Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua organisme membutuhkan penyediaan materi dan energi yang tetap
dari lingkungannya agar tetap hidup. Bagi sejumlah besar organisme, penyediaan
utama materi dan satu satunya penyediaan energi berasal dari molekul organik
yang dimakannya (Kimball: 2003: 143). Dengan bantuan enzim, sel secara sistematik
merombak molekul organik kompleks yang kaya akan energi potensial menjadi
produk limbah yang berenergi lebih rendah. Sebagian energi yang diambil dari
simpanan kimiawi dapat dilakukan untuk melakukan kerja sisanya dilepas sebagai
panas. Jalur metabolisme yang melepaskan energi simpanan dengan cara memecah
molekul kompleks disebut jalur katabolik (Campbell, 2003: 159).
Jalur katabolik dapat terjadi secara aerob (dengan menggunakan oksigen)
dan anaerob (tanpa menggunakan oksigen). Terdapat tiga tahap utama di dalam
katabolisme aerobik, yaitu makromolekul sel dipecahkan menjadi unit-unit
pembangun

utamanya (tahap I),

produk yang telah terbentuk pada tahap I

selanjutnya diubah menjadi molekul yang lebih sederhana (tahap II), produk akhir
dari tahap II yang berupa asetil KoA selanjutnya memasuki lintas akhir (tahap III).
Sebagian besar energi metabolik yang dihasilkan didalam jaringan berasal
dari oksidasi karbohidrat dan triasilgliserol, yang bersama-sama memberikan energi
sampai 90% kebutuhan energi laki-laki dewasa. Sisanya sebanyak 10%-15%
tergantung pada makanan yang diberikan oleh oksidasi asam amino. Walaupun asam
amino terutama sebagai unit pembangun bagi biosintesis protein, molekul ini dapat
mengalami degradasi oksidatif didalam tiga keadaan metabolik yang berbeda.
Selama putaran dinamik normal protein tubuh, asam amino yang dibebaskan, jika
tidak diperlukan untuk sintesis protein tubuh yang baru maka protein ini dapat
mengalami degradasi oksidatif.
Pada hewan, ureotelik, ammonia yang dihasilkan dari deaminasi asam amino
diubah menjadi urea di dalam hati oleh mekanisme siklik, yaitu siklus urea, yang
pertama kali ditemukan leh Hans Krebs dan Kurt Henseleit pada 1932. Krebs dan
1

Henseleit menemukan bahwa kecepatan pembentukan urea dari ammonia oleh irisan
tipis hati yang disuspensikan di dalam medium buffer aerobic dipercepat oleh
penambahan salah satu dari tiga senyawa spesifik, ornitin, sitrulin, atau arginin.
Pada tahap akhir ini, terjadi oksidasi nutrien, menghasilkan karbon dioksida,
air dan amonia sebagai produk akhirnya. Penguraian enzimatik dari masing masing
nutrien penghasil utama energi utama pada sel (karbohidrat, lipid, dan protein)
berlangsung secara bertahap melalui sejumlah reaksi enzimatik yang berurutan dan
berbeda antara satu nutrien dengan nutrien lainnya..
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1.

Apakah yang dimaksud dengan metabolisme protein ?

2.

Apakah yang dimaksud dengan degradasi protein ?

3.

Apakah pengertian dari transminase dan deaminasi oksidatif?

4.

Bagaimana proses reaksi transminase dan deaminasi oksidatif ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini yaitu:
1. Untuk dapat mengetahui pengertian dari metabolisme protein
2. Untuk dapat mengetahui proses degradasi protein
3. Untuk dapat mengetahui pengertian dari transminase dan deaminasi oksidatif
4. Untuk dapat mengetahui proses reaksi transminase dan deaminasi oksidatif

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metabolisme Protein
Metabolisme protein dimulai setelah protein dipecah menjadi asam amino.
Asam amino akan memasuki siklus TCA (Tri Carboxylic Acid) bila dibutuhkan
sebagai sumber energi atau bila berada dalam jumlah berlebih dari yang dibutuhkan
untuk sintetis protein. Mula-mula asam amino akan mengalami deaaminase yaitu
melepas guugus amino. Proses ini membutuhkan vitamin B6 dalam bentuk PLP.
Asam amino kemudian dikaatabolisme melalui tiga cara. Kira-kira separuh dari asam
amino diubah menjadi piruvat dan separuhnya lagi diubah menjadi asetil KoA. Sisa
asam amino kecuali aspartat diubah menjadi asam glutamat, dideaminase dan
langsung memasuki siklus TCA. Asam amino yang masuk ke siklus TCA merupakan
asam amino glukogenik karena dapt menghaasilkan energi atau keluar dari siklus dan
diubah menjadi glukosa.
Deaminase
Hasil deaminase adalah asam keto dan amoniak. Amoniak merupakan basa
yang bersifat racun yang bila berlebihan akan mengganggu keseimbangan asam basa.
Transaminase
Asam amino esensial tidak dapat dibuat oleh tubuh, sebaliknya asam amino
non esensial dapat dibuat oleh tubuh sepanjang tersedia cukup nitrogen. Hal ini
dilakukan dengan memindahkan gugus amino dari suatu asam amino ke asam keto,
sehingga menghasilkan asam amino baru dan satu asam keto. Dengan cara ini sel hati
dapat mensintesis berbagai asam amino non esensial. Proses transaminase
membutuhkan koenzim NAD, PLP, THF, dan vit. B12.
Perubahan Amoniak Menjadi Ureum di Dalam Hati
Sebagian amoniak yang dibentuk dalam hati merupakan sumber nitrogen
guna mensintesis asam amino. Selebihnya harus didetosikasi. Amoniak yang tidak
digunakan bergabung dengan CO2 dan menghasilkan ureum yang tidak terlalu

bersifat racun. Perubahan amoniak menjadi ureum terjadi melalui reaksi yang
kompleks, yaitu siklus ureum.
Pengeluaran Ureum melalui Ginjal
Ureum dikeluarkan dari hati masuk ke aliran darah hingga di ginjal. Salah
satu fungsi ginjal adalah mengeluarkan ureum dari darah melalui urin. Dalam
keadaan normal hati dapat mengubah semua amoniak menjadi ureum dan
mengeluarkannya ke dalam darah. Ginjal kemdian membersihkan darah dari amoniak
dan mengeluarkannya melalui urin.
SKEMA PROSES METABOLISME PROTEIN

Keterangan :
Langkah pertama dalam metabolisme protein terjadi di pankreas yaitu protein di
ubah bentuknya menjadi proteosa, pepton dan plipeptida oleh enzim pepsin
selanjutnya hasil tersebut diemulsikan oleh enzim tripsin dan kimotripsin menjadi
polipeptida kecil yang akhirnya diubah oleh enzim peptidase menjadi asam amino
sehingga dapat diserap oleh tubuh.
Jika jumlah protein terus meningkat protein sel dipecah jadi asam amino
untuk dijadikan energi atau disimpan dalam bentuk lemak. Pemecahan protein jadi
asam amino terjadi di hati dengan proses: deaminasi atau transaminasi.
1.

Transaminasi adalah proses perubahan asam amino menjadi asam keto.

Reaksinya adalah sebagai berikut:

alanin + alfa-ketoglutarat piruvat + glutamat


2.

Deaminasi adalah proses pembuangan gugus amino dari asam amino.

Reaksinya adalah sebagai berikut:


