Anda di halaman 1dari 22

BAB I

TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengetahui manfaat uji biokimia.


2. Mengidentifikasi jenis spesimen yang digunakan untuk analisis biokimia dan
tujuan pemeriksaannya.
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi interpretasi hasil.
4. Menentukan perbedaan serum, plasma dan fibrin.
5. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan terhadap kondisi kesehatan seseorang.

Page 1
BAB II

HASIL PRAKTIKUM

Tabel 1. Hasil Uji Biokimia Dengan Spesimen Darah

Tabung ke- Hasil Pengamatan Kesimpulan


Pemisahan Plasma, Serum dan Endapan Merah (Packed cell)
1 Bagian atas : Plasma Darah yang disentrifugasi dan
3 ml darah + EDTA di Bagian tengah : Buffy coat ditambah antikoagulan akan
sentrifugasi Bagian bawah : Endapan terjadi pemisahan komponen
merah meliputi plasma (bening)
terbentuk di bagian atas packed
cell, buffy coat akan berada di
atas sel darah merah.
Pemisahan plasma, serum dan endapan merah (packed cell)
2 Bagian atas : Serum Darah yang disentrifugasi tanpa
3 ml darah di sentrifugasi Bagian bawah : Endapan antikoagulan terjadi pemisahan
selama 15 menit merah dimana serum berada di atas
dan di bagian bawah adalah
endapan merah.
Pemisahan serum dan fibrin
1 Filtrat : Serum Penggunaan NaCl dan CaCl2
1 ml plasma darah + 15 Endapan : Fibrin berfungsi untuk mengendapkan
ml Nacl 0,9% + 1 tetes fibrin dalam bentuk gel,
CaCl2 20% sehingga fibrin terpisah dari
plasma yang membentuk filtrat
berupa serum dan endapannya
berupa fibrin.

Lampiran gambar hasil berdasarkan penelusuran literatur

Page 2
Gambar 1. Hasil Pemisahan Plasma dan Serum

Gambar 2. Hasil Pemisahan Serum dan Fibrin

BAB III
PEMBAHASAN

Page 3
UJI BIOKIMIA

Uji biokimia adalah pengujian larutan atau zat-zat kimia dari bahan-bahan
dan proses-proses yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup, sebagai upaya untuk
memahami proses kehidupan dari sisi kimia. Biokimia bertujuan untuk memahami
bagaimana interaksi biomolekul satu dengan lainnya yang membawa sifat-sifat
kehidupan ini. Belum pernah dalam pengamatan logika molekul sel hidup, kita
menemukan suatu pelanggaran terhadap hukum-hukum yang telah dikenal, seiring
dengan itu pula, kita belum pernah memerlukan pendefinisian hukum baru. Mesin
organik lunak sel hidup berfungsi di dalam kerangka hukum-hukum yang sama mengatur
mesin  buatan manusia. Akan tetapi, reaksi-reaksi kimia dan proses pengaturan sel telah
maju demikian pesat, melampaui kemampuan kerja mesin buatan manusia.Uji biokimia
merupakan salah satu komponen yang berperan dalam penilaian dan penanganan
pasien.Uji biokimia dapat digunakan untuk menganalisis penyakit, menegakkan
diagnosa, dan menentukan prognosis suatu penyakit serta pemantauan terapi. (Lehninger,
1995).

1. MENGIDENTIFIKASI JENIS SPESIMEN YANG DIGUNAKAN UNTUK


ANALISIS BIOKIMIA DAN TUJUAN PEMERIKSAANNYA

Tabel 1. Hasil Uji Biokimia Dengan Spesimen Darah

1) Darah ditambahkan EDTA kemudian disentrifugasi mengalami pemisahan


komponen darah pemisahan antara plasma dan packed cell, packed cell akan jatuh
ke dasar tube dan buffy coat akan berada di atas sel darah merah dan plasma berada
di bagian atas. Pemisahan ini berdasarkan berat molekul dimana berat molkekul
yang berat akan berada di bawah. Plasma darah terdiri dari 55% dan packed cell
terdiri dari 45 % dimana 1 % nya terdiri dari buffy coat (trombosit dan leukosit).
Buffy coat berada di atas sel darah merah karena berat molekulnya lebih ringan
dibandingkan sel darah merah. Didalam plasma darah mengandung 91% air, 8%
protein terlarut, 1% asam organik dan 1% garam. Dalam plasma terdapat protein
seperti fibrinogen, albumin, dan globulin. Fibrinogen yang merupakan komponen
dalam pembekuan darah. Pada praktikum ini sentrifugasi berfungsi agar pemisahan
pada darah (plasma , serum, endapan merah dan fibrin) diperoleh jauh lebih cepat
dan sempurna. (biokimia teknik penelitian) Hal ini sesuai dengan teori yaitu Proses

Page 4
sentrifugasi darah adalah teknik pemisahan suatu bahan berdasarkan berat molekul
dengan kecepatan tertentu.
Sel darah dapat terpisah dari plasma karena massanya yang lebih besar. Dengan
demikian, sel darah merah merupakan yang paling berat karena dapat terkumpul di
bagian paling bawah tabung. (Kamajaya, Fisika). Berat jenis plasma normal yaitu
1026. ( Tambayong, dr.Jan, Patofisiologi untuk keperawatan). Protein plasma
dengan berat molekul rendah yaitu berat molekul kurang dari 40.000 dalton.
( Jeyaratnam dan Koh, David, Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja). Terdapat
sekitar 280 juta molekul hemoglobin di dalam setiap sel darah merah ( Tortora dan
Derickson, 2006). Hemoglobin adalah sejenis protein dengan berat molekul 64.500
dalton, terdiri dari 4 rantai polipeptida. (Hilman, Ault dan Rinder,2005)
EDTA sebagai antikoagulan bertujuan untuk mencegah sampel darah membeku dan
umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau potassium (kalium),
EDTA dalam bentuk garam Kalium 15 kali lebih larut dalam air dibandingkan dalam
bentuk garam Natrium. EDTA mencegah koagulasi dengan cara mengikat atau
mengkhelasi kalsium sehingga terbentuk garam kalsium yang tidak larut. Kalsium
adalah salah satu faktor pembekuan darah. Takaran pemakaiannya 1 s/d 1,5 mg
EDTA untuk setiap ml darah. Bila takaran berlebihan akan menyebabkan eritrosit
mengkerut. Mengkerutnya eritrosit berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan
mikrohematokrit. EDTA memiliki keunggulan dibanding dengan antikoagulan yang
lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga ideal untuk pengujian
hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, KED, hitung leukosit,
hitung trombosit, retikulosit, apusan darah, dsb. (Sadikin,mohamad.biokimia darah;
Kiswari dan Agung, 2005).
2) Tabung kedua darah disentrifugasi tetapi tidak ditambahkan EDTA (antikoagulan)
sehingga terjadi pemisahan komponen darah yaitu pada bagian atas berupa serum
(plasma darah tanpa fibrinogen) dan bagian bawah berupa blood clot/endapan
merah. Terbentuknya blood clot disebabkan karena darah tidak ditambahkan EDTA
sehingga sel darah mudah mengalami koagulasi.
Sel darah dapat terpisah dari plasma karena massanya yang lebih besar sehingga
dapat terkumpul di bagian paling bawah tabung. (Kamajaya, Fisika).
3) Tabung ketiga untuk pemisahan serum dan fibrin, darah ditambahkan NaCl dan
CaCl2 yang berfungsi untuk mengendapkan fibrin dalam bentuk gel, sehingga fibrin
terpisah dari plasma yang membentuk filtrat berupa serum dan endapannya berupa

Page 5
fibrin. Sehingga pada tabung percobaan ini terjadi pembekuan darah. Hal ini sesuai
dengan teori yaitu fraksinasi protein menjadi bagian-bagiannya dapat dilakukan
dengan cara beberapa salah satunya cara pengendapan garam. Pemisahan dengan
cara pengendapan garam dilakukan dengan menambahkan garam-garam tertentu
(NaCl, MgSO4, Na2SO4, CaCl2).
Mekanisme pembekuan darah : Prothrombin (protein plasma α2-globulin) dibentuk
oleh hati dan dipakai untuk pembekuan darah. Apabila terjadi Rupture maka akan
mengaktifkan activator prothrombin. Activator prothrombin mengkatalisis
perubahan prothrombin → thrombin, dengan tambahan ion Ca+. Thrombin bekerja
sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen → benang fibrin. Thrombin berada di
globulin plasma yang normal dan juga dihasilkan oleh trombosit yang terperangkap
dalam bekuan. Benang fibrin ini yang berguna dalam menutupi luka. Benang fibrin
memiliki ikatan hidrogen nonkovalen yang lemah dan tidak berikatan silang antara
satu dengan yang lainnya, sehingga mudah dicerai beraikan. ( Guyton and Hall 12th
ed-text book of medical physiology. Elsevier Saunders.2011)

2. PERBEDAAN PLASMA, SERUM DAN FIBRIN


Plasma dan serum tidak dapat dibedakan secara kasat mata saja. Oleh karena
plasma diperoleh dengan mencegah proses penggumpalan darah dan serum didapat
dengan membiarkan proses tersebut, plasma niscaya mengandung senyawa yang
seharusnya dapat menggumpalkan darah. Senyawa tersebut mestinya sudah tidak ada
lagi dalam serum. Senyawa tersebut adalah fibrinogen, suatu protein darah, yang
berubah menjadi jarring dari serat-serat fibrin pada peristiwa penggumpalan. Dengan
demikian, di dalam serum tidak ada lagi fibrinogen, karena protein sudah berubah
menjadi jarring fibrin dan menggumpal bersama unsur figurative yang berupa sel.
Sebaiknya, di dalam plasma masih tetap terdapat fibrinogen, yang tidak dapat berubah
menjadi fibrin karena adanya antikoagulan yang ditambahkan. (Biokimia Darah, Dr. H.
Mohamad Sadikin, DSc.)

Berikut penjelasan lebih lanjut dengan tabel :

Ciri Serum Plasma Fibrin


Warna Agak kuning dan jernih Agak kuning dan jernih Merah muda gelap
Bentuk Merupakan bagian dalam Merupakan bagian dalam
darah yang tidak darah yang cair namun

Page 6
mengandung zat pembekuan cenderung menggumpal
darah namun terdapat karena mengandung
protein nutrisi, hormone dan zat
pembeku darah
Komposisi Serum mengandung zat Zat yang ada di dalam
protein, hormone, glukosa, plasma tidak jauh
elektrolit, antibody, antigen berbeda dengan serum
dan partikel tertentu. Zat darah. Hanya saja plasma
yang ada didalam serum mengandung zat yang
hampir sama dengan plasma berfungsi sebagai zat
darah hanya saja tanpa ada pembeku darah.
faktor pembekuan darah.
Sebagai perumpaan
mudahnya adalah plasma
yang tidak mengandung
faktor pembeku darah
disebut dengan serum.
Kekentalan >kental dari air >kental dari air
Antikoagula Tidak perlu Perlu
n
Volume serum darah memiliki plasma darah memiliki
voume yang lebih kurang berat 55% dari
dari plasma darah. keseluruhan volume
darah. Plasma darah
terdiri dari 93% air dan
7% terdiri dari sel darah
lainnya. Plasma darah ini
memiliki kerapatan 1.025
kg per meter kubik
Penggunaan serum darah digunakan plasma darah sering
Medis berbagai keperluan diagnosa digunakan dalam bidang
yang kemudian berguna medis untuk menjadi
sebagai penentu kadar hCG, tranfusi kepada para
kolestrol, gula, protein dan penderita hemophilia
zat lainnya yang ada di atau penyakit yang

Page 7
dalam darah membuat pembekuan
darah lainnya, shock atau
luka bakar,
imunodefesiensi dan
lainnya.
Mengapa serum darah perlu plasma darah dipisahkan
perlu dipisahkan karena bisa lebih dengan tujuan yaitu bisa
dipisahkan? efektif digunakan dalam membuat usia lebih
penelitian. Hal ini panjang, jika plasma
disebabkan karena serum darah dipisahkan dan
darah memiliki zat antigen disimpan dengan baik
lebih banyak dari pada bisa bertahan hingga satu
plasma atau sel darah tahun lamanya. Plasma
lainnya. sedangkan plasma dapat terbentuk lagi 2
darah memiliki zat hingga 3 hari setelah
antikoagulan yang bisa mengalami pengangkutan
membuat reaksi kimia rusak
dalam darah sehingga tidak
efektif digunakan dalam
proses penelitian.

TUGAS BACA

Tabel 2. Spesimen Yang Digunakan Untuk Analisis Biokimia

1. Saliva
Merupakan salah satu spesimen yang digunakan dalam analisis biokimia untuk
mengetahui apakah seorang bayi akan lahir prematur atau tidak. Salah satu penyebab
bayi prematur yaitu kadar progesterone yang rendah yang bisa diliat dari air liur.
Selama kehamilan, progesteron membantu meningkatkan fungsi-fungsi dari
plasenta. Hormon ini memainkan peran penting dalam pertumbuhan dari jaringan
payudara dan membantu menjaga ketebalan serta perkembangan endometrium
selama kehamilan. Sehingga apabila kekurangan progesterone menyebabkan
pertumbuhan dari jaringan payudara dan perkembangan endometrium menurun

Page 8
sehingga bisa menyebabkan kontraksi sebelum waktunya. ( Hamilton, Persis Mary.
Dasar-dasar keperawatan maternitas)
2. Dahak, Aspirat Trakea Dan Bilasan Bronkoaveolar
Merupakan spesimen yang digunakan untuk memeriksa virus MERS-CoV.
Digunakan spesimen yang berasal dari saluran nafas bawah karena virus ini
menyerang saluran pernafasan. Hal ini sesuai dengan teori yaitu MERS – CoV
adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus yang
merupakan jenis baru dari kelompok Coronavirus (Novel Corona Virus). MERS-
CoV adalah penyakit sindrom pernapasan yang menyerang saluran pernapasan mulai
dari yg ringan s/d berat. Virus ini dapat menular secara lansung melalui percikan
dahak (droplet) pada saat pasien batu atau bersin dan secara tidak langsung melalui
kontak dengan benda yang terkontaminasi virus. ( Kementrian Kesehtan Republic
Indonesia. Pedoman Umum Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory
Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV).2013 )
3. Estrogen
Digunakan untuk pemeriksaan disfungsi ovarium. Hormon Estrogen diproduksi oleh
ovarium sehingga apabila terjadi kelebihan ataupun kekurangan hormon estrogen
berarti ada masalah dengan ovarium. Estrogen juga disebut sebagai hormon seks
pada wanita. Kegagalan fungsi ovarium dan anovulation (tidak terjadi proses
pelepasan telur) dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon. (Kasdu,Dini.
Solusi problem wanita dewasa)
4. Feses
Merupakan spesimen yang digunakan untuk mengetahui banyaknya parasit seperti
telur ascaris lumbricoids dan telur cacing tambang. Kuman cacing ini bisa saja
berasal dari makanan yang kita makan dan dikeluarkan lewat anus melalui bentuk
feses. Feses yang dikeluarkan bisa saja masih terdapat kuman cacing karena kuman
cacing tersebut bisa bertahan dalam melewati proses pencernaan. Sehingga
digunakan spesimen feses untuk mengetahui kuman cacing. Pemeriksaan feses dapat
dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan
dengan metode natif, metode apung, metode harada mori, dan Metode kato. Metode
ini digunakan untuk mengetahui jenis parasit usus, sedangkan secara kuantitatif
dilakukan dengan metode kato untuk menentukan jumlah cacing yang ada di dalam
usus.  (Gandahusada.dkk, 2000).
5. Sperma (Semen)

Page 9
Merupakan spesimen yang digunakan untuk mengetahui kesuburan pria karena
sperma merupakan cairan yang tersusun dari berbagai produk organ-organ pada
sistem reproduksi pria. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah ada
masalah pada sistem produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi biang
ketidaksuburan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur dapat mempengaruhi
kualitas sperma, bertambahnya umur seseorang juga akan membuat organ tubuh
akan mengalami degenerasi dan poliferasi sel menjadi lambat sehingga kerja dari
organ tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik dan gangguan pada
spermatogenesis juga dapat mempengaruhi . Gangguan pada spermatogenesis dapat
mengakibatkan morfologi sperma yang abnormal sehingga akan mempengaruhi
motilitas sperma itu sendiri. (Permatasari,prita.jurnal gambaran fertilitasmasyarakat
palu yang melakukan pemeriksaan analisa kuantitatif sperma.vol 6 no1.)

Tabel 3. Pengaruh Faktor Biologis Terhadap Hasil Uji Biokimia

1. Usia
Karena semakin usia kita bertambah metabolisme di dalam tubuh semakin menurun
begitupun dengan fungsi-fungsi organ dalam tubuh.

2. Aktivitas Fisik
Dalam beraktivitas tentunya diperlukan energi. Energi dibutuhkan untuk aktivitas
otot, sekresi kelenjar, mempertahankan potensial membran pada saraf dan serat otot,
dan juga pembentukan zat di dalam sel. Energi didapatkan dari makronutrien, yaitu
karbohidrat,lipid, serta protein. Untuk melakukan aktivitas berat diperlukan energi
yang lebih banyak pula. Sumber energi utama yangt dibutuhkan adalah karbohidrat,
namun jika berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik maka karbohidrat
tersebut akan terkonversi menjadi lemak yang dapat menimbulkan obesitas.
Sedangkan kekurangan karbohidrat karena aktivitas yang berat dapat menyebabkan
tubuh mengubah lemak menjadi energi. Metabolisme lemak akan menghasilkan
keton, apabila terjadi terlalu banyak konversi lemak menjadi energi, jumlah keton
dalam darah pun meningkat yang selanjutnya menyebabkan keracunan darah
(ketosis). (Irnaningtyas,2013)
3. Jenis Kelamin
Antara pria dan wanita memiliki beberapa kisaran data normal yang berbeda-beda.
Contohnya sel darah merah (eritrosit). Pada umumnya pria mempunyai jumlah sel

Page 10
darah merah yang lebih banyak dibandingkan wanita hal ini disebabkan pria pada
umumnya memiliki aktivitas yang lebih banyak dan berat dibandingkan wanita
sehingga membutuhkan oksigen lebih banyak. Seperti yang kita ketahui oksigen itu
dibawa oleh eritrosit. Jadi semakin banyak oksigen yang dibutuhkan tubuh maka
eritrosit yang dimiliki semakin banyak. Pria normal rata-rata mempunyai eritrosit ±
5 juta per mm3 darahnya, sedangkan wanita mempunyai eritrosit ± 4,5 juta per mm 3
darahnya. (Guyton dan Hall; Ferdinand, Fictor. Praktis biologi )
4. Stress
Stress sering disebut sebagai faktor penyebab berbagai penyakit yang menyerang
tubuh, padahal secara umum stress itu tidak mengandung virus ataupun bakteri.
Tetapi ternyata efek stress itu sangat berpengaruh terhadap sistem organ,
metabolisme dan juga tubuh secara keseluruhan. Contohnya kolestrol. Stress yang
ada pada seseorang akan memicu pelepasan hormon kortisol dan akan bekerja untuk
mengatur seluruh sistem di dalam tubuh seperti jantung, paru-paru, peredaran darah,
metabolisme tubuh, dan sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi stress yang ada.
Semakin stress seseorang, biasanya kadar hormon kortisol dalam tubuhnya akan
semakin tinggi. Akibat pelepasan hormon kortisol itu pula terjadi penguraian lemak
di dalam tubuh, dimana terjadi pembebasan lemak ke dalam darah yang terjadi di
hati. Pelepasan lemak inilah yang memicu tingginya kolestrol di dalam darah.
(Graha, Chairinniza K. Kolestrol).
5. Kondisi Fisik
Penyakit bawaan, luka dan cidera dapat mempengaruhi hasil uji. Contohnya
penyakit hemofilia. Hemofilia merupakan salah satu penyakit genetik yang
mengakibatkan darah sukar membeku. Hemofilia terjadi akibat kekurangan salah
satu faktor pembekuan darah. Hemofilia menyebabkan tidak terbentuknya faktor
antihemofilia yang diperlukan untuk pemecahan trombosit menjadi trombokinase
pada proses pembekuan darah. (Ariebowo, Moekti. Praktis Belajar Biologi ).

Tabel 4. Nama Analit Dan Tujuan Pemeriksaan Rutin

a. Uji Menggunakan Spesimen Darah


Glukosa
Dapat digunakan untuk mengukur kadar gula darah untuk mendeteksi penyakit
Diabetes Mellitus. Penyakit ini berhubungan dengan tingginya kadar gula darah

Page 11
yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin yang berperan dalam
menurunkan kadar gula darah yang tinggi di dalam tubuh. Insulin dihasilkan
oleh Sel Beta Pulau Langerhans Pankreas, yang berfungsi untuk
mempertahankan kadar gula normal dalam darah dengan cara mengubah gula
menjadi glikogen dan disimpan dalam otot sebagai cadangan. Kepastian
menderita DM harus dinyatakan melalui pemeriksaaan laboratorium terhadap
kadar gula darah (KGD), selain dengan memperhatikan adanya tanda-tanda khas
yang muncul. Apabila ditemukan KGD dengan nilai diatas normal, maka
dipastikan bahwa pasien menderita DM. (Sutedjo, 5 strategi penderita diabetes
melitus berusia panjang).
Hemoglobin
Hemoglobin digunakan untuk mengetahui terkait penyakit anemia. Penyakit
anemia terjadi akibat sel darah merah/hemoglobin yang sehat dalam tubuh
berada di bawah nilai normal. Hemoglobin adalah bagian utama dari sel darah
merah yang mengikat oksigen. Jika seseorang kekurangan sel darah merah /
hemoglobin, maka sel-sel dalam tubuh kita tidak mendapat oksigen yang cukup,
akibatnya timbullah gejala anemia seperti lesu/lemah, pusing dll. Seseorang
dikatakan anemia bila konsentrasi Hb nya kurang dari 13,0 g/dL untuk laki-laki
dan kurang dari 12,0 g/dL (Krishna, Mengenal Keluhan Anda).
Trombosit
Trombosit digunakan salah satunya untuk mengetahui penyakit demam
berdarah. Deman berdarah disebabkan karena infeksi virus Dengue yang
ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti. Virus ini menyerang sistem
peredaran darah sehingga menyebabkan trombosit dan dan sel darah putih turun
dan komponen cairan dalam darah akan keluar ke jaringan sekitar. Pelepasan
cepat sitokin yang disebabkan oleh aktivasi sel T dan lisis monosit terinfeksi
dimedia oleh limfosit sitotoksik yang dapat mengakibatkan rembesan plasma
dan perdarahan yang terjadi pada DBD. ( Dengue. EGC)
Albumin
Mengukur kadar albumin dalam darah digunakan untuk mengetahui penyakit
Edema. Albumin merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma. Albumin
serum normal 3,5-5,5 g/dL. Albumin dihasilkan oleh hepar yang bekerja secara
osmotik untuk membantu menahan volume intravaskular di dalam ruang
vaskular. Penurunan albumin serum dapat menimbulkan terjadinya edema

