Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP HEMODIALISA

DI RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CIKARANG

DI SUSUN OLEH :
Nama : Hadmila Suci
Nim : 123080272

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
2023
KONSEP HEMODIALISA

1. DEFINISI
Hemodialisa berasal dari bahas Yunani hemo berarti darah dan dialisis berarti
pemisahan atau filtrasi. Secara klinis hemodialisis adalah suatu proses pemisahan zat-zat
tertentu (toksik) dari darah melalui membran semipermeabel buatan (artificial) di dalam
ginjal buatan yang disebut dialiser, dan selanjutnya dibuang melalui cairan dialisis yang
disebut dialisat.
Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita
dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini
memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu
hubungan buatan diantara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan.
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan.
Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit
akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat (Nursalam, 2006).

2. TUJUAN TINDAKAN HEMODIALISIS


Hemodialisis tidak mengatasi gangguan kardiovaskuler dan endokrin pada penderita
PGK. Tindakan hemodialisis bertujuan untuk membersihkan nitrogen sebagai sampah hasil
metabolisme, membuang kelebihan cairan, mengoreksi elektrolit dan memperbaiki gangguan
keseimbangan basa pada penderita PGK (Levy, dkk., 2004).
Tujuan utama tindakan hemodialisis adalah mengembalikan keseimbangan cairan
intraseluler dan ekstraseluler yang terganggu akibat dari fungsi ginjal yang rusak
(Himmelfarb & Ikizler, 2010)

3. MEKANISME HEMODIALISA
Mekanisme pemisahan zat – zat terlarut pada hemodialisis terjadi secara difusi dan
ultrafiltrasi.
1. Secara difusi
Proses difusi adalah proses pergerakan spontan dan pasif zat terlarut. Molekul zat
terlarut dari kompartemen darah akan berpindah kedalam kompartemen dialisat setiap
saat bila molekul zat terlarut dapat melewati membran semipermiabel demikian juga
sebaliknya. Cairan dialisis dan darah yang terpisah akan mengalami perubahan
konsentrasi karena zat terlarut berpindah dari konsentrasi yang tinggi kearah konsentrasi
yang rendah sampai konsentrasi zat terlarut sama dikedua kompartemen (dari yang
konsentrasi tinggi kekonsentrasi rendah)
2. Secara ultrafiltrasi
Pemisahan cairan dialisis dan darah dilakukan dengan prinsip perbedaan tekanan.
Tiga tipe dari tekanan yng dapat terjadi pada membrane adalah:
 Tekanan positif
Tekanan positif merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat cairan
dalam membrane. Pada dialysis hal ini dipengaruhi oleh tekanan dialiser dan
resistensi vena terhadap darah yang mengalir balik kefistula. Tekanan positif
“mendorong“ cairan menyeberangi membrane.
 Tekanan negative
Tekanan negative merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar membrane
oleh pompa pada sisi dialisat dari membrane. Tekanan negative “menarik “ cairan
keluar dari darah.
 Tekanan Osmotik
Tekanan Osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan yang
berhubungan dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan tersebut. Larutan dengan
kadar zat terlarut tinggi akan menarik cairan dari larutan lain yang konsentrasinya
lebih rendah sehingga menyebabkan membrane permiabel terhadap air (dari
konsentrasi rendah kekonsentrasi tinggi). Dimisalkan ada 2 larutan “A” dan “B”
dipisahkan oleh membran semipermiabel, bila larutan “B” mengandung lebih banyak
jumlah partikel dibanding “A” maka konsentrasi air dilarutan “B” lebih kecil
dibanding konsentrasi larutan “A”. Dengan demikian air akan berpindah dari “A” ke
“B” melalui membran dan sekaligus akan membawa zat -zat terlarut didalamnya yang
berukuran kecil dan permiabel terhadap membran, akhirnya konsentrasi zat terlarut
pada kedua bagian menjadi sama.
3. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI HEMODIALISA
a. Indikasi :
 Klien dengan syndrome uremik/azotemia (gagal ginjal akut dan kronik), ureum > 200
mg/dl dan kreatinin > 1,5 mg/dl
 Hiperkalemia, kadar kalium > 5,0 mEq/L
 Asidosis, pH darah < 7,1
 Kelebihan cairan
 Dehidrasi berat
 Keracunan barbiturate
 Leptospirosis

b. Kontraindikasi :
Kontraindikasi untuk dialisa menurut PERNEFRI (2003: 290), antara lain :
 Tidak mungkin didapatkan akses vaskular pada hemodialisa atau terdapat gangguan
di rongga peritoneum pada CAPD ( Contious Ambulatory peritoneal Dialysis).
 Akses vaskular sulit.
 Instabilitas hemodinamik.
 Koagulopati.
 Penyakit Alzheimer.
 Dementia multi infark.
 Sindrom hepatorenal.
 Sirosis hati berlanjut dengan enselopati.
 Keganasan lanjut.

4. PRINSIP dalam PROSES HEMODIALISA


Secara sederhana proses dialisis hanya memompa darah dan dializat melalui
membran dializer (Levy,dkk., 2004)
a. Dialysate adalah larutan air murni yang mengandung, klorida, natrium kalium,
magnesium, kalsium, dextrose, bicarbonat atau asetat.
b. Di dalam dialyzer darah dan dialysate dipisahkan oleh membran semipermiabel. Darah
mengandung sisa produk metabolisme berupa ureum, creatin, dan lainnya. Sedangkan
dialysate tidak mengandung produk sisa metabolisme. Karena perbedaan konsentrasi ini
akan terjadi proses difusi dalam dialyzer.
c. Proses difusi akan maksimal bila arah aliran darah dan dialisat berlawanan (counter
current flow). Kecepatan aliran darah dan dialisat dalam dialiser juga berpengaruh pada
peningkatan proses difusi.
d. Proses konveksi dalam dialyzer dapat ditingkatkan dengan meningkatkan tekanan dalam
membran dialyzer (trans membrane pressure). Pada proses Hemodialisa konvensional,
molekul dengan ukuran kecil tidak semua terlepas denagan proses konveksi saja. Tetapi
hampir semua molekul dengan ukuran kecil terlepas dengan proses difusi. Sebaliknya
molekul dengan ukuran besar (B2- mikroglobulin dan vit B12) dikeluarkan efektif
dengan proses konveksi. Hal ini telah menyebabkan peningkatan penggunaan metode UF
di Hemodialisa untuk meningkatkan penghapusan molekul MW lebih besar.

5. KOMPONEN HEMODIALISA
a. Mesin Hemodialisa
Mesin hemodialisa memompa darah dari pasien ke dialyzer sebagai membran
semipermiabel dan memungkinkan terjadi proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi karena
terdapat cairan dialysate didalam dialyzer. Proses dalam mesin hemodialisa merupakan
proses yang komplek yang mencakup kerja dari deteksi udara, kontrol alarm mesin dan
monitor data proses hemodialisa (Misra, 2005).
b. Ginjal Buatan (dialyzer)
Dialyzer atau ginjal buatan adalah tabung yang bersisi membrane semipermiabel
dan mempunyai dua bagian yaitu bagian untuk cairan dialysate dan bagian yang lain
untuk darah. Beberapa syarat dialyzer yang baik adalah volume priming atau volume
dialyzer rendah, clereance dialyzer tinggi sehingga bisa menghasilkan clearance urea dan
creatin yang tinggi tanpa membuang protein dalam darah, koefesien ultrafiltrasi tinggi
dan tidak terjadi tekanan membrane yang negatif yang memungkinkan terjadi back
ultrafiltration, tidak mengakibatkan reaksi inflamasi atau alergi saat proses hemodialisa
(hemocompatible), murah dan terjangkau, bisa dipakai ulang dan tidak mengandung
racun (Levy, dkk., 2004).
c. Dialysate
Dialysate adalah cairan elektrolit yang mempunyai komposisi seperti cairan plasma
yang digunakan pada proses hemodialisis Cairan dialysate terdiri dari dua jenis yaitu
cairan acetat yang bersifat asam dan bicarbonat yang bersifat basa. Kandungan dialysate
dalam proses hemodialisis menurut (Levy, dkk., 2004).
d. Blood Line (BL) atau Saluran Darah
Blood line untuk proses hemodialisa terdiri dari dua bagian yaitu bagian arteri
berwarna merah dan bagian vena berwarna biru. BL yang baik harus mempunyai bagian
pompa, sensor vena, air leak detector (penangkap udara), karet tempat injeksi, klem vena
dan arteri dan bagian untuk heparin (Misra, 2005). Fungsi dari BL adalah
menghubungkan dan mengalirkan darah pasien ke dialyzer selama proses hemodialysis
e. Fistula Needles
Fistula Needles atau jarum fistula sering disebut sebagai Arteri Vena Fistula (AV
Fistula) merupakan jarum yang ditusukkan ke tubuh pasien PGK yang akan menjalani
hemodialisa. Jarum fistula mempunyai dua warna yaitu warna merah untuk bagian arteri
dan biru untuk bagian vena.

6. PROSES HAEMODIALISA
Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam ginjal
buatan (dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh.
Rata – rata manusia mempunyai sekitar 5,6 s/d 6,8 liter darah, dan selama proses hemodialisa
hanya sekitar 0,5 liter yang berada di luar tubuh. Untuk proses hemodialisa dibutuhkan pintu
masuk atau akses agar darah dari tubuh dapat keluar dan disaring oleh dialyzer kemudian
kembali ke dalam tubuh. Terdapat 3 jenis akses yaitu arteriovenous (AV) fistula, AV graft
dan central venous catheter. AV fistula adalah akses vaskular yang paling direkomendasikan
karena cenderung lebih aman dan juga nyaman untuk pasien. Sebelum melakukan proses
hemodialisa (HD), perawat akan memeriksa tanda – tanda vital pasien untuk memastikan
apakah pasien layak untuk menjalani Hemodialysis.
Selain itu pasien melakukan timbang badan untuk menentukan jumlah cairan didalam
tubuh yang harus dibuang pada saat terapi. Langkah berikutnya adalah menghubungkan
pasien ke mesin cuci darah dengan memasang blod line (selang darah) dan jarum ke akses
vaskular pasien, yaitu akses untuk jalan keluar darah ke dialyzer dan akses untuk jalan masuk
darah ke dalam tubuh. Setelah semua terpasang maka proses terapi hemodialisa dapat
dimulai. Pada proses hemodialisa, darah sebenarnya tidak mengalir melalui mesin HD,
melainkan hanya melalui selang darah dan dialyzer.
Mesin HD sendiri merupakan perpaduan dari komputer dan pompa, dimana mesin
HD mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor aliran darah, tekanan darah, dan
memberikan informasi jumlah cairan yang dikeluarkan serta informasi vital lainnya. Mesin
HD juga mengatur cairan dialisat yang masuk ke dialyzer, dimana cairan tersebut membantu
mengumpulkan racun – racun dari darah. Pompa yang ada dalam mesin HD berfungsi untuk
mengalirkan darah dari tubuh ke dialyzer dan mengembalikan kembali ke dalam tubuh.
7. PROSEDUR TINDAKAN HEMODIALISA
a. Persiapan Alat-alat
1) 1 buah bak instrumen besar, yang terdiri dari :
2) 2 buah mangkok kecil
 1 untuk tempat Betadine
 1 untuk Alkohol
 Arteri klem
1) 1 spuit 20 cc berisi Heparin 5000 unit
2) 1 spuit 10 cc berisi Heparin 1000 unit
3) 1 spuit 3 cc berisi Lidocain 2 ml/ 1 ampul
4) 2 Abocath No. 16
5) Kassa 5 lembar (secukupnya)
6) Sarung tangan steril
7) Plester
8) Masker
9) 1 buah gelas ukur / math can
10) 2 buah Fistula pendek
11) 1 buah Fistula panjang
12) Duk steril
13) Perlak untuk alas tangan
14) Plastik untuk kotoran