asam amino + NAD+ asam keto + NH3
NH3 merupakan racun bagi tubuh, tetapi tidak dapat dibuang oleh ginjal
sehingga harus diubah dahulu jadi urea (di hati) agar dapat dibuang oleh ginjal. Jika
hati ada kelainan (sakit) menyebabkan proses perubahan NH3 menjadi urea
terganggu sehingga terjadi penumpukan NH3 dalam darah hal ini dapat
mengakibatkan uremia. NH3 bersifat racun dan dapat meracuni otak, hal ini disebut
coma. Karena hati yang rusak maka disebut Koma hepatikum
Pembongkaran protein menjadi asam amino memerlukan bantuan dari enzimenzim protease dan air untuk mengadakan proses hidrolisis pada ikatan-ikatan
peptida. Hidrolisis ini juga dapat terjadi, jika protein dipanasi, diberi basa, atau diberi
asam. Dengan cara demikian, kita dapat mengenal macam-macam asam amino yang
tersusun di dalam suatu protein.
Namun, kita tidak dapat mengetahui urut-urutan susunannya ketika masih
berbentuk molekul protein yang utuh. Di samping itu, asam amino dapat
dikelompokkan menjadi asam amino esensial dan asam amino nonesensial.
Asam amino esensial
Asam amino esensial atau asam amino utama adalah asam amino yang sangat
diperlukan oleh tubuh dan harus didatangkan dari luar tubuh manusia karena sel-sel
tubuh manusia tidak dapat mensintesis sendiri. Asam amino esensial hanya dapat
disintesis oleh sel-sel tumbuhan. Contoh asam amino esensial, yaitu leusin, lisin,
histidin, arginin, valin, treonin, fenilalanin, triptofan, isoleusin, dan metionin.
Asam amino nonesensial

Asam amino nonesensial adalah asam amino yang dapat disintesis sendiri
oleh tubuh manusia. Contohnya: tirosin, glisin, alanin, dan prolin.
Fungsi protein bagi tubuh sebagai berikut.
1. Membangun sel-sel yang rusak.
2. Sumber energi.
3. Pengatur asam basa darah.
4. Keseimbangan cairan tubuh.
5. Pembentuk antibodi.
Singkatan Asam Amino
Arg, His, Gln, Pro

: Arginin, Histidin, Glutamin, Prolin

Ile, Met, Val

: Isoleusin, Metionin, Valin

Tyr, Phe

: Tyrosin, Phenilalanin karboksikinase

Ala, Cys, Gly

: Alanin, Cystein, Glysin

Hyp, Ser, Thr

: Hydroksiprolin, Serin, Threonin

Leu, Lys, Phe, Trp, Tyr: Leusin, Lysin, Phenilalanin, Triptofan, Tyrosin
Mamalia membutuhkan sekitar setengah dari asam amino dalam diet mereka
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan normal keseimbangan nitrogen.
Esensial Asam Amino dalam Mamalia

Non-Esensial Asam Amino dalam

Arginine,

Histidin,

mamalia
Alanin, Asparagin, Asam aspartat,

Leusin,

Lisin,

Isoleusin,
Metionin,

Sistein,
6

asam

glutamat,

Fenilalanin,

treonin,

Glutamine,

Tryptophan, Valin

Glycine,

Proline,

Serine, Tyrosine

Pada umumnya, degradasi asam amino dimulai dengan pelepasan gugus


amino sehingga menghasilkan kerangka C yang diubah menjadi senyawa antara
metabolisme utama tubuh. Metabolisme asam amino pada umumnya terjadi di hati.
Kelebihan di luar liver dibawa ke hati diekskresikan. Ammonia digunakan kembali
untuk proses biosintesis. diekskresi secara langsung atau diubah terlebih dahulu
menjadi asam urat / urea.
Degradasi asam amino berlanjut dengan pelepasan gugus amino yang
kemudian akan diekskresikan.

Di dalam mitokondria terjadi reaksi deaminasi oxidative yang dikatalisis oleh


L-glutamate dehydrogenase (enzim terdapat dalam matrik mitokondria)

Reaksi kombinasi dari aminotransferase dan glutamate Dehidrogenase


disebut dengan trandeaminasi

Glutamat Dehidrogenase menjadi enzim allosterik komplek.


Positive modulator ADP
Negative modulator GTP TCA

Transport Ammonia Ke Hati


Ammonia bersifat toksik bagi jaringan hewan.
Pengubahan ammonia menjadi urea terjadi di dalam hati
Ammonia menjadi menjadi glutamin dan akan di transport ke hati
Glutamin

tidak toksik, bersifat netral dan dapat lewat melalui sel membran secara
langsung.

merupakan bentuk utama untuk transpor ammonia sehingga terdapat di


dalam darah lebih tinggi dari asam amino yang lain

juga berfungsi untuk sumber gugus amino pada berbagai reaksi


biosintesis.

2.2 Degradasi Protein


Degradasi protein merupakan suatu proses pemecahan atau penguraian
protein dari ikatan-ikatan yang terdapat di dalamnya. Masing-masing protein
diuraikan dengan laju yang sangat berbeda-beda dan lajunya bervariasi mengikuti
responnya terhadap kebutuhan fisiologis. Penguraian protein yang tinggi menandai
jaringan yang tengah mengalami penyusunan struktural kembali secara luas
(misalnya jaringan uterus selama kehamilan, jaringan ekor kecebong selama
metamorfosis, penguraian protein otot kerangka pada keadaan kelaparan berat).
Asam amino berfungsi terutama sebagai unit pembangunan bagi biosintesis protein,
molekul ini dapat mengalami degradasi oksidatif di dalam tiga keadaan metabolik
yang berbeda:
1. selama putaran dinamik normal protein tubuh, asam amino yang dibebaskan, jika
tidak diperlukan untuk sintesis protein tubuh yang baru, molekul ini dapat
mengalami degradasi oksidatif.
2. bilamana asam amino termakan dalam jumlah yang melebihi kebutuhan tubuh
terhadap sintesis protein, kelebihan ini dapat dikatabolisis, karena asam amino
tidak disimpan.
3. selama berpuasa atau pada penderita diabetes mellitus, bilamana karbohidrat tidak
tersedia atau tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya,

protein tubuh

dimanfaatkan sebagai bahan bakar.


Pada keadaan yang berlainan, asam amino membebaskan gugus aminonya
dan asam -keto yang terbentuk dapat teroksidasi menjadi karbondioksida dan air,
sebagian melalui siklus asam sitrat.

2.3 Penguraian Protein


Pemecahan protein pertama kali terjadi di dalam lambung dan usus kecil.
Enzim yang aktif mendegradasi protein adalah pepsin yang disekresikan oleh sel
tertentu dalam bentuk non aktif nya adalah pepsinogen. Enzim ini baru aktif apabila
pH rendah, dimana ia berkerja pada pH 2-3 dan secara otokatalitik berubah menjadi
pepsin. Asam amino bebas yang dihasilkan oleh pepsin ini sedikit sekali. Potongan
peptida hasil degradasinya juga masih cukup.
Tahap hidrolisis berikutnya terjadi dalam usus kecil. Dalam bagian saluran
pencernaan

ini

terdapat

zimogen-zimogen

yaitu

khimotripsin,

tripsinogen,prokarboksipeptidase A dan B dan pro-elastase yang disekreksikan oleh


sel sel tertentu.
tripsinlah yang mengubah zimogen menjadi enzim aktif. Masing masing
enzim yang berada dalam keadan aktif tersebut menghidrolisis protein sehingga
akhirnya terbentuk asam amino bebas.
Pada hewan tingkat tinggi, asam amino hasil degridasi protein masuk
kedalam pusat kegiatan metabolik sebagaimana digambarkan di bawah ini :
Protein

Protein jaringan

asam amino

pencernaan

Pusat kegiatan

metabolisme rantai

C
absorbsi

metabolik

deaminasi dan sekrasi N

Sintesa N

Protein diuraikan menjadi asam amino dengan menggunakan enzim protease


dan peptidase. Enzim protease intrasel menghidrolisis ikatan peptida internal protein
sehingga terjadi pelepasan peptida yang kemudian diuraikan menjadi asam amino
bebas oleh enzim peptidase. Endopeptidase memutuskan ikatan internal di dalam

peptida sehingga terbentuk senyawa peptida yang lebih pendek. Amino peptidase dan
karboksipeptidase secara terangkai mengeluarkan asam amino masing-masing dari
gugus terminal amino dan karboksil. Hasil akhirnya adalah asam amino bebas.
Protein diuraikan lewat lintasan yang bergantung ATP dan yang tidak
bergantung ATP. Dua lintasan utama menguraikan protein intrasel pada sel-sel
eukariot. Protein ekstrasel, protein yang terkait dengan membran sel dan protein
intrasel yang berusia panjang akan diuraikan lewat berbagai proses yang tidak
bergantung ATP di dalam organel seluler yang disebut lisosom. Sebaliknya,
penguraian protein yang abnormal dan protein berusia pendek lainnya membutuhkan
ATP serta ubikuitin dan terjadi di dalam sitosol. Ubikuitin, suatu protein kecil yang
terdapat pada semua sel eukariotik, menjadikan banyak protein intrasel sebagai
sasaran penguraian. Antara ubikuitin sel manusia dan ragi hanya terdapat perbedaan
pada 3 dari 76 residu.
Protein yang menjadi sasaran penguraian lewat reaksi yang bergantung pada
ubikuitin yang diturunkan oleh beberapa molekul ubikuitin. Protein ini diletakkan
lewat reaksi yang membentuk ikatan peptida non- diantara gugus terminal karboksil
pada ubikuitin dan gugus -amino pada residu lisil di dalam sebuah protein. Apakah
sebuah protein diturunkan oleh ubikuitin atau tidak, bergantung pada jenis residu
aminoasil yang terdapat di ujung terminal aminonya. Reaksi dengan ubikuitin
dihambat oleh ujung terminal metionil atau seril dan dipercepat oleh residu amino
aspartil atau arginil.
Reaksi parsial pada proses pengikatan ubikuitin (UB) pada protein:

1.

2.

UBCO- + E1SH + ATP

AMP + PPi + UBCSE1

UBCSE1 + E2SH

E1SH + UBCSE2
10

UBCSE2 + H2Nprotein

3.

E3

E2SH + UBCN

protein

i.

Ujung terminal COOH ubikuitin membentuk ikatan tioester dengan SH pada


E1 dalam suatu reaksi yang digerakkan oleh konversi ATP menjadi AMP dan pi

ii.

Reaksi pertukaran tioester memindahkan ubikuitin yang diaktifkan kepada E2.

iii.

E3 mengkatalisis pemindahan ubikuitin kepada gugus -lisil pada protein yang


menjadi sasaran.

2.4 Pengertian Transminase


Transaminasi adalah proses katabolisme asam amino yang melibatkan
pemindahan gugus amino dari satu asam amino kepada asam amino lain. Dalam
reaksi transaminasi ini gugus amino dari suatu asam amino dipindahkan kepada
salah satu dari tiga senyawa keto, ini diubah yaitu asam piruvat, ketoglutarat atau
oksaloasetat, sehingga senyawa keto ini diubah menjadi asam amino, sedangkan
asam amino semula diubah menjadi asam keto. Ada dua enzim penting dalam
reaksi transamnasi yaitu alanin transaminase dan glutamat transaminase yang
bekerja sebagai katalis dalam reaksi :
CH3

R-CH-COOH + C=O
NH2
Asam amino

C=O

COOH

CHNH2

COOH

COOH

Asam piruvat

Asam keto

Alanin

COOH

COOH

R-CH-COOH +CH2
NH2

CH3

C=O

CH

COOH

CO

CH2
CH2
CHNH2

11

COOH
Asam amino

COOH

Asam ketoglutarat

Asam keto

Asam glutamt

Reaksi transminasi bersifat reversible. Pada proses ini tidak ada gugus amino
yang hilang, karena gugus amino yang dilepaskan oleh asam amino di terima atau
diikat oleh senyawa keto. Proses ini terjadi dalam mitokondria maupun dalam cairan
sitoplasama. Proses transminasi ini dibantu oleh dua enzim, yaitu alanin
transaminase merupakan enzim yang mempunyai kekhasan terhadap asam piruvat
alanin sebagai satu pasang substrat, tetapi tidak terhadap asam amino yang lain.
Dengan demikian alanin transaminase dapat mengubah berbagai jenis asam amino
menjadi alanin, selama tersedia asam piruvat.
Glutamate transaminase merupakan enzim yang mempunyai kehasan
terhadap glutamate-ketoglutarat sebagai satu pasang substrat, karena itu enzim ini
dapat mengubah asam-asam amino menjadi asam glutamate. Apabila alanin
transaminase terdapat dalam jumlah banyak, maka alanin yang dihasilkan dari reaksi
transaminasi akan di ubah menjadi asam glutamat.
Adapun reaksinya yaitu :
CH3

COOH

CHNH2

+ CH2

COOH

CH

Alanin

CH3
C=O
COOH

COOH
+

CH2
CH2

CO

CHNH2

COOH

COOH

Asam ketoglutarat

Asam piruvat

Asam glutamat

Enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi tersebut ialah alaningutamat transaminase. Dari reaksi-reaksi di atas dapat dilihat bahwa walau pun ada
beberapa jalur reaksi transaminasi, namun asam ketoglutarat merupakan aseptor
gugus amino yang terakhir. Dengan demikian hasil reaksi transaminasi keseluruhan
ialah asam glutamat. Semua enzim transaminasi tersebut di bantu oleh piridoksal
fosfat sebagai koenzim. Telah di terangkan bahwa piridoksal fosfat tidak hanya

12

merupakan koenzim pada reaksi transaminasi, tetapi juga pada reaksi reaksi
metabolisme yang lain. Di bawah ini adalah jalannya reaksi transaminasi:
COOH

COOH

CH2

COOH

CH2

C=O

H - C NH2

glutamat aspartat

C=O

COOH

COOH C2

CH2

CH2

C=O

COOH

Asam glutamat

CH2

trasminasa

Asam oksalo asetat

+ H - C - NH2

COOH

COOH

Asam ketoglutamat

Asam

aspart
Adapun tujuan dari reaksi transminasi ini yaitu untuk dapat mengumpulkan
gugus amino kebentuk asam amino glutamat.
2.5 Pengertian Deaminasi Oksidatif
Deaminasi adalah suatu reaksi kimiawi pada metabolisme yang melepaskan
gugus amina dari moleku senyawa asam amino. Gugus amina yang terlepas akan
terkonversi menjadi amonia.
Pada manusia, deaminasi terutama terjadi pada hati, walaupun asam
glutamat juga mengalami deaminasi pada ginjal. Proses deaminasi dalam lingkungan
aerobik akan menghasilkan asam okso, disebut deaminasi oksidatif dan terjadi
terutama di dalam hati. Asam glutamat merupakan satu satunya asam amino yang
mengalami deaminasi oksidatif, karena senyawa ini merupakan akhir dari setiap
reaksi transaminasi. Pada reaksi deaminasi oksidatif, asam glutamat dikonversi
menjadi bentuk asam ketonnya dengan pergantian gugus amina menjadi gugus
keton.
Hasil

reaksi

berupa

dua

senyawa

produk

yaitu asam

ketoglutarat-

alfa dan amonia.


Dekarboksilasi

oksidatif

merupakan

suatu

tahapan

proses

katabolisme (reaksi pemecahan / pembongkaran senyawa kimia kompleks yang


mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana yang mengandung energi
lebih rendah) yang merupakan lanjutan dari proses glikolisis (proses pengubahan
molekul sumber energi, yaitu glukosa yang mempunyai 6 atom C manjadi senyawa

13

yang lebih sederhana, yaitu asam piruvat yang mempunyai 3 atom C). Proses
deaminasi asam amino dapat terjadi secara oksidatif dan non oksidatif. Contoh asam
amino yang mengalami proses deaminasi oksidatif adalah asam glutamat. Reaksi
degradasi asam glutamat dikatalis oleh enzim L- glutamat dehidrogenase yang
dibantu oleh NAD atau NADP. Sedangkan pada deaminasi non oksidatif
ditunjukkan pada gambar di bawah ini, yaitu penghilangan gugus amino dari asam
amino serin yang dikatalis oleh enzim serin dehidratase. Asam amino treonin juga
dapat mengalami deaminasi non oksidatif dengan katalis treonin dehidratase menjadi
keto butirat.
2.6 Proses Reaksi Deaminasi Oksidatif
Asam amino dengan reaksi transaminasi dapat diubah menjadi asam
glutamat. Dalam beberapa sel misalnya bakteri, asam glutamat dapat mengalami
proses diaminasi oksidatif yang menggunakan glutaman dehidrogenase sebagai
katalis. Adapun contoh reaksinya yaitu :
Asam glutamat + NAD+ asam ketoglutarat + NH4+ + NHDH + H+

Pada gugus gugus amin dilepaskan menjadi ion amonium (NH 4+) yang
selanjutnya masuk ke dalam siklus urea di hati. Dalam siklus ini dihasilkan urea yang
selanjutnya dibuang melalui ginjal berupa urin. Proses yang terjadi di dalam siklus
urea.
Dalam proses ini asam glutamat melepaskan gugus amino dalam bentuk
NH4+, selain NAD+ glutamat dehidrogenase dapat pula menggunakan NADP + sebagai

14

akseptor elektron. Oleh karena asam glutamat merupakan hasil akhir proses
transaminasi, maka glutamat dehidrogenase merupakan enzim yang penting dalam
metabolisme asam amino oksidase dan D- asam oksidase. Itulah tahap yang
dilakukan pada proses metabolisme protein.
Itulah tahap dalam proses metabolisme protein yang mana deaminasi akan
menghasilkan 2 senyawa penting yaitu senyawa nitrogen dan nonnitrogen.
1.

Senyawa nonnitrogen yang mengandung gugus C, H, dan O selanjutnya diubah


menjadi asetil Co-A untuk sumber energi melalui jalur siklus Krebs atau
disimpan dalam bentuk glikogen.

2.

Senyawa nitrogen dikeluarkan lewat urin setelah diubah lebih dahulu menjadi
ureum.

Adapun proses deaminasinya seperti :

Pada proses deaminasi kebanyakan terjadi di hati, oleh karena itu pada
gangguan fungsi hati (liver) kadar NH3 meningkat. Pengeluaran (ekskresi) urea
melalui ginjal dikeluarkan bersama urin.

NH3 tidak dapat diekskresi oleh ginjal


NH3 harus dirubah dulu menjadi urea oleh hati agar dapat dibuang oleh
ginjal urin
Jika hati ada kelainan (sakit) proses perubahan NH3 urea terganggu
penumpukan NH3 dalam darah uremia
NH3 bersifat racun meracuni otak coma
Karena hati yang rusak disebut Koma hepatikum

2.7 Siklus Urea

15

Adapun reaksi dari siklus urea yaitu:


1)

Reaksi pada sintesis karbamil fosfat


Amonia bebas yang terbentuk segera dipergunakan, bersama-sama dengan
karbon dioksida yang dihasilkan di dalam mitokondria oleh respirasi, untuk
membentuk karbamoil fosfat di dalam matriks, pada suatu reaksi yang bergantung
kepada ATP, yang dikatalisis oleh enzim karbamoil fosfat sintetase I. Angka Romawi
ini menunjukkan bentuk mitokondria enzim ini, untuk membendakannya dari bentuk
sitosolnya (II). Dalam reaksi pembentukan karbamil fosfat ini, satu mol ammonia
bereaksi dengan satu mol karbondioksida dengan bantuan enzim karbamilfosfat
sintetase. Reaksi ini membutuhkan energy, karenanya reaksi ini melibatkan dua mol
ATP yang diubah menjadi ADP. Disamping itu sebagai kofaktor dibutuhkan Mg2+
dan N-asetil-glutamat.
CO2 + NH3 + 2ATP + H2O OPO-OO- + 2 ADP + Pi H2NCOMg2
Go=3,3kkal/mol
+ N-asetil glutamat Karbamoil fosfat
16