Page 12
karena gerakan air keluar dari ruang vaskular dan masuk ke ruang interstisial.
Edema adalah akumulasi berlebih fluida interstisial yang menyebabkan
pembengakakan jaringan. ( James, Joyce. Prinsip-Prinsip Sains untuk
Keperawatan ).
Leukosit
Mengukur kadar leukosit dalam darah digunakan untuk mengetahui penyakit
Leukemia. Leukosit normal sekitar 5.000-10.000/mm3 Penyakit leukemia
merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan poliferasi dini yang berlebihan
dari sel darah putih (leukosit). Leukemia juga bisa didefinisikan sebagai
keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai gangguan
diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietik. Penyakit leukemia
dapat disebabkan oleh faktor genetik,sinar radioaktif dan virus. (Handayati,
Wiwik. Buju Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Hematologi).
b. Uji Menggunakan Spesimen Urin
Keton
Keton digunakan dalam mendeteksi penyakit Diabetes melitus tak terkontrol.
Keton merupakan salah satu dari tiga senyawa yang dihasilkan bila
memetabolisme asam lemak. Ketiga jenis badan keton-asam asetoasetat, asam
beta –hidroksibutirat, dan aseton dilepaskan ke dalam aliran darah setelah
metabolisme terjadi. Asam asetoasetat dan asam beta hidroksibutirat digunakan
untuk bahan bakar otak dan otot, tapi tubuh tidak dapat memecah aseton
sehingga dikeluarkan lewat urin. Aseton atau badan keton berlebih dalam darah
dan urin menjadi tanda dari penyakit metabolisme. Pada individu sehat, tubuh
menggunakan metabolisme karbohidrat sebagian besar untuk bahan bakar sel-
selnya. Pada orang DM, mereka tidak dapat memetabolisme glukosa secara
efisien, karena defisiensi insulin sehingga pada orang DM mereka mulai
memetabolisme lemak dan protein. Semakin banyak metabolisme lemak yang
dilakukan maka terbentuknya badan keton pun banyak. Sehingga untuk
mendeteksi DM bisa melalui tes jumlah Keton. (Marks, Dawn B. Biokimia
Kedokteran Dasar).
Protein
Uji protein dalam urin untuk mengetahui adanya gangguan pada ginjal. Protein
plasma adalah komponen yang penting untuk tubuh. Di dalam tubuh, ginjal

Page 13
berperan sangat penting dalam retensi protein plasma dengan tubulus ginjal
yang berfungsi mereabsorbsi protein melewati penghalang filtrasi glomerulus.
Ekskresi protein urin normal adalah 150 mg/hari. Oleh karena itu, jika jumlah
protein dalam urin menjadi abnormal, maka dianggap sebagai tanda awal
penyakit ginjal.
HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Hormon kehamilan ini hanya ditemukan pada tubuh seorang wanita hamil yang
dibuat oleh embrio segera setelah pembuahan dan karena pertumbuhan jaringan
plasenta. Produksi HCG akan meningkat hingga sekitar hari ke 70 dan akan
menurun selama sisa kehamilan. Hormon ini merupakan indikator yang
dideteksi oleh alat test kehamilan yang melalui air seni. Jika, alat test kehamilan
mendeteksi adanya peningkatan kadar hormon HCG dalam urine, maka alat test
kehamilan akan mengindikasikan sebagai terjadinya kehamilan atau hasil test
positif.
Urobilinogen
Uji urobilinogen untuk mengetahui anemia hemolitik oleh sebab apapun.
Urobilinogen tak berwarna namun dalam beberapa waktu urin berubah menjadi
coklat karena urobilinogen berubah menjadi urobilin melalui oksidasi. Anemia
hemolitik bersifat akolurik (tidak ada bilirubin dalam urin) namun urin
mengandung urobilinogen berlebihan karena jumlah bilirubin yang sampai ke
usus berlebihan dan diekskresikan ulang sebagai urobilinogen. Urobilinogen
sebagaian diekskresi dalam tinja dan sebagian lagi direabsorbsi dari usus dan
diekskresikan oleh ginjal. Ikterus bisa terdeteksi secara klinis bila kadar
bilirubin > 35 µmol/L (Kedokteran klinis Ed 6).
Bilirubin
Uji bilirubin untuk mendeteksi kelainan hepar atau saluran empedu. Dalam
proses ekskresi, hepar berfungsi menghasilkan cairan empedu. Cairan empedu
mengandung beberapa bahan, seperti garam-garam empedu, pigmen empedu
(bilirubin), kolestrol, mineral, dan air. Bilirubin merupakan hasi perombakan
hemoglobin darah yang berlangsung di dalam hati. Hemoglobin pada sel-sel
darah merah yang rusak akan dipecah menjadi heme dan globin, serta zat besi.
Adapun hemin diubah menjadi bilirubin. Di dalam hati, bilirubin tersebut
diubah menjadi urobilin yang akan diserap kembali oleh usus. Urobilin tersebut
akan disekresikan oleh ginjal di dalam urin. Urobilin memberi warna pada urin.

Page 14
Bila terjadi penyumbatan pada saluran empedu, maka cairan emepdu akan
masuk ke sistem peredaran darah. Akibatnya, cairan darah menjadi lebih
kuning. Bila hati tidak mampu menyaring bilirubin dari darah maka bilirubin
yang berwarna kekuningan akan menumpuk pada jaringan-jaringan lain dan
menyebabkan warna kuning. (Firmansyah, Rikky. Mudah dan Aktif belajar
biologi).
Tabel 5. Tindakan Persiapan Dan Tujuan Tindakan Persiapan

1. Puasa 10-12 jam


Puasa minimal selama 10-12 jam (kecuali glukosa minimal 8 jam) akan mengurangi
variabilitas substansi lain dalam darah. Hal ini untuk memastikan agar hasil
pemeriksaan tidak dipengaruhi oleh konsumsi makanan terakhir dan dapat
diinterpretasikan dengan benar. Contohnya untuk memeriksa kadar gula darah.
Kadar gula darah normal dalam darah yaitu 60-100 mg/dL dan kadar glukosa serum
adalah 70-110 mg/dL.(General Medical Check-Up).
2. Menghindari konsumsi obat
Untuk menghidari hasil yang tidak akurat karena beberapa obat akan berdampak
terhadap hasil tes darah. Contohnya mengkonsumsi obat corticosteroid dapat
meningkatkan kadar kolestrol dalam darah.
3. Waktu pengambilan pada pagi hari
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada pagi hari sebagai upaya untuk
mendapatkan hasil yang akurat, untuk diagnosa dan terapi yang tepat karena pada
pagi hari merupakan keadaan basal tubuh setelah beristirahat pada malam hari dan
dimana pada umumnya tubuh belum melakukan banyak aktivitas. Selain itu tubuh
kita memiliki variasi biologis sesuai dengan waktu, artinya kadar analit yang
diperiksa pada pagi hari dapat memberikan hasil yang berbeda jika diperiksa pada
sore hari. Contohnya pemeriksaan hormon kortisol. Hormon kortisol normalnya
meningkat pada pagi hari untuk membagunkan kita, meningkatkan nafsu makan, dan
memberi energi. Sementara pada malam hari hormon tersebut normalnya mulai
menurun untuk membantu dalam tidur. (Hyman, Mark. Ultra Metabolisme)
4. Hindari melakukan aktivitas fisik berat
Aktivitas fisik berpotensi meningkatkan frekuensi denyut nadi apabila beban
aktivitas ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena semakin meningkat aktivitas fisik
maka semakin tinggi peningkatan aliran darah untuk mensuplai zat makanan dan

Page 15
oksigen ke jaringan otot yang aktif sehingga jantung berkontraksi lebih cepat dan
kuat. Peningkatan tersebut akan menyebabkan peningkatan frekuensi denyut nadi.
(Ganong, 2008). Tanpa disadari setelah melakukan aktivitas fisik dalam waktu yang
lama, tubuh kehilangan banyak cairan, yang membuat merasa kehausan dan pada
akhirnya dehidrasi. Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh karena pengeluaran
keringat tanpa diganti dengan cairan yang masuk (Hamidin,2010).Dalam cairan
tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup,
berkembang, dan menjalankan fungsinya. Keseimbangan cairan perlu
memperhatikan 2 parameter penting, yaitu : volume cairan ekstrasel dan osmolaritas
cairan ekstrasel. Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan
tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya peningkatan
volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri
dengan meningkatkan volume plasma. Pengaturan volume cairan ekstrasel penting
untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.

BAB IV
KESIMPULAN

1. Darah ditambah EDTA terjadi pemisahan bagian atas berupa plasma, bagian tengah
berupa buffy coat dan bagian bawah sel darah merah

Page 16
2. Darah tanpa EDTA, terjadi pemisahan di bagian atas berupa serum dan di bawah berupa
blood clot.
3. Plasma ditambah NaCl dan CaCl2, filtrat berupa serum dan endapan berupa fibrin.

DAFTAR PUSTAKA

1) Tortora, Gerard J & Bryan Derrickson . 2014. Princples of Anatomy & Physiology 14th
Edition. John Wiley & Sons, Inc.

Page 17
2) Gandahusada, S.W. Pribadi dan Herry. 2000. Parasitologi Kedokteran. Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta.
3) Kasdu, Dini. 2005. Solusi Problem Wanita Dewasa Cetakan 1. Puspa Swara, Jakarta.
4) Damayanti, Ika Putri. 2015. Panduan Lengkap Keterampilan Dasar Kebidanan II.
Deepublish, Yogyakarta.
5) Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas Ed 6. EGC,
Jakarta.
6) Jeyaratnam, David Koh. 2009. Buku Ajar Praktik Kedokteran. EGC, Jakarta.
7) Ganong. 2008. Review Of Medical Physiology. Lange Medical Book.
8) Tambayong, dr.Jan. 1999. Patofiologi Untuk Keperawatan. EGC, Jakarta.
9) Neal, Michael. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Erlangga,
Jakarta.

LAMPIRAN

TUGAS BACA

Tabel 2. Spesimen Yang Digunakan Untuk Analisis Biokimia

Page 18
No Nama Spesimen Contoh Tujuan Pemeriksaan
1. Saliva Mengetahui apakah seorang bayi akan lahir prematur
atau tidak
2. Dahak,Aspirat Trakea Dan Mengetahui virus MERS-CoV(middle east respiratory
Bilasan Bronkoaveolar syndrome corona virus).
3. Estrogen Untuk pemeriksaan disfungsi ovarium
4. Feses Untuk mengetahui banyaknya parasit seperti telur
ascaris lumbricoid dan telur cacing tambang
5. Sperma (Semen) Untuk mengetahui kesuburan Pria

Tabel 3. Pengaruh Faktor Biologis Terhadap Hasil Uji Biokimia

No Faktor Pengaruhnya Terhadap Hasil


1. Usia Kisaran rujukan data normal untuk neonatus, anak,
dewasa, lansia berbeda-beda.
2. Aktivitas Fisik Hal ini mempengaruhi kerja tubuh tiap individu
sehingga mempengaruhi hasil uji biokimia.
3. Jenis Kelamin Antara pria dan wanita memiliki beberapa kisaran data
normal yang berbeda-beda.
4. Stress Stress menjadi faktor penyebab berbagai penyakit yang
menyerang tubuh.
5. Kondisi Bawahan Fisik Penyakit bawahan, luka dan cidera dapat
mempengaruhi hasil uji.