b. Persiapan Pasien
1) Timbang berat badan
2) Observasi tanda-tanda vital dan anamnesis
3) Tentukan daerah tusukan untuk keluar dan masuknya darah dari tubuh ke mesin
4) Beritahu pasien bahwa tindakan akan dimulai
5) Letakkan perlak di bawah tangan pasien
6) Dekatkan alat-alat yang akan digunakan

c. Persiapan Perawat
1) Perawat mencuci tangan
2) Perawat memakai masker dan scoret
3) Buka bak instrumen steril
4) Perawat memakai sarung tangan
5) Ambil spuit berisi lidocain untuk anestesi lokal (bila digunakan)
6) Ambil spuit 10 cc yang berisi Heparin untuk mengisi AV Fistula
7) Pasang duk belah di bawah tangan pasien, dan separuh duk ditutupkan di tangan

d. Memasukkan Jarum AV Fistula


1) Masukkan jarum AV Fistula (Outlet)
2) Setelah darah keluar aspirasi dengan spuit 10 cc dan dorong heparin, AV Fistula
diklem, spuit dilepaskan, dan ujung AV Fistula ditutup, tempat tusukan difiksasi
dengan plester dan pada atas sayap fistula diberi kassa steril dan diplester
3) Masukkan jarum AV Fistula (inlet) pada vena lain, jarak penusukan inlet dan outlet
usahakan lebih dari 3 cm
4) Jalankan blood pump perlahan-lahan sampai 20 ml/mnt kemudian pasang sensor
monitor
5) Program mesin hemodialisis sesuai kebutuhan pasien
6) Bila aliran kuran dari 100 ml/mnt karena ada penyulit, lakukan penusukan pada
daerah femoral
7) Alat kotor masukkan ke dalam plastik, sedangkan alat-alat yang dapat dipakai
kembali di bawa ke ruang disposal
8) Pensukan selesai, perawat mencuci tangan

 Cara Melakukan Punksi Femoral


a. Obeservasi daerah femoral (lipatan), yang aka digunakan penusukan
b. Letakkan posisi tidur pasien terlentang dan posisi kaki yang akan ditusuk
fleksi
c. Lakukan perabaan arteri untuk mencari vena femoral dengan cara menaruh 3
jari di atas pembuluh darah arteri, jari tengah di atas arteri
d. Dengan jari tengah 1 cm ke arah medial untuk penusukan jarum AV Fistula

 Melakukan Kanulasi Double Lumen


Cara kerjanya :
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
c. Berikan posisi tidur pasien yang nyaman
d. Dekatkan alat-alat ke pasien
e. Perawat mencuci tangan
f. Buka kassa penutup catheter dan lepaskan pelan-pelan
g. Perhatikan posisi catheter double lumen
- Apakah tertekuk?
- Apakah posisi catheter berubah?
- Apakah ada tanda-tanda meradang / nanah? Jika ada laporkan pada dokter