Karbamoil fosfat sintetase I merupakan enzim pengatur, enzim ini


memerlukan N-asetilglutamat sebagai modulator positif atau perangsangnya.
Karbamoil fosfat merupakan senyawa berenergi tinggi, molekul ini dapat dipandang
sebagai suatu pemberi gugus karbamoil yang telah diaktifkan. Perhatikan bahwa
gugus fosfat ujung dari dua molekul ATP dipergunakan untuk membentuk satu
molekul karbamoil fosfat (Strayer, 1995).
2) Reaksi pada pembentukan siturulin
Pada tahap selanjutnya dari siklus urea, karbamoil fosfat memberikan gugus
karbamoilnya kepada ornitin untuk membentuk sitrulin dan membebaskan fosfatnya,
dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh ornitin transkarbamoilase yang terdapat pada
bagian mitokondria sel hati, yakni enzim mitokondria yang memerlukan Mg2+.
Karbamoil fosfat + ornitin sitrulin + Pi + H+
Sitrulin yang terbentuk sekarang meninggalkan mitokondria dan menuju ke
dalam sitosol sel hati. Gugus amino yang kedua sekarang datang dalam bentuk Laspartat, yang sebaliknya diberikan dari L-glutamat oleh kerja aspartat transaminase.
Oksalasetat + L-glutamat L-aspartat + -ketoglutarat
L-Glutamat tentunya menerima gugus amino dari kebanyakan asam amino
umum lainnya oleh transaminasi menjadi -ketoglutarat. Pemindahan gugus amino
kedua ke sitrulin terjadi dengan reaksi pemadatan di antara gugus amino aspartat dan
karbon karbonil sitrulin dengan adanya ATP, untuk membentuk agininosuksinat.
Reaksi ini dikatalisa oleh arginosuksinat sintetase sitosol hati, suatu enzim yang
tergantung kepada Mg2+ (Faqih, 2012).
3) Reaksi pada asam argininosuksinat
Selanjutnya siturulin bereaksi dengan asam aspartat membentuk asam
argininosuksinat. Reaksi ini berlangsung dengan bantuan enzim argininosuksinat

17

sintese. Dalam reaksi tersebut ATP merupakan sumber energy dengan jalan
melepaskan gugus fosfat dan berubah menjadi AMP (Faqih, 2012).
Sitrulin + aspartat + ATP argininosuksinat + AMP + PPi + H+
4) Reaksi penguraian asam argininosuksinat
Reaksi ini berlangsung dengan bantuan enzim argininosuksinase yang mana
menghasilkan arginin dan asam fumarat.
5) Reaksi penguraian arginin
Reaksi ini berlangsung dengan bantuan enzim arginase yang mana
menghasilkan arginin dan asam fumarat. Pada ornithin yang terbentuk bereaksi
kembali ke mitokondria.

18

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini yaitu :
1. Transaminasi, gugus -amino dipindahkan secara enzimatik ke atom karbon
pada -ketoglutarat, sehingga dihasilkan asam -keto, sebagai analog dengan
asam amino yang bersangkutan. Reaksi ini juga menyebabkan aminasi
ketoglutarat, membentuk L-glutamat.
Asam L--amino + -ketoglutarat asam -keto + L-glutamat
2. Ammonia bersifat toksik, jadi tidak diangkut dalam bentuk bebas dari jaringan
ekstrahepatik. Mekanisme utama yang terjadi pada kebanyakan jaringan
adalah glutamin sintetase akan mengubah ammonia menjadi glutamin yang
3.

nontoksik.
Glutamin didapat dari -ketoglutarat (tca cycle) melalui reaksi transaminasi
dengan asam amino lain. Glutamin diangkut dlm darah kehati, ginjal dan gut
(usus). Dalam hati glutamin dihidrolisis untuk melepas ammonia yg akan

4.

masuk siklus urea.


Siklus Urea Terdiri Atas Beberapa Tahap Kompleks. Gugus amino pertama
yang memasuki siklus urea muncul dalam bentuk ammonia bebas, oleh
deasimenasi oksidatif glutamate di dalam mitokondria sel hati. Reaksi ini
dikatalisis oleh glutamate dehidrogenase, yang memerlukan NAD+.
Glutamat- + NAD+ + H2O -ketoglutarat2- + NH4+ + NADH + H+

3.2 Saran
Adapun ditulisnya makalah ini mungkin lebih banyak kekurangannya didalam
pembuatan makalah in ataupun dalam penyampaiannyai maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk dapat memperbaiki makalah ini agar lebih
sempurna. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

19

Albert L. Lehninger.1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.


Campbell, dkk. 2003. Biology Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta : UI Press.
Soeharsono Martoharsono. 1993. Biokimia. Jakarta : UGM.
Toha, Abdul Hamid A. 2005. Biokimia : Metabolisme Biomolekul. Bandung :
Alfabeta.

20

Anda mungkin juga menyukai