis, tekan arteri
3. Memulai Hemodilasis
c) Semua klem dibuka, kecuali klem infus set 100 ml/m, samoai sirkulasi darah
terisi semua
e) Pompa darah (blood pump stop, sambungkan ujung dari VBL dengan
punksi outlet
f) Fiksasi ABL dan VBL (sehingga pasien tidak sulit untuk bergerak)
h) Jalankan pompa darah dengan Qb = 100 ml/m, setelah 15 menit bisa dinaikan
k) Ukur Td, Nadi setiap 1 jam. Bila keadaan pasien tidak baik/ lemah lakukan
l) Isi formulir HD antara lain: Nama, umur, BB, TD, N, S, P, Tipe GB, cairan
priming yang masuk, makan/ minum, keluhan selama HD, Masalah selama
HD.
Cacatan:
a. Permulaan HD posisi dialyzer terbalik setelah dialyzer bebas udara posisi
b. Pada waktu menghubungkan venous line dengan punksi outlet, udara harus
Mesin:
c. Temperatur : 36 – 400 c
d. TMP, UFR
e. Heparinisasi
Dosis awal : 25 – 50 U/ kg BB
Cara memberikan:
a. Kontinus
selesai
Heparin Umum:
Kontinius:
Intermitten:
Heparinisasi Regional :
Protamin : ....... U
Heparin : Protamin = 100 U : 1 mg
dipasang pada selang sebelum dialyzer. Protamin diberikan atau dipasang pada
Heparinisasi Minimal:
Syarat – syarat:
Banyaknya Nacl yang masuk harus dikeluarkan dari tubuh, bisa dimasukkan ke
Catatan :
d. Tekanan / Pressure:
- Aterial pressure / tekanan arteri: banyaknya darah yang keluar dari tubuh
- Venous pressure/ tekanan vena: lancar atau tidak darah yang masuk ke
dalam.
arterial & venous, dialysate, UFR, Air leak & blood leak, heparinisasi,
Catatan:
Mengakhiri HD:
Persiapan alat:
Kain kassa/ gaas sterl, plester, verband gulung, alkohol/ betadine, antibiotik
Cara Bekerja:
d) Ujung ABL diklem, jarum inlet dicabut, bekas punksi inlet ditekan dengan
e) Hubungkan ujung ABL dengan indus set 50 – 100 cc, 100ml/m Nacl masuk
dijalankan
g) Setelah darah masuk ke tubuh blood pump stop, ujun VBL diklem
h) Jarum outlet dicabut, bekas punksi inlet & outlet ditekan dengan kassa steril
i) Bila perdarahan pada punksi sudah berhenti, bubuhi bekas punksi inlet dan
outlet dengan antibiotik powder, lalu tutup dengan kain kassa/ band aid lalu
pasang verband
Catatan:
3. Bekas punksi femoral lebih lama, setelah peredarahn berhenti, ditekan kembali
2. Sebelum ABL & VBL dilepas dari kanula maka kanula arteri & kanula vena
3. Kanula arteri & vena dibilas dengan Nacl yang diberi 250 U – 300 U heparin inj
6. Fiksasi
7. Pasang balutan dengan sedikit kanula bisa dilihat dari luar untuk mengetahui
8. Bila perdarahan pada pungsi sudah berhenti, bubuhi bekas punksi inlet & outlet
dengan antibiotik powder, lalu tutup dengan kain kassa/band aid lalu pasang
verband
10. Timbang BB
Catatan:
1. Cairan pendorong atau pembilas Nacl sesuai dengan kebutuhan. Kalau perlu
3. Bekas pungsi femoral lebih lama, setelah perdaragan berhenti, ditekan kembali
G. Komplikasi
Hemodialisis merupakan tindakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi
ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit ginjal kronik (PGK)
stadium V atau gagal ginjal kronik (GGK). Walaupun tindakan HD saat ini mengalami
perkembangan yang cukup pesat, namun masih banyak penderita yang mengalami
masalah medis saat menjalani HD. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita
intradialitik terjadi pada 5-40% penderita yang menjalani H reguler. Namun sekitar 5-
15% dari pasien HD tekanan darahnya justru meningkat. Kondisi ini disebut
hipertensi intradialitik atau intradialytic hypertension (HID) (Agarwal dan Light, 2010).
berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi adalah: hipotensi, kram otot, mual
muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil
(Daurgirdas et al., 2007; Bieber dan Himmelfarb, 2013). Komplikasi yang cukup sering
atau HID. Komplikasi yang jarang terjadi adalah sindrom disekuilibrium, reaksi
hemodialisis kronik. Komplikasi kronik yang sering terjadi dapat dilihat pada Tabel
1. Penyakit jantung
2. Malnutrisi
4. Anemia
5. Renal osteodystrophy
6. Neurophaty
7. Disfungsi reproduksi
10. Infeksi
11. Amiloidosis
H. Diagnosis Keperawatan
Pre Hemodialisa
natrium
hipoventilasi
hemoglobin
Intra Hemodialisa
kebutuhan oksigen
Post Hemodialisa
Pre Hemodialisa
Intra Dialisa
Post Hemodialisa
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
SDKI SLKI SIKI
Gangguan Integritas Kulit Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Edukasi Perawatan Kulit
berhubungan dengan perubahan ….., integritas kulit dan jaringan meningkat Observasi
status nutrisi, kelebihan volume dengan kriteria hasil: Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
cairan, perubahan pigmentasi, 1 Elastisitas meningkat dengan skala 5 informasi
ditandai dengan 2 Hidrasi meningkat dengan skala 5 Teraupetik
Data subyektif 3 Perfusi jaringan meningkat dengan skala 5 - Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan
- 4 Pigmentasi abnormal menurun dengan skala 5 - Jadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai
Data obyektif 5 Suhu kulit membaik dengan skala 5 kesepakatan
Kerusakan jaringan atau kulit 6 Tekstur kulit membaik dengan skala 5 - Berikan kesempatan untuk bertanya
Nyeri Edukasi
Perdarahan - Anjurkan menggunakan tabir surya jika berada
Kemerahan diluar rumah
Hematoma - Anjurkan menggunakan pelembab
- Anjurkan melapor jika ada lesi kulit yang tidak biasa
Resiko Infeksi dibuktikan dengan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Pencegahan Infeksi
efek prosedur invasive, adanya ….., Tingakt infeksi menurun dengan kriteria Observasi
kanulasi (akses vascular) hasil: Monitor tanda infeksi local dan sistemik
1 Demam menurun dengan skala 5 Teraupetik
2 Kemerahan menurun dengan skala 5 - Berikan perawatan kulit pada area edema
3 Nyeri menurun dengan skala 5 - Cuci tanagan sebelum dan sesudah kontak dengan
4 Bengkak menurun dengan skala 5 pasien dan lingkungan pasien
5 Kadar sel daraha putih membaik dengan skala - Pertahanakan Teknik aseptic pada pasien beresiko
5 tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
- Anjurkan meningkatakan asupan nutrisi
Resiko Cedera dibuktikan dengan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Pencegahan Perdarahan
adanya akses vascular, hipoksia ….., tingkat cedera menurun dengan kriteria hasil: Observasi
jaringan, kegagalan mekanisme 1 Kejadian cedera menurun dengan skala 5 - Monitor tanda dan gejala perdarahan
pertahanan tubuh, malnutrisi 2 Luka atau lecet menurun dengan skala 5 - Monitor tanda vital ortostatik
3 Tekanan darah membaik dengan skala 5 - Monitor koagulasi
4 Frekuensi nadi membaik dengan skala 5 Terupetik
5 Frekuen nafas membaik dengan skala 5 - Pertahankan bed rest selan perdarahan
- Batasi tindakan invasive jika perlu
Edukasi
- Jelaskan tanda dan bahaya perdarahan
- Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan
vitamin K
- Anjurkan segera melapor bila terjadi pedarahan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika
perlu
Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Beiber, S.D. dan Himmelfarb, J. 2013. Hemodialysis. In: Schrier’s Disease of the Kidney. 9th
edition. Coffman, T.M., Falk, R.J., Molitoris, B.A., Neilson, E.C., Schrier, R.W. editors.
Daugirdas, J.T., Blake, P.G., Ing, T.S. 2007. Handbook of Dialysis. 4th ed. Phildelphia.
Mutaqqin, Arif & Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Kusuma, Hardhi & Amin, Huda Nurarif. (2012). Handbook for Health Student. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnotik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil