Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DASAR

HEMODIALISA

A. Definisi

Dialisis merupakan

1. Suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk

limbah dari dalam tubuh Suatu proses pembuatan zat terlarut dan cairan

dari darah melewati membrane semi permeable. Ini berdasarkan pada

prinsip difusi; osmosis dan ultra filtrasi.

2. Dialisis adalah difusi partikel larut dari satu kompartemen cairan ke

kompartemen lain melewati membran semipermeabel. Dialisa adalah

proses pembuangan limbah metabolik dan kelebihan cairan dari tubuh

ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut.

Pada Hemodialisis, darah adalah salah satu kompartemen dan

dialisat adalah bagian yang lain.

Membran semipermeabel adalah

lembar tipis, berpori-pori terbuat

dari selulosa atau bahan sintetik.

Ukuran pori-pori membran

memungkinkan difusi zat dengan

berat molekul rendah seperti urea,

kreatinin, dan asam urat berdifusi.

Molekul air juga sangat kecil dan

bergerak bebas melalui membran, Gambar 1. Mesin Hemodialisa

tetapi kebanyakan protein plasma, bakteri, dan sel-sel darah terlalu besar
untuk melewati pori-pori membran. Perbedaan konsentrasi zat pada dua

kompartemen disebut gradien konsentrasi.

B. Fungsi Sistem ginjal buatan

1. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin, dan asam

urat.

2. Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan banding antara

darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dalam arus

darah dan tekanan negatif (penghisap) dalam kompartemen dialisat (proses

ultrafiltrasi).

3. Mempertahankan dan mengembalikan system buffer tubuh.

4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.


Ada 2 metode dialisa, yaitu hemodialisa dan dialisa peritoneal.

pada hemodialisa, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan dipompa ke

dalam mesin yang akan

menyaring zat-zat racun

keluar dari darah dan

kemudian darah yang

sudah bersih

dikembalikan lagi ke

dalam tubuh penderita.

jumlah total cairan yang

dikembalikan dapat

disesuaikan. Pada dialisa

peritoneal, cairan yang

mengandung campuran gula dan garam khusus dimasukkan ke dalam rongga

perut dan akan menyerap zat-zat racun dari jaringan. cairan tersebut kemudian

dikeluarkan lagi dan dibuang.

Gambar 2. Hemodialisa
C. Indikasi

1. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk

sementara sampai fungsi ginjalnya pulih.

2. Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila

terdapat indikasi:

a. Hiperkalemia

b. Asidosis

c. Kegagalan terapi konservatif

d. Kadar ureum / kreatinin tinggi dalam darah

e. Kelebihan cairan

f. Mual dan muntah hebat

D. Prinsip Hemodialisa

1. Akses Vaskuler :

Seluruh dialysis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien.

Kronik biasanya memiliki akses permanent seperti fistula atau graf

sementara. Akut memiliki akses temporer seperti vascoth.

2. Membran semi permeable

Hal ini ditetapkan dengan dialyser actual dibutuhkan untuk

mengadakan kontak diantara darah dan dialisat sehingga dialysis dapat

terjadi.

3. Difusi

Dalam dialisat yang konvesional, prinsip mayor yang menyebabkan

pemindahan zat terlarut adalah difusi substansi. Berpindah dari area yang

konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Gradien konsentrasi


tercipta antara darah dan dialisat yang menyebabkan pemindahan zat

pelarut yang diinginkan. Mencegah kehilangan zat yang dibutuhkan.

4. Konveksi

Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang

dipindahkan akan mengambil bersama dengan zat terlarut yang tercampur

dalam cairan tersebut.

5. Ultrafiltrasi

Proses dimana cairan dipindahkan saat dialysis dikenali sebagai

ultrafiltrasi artinya adalah pergerakan dari cairan akibat beberapa bentuk

tekanan. Tiga tipe dari tekanan dapat terjadi pada membrane :

a. Tekanan positip merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat

cairan dalam membrane. Pada dialysis hal ini dipengaruhi oleh

tekanan dialiser dan resisten vena terhadap darah yang mengalir balik

ke fistula tekanan positip mendorong cairan menyeberangi

membrane.

b. Tekanan negative merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar

membrane oleh pompa pada sisi dialisat dari membrane tekanan

negative menarik cairan keluar darah.

c. Tekanan osmotic merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan

yang berhubungan dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan

tersebut. Larutan dengan kadar zat terlarut yang tinggi akan menarik

cairan dari larutan lain dengan konsentrasi yang rendah yang

menyebabkan membrane permeable terhadap air.


E. Peralatan

1. Dialiser atau Ginjal Buatan

Komponen ini terdiri dari

membran dialiser yang

memisahkan kompartemen darah

dan dialisat. Dialiser bervariasi

dalam ukuran, struktur fisik dan

tipe membran yang digunakan

untuk membentuk kompartemen

darah. Semua factor ini menentukan potensi efisiensi dialiser, yang

mengacu pada kemampuannya untuk membuang air (ultrafiltrasi) dan

produk-produk sisa (klirens).

Gambar 3. Dialiser

2. Dialisat atau Cairan dialysis

Dialisat atau bath adalah cairan yang terdiri atas air dan

elektrolit utama dari serum normal. Dialisat ini dibuat dalam system bersih

dengan air keran dan bahan kimia disaring. Bukan merupakan system yang

steril, karena bakteri terlalu besar untuk melewati membran dan potensial

terjadinya infeksi pada pasien minimal. Karena bakteri dari produk

sampingan dapat menyebabkan reaksi pirogenik, khususnya pada

membran permeable yang besar, air untuk dialisat harus aman secara

bakteriologis. Konsentrat dialisat biasanya disediakan oleh pabrik


komersial. Bath standar umumnya digunakan pada unit kronis, namun

dapat dibuat variasinya untuk memenuhi kebutuhan pasien tertentu.

3. Sistem Pemberian Dialisat

Unit pemberian tunggal memberikan dialisat untuk satu pasien:

system pemberian multiple dapat memasok sedikitnya untuk 20 unit

pasien. Pada kedua system, suatu alat pembagian proporsi otomatis dan

alat pengukur serta pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio

konsentrat-air.

4. Asesori Peralatan

Piranti keras yang digunakan pada kebanyakan system dialysis

meliputi pompa darah, pompa infus untuk pemberian heparin, alat monitor

untuk pendeteksi suhu tubuh bila terjadi ketidakamanan, konsentrasi

dialisat, perubahan tekanan, udara, dan kebocoran darah.

Gambar 4. Hemodialisis
5. Komponen manusia

6. Pengkajian dan penatalaksanaan


F. PROSEDUR HEMODIALISA

Setelah pengkajian pradialisis, mengembangkan

tujuan dan memeriksa keamanan peralatan, perawat sudah

siap untuk memulai hemodialisis. Akses ke system sirkulasi

dicapai melalui salah satu dari beberapa pilihan: fistula atau

tandur arteriovenosa (AV) atau kateter hemodialisis dua

lumen. Dua jarum berlubang besar (diameter 15 atau 16)

dibutuhkan untuk mengkanulasi fistula atau tandur AV.

Kateter dua lumen yang dipasang baik pada vena

subklavikula, jugularis interna, atau femoralis, harus dibuka Gambar 6. Akses ke sirkulasi

dalam kondisi aseptic sesuai dengan kebijakan institusi.

Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu

oleh pompa darah. Bagian dari sirkuit disposibel sebelum dialiser

diperuntukkan sebagai aliran arterial, keduanya untuk membedakan darah

yang masuk ke dalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan

dalam acuan untuk meletakkan jarum: jarum arterial diletakkan paling dekat

dengan anastomosis AV pada vistula atau tandur untuk memaksimalkan aliran

darah. Kantong cairan normal salin yang di klep selalu disambungkan ke

sirkuit tepat sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah yang

mengalir dari pasien dapat diklem sementara cairan normal salin yang diklem

dibuka dan memungkinkan dengan cepat menginfus untuk memperbaiki

tekanan darah. Tranfusi darah dan plasma ekspander juga dapat disambungkan

ke sirkuit pada keadaan ini dan dibiarkan untuk menetes, dibantu dengan
pompa darah. Infus heparin dapat diletakkan baik sebelum atau sesudah

pompa darah, tergantung peralatan yang digunakan.

Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah

mengalir ke dalam kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya

pertukaran cairan dan zat sisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati

detector udara dan foam yang mengklem dan menghentikan pompa darah bila

terdeteksi adanya udara. Pada kondisi seperti ini, setiap obat-obat yang akan

diberikan pada dialysis diberikan melalui port obat-obatan. Penting untuk

diingat, bagaimanapun bahwa kebanyakan obat-obatan ditunda pemberiannya

sampai dialysis selesai kecuali memang diperintahkan.

Darah yang telah melewati dialysis kembali ke pasien melalui

venosa atau selang postdialiser. Setelah waktu tindakan yang diresepkan,

dialysis diakhiri dengan mengklem darah dari pasien, membuka selang aliran

normal salin, dan membilas sirkuit untuk mengembalikan darah pasien. Selang

dan dialiser

dibuang

kedalam

perangkat

akut,

meskipun

program
Gambar 6. Jarum untuk Akses ke sirkulasi
dialisis kronik sering membeli peralatan untuk membersihkan dan

menggunakan ulang dialiser.


Tindakan kewaspadaan umum harus diikuti dengan teliti sepanjang

tindakan dialysis karena pemajanan terhadap darah. Masker pelindung wajah

dan sarung tangan wajib untuk digunakan oleh perawat yang melakukan

hemodialisis.

G. Pedoman Pelaksanaan Hemodialisa

1. Perawatan sebelum hemodialisa

a. Sambungkan selang air dengan mesin hemodialisa

b. Kran air dibuka

c. Pastikan selang pembuang air dan mesin hemodialisis sudah masuk

kelubang atau saluran pembuangan

d. Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak

e. Hidupkan mesin

f. Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit

g. Matikan mesin hemodialisis

h. Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat

i. Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin

hemodialisis

j. Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap)

2. Menyiapkan sirkulasi darah

a. Bukalah alat-alat dialysis dari set nya

b. Tempatkan dializer pada tempatnya dan posisi inset (tanda merah)

diatas dan posisi outset (tanda biru) di bawah.

c. Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung insetdari dializer.


d. Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung out set dari dializer

dan tempatkan buble tap di holder dengan posisi tengah..

e. Set infus ke botol NaCl 0,9% - 500 cc

f. Hubungkan set infus ke slang arteri

g. Bukalah klem NaCl 0,9%, isi slang arteri sampai ke ujung slang lalu

diklem.

h. Memutarkan letak dializer dengan posisi inset di bawah dan out

set di atas, tujuannya agar dializer bebas dari udara.

i. Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin

j. Buka klem dari infus set ABL, VBL

k. Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/menit,

kemudian naikkan secara bertahap sampai dengan 200 ml/menit.

l. Isi bable-trap dengan NaCl 0,9% sampai cairan

m. Berikan tekanan secara intermiten pada VBL untuk mengalirkan

udara dari dalam dializer, dilakukan sampai dengan dializer bebas

udara (tekanan lebih dari 200 mmHg).

n. Lakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak

500 cc yang terdapat pada botol (kalf) sisanya ditampung pada gelas

ukur.

o. Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru

p. Sambungkan ujung biru VBL dengan ujung merah ABL dengan

menggunakan konektor.

q. Hidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dializer baru 15-20

menit untuk dializer reuse dengan aliran 200-250 ml/menit.


r. Kembalikan posisi dializer ke posisi semula di mana inlet di atas

dan outlet di bawah.

s. Hubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-10

menit, siap untuk dihubungkan dengan pasien soaking.

3. Persiapan pasien

a. Menimbang berat badan

b. Mengatur posisi pasien

c. Observasi keadaan umum

d. Observasi tanda-tanda vital

e. Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya

mempergunakan salah satu jalan darah/blood akses seperti di bawah

ini:

1) Dengan interval A-V shunt / fistula simino

2) Dengan external A-V shunt / schungula

3) Tanpa 1 2 (vena pulmonalis)

H. Intrepretasi Hasil

Hasil dari tindakan dialysis harus diintrepretasikan dengan mengkaji

jumlah cairan yang dibuang dan koreksi gangguan elektrolit dan asam basa.

Darah yang diambil segera setelah dialysis dapat menunjukkan kadar

elektrolit, nitrogen urea, dan kreatinin rendah palsu. Proses penyeimbangan

berlangsung terus menerus setelah dialysis, sejalan perpindahan zat dari dalam

sel ke plasma.
I. Komplikasi yang terjadi

1. Hipotensi

Penyebab : terlalu banyak darah dalam sirkulasi mesin, ultrafiltrasi

berlebihan, obat-obatan anti hipertensi.

2. Mual dan muntah

Penyebab : gangguan GI, ketakutan, reaksi obat, hipotensi.

3. Sakit kepala

Penyebab : tekanan darah tinggi, ketakutan.

4. Demam disertai menggigil.

Penyebab : reaksi fibrogen, reaksi transfuse, kontaminasi bakteri pada

sirkulasi darah.

5. Nyeri dada.

Penyebab : minum obat jantung tidak teratur, program HD yang terlalu

cepat.

6. Gatal-gatal

Penyebab : jadwal dialysis yang tidak teratur, sedang.sesudah transfuse

kulit kering.

7. Perdarahan amino setelah dialysis.

Penyebab : tempat tusukan membesar, masa pembekuan darah lama, dosis

heparin berlebihan, tekanan darah tinggi, penekanan, tekanan tidak tepat.

8. Kram otot

Penyebab : penarikan cairan dibawah BB standar. Penarikan cairan terlalu

cepat (UFR meningkat) cairan dialisat dengan Na rendah BB naik > 1kg.

Posisi tidur berubah terlalu cepat.


J. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Hemodialisis

1. Pengkajian

a. Keluhan utama

Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah

1) Sindrom uremia

2) Mual, muntah, perdarahan GI.

3) Pusing, nafas kusmaul, koma.

4) Perikarditis, cardiar aritmia

5) Edema, gagal jantung, edema paru

6) Hipertensi

Tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai system tubuh

(mual, muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi mental),

kadar serum yang meningkat. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1397)

b. Riwayat penyakit sekarang

Pada pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium

terminal). (Brunner & Suddarth, 2001: 1398)

c. Riwayat obat-obatan

Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya

harus dievaluasi dengan cermat. Terapi antihipertensi, yang sering

merupakan bagian dari susunan terapi dialysis, merupakan salah satu

contoh di mana komunikasi, pendidikan dan evaluasi dapat

memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan

minum obat dan kapan menundanya. Sebagai contoh, obat

antihipertensi diminum pada hari yang sama dengan saat menjalani


hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi selama hemodialisis dan

menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya. (Brunner &

Suddarth, 2001: 1401)

d. Psikospiritual

Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir

akan kondisi penyakitnya yang tidak dapat diramalkan. Biasanya

menghadapi masalah financial, kesulitan dalam mempertahankan

pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, dipresi

akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. (Brunner &

Suddarth, 2001: 1402)

Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling sering dialami

pasien yang pertama kali dilakukan hemodialisis.(Muttaqin, 2011:

267)

e. ADL (Activity Day Life)

Nutrisi : pasien dengan hemodialisis harus diet ketat dan

pembatasan cairan masuk untuk meminimalkan gejala seperti

penumpukan cairan yang dapat mengakibatkan gagal jantung kongesti

serta edema paru, pembatasan pada asupan protein akan mengurangi

penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan

gejala, mual muntah. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1400)

Eliminasi : Oliguri dan anuria untuk gagal

Aktivitas : dialisis menyebabkan perubahan gaya hidup pada

keluarga. Waktu yang diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi

waktu yang tersedia untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat


menciptakan konflik, frustasi. Karena waktu yang terbatas dalam

menjalani aktivitas sehai-hari.

f. Pemeriksaan fisik

BB : Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan

menurun.

TTV : Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya denyut nadi

dan tekanan darah diatas rentang normal. Kondisi ini harus di ukur

kembali pada saat prosedur selesai dengan membandingkan hasil pra

dan sesudah prosedur.(Muttaqin, 2011: 268)

Manifestasi klinik

1) Kulit : kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik,

pruritus atau gatal-gatal

2) Kuku : kuku tipis dan rapuh

3) Rambut : kering dan rapuh

4) Oral : halitosis / faktor uremic, perdarahan gusi

5) Lambung : mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration.

6) Pulmonary : uremic lung atau pnemonia

7) Asam basa : asidosis metabolik

8) Neurologic : letih, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan

otot : pegal

9) Hematologi : perdarahan

g. Pemeriksaan Penunjang

Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl

pada perempuan, dan GFR 4 ml/detik. (Sylvia A. Potter, 2005 : 971)


2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre HD
1) Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, Hb 7

gr/dl, Pneumonitis dan Perikarditis d.dPenggunaan otot aksesoris

untuk bernafas, Pernafasan cuping hidung, Perubahan kedalaman

nafas, dan Dipneu


2) Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet cairan

berlebih, retensi cairan & natrium b.d Perubahan berat badan

dalam waktu sangat singkat, Gelisah, Efusi pleura, Oliguria, Asupa

melebihi haluran, Edema, Dispnea, Penurunan hemoglobin,

Perubahan pola pernapasan , dan Perubahan tekanan darah


3) Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d

anoreksia, mual & muntah, pembatasan diet dan perubahan

membrane mukosa oral d.d nyeri abdomen bising usus hiperaktif,

kurang makanan, diare, kurang minat pada makanan, dan berat

badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal.


4) Ansietas b.d krisis situasional d.d gelisah, wajah tegang, bingung,

tampak waspada, ragu/tidak percaya diri dan khawatir


5) Kerusakan integritas kulit b.d Gangguan sirkulasi, Iritasi zat

kimia, Defisit cairan d.d Kerusakan jaringan (Mis. Kornea,

membrane mukosa, integument, atau subkutan) dan Kerusakan

jaringan.
b. Intra HD
1) Resiko cedera b.d akses vaskuler & komplikasi sekunder terhadap

penusukan & pemeliharaan akses vaskuler.


2) Risiko terjadi perdarahan b.d penggunaan heparin dalam proses

hemodialisa
c. Post HD
1) Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah

dan prosedur dialisis d,d menyatakan merasa lemah, menyatakan


merasa letih, dispnea setelah beraktifitas, ketidaknyamanan setelah

beraktifitas, dan respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas.


2) Risiko Harga diri rendah b.d ketergantungan, perubahan peran dan

perubahan citra tubuh dan fungsi seksual d.d gangguan citra

tubuh, Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan

individudalam penampilan, Respon nonverbal terhadap persepsi

perubahan pada tubuh (mis;penampilan,steruktur,fungsi), Fokus

pada perubahan, Perasaan negatif tentang sesuatu


3) Resiko infeksi b.d prosedur invasif berulang

3. Intervensi Keperawatan
a. Pre HD
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Pola nafas tidak Setelah diberikan 1. Observasi penyebab 1. Untuk menentukan
efektif b.d asuhan keperawatan nafas tidak efektif tindakan yang harus
edema paru, selama 1x24 jam 2. Observasi respirasi segera dilakukan
asidosis diharapkan & nadi 2. Menentukan tindakan
metabolic, Hb Pola nafas efektif 3. Berikan posisi semi 3. Melapangkan dada
7 gr/dl, setelah dilakukan fowler klien sehingga nafas
Pneumonitis tindakan HD 4-5 jam, lebih longgar
dan Perikarditis dengan Kriteria hasil: 4. Ajarkan cara nafas 4. Hemat energi
Nafas 16-28 x/m yang efektif sehingga nafas tidak
edema paru hilan semakin berat
tidak sianosis 5. Berikan O2 5. Hb rendah, edema,
paru pneumonitis,
asidosis, perikarditis
menyebabkan suplai
O2 ke jaringan
6. Mempercepat
pengurangan edema
6. Lakukan SU pada paru
saat HD 7. Untuk Hb, sehingga
suplai O2 ke jaringan
7. Kolaborasi cukup
pemberian tranfusi 8. Untuk mengatasi
darah infeksi paru &
8. Kolaborasi Perikard
pemberian antibiotic
9. Kolaborasi foto 9. Follou up penyebab
torak nafas tidak efektif
10. Mengukur
10. Evaluasi kondisi keberhasilan tindakan
klien pada HD 11. Untuk follou up
berikutnya kondisi klien
11. Evaluasi kondisi
klien pada HD
berikutnya

2 Kelebihan Setelah diberikan 1. Observasi status 1. Pengkajian merupakan


volume cairan asuhan keperawatan cairan, timbang bb
dasar untuk
b.d penurunan selama 1x24 jam pre dan post
haluaran urine, diharapkan HD,keseimbangan memperoleh data,
diet cairan Keseimbangan volume masukan dan
pemantauan 7 evaluasi
berlebih, retensi cairan tercapai setelah haluaran, turgor kulit
cairan & dilakukan HD 4-5 jam dan edema, distensi dari intervens
natrium dengan Kriteria Hasil: vena leher dan
a. BB post HD monitor vital sign
2. Pembatasan cairan akan
sesuai dry weight 2. Batasi masukan
b. Edema hilang cairan pada saat menetukan dry weight,
c. Retensi 16-28 priming & wash out
haluaran urine &
x/m HD
d. Kadar natrium respon terhadap terapi
darah 132-145 3. UF & TMP yang sesuai
mEq/l
akan kelebihan
2. Lakukan HD dengan volume cairan sesuai dg
UF & TMP sesuai dg
target BB edeal/dry
kenaikan bb
interdialisis weight
4. Sumber kelebihan
cairan dapat diketahui

4. Identifikasi sumber
masukan cairan
masa interdialisis
5. Jelaskan pada keluarga5. Pemahaman
& klien rasional kerjasama klien &
pembatasan cairan keluarga dalam
6. Motivasi klien pembatasan cairan
untuk kebersihan 6. Kebersihan mulut
mulut
mengurangi kekeringan
mulut, sehingga
keinginan klien untuk
minum

3 Ketidakseimba Setelah diberikan 1. Observasi status 1. Sebagai dasar untuk


ngan nutrisi, asuhan keperawatan
nutrisi: memantau perubahan &
kurang dari selama 1x24 jam
a. Perubahan BB
kebutuhan diharapkan intervensi yang sesuai
b. Pengukuran
tubuh b.d Keseimbangan nutrisi
anoreksia, mual tercapai setelah antropometri
& muntah, dilakukan HD yang c. Nilai lab.
pembatasan diet sdekuat (10-12 jam/mg)
(elektrolit, BUN,
dan perubahan selama 3 bulan, diet
membrane protein terpenuhi, kreatinin, kadar
2. Pola diet dahulu &
mukosa oral dengan
albumin, protein
Kriteria Hasil: sekarang berguna untuk
2. Observasi pola diet
a. Tidak terjadi
menentukan menu
penambahan atau
3. Memberikan informasi,
BB yang cepat
b. Turgor kulit faktor mana yang
normal tanpa 3. Observasi faktor yang
bisaimodifikasi.
udema
berperan dalam4. Tindakan HD yang
c. Kadar albumin
plasma 3,5-5,0 merubah masukan adekuat, kejadian
gr/dl
nutrisi mual-muntah &
d. Konsumsi diet
4. Kolaborasi menentukan
anoreksia, sehingga
tindakan HD 4-5 jam
nafsu makan
2-3 minggu

nilai protein tinggi


5. Kolaborasi pemberian5. Pemberian albumin
infus albunin 1 jam lewat infus iv akan
terakhir HD albumin serum
6. Tingkatkan masukan
protein dengan nilai6. Protein lengkap akan
biologi tinggi: telur, keseimbangan nitrogen
daging, produk susu
7. Anjurkan camilan7. Kalori akan energi,
rendah protein, rendah memberikan
natrium, tinggi kalori kesempatan protein
diantara waktu makan untuk pertumbuhan
8. Jelaskan rasional
pembatasan diet,8. pemahaman klien
hubungan dengan sehingga mudah
penyakit ginjal dan menerima masukan
urea dan kreatinin
9. Anjurkan timbang BB
9. Untuk menentukan
tiap hari
status cairan & nutrisi
10. Penurunan protein
10. Observasi adanya
dapat albumin,
masukan protein yang
pembentukan udema &
tidak adekuat, edema,
perlambatan
penyembuhan yang
penyembuhan
lama, albumin serum
turun

4 Ansietas b.d Setelah dilakukan 1. valuasi respon verbal1. Ketakutan dapat terjadi
krisis asuhan keperawatan
dan non verbal pasien. karena nyeri hebat,
situasional selama 1x24 jam
diharapkan kesadaran meningkatkan perasaan
pasien terhadap
sakit, dan kemungkinan
perasaan dan cara yang
sehat untuk menghadapi 2. Berikan penjelasan pembedahan.
masalah 2. Meningkatkan
hubungan antara proses
Kriteria hasil :
pemahaman,
a. Melaporkan penyakit dan gejalanya.
ansietas mengurangi rasa takut
menurun sampai
karena ketidaktahuan,
tingkat dapat
ditangani. dan dapat membantu
b. Tampak rileks.
3. Berikan kesempatan menurunkan ansietas.
3. Mengungkapkan rasa
pasien untuk
takut secara terbuka
mengungkapkan isi
dimana rasa takut dapat
pikiran dan perasaan
ditujukan
takutnya
4. Catat perilaku dari
4. Orang
orang terdekat/keluarga
yang meningkatkan terdekat/keluarga
peran sakit pasien. mungkin secara tidak
sadar memungkinkan
pasien untuk
mempertahankan
ketergantungan dengan
melakukan sesuatu
5. Identifikasi sumber
yang pasien sendiri
yang mampu
mampu melakukannya.
menolong. 5. Memberikan keyakinan
bahwa pasien tidak
sendiri

5. Kerusakan Setelahdilakukanaskeps 1. Observasi kulit dengan1. Mengetahui efek yang


integritas kulit elama 3x 24 jam
sering terhadap efek terjadi pada kulit.
berhubungan diharapkanintegritaskuli
dengan tpasienterjagadengan samping kanker
kerusakan criteria hasil : 2. Mandikan dengan2. Mengurangi iritasi pada
jaringan akibat
menggunakan air kulit.
radiasi - Kulitpasiennampakber
sih. hangat dan sabun
- Menunjukkan
ringan
perubahan yang 3. Mencegah terjadinya
3. Hindari menggosok
minimal pada kulit dan
perlukaan pada kulit.
menghindari trauma atau menggaruk area.
pada area kulit yang 4. Anjurkan pasien untuk
sakit. 4. Mencegah iritasi pada
menghindari krim kulit
kulit pasien.
apapun, bedak, salep
apapun kecuali
dizinkan dokter.
5. Hindarkan pakaian
5. Mencegah terjadinya
yang ketat pada aea
perlukaan.
tersebut.
6. Oleskan vitamin A dan
6. Memberikan asupan
D pada area tersebut.
nutrisi pada kulit dan
7. Tinjau ulang efek
mencegah agar kulit
samping dermatologis
tidaak kering.
yang dicurigai pada7. Mengetahui perubahan
kemoterapi. yang terjadi pada kulit
pada saat pengobatan
kemoterapi.
2. Intra HD
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
hasil
1 Resiko cedera Setelah dilakukan 1. Observasi kepatenan1. AV yg sudah tidak baik
b.d akses asuhan keperawatan
AV shunt sebelum HD bila dipaksakan bisa
vaskuler & selama 1x24 jam
komplikasi diharapkan pasien tidak terjadi rupture vaskuler
sekunder mengalami cedera 2. Monitor kepatenan2. Posisi kateter yg
terhadap dengan Kriteria hasil:
kateter sedikitnya berubah dapat terjadi
penusukan & a. Kulit pada
pemeliharaan sekitar AV shunt setiap 2 jam rupture vaskuler/emboli
akses vaskuler. utuh/tidak rusak 3. Kerusakan jaringan
b. Pasien tidak
3. Observasi warna kulit, dapat didahului tanda
mengalami
komplikasi HD keutuhan kulit, sensasi kelemahan pada kulit,
sekitar shunt lecet bengkak, sensasi
4. Posisi baring lama stlh
HD dpt menyebabkan
4. Monitor TD setelah
orthostatik hipotensi
HD 5. Shunt dapat mengalami
sumbatan & dapat
dihilangkan dg heparin
5. Lakukan heparinisasi
6. Infeksi dapat
pada shunt/kateter
mempermudahkerusaka
pasca HD
n jaringan

6. Cegah terjadinya
infeksi pd area
shunt/penusukan
kateter
2 Resiko terjadi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda1. Penurunan trombosit
perdarahan asuhan keperawatan
penurunan trombosit merupakan tanda
berhubungan selama 1x4jam,
dengan diharapkan tidak terjadi yang disertai tanda adanya kebocoran
penggunaan perdarahan dengan
klinis. pembuluh darah yang
heparin dalam Kriteria hasil :
proses TD 120/80 mmHg, pada tahap tertentu
hemodialisa N: 80-100x/menit
dapat menimbulkan
reguler, pulsasi kuat
Tidak ada tanda tanda-tanda klinis
perdarahan lebih lanjut,
seperti epistaksis,
trombosit meningkat.
ptekie
2. Aktifitas pasien yang
2. Anjurkan pasien untuk
tidak terkontrol dapat
banyak istirahat
menyebabkan
(bedrest)
terjadinya perdarahan.
3. Keterlibatan pasien dan
keluarga dapat
3. Berikan penjelasan membantu untuk
kepada klien dan penaganan dini
keluarga untuk bila terjadi perdarahan
melaporkan jika ada
tanda
perdarahan seperti:
4. Mencegah terjadinya
hematemesis, melena,
perdarahan lebih lanjut.
epistaksis.
4. Antisipasi adanya
perdarahan: gunakan
sikat gigi yang lunak,
pelihara kebersihan
mulut, berikan tekanan
5-10 menit setiap
5. Dengan trombosit yang
selesai ambil darah
dipantau setiap hari,
5. Kolaborasi, monitor
dapat diketahui tingkat
trombosit setiap hari
kebocoran pembuluh
darah
3. Post HD
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Observasi faktor yang1. Menyediakan informasi
aktivitas b.d tindakan keperawatan &
menimbulkan tentang indikasi tingkat
keletihan, HD, selama 1x24 jam
anemia, retensi diharapkan klien keletihan: Anemia, keletihan
produk sampah mampu berpartisipasi
Ketidakseimbangan
dan prosedur dalam aktivitas yang
dialisis dapat ditoleransi, cairan & elektrolit,
dengan Kriteria Hasil:
Retensi produk sampah2. Meningkatkan aktifitas
a. Berpartisipasi
dalam aktivitas depresi ringan/sedang &
perawatan mandiri2. Tingkatkan
memperbaiki harga diri
yang dipilih
kemandirian dalam
b. Berpartisipasi
dalam aktivitas aktifitas perawatan diri3. Mendorong latihan &
dan latihan
yang dapat ditoleransi, aktifitas yang dapat
c. Istirahat &
aktivitas bantu jika keletihan ditoleransi & istirahat
seimbang/berganti
terjadi yang adekuat
an
3. Anjurkan aktivitas
alternatif sambil4. Istirahat yang adekuat
istirahat dianjurkan setelah
dialisis, karena adanya
perubahan
4. Anjurkan untuk
keseimbangan cairan &
istirahat setelah dialisis
elektrolit yang cepat
pada proses dialisis
sangat melelahkan

2 Harga diri Setelah diberikan 1. Observasi respon &1. Menyediakan data klien
rendah b.d asuhan keperawatan
reaksi klien & & keluarga dalam
ketergantungan selama 1x24 jam
, perubahan diharapkan keluarganya terhadap menghadapi perubahan
peran dan Memperbaiki konsep
penyakit & hidup
perubahan citra diri, dengan
tubuh dan Kriteria Hasil: penanganannya.
fungsi seksual a. Pola koping 2. Observasihubungan 2. Penguatan & dukungan
klien dan keluarga
klien dan keluarga terhadap klien
efektif
b. Klien & keluarga terdekat diidentifikasi
bisa 3. Observasi pola koping3. Pola koping yang
mengungkapkan
klien & keluarganya efektif dimasa lalu bisa
perasaan &
reaksinya berubah jika
terhadap
menghadapi penyakit &
perubahan hidup
yang diperlukan penanganan yang
4. Ciptakan diskusi yang
ditetapkan sekarang
terbuka tentang4. Klien dapat
perubahan yang terjadi mengidentifikasi
akibat penyakit & masalah dan langkah-
penangannya langkah yang harus
Perubahan peran, dihadapi
Perubahan gaya hidup,
Perubahan dalam
pekerjaan, Perubahan
seksual dan
Ketergantungan dg
center dialisis
5. Seksualitas mempunyai
5. Diskusikan peran
arti yang berbeda bagi
memberi dan menerima
tiap individu,
cinta, kehangatan dan
tergantung dari
kemesraan
maturitasnya.

3 Resiko infeksi Setelah diberikan


b.d prosedur asuhan keperawatan 1. Pertahankan area steril1. Mikroorganisme dapat
invasif selama 3x24 jam
selama penusukan dicegah masuk kedalam
berulang diharapkan
Pasien tidak mengalami kateter tubuh saat insersi
infeksi dengan Kriteria
kateter
Hasil:
a. Suhu tubuh
2. Pertahankan teknik
normal (36-37 C) 2. Kuman tidak masuk
b. Tak ada steril selama kontak dg
kedalam area insersi
kemerahan sekitar
akses vaskuler:
shunt
c. Area shunt penusukan, pelepasan
tidak
kateter
nyeri/bengkak
3. Inflamasi/infeksi
3. Monitor area akses HD
ditandai dg kemerahan,
terhadap kemerahan,
nyeri, bengkak
bengkak, nyeri
4. Gizi yang baik daya
4. Beri pernjelasan pada
tahan tubuh
pasien pentingnya
status gizi
5. Kolaborasi pemberian5. Pasien HD mengalami
antibiotik sakit kronis, imunitas
Daftar Pustaka

National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases,

National Institutes of Health. Available at:

http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/kidneyfailure/index.htm. Date

Accessed: August 28, 2005.

Hemodialisa. Medicastore Informasi. Available at:

http://www.medicastore.com/. Date Accessed: August 28, 2005.

Hemodialysis. Available at: http://www.kidney.ca/english/profile.htm.

Date Accessed: August 28, 2005.

\Chronic Renal Failure. Health all refer. Available at:

http://health.allrefer.com/health/chronic-renal-failure-info.html.

Date accessed: August 14, 2005.

Smeltzer & Barre. Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarrth.

EGC. Jakarta, 2002.

Suyono S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi ketiga. Balai

Penerbit FK UI. Jakarta, 2001.

NANDA. Nursing diagnoses: definition & classification 2001-2002.

nanda. Philadelphia, 2001.

NIC & NOC. Nursing diagnosis: A guide to planning care. Fifth edition.

Down load from : www1.us.elsevierhealth.com


N Diagnosa Tujuan Intervensi

o
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
askep selama 4x60 1. Lakukan pegkajian nyeri secara

menit tingkat komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

kenyamanan klien durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

meningkat, dan presipitasi.

dibuktikan dengan 2. Observasi reaksi nonverbal dari

level nyeri pada scala ketidaknyamanan.

2-3, klien dapat 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik

melaporkan nyeri pada untuk mengetahui pengalaman nyeri klien

petugas, frekuensi sebelumnya.

nyeri, ekspresi wajah, 4. Kontrol faktor lingkungan yang

dan menyatakan mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

kenyamanan fisik dan pencahayaan, kebisingan.

psikologis, TD 120/80 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.

mmHg, N: 60-100 6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri

x/mnt, RR: 16- (farmakologis/non farmakologis)..

20x/mnt 7. Ajarkan teknik non farmakologis

Control nyeri pada (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi

level 3 dibuktikan nyeri..

dengan klien 8. Berikan analgetik untuk mengurangi

melaporkan gejala nyeri.

nyeri dan control 9. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol

nyeri. nyeri.

10. Kolaborasi dengan dokter bila ada

komplain tentang pemberian analgetik tidak


berhasil.

11. Monitor penerimaan klien tentang

manajemen nyeri.

Administrasi analgetik :.

1. Cek program pemberian analogetik; jenis,

dosis, dan frekuensi.

2. Cek riwayat alergi..

3. Tentukan analgetik pilihan, rute

pemberian dan dosis optimal.

4. Monitor TTV sebelum dan sesudah

pemberian analgetik.

5. Berikan analgetik tepat waktu terutama

saat nyeri muncul.

6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan

gejala efek samping.


2 Risiko Setelah dilakukan Konrol infeksi :

infeksi askep selama 4x60 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai

menit tidak terdapat pasien lain.

faktor risiko infeksi 2. Pertahankan teknik isolasi.

pada klien dibuktikan 3. Batasi pengunjung bila perlu.

dengan status imune 4. Intruksikan kepada keluarga untuk

klien adekuat, mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya.

mendeteksi risiko dan 5. Gunakan sabun anti miroba untuk

mengontrol risiko mencuci tangan.


6. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah

tindakan keperawatan.

7. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai

alat pelindung.

8. Pertahankan lingkungan yang aseptik

selama pemasangan alat.

9. Lakukan perawatan luka dan dresing infus

setiap hari.

10. Tingkatkan intake nutrisi.

11. berikan antibiotik sesuai program.

Proteksi terhadap infeksi

1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik

dan lokal.

2. Monitor hitung granulosit dan WBC.

3. Monitor kerentanan terhadap infeksi..

4. Pertahankan teknik aseptik untuk setiap

tindakan.

5. Pertahankan teknik isolasi bila perlu.

6. Inspeksi kulit dan mebran mukosa

terhadap kemerahan, panas, drainase.

7. Inspeksi kondisi luka, insisi bedah.

8. Ambil kultur jika perlu

9. Dorong masukan nutrisi dan cairan yang


adekuat.

10. Dorong istirahat yang cukup.

11. Monitor perubahan tingkat energi.

12. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan.

13. Instruksikan klien untuk minum antibiotik

sesuai program.

14. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan

gejala infeksi.

15. Laporkan kecurigaan infeksi.

16. Laporkan jika kultur positif.

3 Kurang Setelah dilakukan Teaching : Dissease Process

pengetahua askep selama 4x60 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga

n tentang menit, pengetahuan tentang proses penyakit

penyakit klien meningkat. 2. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda

dan Knowledge : Illness dan gejala serta penyebab yang mungkin

perawatan Care 3. Sediakan informasi tentang kondisi klien

nya Kriteria : 4. Siapkan keluarga atau orang-orang yang

1 Diit : 5 berarti dengan informasi tentang

2 Proses penyakit 4 perkembangan klien

3 Konservasi energi : 5 5. Sediakan informasi tentang diagnosa klien

4 Kontrol infeksi : 5 6. Diskusikan perubahan gaya hidup yang

5 Pengobatan : 5 mungkin diperlukan untuk mencegah

6 Aktivitas yang komplikasi di masa yang akan datang dan atau

dianjurkan : 5 kontrol proses penyakit


7 Prosedur pengobatan : 7. Diskusikan tentang pilihan tentang terapi atau

5 pengobatan

8 Regimen/aturan 8. Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan

pengobatan : 5 atau terapi

9 Sumber-sumber 9. Dorong klien untuk menggali pilihan-pilihan

kesehatan : 5 atau memperoleh alternatif pilihan

10 Manajemen 10. Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi

penyakit : 5 11. Anjurkan klien untuk mencegah efek samping

dari penyakit

12. Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada

13. Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan

gejala yang muncul pada petugas kesehatan

14. kolaborasi dg tim yang lain.


4 Cemas Setelah dilakukan Penurunan Kecemasan

asuhan keperawatan 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan

4x60 menit klien klien

mampu mengontrol 2. Jelaskan emua prosedur dan apa yang

cemas dan koping dirasakan selama prosedur

pada skala 3-4. 3. Temani pasien dan libatkan keluarga untuk

Dengan indicator : memberikan keamanan dan rasa takut

Mencari 4. Berikan informasi tentang penyakit dan

informasiuntuk perawatannya pada keluarga / klien

mengurangi cemas 5. Dengarkan keluhan klien

Klien mampu 6. Identifikasi tingkat kecemasan klien

mengungkapkan 7. Bantu Klien mengenal situasi yang


gejala kecemasan menimbulkan kecemasan

Monitor intensitas 8. Dorong klien untuk mengungkapkan

kecemasan perasaan, ketakutan, persepsi

Menggunakan 9. Ajarkan dan anjurkan klien untuk relaksasi

teknik relaksasi 10. Kolaborasi pemberian obat ubtuk

untuk mengurangi mengurangi kecemasan

cemas
5 Kelebihan NOC: Fluit manajemen:

volume Setelah dilakukan 1. Monitor status hidrasi (kelembaban membran

cairan b.d. askep 4x60 menit mukosa, nadi adekuat)

mekanisme pasien mengalami 2. Monitor tanda vital

pengaturan keseimbangan cairan 3. Monitor adanya indikasi overload/retraksi

melemah dan elektrolit. 4. Kaji daerah edema jika ada

Kriteria hasil: Fluit monitoring:

1. Bebas 5. Monitor intake/output cairan

dari edema anasarka, 6. Monitor serum albumin dan

efusi protein total

2. Suara 7. Monitor RR, HR

paru bersih 8. Monitor turgor kulit dan adanya

3. Tanda kehausan

vital dalam batas 9. Monitor warna, kualitas dan BJ

normal urine

Anda mungkin juga menyukai