h. Memulai desinfektan
- Desinfektan kulit daerah kateter dengan kassa betadine, mulai dari pangkal
tusukan kateter sampai ke arah sekitar kateter dengan cara memutar kassa dari
dalam ke arah luar
- Bersihkan permukaan kulit dan kateter dengan kassa alkohol
- Pasang duk steril di bawah kateter double lumen
- Buka kedua tutup kateter, aspirasi dengan spuit 10 cc / 20 cc yang sudah
diberi NaCl 0,9% yang terisi heparin.
i. Tentukan posisi kateter dengan tepat dan benar
j. Pangkal kateter diberi Betadine dan ditutup dengan kassa steril
k. Kateter difiksasi kencang
l. Kateter double lumen siap disambungkan dengan arteri blood line dan venus line
m. Alat-alat dirapikan, pisahkan dengan alat-alat yang terkontaminasi
n. Bersihkan alat-alat
o. Perawat cuci tangan
Kateter double lumen mempunyai 2 cabang berwarna :
- Merah untuk inlet (keluarnya darah dari tubuh pasien ke mesin)
- Biru untuk outlet (masuknya darah dari mesin ke tubuh pasien)
8. MACAM-MACAM AKSES VASKULER dan INDIKASI PENGGUNAANNY
9. KOMPLIKASI HEMODIALISA
1. Infeksi
2. Hipotensi
3. Kelainan elektrolit
4. Kelebihan cairan
5. Hipokalemi
6. Sindrom diskulibriun dialisis

10. PEMANTAUAN SELAMA HEMODIALISIS


a. Monitor status hemodinamik, elektrolik, dan keseimbangan asam-basa, demikian juga
sterilisasi dan sistem tertutup.
b. Biasanya dilakukan oleh perawat yang terlatih dan familiar dengan protokol dan
peralatan yang digunakan. (Nursalam, 2006)

11. PEMANTAUAN SETELAH HEMODIALISIS


a. Berat badan pasien ditimbang.
b. TTV diperiksa.
c. Spesimen darah diambil untuk mengetahui kadar elektrolit serum dan zat sisa tubuh.
(Baradero, 2008)

12. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEMODIALISIS


A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai system tubuh (mual, muntah,
anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi mental), kadar serum yang meningkat.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium terminal).
3. Riwayat obat-obatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus dievaluasi
dengan cermat. Terapi antihipertensi, yang sering merupakan bagian dari susunan
terapi dialysis, merupakan salah satu contoh di mana komunikasi, pendidikan dan
evaluasi dapat memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan
minum obat dan kapan menundanya. Sebagai contoh, obat antihipertensi diminum
pada hari yang sama dengan saat menjalani hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi
selama hemodialisis dan menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya.
4. Psikospiritual
Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi penyakitnya
yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi masalah financial, kesulitan
dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta
impotensi, dipresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian.
Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling sering dialami pasien yang pertama
kali dilakukan hemodialisis.
5. ADL (Activity Day Life)
- Nutrisi : Pasien dengan hemodialisis harus diet ketat dan pembatasan
cairan masuk untuk meminimalkan gejala seperti penumpukan cairan yang dapat
mengakibatkan gagal jantung kongesti serta edema paru, pembatasan pada
asupan protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan
demikian meminimalkan gejala, mual muntah.
- Eliminasi : Oliguri dan anuria untuk gagal
- Aktivitas : Dialisis menyebabkan perubahan gaya hidup pada keluarga.
Waktu yang diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi waktu yang
tersedia untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik,
frustasi. Karena waktu yang terbatas dalam menjalani aktivitas sehai-hari.
6. Pemeriksaan fisik
- BB : Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan menurun.
- TTV: Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya denyut nadi dan
tekanan darah diatas rentang normal. Kondisi ini harus di ukur kembali pada saat
prosedur selesai dengan membandingkan hasil pra dan sesudah prosedur.
- B2 : hipotensi, turgor kulit menurun
a. Keadaan umum klien
1) Data subjektif : lemah badan, cepat lelah, melayang.
2) Data objektif : nampak sakit, pucat keabu-abuan, kurus, kadang – kadang
disertai edema ekstremitas, napas terengah-engah.
b. Kepala
1) Retinopati
2) Konjunktiva anemis
3) Sclera ikteric dan kadang – kadang disertai mata merah (red eye syndrome).
4) Rambut rontok
5) Muka tampak sembab
6) Bau mulut amoniak
c. Leher
1) Vena jugularis meningkat/tidak
2) Pembesaran kelenjar/tidak
d. Dada
1) Gerakkan napas kanan/kiri seimbang/simetris
2) Ronckhi basah/kering
3) Edema paru
e. Abdomen
1) Ketegangan
2) Ascites (perhatikan penambahan lingkar perut pada kunjungan berikutnya).
3) Kram perut
4) Mual/muntah
f. Kulit
1) Gatal-gatal
2) Mudah sekali berdarah (easy bruishing)
3) Kulit kering dan bersisik
4) Keringat dingin, lembab
5) Perubahan turgor kulit
g. Ekstremitas
1) Kelemahan gerak
2) Kram
3) Edema (ekstremitas atas/bawah)
4) Ekstremitas atas : sudahkah operasi untuk akses vaskuler

13. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru sekunder
terhadap adanya edema pulmoner.
b. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat,
mual, muntah, anoreksia
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialisis.
d. Mual berhubungan dengan proses pengobatan

e. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke


jaringan sekunder terhadap penurunan Hb.
f. Resiko penurunan curah jantung
14. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA Tujuan dan KH Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai
berhubungan dengan dengan kondisi pasien …x24jam dapat membaik 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
edema paru Kriteria hasil : lift atau jaw thrust bila perlu
Dispnea menurun 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Bunyi nafas tambahan menurun ventilasi
Pco2 dan po2 membaik 3. Identifikasi pasien perlunya
Pola nafas membaik pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo jika perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan secret dengan batuk atau
suction
7. Auskultasi suara nafas catat adanya
suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Beri bronkodilator bila perlu
10. Atur intake untuk cairan untuk
mengoptimalkan keseimbangan
11. Monitor respirasi dan status Oksigen
2. Ketidak efektifan nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai
kurang dari kebutuhan dengan kondisi pasien …x24jam nutrii kurang
tubuh berhubungan dari kebutuhan tubuh pasien membaik 1. Kaji adanya alergi makanan
dengan intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Kriteria Hasil :
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
inadekuat,mual, muntah.
Asupan cairan meningkat yang dibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Asupan.meningkat. intake
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Mintah menurun. protein dan vitamin C
5. Berikan substansi gula
Dehidrasi menirun 6. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
Turgor kulit memnaik mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian
9. Monitir jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
10. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan

1.
3 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai
aktivitas dengan kondisi pasien …x24jam pasien dapat
beraktivitas sesuai kemampuan dengan kriteria 1. Diskusikan dengan pasien/ orang
berhubungan terdekat bagaimana diagnosis dan
hasil :
dengan keletihani pengobatan yang mempengaruhi
Kekuatan tubuh bagian atas meningkat.
kehidupan pribadi pasien/rumah dan
produk sampah Kekutan tubuh bagian bawah meningkat
aktifitas kerja
Perasaan lemah menurun.
dan prosedur 2. Tinjau ulang efek sampin yang
Aktivitas sehari hari meningkat. diantisipasi berkenaan dengan
dialisis. pengobatan tertentu, termasuk
kemungkinan efek aktifitas seksual dan
rasa ketertarikan / keinginan misal
alopesia, kecatatan bedah, beri tau pasien
bahwa tidak semua efek samping terjadi
3. Dorong diskusi tentang/ pecahkan
masalah tentang efek kanker /
pengobatan pada peran sebagai ibu
rumah tangga, orang tua, dan sebagainya.
4. Akui kesulitan pasien yang mungkin
dialami. Berikan informasi bahwa
konseling sering perlu dan penting dalam
DAFTAR PUSTAKA

Barader Mary. 2008. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Levin, A, et all. 2008. Guidelines for The Management of Chronic Kidney Disease. CMAJ 2008;
179(11)
Misra, M., 2005, The basics of hemodialysis equipment, Hemodialysis International, 9: 30–36.
Nursalam, M.Nurs, DR (Hons). 2006. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Ed. 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai