Anda di halaman 1dari 2

Selama fase pertumbuhan, Pseudomonas cocovenenans menghasilkan 2 jenis

toksin, yaitu toksoflavin dan asam bongkrek. Berikut adalah mekanisme kerja dari
kedua toksin tersebut di dalam tubuh.
1. Toksoflavin
Toksoflavin adalah toksin yang berwarna kuning, bersifat sedikit basa
dan sangat polar. Meskipun toksisitasnya lebih rendah dari asam bongkrek,
tetapi toksoflavin bersifat toksik terhadap sel. Toksoflavin dapat disebut
sebagai pseudo antibiotik karena menghasilkan hidrogen peroksida
(H2O2). Toksoflavin dapat berfungsi sebagai pembawa elektron dengan
memungkinkan terjadinya pemindahan elektron tanpa melalui sistem
peroksida. Mekanisme yang terjadi yaitu toxoflavin dapat membawa
elektron antara NADH dan oksigen yang memungkinkan kerja sitokrom
dibuat pintas sehingga menghasilkan hidrogen peroksida, sehingga jika
hidrogen peroksida yang terdapat pada tubuh banyak dan tanpa diimbangi
enzim katalase yang cukup dari tubuh maka akan menyebabkan beberapa
gangguan kesehatan seperti pusing, muntah, diare, hingga kehilangan
kesadaran.
2. Asam Bongkrek
Asam bongkrek (bongkrek acid) adalah toksin yang tidak berwarna
pada tempe bongkrek. Asam bongkrek bekerja secara akumulatif dan akan
menyebabkan kematian mendadak setelah racunnya terkumpul didalam
tubuh, racun itu tidak mudah diinaktifkan atau didetoksifikasi maupun
diekskresi oleh tubuhAsam bongkrek mampu menghambat proses
fosforilasi oksidatif di mitokondria dengan cara merusak mekanisme kerja
enzim yang memindahkan ATP dan ADP, yaitu enzim translokase pada
membran

mitokondria.

Enzim

translokase

berfungsi

memberikan

kemudahan-kemudahan bagi nukleotida sehingga dapat memasuki


mitokondria dan adenin nukleotida diubah menjadi ATP.
Dengan adanya gangguan atau penghambatan enzim translokase, maka
produksi ATP di dalam mitokondria akan terganggu, sehingga tubuh aka
kekurangan ATP. Akibat dari kekurangan ATP sebagai sumber energi dan
mitokondria tidak mampu lagi memproduksi ATP, maka cara lain yang
ditempuh adalah melalui jalan glikolisis, akan tetapi dengan jalan

glikolisis jumlah ATP masih kurang cukup untuk memenuhi fungsi jantung
secara normal, sehingga mengakibatkan terjadinya pemecahan glikogen
yang tertimbun di hati, jantung dan di dalam daging. Akibat pemecahan
glikogen di berbagai tempat penimbunan tersebut maka kadar gula dalam
darah akan mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Setelah persediaan
glikogen habis, maka glukosa darah akan segera turun, dimana terjadi
gejala hypoglycemia yang hebat sehingga penderita akan meninggal.

Anda mungkin juga menyukai