Tabel 4. Nama Analit Dan Tujuan Pemeriksaan Rutin

No Nama Analit Tujuan Pemeriksaan


Uji Menggunakan Spesimen Darah
1. Glukosa Mengukur kadar gula darah terkait penyakit DM
2. Hemoglobin Terkait penyakit Anemia
3. Trombosit Terkait penyakit DBD
4. Albumin Terkait penyakit Edema
5. Leukosit Terkait penyakit Leukemia
Uji Menggunakan Spesimen Urin
1. Keton Diabetes melitus tak terkontrol
2. Protein Penyakit ginjal
3. HCG (Human Chorionic Uji kehamilan
Gonadotrophin)
4. Urobilinogen Uji anemia hemolitik oleh sebab apapun.
5. Bilirubin Uji kelainan hati atau saluran empedu.

Page 19
Tabel 5. Tindakan Persiapan Dan Tujuan Tindakan Persiapan

No Tindakan Persiapan Tujuan Tindakan Persiapan


1. Puasa 10-12 jam Mengurangi variabilitas substansi lain dalam darah agar
hasil pemeriksaan tidak bias.
2. Menghindari konsumsi Untuk menghidari hasil yang tidak akurat karena
obat beberapa obat akan berdampak terhadap hasil tes darah.
3. Waktu pengambilan pada Karena pada pagi hari merupakan keadaan basal tubuh
pagi hari setelah beristirahat pada malam hari dan dimana pada
umumnya tubuh belum melakukan banyak aktivitas.
4. Hindari melakukan Olaraga dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi
aktivitas fisik berat tekanan darah. Dengan pola kondisi tekanan darah
tinggi akan banyak penyakit penyertanya, sehingga
aktivitas fisik berat perlu dihindari agar hasil
pemeriksaan yang didapat akurat.

ANALISIS KASUS

1. Bu Budi berusia 65 tahun menderita hipertensi, rutin menkonsumsi obat salah satunya
tiazid. Dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan kadar urea, natrium, dan
kalium serum. Petugas lab mengambil sampel darah bu Budi dirumah pada hari senin
jam 10 pagi dan karena kesibukannya, spesimen disimpan di mobil dan baru
diserahkan ke lab pada selasa pagi. Hasil yang diperoleh sebagai berikut : urea serum
11,8 mmol/L, natrium serum 130 mmol/L, dan kalium serum 6,7 mmol/L. Jelaskan
pendapat anda terkait waktu pengambilan sampel dan waktu pemeriksaan!
Jawab :
Pendapat mengenai waktu pengambilan sampel dan waktu pemeriksaan tidak efektif.
Karena pada umumnya darah bisa bertahan dalam waktu ± 8 jam di luar tubuh.
Berbeda jika setelah darah ditambah antikoagulan. Apabila ditambah antikogulan
darah dapat bertahan lebih lama. Darah umumnya disimpan dalam suhu ruang atau
suhu 4o C. Penyimpanan darah pada suhu 4o C lebih tahan lama dibandingkan suhu
ruang. Pada kasus ini spesimen disimpan di dalam mobil yang ±30°C dan juga waktu
pemeriksann sampel sehari setelah pengambilan sampel sehingga hasil pemeriksaan
menjadi tidak akurat.

Page 20
2. Jelaskan pendapat anda tentang interpretasi hasil lab bu Budi di bidang keahlian anda
sebagai Farmasis!
Jawab :
Obat Tiazid yang rutin dikonsumsi bu Budi dapat mempengaruhi hasil lab bu Budi.
Seperti yang kita ketahui obat tiazid termasuk dalam obat diuretik dengan potensi
menengah yang menurunkan tekanan darah dengan cara obat ini bekerja terutama
pada segmen awal tubulus distal, dimana tiazid menghambat reabsorbsi NaCl dengan
terikat pada sinporter yang berperan untuk kotranspor Na+/Cl- elektronetral. Terjadi
peningkatan ekskresi Cl-, Na+ dan disertai dengan H2O. Sehingga kadar Natrium
serum rendah karena disekresikan. Penggunaan obat ini harus diawasi dengan ketat,
karena tiazid menghambat ekskresi kadar asam urat, dan kalsium dalam serum.
Peningkatan yang melebihi normal dapat menyebabkan hiperkalsemia, dan
hiperurisemia.

Page 21
Page 22

Anda mungkin juga menyukai