Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA

Disusun Oleh:
Ahmad Auliya Hidayat
NIM: 201145

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


Institut Teknologi Sains dan Kesehatan Dr Soepraoen
HEMODIALISA

A. PENGERTIAN
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut atau suatu proses pembuatan zat terlarut dan
cairan dari darah melewati membrane semi permeable. Hemodialisa dan
dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama yang digunakan dalam dialisa.
Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute dan air dari
plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau
tekanan tertentu.
Hemodialisa merupakan dialysis yang dilakukan diluar tubuh. Darah
dikeluarkan dari tubuh, melalui sebuah kateter arter, masuk ke dalam sebuah
mesin besar. Di dalam mesin tersebut terdapat dua ruang yang dipisahkan oleh
sebuah membrane semipermeabel. Darah dimasukkan ke salah satu ruang,
sedangkan ruangan yang lain diisi oleh cairan pen-dialisis, dan diantara
keduanya akan terjadi difusi. Darah dikembalikan ke tubuh melalui sebuah
pirau vena.
Pada prinsipnya terapi hemodialisa adalah untuk menggantikan kerja dari
ginjal yaitu menyaring dan membuang sisa – sisa metabolisme dan kelebihan
cairan, membantu menyeimbangkan unsur kimiawi dalam tubuh serta
membantu menjaga tekanan darah. Hemodialisis tidak menyembuhkan atau
memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya
aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari
gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Pasien-pasien ini
harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya (biasanya 3 kali seminggu
selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi) atau sampai mendapat ginjal
baru melalui operasi pencangkokan yang berhasil. Pasien memerlukan terapi
dialysis yang kronis kalau terapi ini diperlukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan mengendalikan gejala uremia.

B. TUJUAN
Tujuan dilakukannya hemodialisa yaitu untuk:
1. Mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal
pulih kembali. Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau zat
racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanet atau
menyebabkan kematian.
2. Mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebih. Pada hemodilisa, aliran darah yang penuh
dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiter
tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke
tubuh pasien.

C. INDIKASI
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk
sementara sampai fungsi ginjalnya pulih. Pasien-pasien tersebut dinyatakan
memerlukan hemodialisa apabila terdapat indikasi :
1. Hiperkalemia ( K > 6 mEq/l)
2. Asidosis
3. kegagalan terapi konservatif
4. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah
5. Kelebihan cairan.
6. Perikarditis dan konfusi yang berat.
7. Hiperkalsemia dan hipertensi.
Indikator biokimiawi yang memerlukan tindakan hemodialisa
1. Peningkatan BUN > 20-30 mg%/hari
2. Serum kreatinin > 2 mg%/hari
3. Hiperkalemia
4. Overload cairan yang parah
5. Odem pulmo akut yang tidak berespon dengan terapi medis
Pada CRF:
1. BUN > 200 mg%
2. Creatinin > 8 mg%
3. Hiperkalemia
4. Asidosis metabolik yang parah
5. Uremic encepalopati
6. Overload cairan
7. Hb: < 8 gr% – 9 gr% siap-siap tranfusi

D. PRINSIP
Ada 3 prinsip dasar dalam HD yang bekerja pada saat yang sama yaitu:
1. Proses Difusi
Merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut yang disebabkan karena
adanya perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut dalam darah dan dialisat.
Perpindahan molekul terjadi dari zat yang berkonsentrasi tinggi ke yang
berkonsentrasi lebih rendah. Pada HD pergerakan molekul / zat ini melalui
suatu membrane semi permeable yang membatasi kompartemen darah dan
kompartemen dialisat. Toksin dan zat limbah di dalam dikeluarkan melalui
proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi
yang lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari semua elektrolit yang
penting dengan mengatur rendaman dialisat secara tepat. Pori-pori dalam
membran semipemiabel tidak memungkinkan sel-sel darah, protein dan
bacteria untuk dapat lolos.
Proses difusi dipengaruhi oleh:
a. Perbedaan konsentrasi
b. Berat molekul (makin kecil BM suatu zat, makin cepat zat itu keluar)
c. QB (Blood Pump)
d. Luas permukaan membrane
e. Temperatur cairan
f. Proses konvektik
g. Tahanan / resistensi membrane
h. Besar dan banyaknya pori pada membrane
i. Ketebalan / permeabilitas dari membrane
Faktor-faktor di atas menentukan klirens dialiser. Klirens suatu dializer
adalah kemampuan dializer untuk mengeluarkan zat-zat yaitu jumlah atau
banyaknya darah yang dapat dibersihkan dari suatu zat secara komplit oleh
suatu dializer yang dinyatakan dalam ml/mnt.
2. Proses Ultrafiltrasi
Berpindahnya zat pelarut (air) melalui membrane semi permeable akibat
perbedaan tekanan hidrostatik pada kompartemen darah dan kompartemen
dialisat. Tekanan hidrostatik / ultrafiltrasi adalah yang memaksa air keluar
dari kompartemen darah ke kompartemen dialisat. Air yang dikeluarkan
dari dalam tubuh dengan melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat
dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan. Air bergerak dari
daerah tekanan yang lebih tinggi (tubuh) ke tekanan yang lebih rendah
(cairan dialisat)
Besar tekanan ini ditentukan oleh tekanan positif dalam kompartemen
darah (positive pressure) dan tekanan negative dalam kompartemen
dialisat (negative pressure) yang disebut TMP (trans membrane pressure)
dalam mmHg.
Perpindahan & kecepatan berpindahnya dipengaruhi oleh:
a. TMP
b. Luas permukaan membrane
c. Koefisien Ultra Filtrasi (KUF)
d. Qd & Qb
e. Perbedaan tekanan osmotic
3. Proses Osmosis
Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi karena adanya
perbedaan tekanan osmotic (osmolalitas) darah dan dialisat. Proses
osmosis ini lebih banyak ditemukan pada peritoneal dialysis. Gradien
tekanan dapat di tingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang
dikenal dengan ultrafiltrasi pada mesin dialisa. Tekanan negatif diterapkan
pada alat ini sebagai kekuatan pengisap pada membran dan memfasilitasi
pengeluaran air karena pasien tidak dapat mengeksresikan air. Kekuatan
ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga terjadi keseimbangan
cairan.

E. PERANGKAT HEMODIALISA
1. Dialiser atau Ginjal Buatan
Komponen ini terdiri dari membran dialiser yang memisahkan
kompartemen darah dan dialisat. Dialiser bervariasi dalam ukuran, struktur
fisik dan tipe membran yang digunakan untuk membentuk kompartemen
darah. Semua factor ini menentukan potensi efisiensi dialiser, yang
mengacu pada kemampuannya untuk membuang air (ultrafiltrasi) dan
produk-produk sisa (klirens).
2. Dialisat atau Cairan dialysis
Dialisat atau “bath” adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit utama
dari serum normal. Dialisat ini dibuat dalam system bersih dengan air
keran dan bahan kimia disaring. Bukan merupakan system yang steril,
karena bakteri terlalu besar untuk melewati membran dan potensial
terjadinya infeksi pada pasien minimal. Karena bakteri dari produk
sampingan dapat menyebabkan reaksi pirogenik, khususnya pada
membran permeable yang besar, air untuk dialisat harus aman secara
bakteriologis. Konsentrat dialisat biasanya disediakan oleh pabrik
komersial. Bath standar umumnya digunakan pada unit kronis, namun
dapat dibuat variasinya untuk memenuhi kebutuhan pasien tertentu.
3. Sistem Pemberian Dialisat
Unit pemberian tunggal memberikan dialisat untuk satu pasien: system
pemberian multiple dapat memasok sedikitnya untuk 20 unit pasien. Pada
kedua system, suatu alat pembagian proporsi otomatis dan alat pengukur
serta pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio konsentrat-air.
4. Asesori Peralatan
Piranti keras yang digunakan pada kebanyakan system dialysis meliputi
pompa darah, pompa infus untuk pemberian heparin, alat monitor untuk
pendeteksi suhu tubuh bila terjadi ketidakamanan, konsentrasi dialisat,
perubahan tekanan, udaara, dan kebocoran darah.
5. Blood lines : selang yang mengalirkan darah dari tubuh ke dializer dan
kembali ke tubuh. Mempunyai 2 fungsi :
a. untuk mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa
metablolisme.
b. untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialysis.

Alat-alat kesehatan :
1. Tempat tidur fungsional
2. Timbangan BB
3. Pengukur TB
4. Stetoskop
5. Termometer
6. Peralatan EKG
7. Set O2 lengkap
8. Suction set
9. Meja tindakan.

Obat-obatan dan cairan :


1. Obat-obatan hemodialisa : heparin, frotamin, lidocain untuk anestesi.
2. Cairan infuse : NaCl 0,9%, Dex 5% dan Dex 10%.
3. Dialisat
4. Desinfektan : alcohol 70%, Betadin, Sodium hypochlorite 5%
5. Obat-obatan emergency
F. AKSES VASKULAR PADA HEMODIALISA
Untuk melakukan dialisa intermitten diperlukan jalan masuk vascular yang
adekuat. Darah harus keluar masuk dengan kecepatan 200-400 ml/detik.
Teknik-teknik akses vascular utama pada hemodialisa :
1. Eksternal (sementara)
a. Percutaneus : subclavia, femoralis, vena jugularis
b. AV Shunt Scribner
2. Internal (permanen)
a. Fistula AV/Cimino
b. Cangkokan AV/AV Graft : Autograf, Hemograf, Heterograf
Umur rata-rata kateter vena subklavia 4 minggu, kateter vena femoralis 1-2
hari. Fistula AV 4 tahun.

Komplikasi akses vascular


1. kateter vena femoralis dan vena subklavia
laserasi, perdarahan, trombosis, emboli, hematoma, infeksi,
pneumotoraks(pd v.subklavia)
2. Fistula AV dan cangkokan AV
Nyeri, aneurisma, trombosis, kesulitan hemostatis postdialisis dan iskemia
tangan.

G. PEDOMAN PELASKSANAAN HEMODIALISA


1. Perawatan sebelum hemodialisa
a. Sambungkan selang air dari mesin hemodialisa.
b. Kran air dibuka.
c. Pastikan selang pembuka air dan mesin hemodialisis sudah masuk
keluar atau saluran pembuangan.
d. Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak.
e. Hidupkan mesin.
f. Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit.
g. Matikan mesin hemodialisis.
h. Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat.
i. Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin
hemodialisis.
j. Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap).
2. Menyiapkan sirkulasi darah
a. Bukalah alat-alat dialisat dari setnya.
b. Tempatkan dialiser pada holder (tempatnya) dan posisi ‘inset’ (tanda
merah) diatas dan posisi ‘outset’ (tanda biru) dibawah.
c. Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung ‘inset’ dari dialiser.
d. Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung ‘outset’ adri dialiser
dan tempatkan buble tap di holder dengan posisi tengah.
e. Set infuse ke botol NaCl 0,9%-500 cc.
f. Hubungkan set infuse ke slang arteri.
g. Bukalah klem NaCl 0,9%. Isi slang arteri sampai keujung selang lalu
klem.
h. Memutarkan letak dialiser dengan posisi ‘inset’ dibawah dan ‘ouset’
diatas, tujuannya agar dialiser bebas dari udara.
i. Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin.
j. Buka klem dari infuse set ABL, UBL.
k. Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/mnt,
kemudian naikkan secara bertahap sampai 200 ml/mnt.
l. Isi buble tap dengan NaCl 0,9% sampai 3/4 cairan.
m. Memberikan tekanan secara intermitten pada UBL untuk mengalirkan
udara dari dalam dialiser, dilakukan sampai dengan dialiser bebas
udara (tekanan tidak lebih dari 200 mmHg).
n. Melakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak
500 cc yang terdapat pada botol (kalf). Sisanya ditampung pada gelas
ukur.
o. Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru.
p. Sambungkan ujung biru UBL dengan ujung merah ABL dengan
menggunakan konektor.
q. Menghidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dialiser baru 15-
20 menit, untuk dialiser reuse dengan aliran 200-250 ml/mnt.
r. Mengembalikan posisi dialiser ke posisi semula dimana ‘inset’ diatas
dan ‘outset’ dibawah.
s. Menghubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-10
menit siap untuk dihubungkan dengan pasien (soaking).
3. Persiapan pasien
a. Menimbang BB
b. Mengatur posisi pasien.
c. Observasi KU
d. Observasi TTV
e. Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya
mempergunakan salah satu jalan darah/blood akses seperti dibawah
ini:
1) Dengan interval A-V Shunt/fistula simino
2) Dengan eksternal A-V Shunt/schungula.
3) Tanpa 1-2 (vena pulmonalis)

H. PERAN PERAWATAN DI RUANG HEMODIALISA


1. Pre Hemodialis
Pada pre hemodialisis, kegiatan perawatan meliputi :
a. Menghidupkan mesin, meyediakan alat-alat, memasang alat pada
mesin, sirkulasi cairan nacl pada mesin,
b. Mengawasi penimbangan berat badan pasien,
c. Mengukur suhu badan, mengukur tekanan darah dan menghitung
denyut nadi.
2. Intra Hemodialisa
Pada tahap pemasangan alat dan selama pemasangan, kegiatannya meliputi:
a. Desinfeksi daerah penusukan
b. Pemberian anestesi lokal (kalau perlu)
c. Penusukan jarum, pemasukan heparin (bolus)
d. Penyambung jarum pada arteri blood line
e. Menekan tombol BFR, membuka klem venous dan arteri blood line,
memprogram penurunan berat badan, waktu pelaksanaan, venous
pressure, kecepatan aliran heparin dan UFR.
f. Menghubungkan heparin contnous ke sirkulasi, monitoring pernafasan,
makan dan minum, pengaturan posisi tubuh, monitoring alat-alat dan
kelancaran sirkulasi darah, mengukur tekanan darah dan menciptakan
suasana ruangan untuk mengisi kegiatan pasien selama hemodialisis
berlangsung.
3. Post Hemodialisis
Pada tahap penghentian hemodialisis meliputi :
a. Penghentian aliran darah, mencabut jarum inlet dan menekan bekas
tusukan sambil menunggu sampai aliran darah pada venous blood line
habis.
b. Langkah selanjutnya adalah mencabut jarum out line dan menekan
bekas tusukan, mengganti gaas bethadine dan fiksasi dengan plester.
c. Setelah penghentian hemodialisis, dilakukan pengukuran tekanan
darah, mengukur suhu, mengawasi penimbangan berat badan,
membereskan alat-alat dan dilanjutkan dengan desinfeksi alat.
d. Semua kegiatan baik pada tahap pre hemodialisis selama pemasangan
dan penghentian hemodialisis dilakukan oleh perawat kecuali
penimbangan berat badan dan minum yang pada beberapa pasien
dilakukan sendiri. Disamping itu beberapa pasien telah dapat
melaporkan pada perawat apabila ada ketidakberesan pada mesin atau
akses vaskular, setelah mencoba mengatasi sendiri.
Sistem pencatatan dan pelaporan yang dijalankan dalam bentuk
lembaran observasi pasien yang berisi tentang : TTV sebelum atau
selama dan sesudah HD, BB sebelum dan sesudah HD, dosis heparin,
program penurunan BB , priming dan keluhan pasien setelah HD.
Pembuatan rencana perawatan pasien sudah berjalan dimana dalam
pengkajian meliputi data fisik dan psikososial. Data psikososial yang
dikaji sebatas pada adanya rasa cemas dan bosan.

I. KOMPLIKASI YANG MUNCUL


1. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati
otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
2. Mual dan muntah
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai
dengan sakit kepala.
3. Demam disertai menggigil
Penyebab : reaksi fibrogen, reaksi transfuse, kontaminasi bakteri pada
sirkulasi darah.
4. Nyeri dada
Dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya
sirkulasi darah diluar tubuh.
5. Gatal-gatal
Penyebab : jadwal dialysis yang tidak teratur, sedang.sesudah transfuse
kulit kering.
6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat
dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama
hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
7. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya
hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot
seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan
volume yang tinggi. penarikan cairan dibawah BB standar. Penarikan
cairan terlalu cepat (UFR meningkat) cairan dialisat dengan Na rendah BB
naik > 1kg. Posisi tidur berubah terlalu cepat.
8. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa,
penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat
berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
9. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat
diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang
cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik
diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini
menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem
serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang
menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
10. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu
dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
11. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler
Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang
tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

J. DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Pre HD
a. Ansietas
b. Defisit pengetahuan
2. Intra HD
a. Kelebihan volume cairan
b. Risiko cedera
c. Resiko Infeksi
3. Post HD
a. Defisit pengetahuan
b. Mual
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M., 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC) 6th Edition.USA : Elsevier Mosby.
Guyton, A. C. & Hall, J. E., 1997, Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 9. EGC,
Jakarta.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th Edition.U SA : Elsevier Mosby.
NANDA. 2014. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014. The
North American Nursing Diagnosis Association. Philadelphia. USA
NKF. 2001. Guidelines for hemodialysis adequacy. Available on
:http://www.nkf.com.
NKF. 2006. Hemodialysis. Terdapat pada: http://www.kidneyatlas.org.
PERNEFRI, 2003, Konsensus dialisis. Sub Bagian Ginjal dan Hipertensi–
Bagian Ilmu Penyakit dalam. FKUI-RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Jakarta.
Price, S.A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol.2. Jakarta : EGC.
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Ansietas Anxiety Level Anxiety Reduction
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1 x 30 Aktivitas :
menit klien menunjukkan penurunan tingkat ansietas yang a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Jelaskan seluruh prosedur termasuk sensasi yang dapat
ditandai dengan indikator :
dialami selama prosedur
No Indikator Target c. Dukung keluarga untuk menemani klien
1 Ungkapan verbal 5 d. Identifikasi perubahan tingkat cemas
2 Peningkatan pernapasan 5 e. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang menjadi faktor
3 Peningkatan nadi 5 presipitasi cemas
4 Tangan gemetaran 5 f. Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi
5 Wajah tegang 5 g. Kaji tanda kecemsan verbal dan non verbal
6 Berkeringat 5
Keterangan :
1. Buruk
2. Substansial
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Anxiety Self Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1 x 30
menit klien menunjukkan aksi personal untuk mengontrol
kecemasan yang ditandai dengan indikator :
No Indikator Target
1 Menggunakan teknik relaksasi 4
1. tidak dilakukan sama sekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan
Pre-Procedure Readiness
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1 x 30
menit klien menunjukkan kesiapan terhadap keamanan
prosedur dengan sedasi yang ditandai dengan indikator :

No Indikator Target
1 Pengetahuan mengenai prosedur 5
2 Persiapan status bowel 5
3 Persiapan status hidrasi 5
4 Patrisipasi dalam checklist sebelum 3
prosedur
Keterangan :
1. Tidak asdekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Subtansial adkuat
5. Adekuat penuh
2 Defisit pengetahuan Knowledge : Treatment Procedure Teaching Individual
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x30 Aktivitas :
meni klien memahami prosedur yang dibutuhkan sebagi a. Tentukan kebutuhan belajar klien
bagian dari pengobatan yang ditandai dengan indikator : b. Ketahui tingkat pendidikan klien
No Indikator Target c. Ketahui kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor klien
1 Prosedur pengobatan 3 d. Tingkatkan kesiapan belajar klien
2 Tujuan prosedur 3 e. Buat tujuan belajar yang realistis
3 Tahapan dari prosedur 3 f. Identifikasi tujuan belajar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
4 Pencegahan yang berkitan dengan 3 utama
prosedur
g. Pilih metode/strategi belajar yang sesuai
5 Pembatasan dalam prosedur 3
6 Penggunaan alat yang tepat 3 h. Sediakan lingkungan yang kondusif
7 Perawatan perlaatan yang tepat 3 i. Sesuaikan instruksi untuk memfasilitasi kegiatan
8 Kesesuai aksi dalam mengatasi 3 j. Berikan waktu/kesempatan untuk bertanya
komplikasi k. Benarkan apabila ada kesalahan informasi
9 Efek samping pengobatan 3 l. Evaluasi pencapaian klien terhadap tujuan yang sudah ditetapkan
10 Kontraindikasi prosedur 3 m. Libatkan keluaga/ orang lain yang berarti dalam kegiatan belajar
Keterangan :
Keterangan :
1 : tidak tahu
2 : pengetahuan terbatas
3 : pengetahuan sedang
4: pengetahuan substansial
5 : pengetahuan luas
3 Nausea Discomfot Level Nausea Management
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1 x 30 Aktivitas :
menit klien menunjukkan tingkat kenyamanan yang a. Dukung klien untuk memantau pengalaman mualnya
ditandai dengan indikator : b.Dukung klien mengontrol mualnya
No Indikator Target c. Evaluasi pengalaman mual klien di masa lalu
1 Nausea 4 d. Dukung makan dalam jumlah kecil namun dengan frekuensi yang
2 Kehilangan nafsu makan 4 sering
Keterangan : e. Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
1 : berat f. Yakinkan penggunaan anti emetik untuk mencegah mual jika
2 : substansial memungkinkan
3 : sedang g. Monitor efek manajemen mual
4 : ringan
5 : tidak ada
4 Resiko infeksi Risk Control : Infectious Process Intravenous (IV) Insertion
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x 4 jam Aktivitas :
klien menunjukkan aksi personal untuk mengontrol resiko a. Jelaskan prosedur kepada klien
infeksi yang ditandai dengan indikator : b. Pertahankan teknik aseptic
No Indikator Target c. Bersihkan area penusukan dengan larutan yang tepat
1 Mempertahankan lingkungan yang 3 d. Gunakan dressing yang sesuai pada area penusukan
bersih e. Pertahankan universal precaution
2 Menggunakan universal precaution 3 Infection Control
3 Mempraktekan cuci tangan 3 Aktivitas :
4 Monitor faktor lingkungan yang 3 a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal/sistemik
berhubungan dengan resiko infeksi b. Monitor nilai WBC, granulosit dan hasil lainnya
5 Mengembangkan strategi yang 3 c. Batasi jumlah pengunjung
efektif untuk mengontrol infeksi d. Pertahankan teknik aseptic
Keterangan : e. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap adanya kemerahan,
1 : tidak ditunjukkan panas ekstrim dan drainase
2 : jarang ditunjukkan f. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi antibiotik yang diresepkan
3 : kadang-kadang ditunjukkan g. Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
4: sering ditunjukkan h. Ajarkan klien dan keluarga mengenai cara untuk menghindari
5 : terus menerus dtunjukkan infeksi
i. Ganti insersi IV perifer sesuai dengan pedoman CDC
j. Pastikan perawatan aseptic untuk semua jalur IV

5 Resiko cedera Risk Control Hemodyalisis Therapy


Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x 4 jam Aktivitas :
klien menunjukkan aksi personal untuk mengontrol atau a. Gambarkan review hasil pengambilan sampel darah sebelum
mengurangi ancaman terhadap kesehatan yang ditandai pengobatan (BUN, kreatinin, Na, K, dan PO4)
dengan indikator : b. Catat tanda-tanda vital dasar : suhu tubuh, nadi, pernapasan, tekanan
No Indikator Target darah serta penimbangan berat badan
1 Mengembangkan strategi efektif 3 c. Jelaskan prosedur hemodialisa dan tujuannya
untuk mengontrol resiko d. Periksa peralatan dan larutan sesuai dengan protokol
2 Menyesuaikan strategi control 3 e. Gunakan teknik steril ketika memulai hemodialisa untuk jarum
resiko serta penghubungan kateter
f. Periksa sistem monitor
Keterangan : g. Monitor nadi, pernapasan, tekanan darah terhadapa hemodialisa
1 : tidak ditunjukkan h. Administrasi heparin
2 : jarang ditunjukkan i. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk menghilangkan sejumlah cairan
3 : kadang-kadang ditunjukkan yang tidak diiperlukan
4: sering ditunjukkan j. Lakukan tindakan sesuai protocol saat klien mengalami hipotensi
5 : terus menerus dtunjukkan k. Hentikan hemodialisa sesuai protocol
l. Hindari pengambilan darah dan pemeriksaan tekanan darah pada sisi
dengan fistula
m.Sediakan perawatan kaketer dan fistula
n. Ajarkan klien untuk memantau secara mandiri tanda dan gejala yang
mengindikasikan kebutuhan pengobatan
6 Kelebihan volume cairan Fluid Balance Hypervolemia Management
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 1x4 jam Aktivitas :
klien menunjukkan keseimbangan cairan yang ditandai a. Monitor status hemodinamik terhadap hemodialisa
dengan indikator : b. Monitor serum albumin dan kadar protein
No. Indikator Target c. Monitor pola napasapabila ada kesulitan pernapasan (dyspnea,
1 Tekanan darah 5 tachypnea, napas pendek)
2 Frekuensi tekanan nadi 5 d. Mmonitor fungsi ginjal
3 Nadi perifer 5 e. Monitor hasil laboratotium yang menunjukkan adanya retensi cairan
4 Serum elektrolit 3 f. Monitor tanda-tanda vital
5 Keseimbangan asupan dan keluaran 4
24 jam
6 Mean arterial pressure 5
Keterangan
1 : gangguan berat
2 : gangguan substansial
3 : gangguan sedang
4: gangguan ringan
5 : tidak ada gangguan
aa

Anda mungkin juga menyukai