Cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa.
Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu sesuai dengan jenis kelamin dan umur
individu tersebut. Jaringan otot memiliki kandungan air yang tinggi. Maka jika wanita
dibandingkan dengan pria, akan ditemukan bahwa cairan tubuh pria lebih besar karena sedikit
jaringan lemak dan banyaknya masa otot. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dati
total berat badan. Selain itu, Jaringan lemak pada dasarnya bebas air. Oleh karena itu jika
dibandingkan dengan orang gemuk dengan kurus maka orang gemuk memiliki jumlah cairan
tubuh yang relaif kecil. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relative lebih besar
dibandingkan orang dewasa dan lansia.1
Tabel 2.1 Air tubuh total dalam presentase berat badan
Bayi baru lahir
75%
Dewasa
Pria (20-40 tahun)
60%
50%
45-50%
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. Dua pertiga bagian (67%)
dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan sepertiganya (33%) berada di luar
sel (cairan ekstrasel/ CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi
20% CES atau 15% dari total berat badan, dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau
5% dari total berat badan. Selain kedua kompartmen tersebut, ada kompartmen lain yang
ditempati cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun, volumenya diabaikan karena kecil, yaitu
cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll.1
Distribusi cairan tubuh:2,3
2.1 Cairan intraselular
Membran sel bagian luar memegang peranan penting dalam mengatur volume dan
komposisi intraselular. Pompa membran-bound ATP-dependent akan mempertukarkan Na
dengan K dengan perbandingan 3:2. Oleh karena membran sel relativ tidak permeabel tehadap
ion Na dan ion K, oleh karenanya potasium akan dikonsentrasikan di dalam sel sedangkan ion
sodium akan dikonsentrasiksn di ekstra sel. Potasium adalah kation utama ICF dan anion
utamanya adalah fosfat. Akibatnya, potasium menjadi faktor dominant yang menentukan tekanan
osmotik intraselular, sedangkan sodium merupakan faktor terpenting yang menentukan tekanan
osmotik ekstraselular.
Impermeabilitas membran sel terhadap protein menyebabkan konsentrasi protein
intraselular yang tinggi. Oleh karena protein merupakan zat terlarut yang nondifusif (anion),rasio
pertukaran yang tidak sama dari 3 Na+ dengan 2 K+ oleh pompa membran sel adalah hal yang
penting untuk pencegahan hiperosmolaritas intraselular relativ. Gangguan pada aktivitas pompa
Na-K-ATPase seperti yang terjadi pada keadaan iskemi akan menyebabkan pembengkakan sel.
2.2 Cairan ekstraselular
Fungsi dasar dari cairan ekstraselular adalah menyediakan nutrisi bagi sel dan
memindahkan hasil metabolismenya. Keseimbangan antara volume ektrasel yang normal
terutama komponen sirkulasi (volume intravaskular)adalah hal yang sangat penting. Oleh sebab
itu secara kuantitatif sodium merupakan kation ekstraselular terpenting dan merupakan faktor
utama dalam menentukan tekanan osmotik dan volume sedangkan anion utamanya adalah
klorida (Cl- ), bikarbonat (HCO3- ). Perubahan dalam volume cairan ekstraselular berhubungan
dengan perubahan jumlah total sodium dalam tubuh. Hal ini tergantung dari sodium yang masuk,
ekskeri sodium renal dan hilangnya sodium ekstra renal.
2.3 Cairan interstisial (ISF)
Normalnya sebagian kecil cairan interstisial dalam bentuk cairan bebas. Sebagian besar
air interstisial secara kimia berhubungan dengan proteoglikan ekstraselular membentuk gel. Pada
umumnya tekanan cairan interstisial adalah negatif ( kira-kira -5 mmHg). Bila terjadi
peningkatan volume cairan iterstisial maka tekanan interstisial juga akan meningkat dan kadangkadang menjadi positif. Pada saat hal ini terjadi, cairan bebas dalam gel akan meningkat secara
cepat dan secara klinis akan menimbulkan edema. Hanya sebagian kecil dari plasma protein yang
dapat melewati celah kapiler, oleh karena itu kadar protein dalam cairan interstisial relatif rendah
(2 g/Dl). Protein yang memasuki ruang interstisial akan dikembalikan kedalam sistim vaskular
melalui sistim limfatik.
2.4 Cairan intravaskular (IVF)
Cairan intravaskular terbentuk sebagai plasma yang dipertahankan dalam ruangan
intravaskular oleh endotel vaskular. Sebagian besar elektrolit dapat dengan bebas keluar masuk
melalui plasma dan interstisial yang menyebabkan komposisi elektrolit keduanya yang tidak jauh
berbeda. Bagaimanapun juga, ikatan antar sel endotel yang kuat akan mencegah keluarnya
protein dari ruang intravaskular. Akibatnya plasma protein (terutama albumin) merupakan satusatunya zat terlarut secara osmotik aktif dalam pertukaran cairan antara plasma dan cairan
Extracellular
Gram-Molecular
Weight
Intracellular
(mEq/L)
Intravaskular
(mEq/L)
Interstitial
(mEq/L)
Sodium
23.0
10
145
142
Potasium
39.1
140
Calcium
40.1
<1
Magnesium
24.3
50
Chloride
35.5
105
110
Bicarbonate
61.0
10
24
28
Phosphorus
31.0
Protein (g/dL)
75
16
besar dari cairan intertisial, cairan masuk ke capiler atau kompartemen pembuluh darah bila
pompa jantung efektif.
Perpindahancairandanelektrolittubuhterjadidalamtigafaseyaitu :
1.
FaseI :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh kedalam system sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen
diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2.
Fase II :
Cairan interstitial dengankomponennyapindahdaridarahkapilerdansel
3.
Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel.
Pembuluh darah kapiler dan membrane sel yang merupakan membrane semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah
1. SherwoodL. Human physiology: From cells to systems. 9th ed. California: Brooks/ ColeThomson Learning, Inc. 2012
2. SIlverthorn DU. Human physiology: An integrated approach. 5rd ed. San Francisco: Pearson
Education.2013
3. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Pennsylvania: Elsevier; 2006.