Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Hemodialisis merupakan tindakan menyaring dan mengeliminasi sisa metabolisme
dengan bantuan alat. Fungsinya untuk mengganti fungsi ginjal dan merupakan terapi utama
selain transplantasi ginjal dan peritoneal dialisis pada orang-orang dengan penyakit ginjal kronik.
Indikasi hemodialisis adalah semua pasien dengan GFR < 15mL/menit, GFR < 10mL/menit
dengan gejala uremia, dan GFR < 5mL/menit tanpa gejala gagal ginjal (Rahman, 2013).

2.2 Proses Hemodialisis

(diunduh dari http://www.medbroadcast.com/)

Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung ginjal buatan
(dializer) yang terdiri dari dua kompartemen. Kompartemen tersebut terdiri dari kompartemen
darah dan kompartemen dialisat yang dibatasi oleh selaput semipermeabel buatan. Kompartemen
dialisat dialiri oleh cairan dialisat yang berisi larutan dengan komposisi elektrolit mirip serum
normal dan tidak mengandung sisa metabolisme nitrogen. Darah pasien dipompa dan dialirkan
menuju kompartemen darah. Selanjutnya, akan terjadi perbedaan konsentrasi antara cairan
dialysis dan darah karena adanya perpindahan zat terlarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah (Sudoyo, 2009).
Pasien akan terpajan dengan cairan dialisat sebanyak 120-150 liter setiap dialisis. Zat
dengan berat molekul ringan yang terdapat dalam cairan dialisat dapat berdifusi ke dalam darah.
Untuk itu, diperlukan reverse osmosis. Air akan melewati pori-pori membransemi-permeabel
sehingga dapat menahan zat dengan berat molekul ringan. Terdapat dua jenis cairan dialisat,
yaitu asetat dan bikarbonat. Cairan asetat bersifat asam dan dapat mengurangi kemampuan tubuh
untuk vasokonstriksi yang diperlukan tubuh untuk memperbaiki gangguan hemodinamik yang
terjadi setelah hemodialisis. Sementara cairan bikarbonat bersifat basa, sehingga dapat
menetralkan asidosis yang biasa terdapat pada pasien GGK. Cairan bikarbonat juga tidak
menyebabkan vasokonstriksi (Sudoyo, 2009).

2.3 Etiologi
Hemodialisa dilakukan karena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat dari :
azotemia, simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat, kelebihan
cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa diatasi, batu ginjal, dan
sindrom hepatorenal.

2.4 Patofisiologi
Ginjal adalah organ penting bagi hidup manusia yang mempunyai fungsi utama untuk
menyaring / membersihkan darah. Gangguan pada ginjal bisa terjadi karena sebab primer
ataupun sebab sekunder dari penyakit lain. Gangguan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya
gagal ginjal atau kegagalan fungsi ginjal dalam menyaring / membersihkan darah. Penyebab
gagal ginjal dapat dibedakan menjadi gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik. Dialisis
merupakan salah satu modalitas pada penanganan pasien dengan gagal ginjal, namun tidak
semua gagal ginjal memerlukan dialisis. Dialisis sering tidak diperlukan pada  pasien dengan
gagal ginjal akut yang tidak terkomplikasi, atau bisa juga dilakukan hanya untuk indikasi tunggal
seperti hiperkalemia. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melalui hemodialisis
pada pasien gagal ginjal kronik terdiri dari keadaan penyakit  penyerta dan kebiasaan pasien.
Waktu untuk terapi ditentukan oleh kadar kimia serum dan gejala-gejala. Hemodialisis biasanya
dimulai ketika bersihan kreatin menurun dibawah 10 ml/mnt, yang biasanya sebanding dengan
kadar kreatinin serum 8-10 mge/dL namun demikian yang lebih penting dari nilai laboratorium
absolut adalah terdapatnya gejala-gejala uremia.

2.5 Pathway Hemodialisa

2.6 Prinsip-prinsip yang Mendasari Hemodialiasis


Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen toksik dari dalam darah
dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis aliran darah yang penuh dengan toksin
dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke tempat darah tersebut dibersihkan dan
kemudian di kembalikan lagi ke tubuh pasien. Ada tiga prinsip yang mendasar kerja hemodialisis
yaitu: difusi, osmosis dan ultra filtrasi.
Toksin dan zat limbah di dalam darah di keluarkan melalui proses difusi dengan cara
bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan dialisis dengan konsenterasi
yang lebih rendah.
Air yang berlebihan di keluarkan dari dalam tubuh di keluarkan melalui proses osmosis.
Pengeluaran air dapat di kendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, dengan kata lain
bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih
rendah (cairan dialist).
Gradient ini dapat di tingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal
sebagai ultrafiltasi pada mesin dialis. Tekanan negatif diterapkan pada alat fasilitasi  pengeluaran
air. Karena pasien tidak dapat mengekresikan air, kekuatan ini di perlukan untuk mengeluarkan
cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan).

2.7 Komponen Utama pada Hemodialisis


Hemodialisis terdiri dari 3 komponen dasar yaitu :
a. Sirkulasi darah
Bagian yang termasuk dalam sirkulasi darah adalah mulai dari jarum/ kanulaarteri (inlet), arteri
blood line (ABL), kompartemen darah pada dializer, venus blood line (VBL), sampai jarum /
kanula vena (outlet).
b. Sirkulasi Dialisat
Dialisat adalah cairan yang digunakan untuk prosedur HD. Berada dalam kompartemen dialisat
berseberangan dengan kompartemen darah yang dipisahkan oleh selaput semi permeable dalam
dializer. Terdapat 2 dialisat yaitu dialisat pekat (concentrate) dan air.
c. Membrane Semi permeable
Membrane semi permeable adalah suatu selaput atau lapisan yang sangat tipis dan mempunyai
lubang (pori) sub mikroskopis. Dimana partikel dengan BM kecil & sedang (small and middle
molekuler) dapat melewati pori membran, sedangkan partikel dengan BM besar (large
molekuler) tidak dapat melalui pori membrane tersebut.

2.8 Indikasi
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuksementara sampai
fungsi ginjalnya pulih. Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila
terdapat indikasi :
a. Hiperkalemia ( K > 6 mEq/l)
b. Asidosis
c. Kegagalan terapi konservatif
d. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah
e. Kelebihan cairan.
f. Perikarditis dan konfusi yang berat.
g. Hiperkalsemia dan hipertensi.

2.10 Penatalaksanaan Pasien yang Menjalani Hemodialisis


Hemodilisa merupakan hal yang sangat membantu pasien sebagai upaya memperpanjang
usia penderita. Hemodialisa tidak dapat menyembuhkan penyakit ginjal yang di derita pasien
tetapi hemodiaisa dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal. Pasien
hemodialisa harus mendapat asupan makanan yang cukup agar tetap dalam gizi yang baik. Gizi
kurang merupakan prediktor yang penting untuk terjadinya kematian pada pasien hemodialisa.
Adapun anjuran pemberian diet pada pasien hemodialisa 2 x/ minggu :
a. Protein : 1–1,2 gr/kgBB/hari
b. Kalori : 126–147 kj/ kgBB (30–35 kal/kgBB/hari)
c. Lemak : 30 % dari total kalori
d. Hidrat arang : sedikit gula (55 % total kalori)
e. Besi : 1,8 mmol/hari (100 mg)
f. Ca : 25–50 mmol/hari (1000–2000)g.Air : 750–1000 ml/hari (500 + sejumlah urin/24
jam).

2.11 Komplikasi Terapi Hemodialisa


Komplikasi terapi dialisis sendiri dapat mencakup hal-hal berikut :
a. Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan.
b. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi jika udara
memasuki sistem vaskuler pasien.
c. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya sirkulasi
darah di luar tubuh.
d. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir metabolisme
meninggalkan kulit.
e. Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan serebral dan muncul
sebagai serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadinya lebih besar jika terdapat
gejala uremia yang berat.
f. Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat meninggalkan
ruang ekstrasel.
g. Mual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi.

https://www.academia.edu/35618684/HEMODIALISA.docx
http://digilib.unila.ac.id/6670/14/BAB%20II.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1525/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai