Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA

Disusun Oleh

Nama : Ari Wiranta

NIM : 21300008

Semester : 1

Preseptor Akademik : Ns. Indri Puji Lestari, M. Kep

Preseptor Klinik : Oktarina, S. Kep, Ners

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


A. Definisi

Dialisis adalah suatu proses dimana solut dan air mengalami difusi secara pasif melalui
suatu membran berpori dari suatu kompartemen cair menuju komparteneb lainnya. Paad
dialisis, molekul solut berdifusi lewat membran semipermiabel dengan cara mengalir dari sisi
cairan yang lebih pekat (konsentrasi solut lebih tinggi) ke cairan yang lebih encer (konsentrasi
solut lebih rendah) (Nugroho, 2016).
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai pengganti fungsi ginjal untuk
mengeluarkan sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air,
natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, dan zat lainnya melalui membran semi permiabel
sebagai pemisah darah dan cairan dialisa pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi,
osmosi dan ultra filtrasi (Brunner dan Suddart , dalam Rikoyani 2018).
Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah dan dialisis = pemisahan atau filtrasi.
Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialisis yang digunakan untuk mengeluarkan cariran
dan produk limbah dari tubuh seketika secara akut ataupun progresif ginjal tidak mampu
melaksanakan prosesddd tersebut (Muttaqin Arif & Komala, 2019).

1
B. Etiologi
Tindakan hemodialisa dilakukan pada pasien yang menderita gagal ginjal akut dan kronik
akibat dari : azotemia, simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia
berat, kelebihan cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa diatasi,
batu ginjal, dan sindrom hepatorenal (Christin Brooker dalam Muttaqin Arif & Komala,
2019).

C. Tujuan dan Manfaat


Tindakan hemodialisis bertujuan untuk menrunkan risiko kerusakan organ-organ vital
lainnya akibat akumulasi zat toksik dalam sirkulasi, tetapi tindakan hemodialisis tidak
menyembuhkan atau mengembalikan fungsi ginjal secara permanen (Muttaqin Arif &
Komala, 2019).
Menurut Havens dan Terra dalam Manurung (2018) menyatakan bahwa tujuan hemodialisa
adalah :
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.

D. Patofisiologi

Ginjal adalah organ penting bagi hidup manusia yang mempunyai fungsi utama untuk
menyaring / membersihkan darah. Gangguan pada ginjal bisa terjadi karena sebab primer
ataupun sebab sekunder dari penyakit lain. Gangguan pada ginjal dapat menyebabkan
terjadinya gagal ginjal atau kegagalan fungsi ginjal dalam menyaring / membersihkan darah.
Penyebab gagal ginjal dapat dibedakan menjadi gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.
Dialisis merupakan salah satu modalitas pada penanganan pasien dengan gagal ginjal, namun
tidak semua gagal ginjal memerlukan dialisis. Dialisis sering tidak diperlukan pada pasien
dengan gagal ginjal akut yang tidak terkomplikasi, atau bisa juga dilakukan hanya untuk
indikasi tunggal seperti hiperkalemia. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum
melalui hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik terdiri dari keadaan penyakit penyerta
dan kebiasaan pasien. Waktu untuk terapi ditentukan oleh kadar kimia serum dan gejala-
gejala.Hemodialisis biasanya dimulai ketika bersihan kreatin menurun dibawah 10 ml/mnt,
yang biasanya sebanding dengan kadar kreatinin serum 8-10 mge/dL namun demikian yang
lebih penting dari nilai laboratorium absolut adalah terdapatnya gejala-gejala uremia (Christin
Brooker dalam Mutaqin Arif, 2019).

2
E. Pathways

3
F. Prinsip Hemodialisa
Terdapat 3 prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu osmosis, difusi dan
ultrafiltrasi (Brunner & Suddarths dalam Manurung, 2018).
1. Proses difusi
Prosed difusi merupakan proses berpindahnya zat karena adanya perbeaddan kadar di
dalam darah, makin banyak yang berpindah ke dialisat. Pada proses ini toksik dan zat limbah
didalam darah dikeluarkan dengan cara: darah yang memiliki konsentrasi tinggi bergerak
menuju ke darah yang memiliki konsentrasi rendah. Cairan dialisat tersusun dari semua
elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang idela.
2. Proses osmosis
Proses osmosis merupakan proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi yaitu
perbedaan osmolalitas dan dialisat. Pada prinsip ini terjadi pengeluaran air yang
berlebihan. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan;
dengan kata lain, air bergerak dari tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan
yang lebih rendah (cairan dialisat).
3. Proses ultrafiltrasi
Proses ultrafiltrasi merupakan proses berpindahnya zat dan air karena perbedaan
hidrostatik di dalam darah dan dialisat. Ultrafiltrasi dikenal juga dengan meningkatkan
gradien melalui penambahan tekanan negatif. Tekanan negatif yang diterapkan pada alat
ini sebagai pengisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air.Karena pasien tidak
dapat mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mngeluarkan cairan hingga
tercapai isovolemia (keseimbangan cairan).

G. Peralatan Hemodialisa
1. Dialiser atau Ginjal Buatan
Komponen ini terdiri dari membran dialiser yang memisahkan kompartemen darah dan
dialisat. Dialiser bervariasi dalam ukuran, struktur fisik dan tipe membran yang digunakan
untuk membentuk kompartemen darah. Semua factor ini menentukan potensi efisiensi
dialiser, yang mengacu pada kemampuannya untuk membuang air (ultrafiltrasi) dan
produk-produk sisa (klirens).
2. Dialisat atau Cairan dialysis
Dialisat atau “bath” adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit utama dari serum
normal. Dialisat ini dibuat dalam system bersih dengan air keran dan bahan kimia disaring.
Bukan merupakan system yang steril, karena bakteri terlalu besar untuk melewati
membran dan potensial terjadinya infeksi pada pasien minimal. Karena bakteri dari produk
sampingan dapat menyebabkan reaksi pirogenik, khususnya pada membran permeable
yang besar, air untuk dialisat harus aman secara bakteriologis. Konsentrat dialisat biasanya

4
disediakan oleh pabrik komersial. Bath standar umumnya digunakan pada unit kronis,
namun dapat dibuat variasinya untuk memenuhi kebutuhan pasien tertentu.
3. Sistem Pemberian Dialisat
Unit pemberian tunggal memberikan dialisat untuk satu pasien: system pemberian
multiple dapat memasok sedikitnya untuk 20 unit pasien. Pada kedua system, suatu alat
pembagian proporsi otomatis dan alat pengukur serta pemantau menjamin dengan tepat
kontrol rasio konsentrat-air.
4. Asesori Peralatan
Piranti keras yang digunakan pada kebanyakan system dialysis meliputi pompa darah,
pompa infus untuk pemberian heparin, alat monitor untuk pendeteksi suhu tubuh bila
terjadi ketidakamanan, konsentrasi dialisat, perubahan tekanan, udaara, dan kebocoran
darah.
5. Alat-alat kesehatan lainnya:
a. Tempat tidur fungsional
b. Timbangan BB
c. Pengukur TB
d. Stetoskop
e. Termometer
f. Peralatan EKG
g. Set O2 lengkap
h. Suction set
6. Obat-Obatan serta cairan :
a. Obat-obatan hemodialisa : heparin, frotamin, lidocain untuk anestesi.
b. Cairan infus : NaCl 0,9%, Dex 5% dan Dex 10%.
c. Dialisat
d. Desinfektan : alcohol 70%, Betadin, Sodium hypochlorite 5%
e. Obat-obatan emergency

H. Prosedur Hemodialisa
Menurut Smeltzer (2016) prosedur hemodialisis adalah sebagai berikut :
1. Perawatan sebelum hemodialisa
a. Sambungkan selang air dari mesin hemodialisa.
b. Kran air dibuka.
c. Pastikan selang pembuka air dan mesin hemodialisis sudah masuk keluar atau saluran
pembuangan.
d. Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak.
e. Hidupkan mesin.
f. Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit.

5
g. Matikan mesin hemodialisis.
h. Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat.
i. Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin hemodialisis.
j. Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap).
2. Menyiapkan sirkulasi darah
a. Bukalah alat-alat dialisat dari setnya.
b. Tempatkan dialiser pada holder (tempatnya) dan posisi ‘inset’ (tanda merah) diatas dan
posisi ‘outset’ (tanda biru) dibawah.
c. Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung ‘inset’ dari dialiser.
d. Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung ‘outset’ adri dialiser dan tempatkan
buble tap di holder dengan posisi tengah.
e. Set infuse ke botol NaCl 0,9%-500 cc.
f. Hubungkan set infuse ke slang arteri.
g. Bukalah klem NaCl 0,9%. Isi slang arteri sampai keujung selang lalu klem.
h. Memutarkan letak dialiser dengan posisi ‘inset’ dibawah dan ‘ouset’ diatas, tujuannya
agar dialiser bebas dari udara.
i. Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin.
j. Buka klem dari infuse set ABL, UBL.
k. Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/mnt, kemudian naikkan
secara bertahap sampai 200 ml/mnt.
l. Isi buble tap dengan NaCl 0,9% sampai 3/4 cairan.
m. Memberikan tekanan secara intermitten pada UBL untuk mengalirkan udara dari dalam
dialiser, dilakukan sampai dengan dialiser bebas udara (tekanan tidak lebih dari 200
mmHg).
n. Melakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak 500 cc yang
terdapat pada botol (kalf). Sisanya ditampung pada gelas ukur.
o. Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru.
p. Sambungkan ujung biru UBL dengan ujung merah ABL dengan menggunakan
konektor.
q. Menghidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dialiser baru 15-20 menit, untuk
dialiser reuse dengan aliran 200-250 ml/mnt.
r. Mengembalikan posisi dialiser ke posisi semula dimana ‘inset’ diatas dan ‘outset’
dibawah.
s. Menghubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-10 menit siap untuk
dihubungkan dengan pasien (soaking).
3. Persiapan pasien
a. Menimbang berat badan pasien
b. Mengatur posisi pasien.

6
c. Observasi keadaan umum pasien
d. Observasi tanda-tanda vital pasien
e. Melakukan kamulasi fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya
mempergunakan salah satu jalan darah/blood akses seperti dibawah ini:
1) Dengan interval A-V Shunt/fistula simino
2) Dengan eksternal A-V Shunt/schungula.
3) Tanpa 1-2 (vena pulmonalis)

I. Indikasi
Hemodialisa di indikasikan pada pasien dalam keadaan akut yang memerlukan terapi
dialisis jangka pendek atau pasien dengan gagal ginjal tahap akhir yang memerlukan terapi
jangka panjang/permanen (Smeltzer, 2016). Indikasi dilakukan hemodialisa pada penderita
gagal ginjal adalah :
1. Laju filtrasi glomelurus ˂ 15ml/menit
2. Hiperkalemia
3. Kegagalan terapi konservatif
4. Kadar ureum ˃ 200mg.dl
5. Kelebihan cairan
6. Anuria berkepanjangan ˃5x
7. Intoksikasi obat dan zat kimia

J. Komplikasi
Menurut Nursalam dalam Mutaqin Arif (2019) selama tindakan hemodialisa sering sekali
ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain:
1. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai
mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi
(penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
2. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat
natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan
berat cairan.
3. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium,
magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada
pasien hemodialisa.

7
4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-
osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang
mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini.
5. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien
yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan
mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan
faktor risiko terjadinya perdarahan.
7. Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena
hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.
8. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
9. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat
ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

K. Peran Perawat Ruangan Hemodialisa


1. Pre Hemodialisis
Pada pre hemodialisis, kegiatan perawatan meliputi :
a. Menghidupkan mesin, meyediakan alat-alat, memasang alat pada mesin, sirkulasi
cairan nacl pada mesin,
b. Mengawasi penimbangan berat badan pasien,
c. Mengukur suhu badan, mengukur tekanan darah dan menghitung denyut nadi.
2. Intra Hemodialisis
Pada tahap pemasangan alat dan selama pemasangan, kegiatannya meliputi:
a. Desinfeksi daerah penusukan
b. Pemberian anestesi lokal (kalau perlu)
c. Penusukan jarum, pemasukan heparin (bolus)
d. Penyambung jarum pada arteri blood line
e. Menekan tombol BFR, membuka klem venous dan arteri blood line, memprogram
penurunan berat badan, waktu pelaksanaan, venous pressure, kecepatan aliran heparin
dan UFR.
f. Menghubungkan heparin contnous ke sirkulasi, monitoring pernafasan, makan dan
minum, pengaturan posisi tubuh, monitoring alat-alat dan kelancaran sirkulasi darah,
mengukur tekanan darah dan menciptakan suasana ruangan untuk mengisi kegiatan
pasien selama hemodialisis berlangsung.

8
3. Post Hemodialisis
Pada tahap penghentian hemodialisis meliputi :
a. Penghentian aliran darah, mencabut jarum inlet dan menekan bekas tusukan sambil
menunggu sampai aliran darah pada venous blood line habis.
b. Selanjutnya adalah mencabut jarum out line dan menekan bekas tusukan, mengganti
gas bethadine dan fiksasi dengan plester.
c. Setelah penghentian hemodialisis, dilakukan pengukuran tekanan darah, mengukur
suhu, mengawasi penimbangan berat badan, membereskan alat-alat dan dilanjutkan
dengan desinfeksi alat.
d. Semua kegiatan baik pada tahap pre hemodialisis selama pemasangan dan penghentian
hemodialisis dilakukan oleh perawat kecuali penimbangan berat badan dan minum yang
pada beberapa pasien dilakukan sendiri. Disamping itu beberapa pasien telah dapat
melaporkan pada perawat apabila ada ketidakberesan pada mesin atau akses vaskular,
setelah mencoba mengatasi sendiri.
Sistem pencatatan dan pelaporan yang dijalankan dalam bentuk lembaran observasi
pasien yang berisi tentang : TTV sebelum atau selama dan sesudah HD, BB sebelum
dan sesudah HD, dosis heparin, program penurunan BB , priming dan keluhan pasien
setelah HD. Pembuatan rencana perawatan pasien sudah berjalan dimana dalam
pengkajian meliputi data fisik dan psikososial. Data psikososial yang dikaji sebatas
pada adanya rasa cemas dan bosan.

9
L. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata
Kaji biodata mulai dari nama, usia, status, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, No.
RM, Dx.Medik, tanggal masuk, tanggal pengkajian hemodialisis, Penanggung Jawab
(nama, usia, status, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat).
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah
a. Sindrom uremia
b. Mual, muntah, perdarahan GI
c. Pusing, nafas kusmaul, koma
d. Perikarditis, cardiar aritmia
e. Edema, gagal jantung, edema paru
f. Hipertensi.
g. Tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai system tubuh (mual, muntah,
anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi mental), kadar serum yang
meningkat.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium terminal).
d. Riwayat obat-obatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus dievaluasi dengan
cermat. Terapi antihipertensi, yang sering merupakan bagian dari susunan terapi
dialysis, merupakan salah satu contoh di mana komunikasi, pendidikan dan evaluasi
dapat memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan minum obat dan
kapan menundanya. Sebagai contoh, obat antihipertensi diminum pada hari yang sama
dengan saat menjalani hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi selama hemodialisis
dan menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya.
e. Psikospiritual
Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi penyakitnya
yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi masalah financial, kesulitan dalam
mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi,
dipresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. Prosedur kecemasan
merupakan hal yang paling sering dialami pasien yang pertama kali dilakukan
hemodialisis.
f. ADL (Activity Day Life)
1) Nutrisi : pasien dengan hemodialisis harus diet ketat dan pembatasan cairan
masuk untuk meminimalkan gejala seperti penumpukan cairan yang
dapat mengakibatkan gagal jantung kongesti serta edema paru,

10
pembatasan pada asupan protein akan mengurangi penumpukan limbah
nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala, mual muntah.
2) Eliminasi : Oliguri dan anuria untuk gagal
3) Aktivitas : dialisis menyebabkan perubahan gaya hidup pada keluarga. Waktu
yang diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi waktu yang
tersedia untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan
konflik, frustasi. Karena waktu yang terbatas dalam menjalani
aktivitas sehai-hari.
g. Pemeriksaan fisik
1) Berat badan : Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan menurun.
2) Tanda-tanda vital : Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya denyut nadi
dan tekanan darah diatas rentang normal. Kondisi ini harus di
ukur kembali pada saat prosedur selesai dengan
membandingkan hasil pra dan sesudah prosedur.
3) Manifestasi klinik :
a) Kulit : kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik, pruritus atau gatal-gatal
b) Kuku : kuku tipis dan rapuh
c) Rambut: kering dan rapuh
d) Oral : halitosis / faktor uremic, perdarahan gusi
e) Lambung : mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration.
f) Pulmonary : uremic “lung” atau pnemonia
g) Asam basa : asidosis metabolik
h) Neurologic : letih, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan otot : pegal
i) Hematologi : perdarahan
h. Pemeriksaan Penunjang
Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan, dan GFR
4 ml/detik.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre HD
1) Hipervolemia b/d kelebihan asupan cairan d.d berat badan meningkat dalam waktu
singkat. (D.0022)
2) Ansietas b/d krisis situasional d.d gelisah, wajah tegang, bingung, tampak waspada,
ragu/tidak percaya diri dan khawatir. (D.00080)
3) Defisit pengetahuan b/d ketidaktahuan menemukan sumber informasi d.d
menanyakan masalah yang dihadapi. (D.0111)

11
b. Intra HD
1) Hipovolemia b/d kegagalan mekanisme regulasi d.d frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah menurun, nadi teraba lemah. (D.00023)
2) Risiko perdarahan b/d penggunaan heparin dalam proses hemodialisapenggunaan
heparin dalam proses d.d hemodialisa kelembaban kulit, tampak kognitif, tekanan
darah meningkat. (D. 0012)

c. Post HD
1) Risiko Infeksi ditandai dengan kerusakan integritas kulit: Prosedur Invasif.
(D.0142)

3. Rencana Keperawatan (Nursing Planning)


Pre Hemodialisis
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
(SDKI) Hasil (SLKI)

1. Hipervolemia b/d kelebihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen


asupan cairan d.d berat keperawatan selama 3x 24 Hipervolemia (I.03114) :
badan meningkat dalam jam diharapkan kondisi Observasi :
waktu singkat. (D.0022) klien memenuhi kriteria 1. Periksa tanda dan
hasil : gejala hipervolemia
Definisi : Peningkatan 2. Identifikasi
volume cairan Keseimbangan Cairan penyebab
intravaskular, interstisial, (L.03020) : hipervolemia
dan / intraseluler 1. Haluan urin meningkat 3. Monitor status
(5) hemodinamik
Penyebab : 2. Kelembaban mukosa 4. Monitor intake dan
1. Gangguan mekanisme meningkat (5) output
regulasi 3. Edema menurun (5) 5. Monitor tanda
2. Kelebihan asupan 4. Dehidrasi menurun (5) peningkatan tekanan
cairan 5. Tekanan darah membaik onkotik plasma
3. Kelebohan asupan (5) 6. Moniotr kecepatan
natriaum 6. Denyur nadi radial infus secara ketat
4. Gangguan aliran balik membaik (5) 7. Monitor efek
vena 7. Tekanan arteri rata-rata samping diuretik
5. Efek agen famakologis membaik (5)
8. Membran mukosa Terapeutik :
Tanda & Gejala : membaik (5) 1. Timbang berat badan
1. Ortopenea setiap hari pada

12
2. Dipsnea 9. Mata cekung membaik waktu yang sama
3. Edema anasarka/edema (5) 2. Batasi asupan cairan
perifer 10. Tugor kulit membaik dan garam
4. Berat badan meningkat (5) 3. Tinggikan kepala 30-
dalam waktu singkat 11. Berat badan membaik 40°
5. Reflek hepatojugular (5)
positif Edukasi :
6. Distensi vena jugularis 1. Anjurkan melapor
7. Terdengar suara nafas jika haluan urin ˂0,5
tambahan mL/kg/jam dalam 6
8. Hepatomegali jam
9. Kadar Hb/Ht menurun 2. Anjurkan melapor
10. Oliguria jika BB bertambah ˃
11. Intake lebih banyak dari 1 kg sehari
output 3. Ajarka mengukur
12. Kongesti paru dan mencatat asupan
dan haluan cairan
4. Ajarkan cara
membatasi cairan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian diuretik
2. Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretik
3. Kolaborasi
pemberian continous
renal replacement
theraphy (CRRT),
jika perlu
2. Ansietas b/d krisis Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas
situasional d.d gelisah, keperawatan selama 3x 24 (I. 09314)
wajah tegang, bingung, jam diharapkan kondisi Observasi :
tampak waspada, klien memenuhi kriteria 1. Identifikasi saat
ragu/tidak percaya diri dan hasil : tingkat ansietas
khawatir (D.0080) berubah

13
Tingkat ansietas 2. Identifikasi
Definisi : kondisi emosi dan (L.09093) : kemampuan
pengalaman subjektif mengambil
1. Verbalisasi
individu terhadap objek yang kebingungan menurun keputusan
tidak jelas dan spesifik akibat (5) 3. Monitor tanda-tanda
antisipasi bahaya yang 2. Verbalisasi khawatir ansietas
menurun (5)
menungkinkan individu
melakukan tindakan untuk 3. Perilaku gelisah Terapeutik :
menurun (5)
menghadapi ancaman 1. Ciptakan suasana
4. Perilaku tegang
terapeutik untuk
menurun (5)
Penyebab : menumbuhkan
1. Krisis Situasional 5. Anoreksia menurun (5)
6. Konsentrasi membaik kepercayaan
2. Kebutuhan tidak (5) 2. Temani pasien untuk
terpenuhi mengurangi
7. Pola tidur membaik (5)
3. Krisis maturasional kecemasan,
4. Ancaman terhadap konsep jika memungkinkan
diri 3. Gunakan pendekatan
Dukungan sosial (L.
5. Ancaman terhadap yang tenang dan
13113) :
kematian meyakinkan.
1. Bantuan yang
6. Kekhawatiran mengalami 4. Tempatkan barang
ditawarkan oleh orang
kegagalan pribadi yang
lain meningkat (5)
7. Disfungsi system keluarga memberikan
8. Hubungan orang tua-anak kenyamanan
tidak memuaskan 5. Motivasi yang
9. Faktor keturunan memicu kecemasan
(temperamen mudah
teragitasi sejak lahir) Edukasi :
10. Penyalahgunaan zat 1. Jelaskan prosedur,
11. Terpapar bahaya termasuk sensasi
lingkungan (mis. yang mungkin
Toksin, polutan, dan dialami
lainnya). 2. Informasikan secara
12. Kurang terpapar factual mengenai
informasi diagnosis,pengobata
n dan prognosis
Tanda & Gejala : 3. Anjurkan keluarga
1. Merasa bingung untuk tetap bersama
pasien

14
2. Merasa khawatir dengan 4. Latihan kegiatan
akibat dari kondisi yang pengalihan untuk
dihadapi mengurangi
3. Sulit berkonsentrasi ketegangan
4. Tampak gelisah 5. Latihan teknik
5. Tampak tegang relaksasi
6. Sulit tidur
7. Mengeluh pusing
8. Anoreksia
9. Palpitasi
10. Merasa tidak
berdaya
11. Frekuensi nafas
meningkat
12. Frekuensi nadi
meningkat
13. Tekanan darah
meningkat
14. Tremor
15. Muka tampak pucat
16. Suara bergetar
17. Kontak mata buruk
18. Sering berkemih
19. Berorientasi masa lalu
3. Defisit pengetahuan b/d Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
ketidaktahuan menemukan keperawatan selama 3x 24 (L.12383) :
sumber informasi d.d jam diharapkan kondisi Observasi :
menanyakan masalah yang klien memenuhi kriteria 1. Identifikasi kesiapan
dihadapi. (D.0111) hasil : dan kemampuan
Tingkat pengetahuan menerima informasi
Definisi : ketiadaan atau (L.12111) 2. Identifikasi faktor yang
kurang informasi kognitif dapat meningkatkan dan
1. Perilaku sesuai anjuran
yang berkaitan dengan topik menurunkan motivasi
meningkat (5)
tertentu perilaku hidup bersih
2. Kemampuan
dan sehat
menjelaskan
Penyebab :
pengetahuan suatu
1. Keteratasan kognitif Terapeutik :
topik meningkat (5)
2. Gangguan fungsi kognitif

15
3. Kekeliruan mengikuti 3. Pertanyaan tentang 1. Sediakan materi dan
anjuran penyakit menurun (5) media pendidikan
4. Kurang terpapar informasi 4. Presepsi yang keliru kesehatan
5. Kurang minat belajar menurun (5) 2. Berikan kesempatan
6. Kurang mampu 5. Menjalani pemeriksaan bertanya
mengingat yang tidak tepat
7. Ketidaktahuan menurun (5)
menemukan sumber 6. Perilaku membaik (5) Edukasi :
informasi 3. Jelaskan faktor resiko
yang dapat
Tanda & gejala : memengaruhi kesehatan
1. Menanyakan masalah 4. Ajarkan perilaku hidup
yang sedang dihadapi sehat dan bersih
2. Menunjukkan perilaku 5. Ajarkan strategi yang
tidak sesuai anjuran dapat digunakan untuk
3. Menunjukkan presepsi meningkatkan perilaku
yang keliru terhadap hidup sehat dan bersih
masalah
4. Menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat
Menunjukkan perilaku
berlebihan

Intra Hemodialisis
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
(SDKI) Hasil (SLKI)

1. Hipovolemia b/d kegagalan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia


mekanisme regulasi d.d keperawatan selama 3 x 24 (I. 03116)
frekuensi nadi meningkat, jam diharapkan kondisi Observasi :
tekanan darah menurun, nadi klien memenuhi kriteria 1. Periksa tanda dan gejala
teraba lemah. (D. 0023) hasil : hypovolemia (mis.
Status Cairan (L. 03028) Frekuensi nadi
Definisi : penurunan volume 1. Frekuensi nadi membaik meningkat, nadi teraba
cairan intravaskular, (5) lemah, tekanan darah
interestisial, dan intraseluler 2. Tekanan darah membaik menurun dan lainnya)
(5) 2. Monitor intake dan
Penyebab : output cairan

16
1. Kehilangan secara aktif 3. Membran mukosa
2. Kegagalan mekanisme membaik (5) Terapeutik :
regulasi 4. Kadar Hb dan Ht 1. Hitung kebutuhan
3. Peningkatan permeabilitas membaik (5) cairan
kapiler 5. Kekuatan nadi 2. Berikan posisi modified
4. Kekurangan intake cairan meningkat (5) Trendelenburg
5. Evaporasi 6. Tugor kulit meningkat 3. Berikan asupan cairan
Tanda & Gejala : (5) local
1. Frekuensi nadi meningkat 7. Pengisian vena
2. Nadi teraba lemah meningkat (5) Edukasi :
3. Tekanan darah meningkat 8. Dispnea menurun (5) 1. Anjurkan
4. Tugor kulit menurun memperbanyak asupan
5. Membran mukosa kerinng cairan oral
6. Volume urin menurun 2. Anjurkan menghindari
7. Hematokrit meningkat Perubahan posisi
8. Merasa lemas mendadak
9. Megeluh haus
10. Pengisian vena menurun Kolaborasi :
11. Status mental berubah 1. Kolaborasi pemberian
12. Suhu tubuh meningkat cairan IV isotonis
13. Konsentrasi urin 2. Kolaborasi pemberian
meningkat IV hipotonis
14. Berat badan menurun 3. Kolaborasi pemberian
tiba-tiba cairan koloid
4. Kolaborasi pemberian
transfusi darah
2. Risiko perdarahan b/d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Pendarahan
penggunaan heparin dalam keperawatan selama 3 x 24 (I. 02067)
proses d.d hemodialisa jam diharapkan kondisi Observasi :
kelembaban kulit, tampak klien memenuhi kriteria 1. Monitor tanda dan
kognitif, tekanan darah hasil : gejala pendarahan
meningkat. (D. 0012) Tingkat pedarahan 2. Monitor nilai
(L.02017) : hematokrit
Definisi : berisiko 1. Kelembaban mukosa 3. Monitor tanda-tanda
mengalami kehilangan darah meningkat (5) vital ortostatik
baik internal maupun 1. Kelelmbaban kulit 4. Pertahankan bed rest
ekternal. meningkat(5) selama pendarahan

17
Faktor resiko : 2. Hematemesis menurun Terapeutik :
1. Aneurisma (5) 1. Pertahankan bed rest
2. Ganggungan 3. Hematuria menurun (5) selama perdarahan
gastrointestinal 4. Hemoglobin membaik 2. Batasi tindakan invasif
3. Gangguan fungsi hati (5) 3. Gunakan kasusr
4. Komplikasi kehamilan 5. Hematorkrit membaik pencegahan dekubitus
5. Komplikasi pasca (5) 4. Hindari pengukuran
partum 6. Tekanan darah suhu rektal
6. Gangguan koagulasi membaik (5) Edukasi :
7. Efek agen farmakologis 7. Suhu tubuh membaik 1. Jelaskan tanda dan
8. Tindakan bedah (5) gejala perdarahan
9. Trauma 2. Anjurkanmenggunaka
10. Kurang terpapar n kaus kaki saat
informasi tentang ambulansi
pencegahan perdarahan 3. Anjurkan menhindari
15. Proses keganasan pemakaian aspirin
atau anti kougulan
4. Anjurkan
meningkatkan asupan
makanan dan vitamin
K
5. Anjurkan segera
melapor jika terjadi
pendarahan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan
2. Kolaborasi pemberian
produk darah, jika
diperlukan
1. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika
diperlukan

Post Hemodialisis

18
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
(SDKI) Hasil (SLKI)

1. Risiko Infeksi d.d kerusakan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi


integritas kulit: Prosedur keperawatan selama 3 x 24 (I.14539) :
Invasif. (D.0142) jam diharapkan kondisi Observasi :
klien memenuhi kriteria 1. Monitor tanda dan
Definisi : berisiko hasil : gejala infeksi lokal
mengalami peningkatan Tingkat infeksi (L.14137) sistemik
terserang organisme 1. Demam menurun (5)
patogenik 2. Kemerahan menurun (5)
Faktor risiko : 3. Nyeri menurun (5) Terapeutik :
1. Penyakit kronis 4. Bengkak menurun (5) 1. Batasi jumlah
2. Efek prosedur invasi 5. Kadar leukosit membaik pengunjung
3. Malnutrisi (5) 2. Berikan perawatan kulit
4. Peningkatan paparan daerah edema
organsime patogen 3. Cuci tangan sebelum
lingkungan dan sesudah kontak
5. Ketidakadekuatan dengan klien dan
pertahanan tubuh primer lingkungan
6. Ketidakadekutan 4. Pertahankan teknik
pertahanan tubuh aseptik pada pasien
sekunder beresiko

Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cara memeriksa
luka
3. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan yang
merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada klien.

19
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan/intervensi
keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan
kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang
muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana
keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam
hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi
dengan mengacu pada kriteria evaluasi yaitu :
a. Tanda-tanda vital membaik
b. Hipervolemia teratasi
c. Ansietas teratasi
d. Defisit pengetahuan teratasi
e. Hipovolemia teratasi
f. Risiko perdarahan teratasi
g. Risiko infeksi teratasi

20
DAFTAR PUSTAKA

Manurung, Nixson.(2018).Keperawatan Medikal Bedah Jilid 2.Jakarta:Trans Indo Media.

Mutaqin Arif. 2019. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Penerbit

Salemba Medika.

Nugroho, Taufan., dkk.(2016).Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta: Nuha

Medika.

Smeltzer, Suzanne C. 2016.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi

8.Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2016).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan

Indikator Diagnostik). Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Definisi dan

Tindakan Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.(2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Definisi dan Kriteria

Hasil Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI.

21

Anda mungkin juga menyukai