Tempe Bongkrek ialah sejenis tempe yang dalam proses pembuatannya di campur dengan
ampas kelapa dan kacang tanah. Sering pada proses pembuatan ini terjadi kontaminasi dengan
Clostridium botalinum suatu kuman anaerob yang membentuk spora atau dan Bacterium
cocovenenans yang mengubah gliserinum menjadi racun toksoflavin.
A. MEKANISME TERJADINYA RACUN PADA TEMPE BONGKREK
Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas cocovenenans
Bakteri bongkrek menghasilkan senyawa - senyawa beracun di dalam medium tempe bongkrek
dan khususnya dalam ampas kelapa, dengan kata lain tempe yang dibuat dari ampas kelapa dapat
dicemari oleh bakteri ini. Pseudomonas cocovenenans dapat mencemari selama proses
fermentasi jika dilakukan dengan kurang memperhatikan kebersihan. Selama proses pembuatan
tempe tersebut bakteri itu dapat menghasilkan senyawa-senyawa. Kedua racun itu adalah asam
bongkrek yang tidak berwarna ( LD50 1,4 mg/kg bobot badan, ip pada tikus ), dan toksoflavin
yang berwarna kuning (LD 50 = 1,7 mg/kg bobot badan, ip pada tikus). Bagi mereka yang
‘mengonsumsi’ toksin pada dosis tinggi dapat menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari
empat hari setelah mengonsumsi racun tersebut.
Bakteri ini menyukai medium yang banyak mengandung asam lemak. Berdasarkan
penelitian filogenetik diketahui bahwa P. cocovenenans lebih pantas masuk dalam genus
Burkholderia. Keracunan oleh bakteri ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ. Bakteri ini
menjadi racun yang mematikan bila bersentuhan dengan asam lemak di dalam tubuh. Bakteri ini
menyerang mitokondria, yaitu sumber energi di tingkat sel. Racun itu berdampak pada
mekanisme ATP (adenosine triphosphate)-ADP (adenosine diphosphate) translocase, yakni
mekanisme perubahan ATP menjadi ADP dan sebaliknya selama proses pernafasan di sel.
ATP adalah nukleotida yang multifungsi yang mengantar energi kimia di dalam sel untuk
keperluan metabolisme. ATP menghasilkan energi selama proses respirasi di dalam sel dan
dikonsumsi oleh banyak enzim untuk keperluan biosintesa sampai pembelahan diri. Untuk
menghasilkan energi bagi seluruh sel di dalam tubuh manusia dalam melaksanakan kegiatannya,
maka ATP perlu keluar dari mitokondria. Racun bongkrek membuat ATP gagal keluar dari
mitokondria, yang pada akhirnya membuat sel-sel tubuh manusia kehilangan sumber tenaganya.
a. Racun Bongkrek (Bongkrekic Acid)
Asam bongkrek adalah racun pernafasan yang lebih mematikan dari racun mitokondria
sianida lainnya atau 2,4-dinitrophenol. Asam ini dihasilkan dari fermentasi kelapa yang
terkontaminasi oleh bakteri Burkholderia gladioli cocovenenans pathovar. Secara khusus, telah
terlibat dalam kematian akibat makan produk berbasis kedelai dan kelapa yang dikenal sebagai
tempe bongkrek yang dilarang di Indonesia.
b. Toxoflavin
Racun toksoflavin dihasilkan dari perubahan gliserinum oleh Pseudomonas
cocovenenans dan berwarna kuning.toxoflavin dapat membawa elektron antara NADH dan
oksigen yang memungkinkan kerja sitokrom dibuat pintas à Hidrogen peroksida.
B. MEKANISME TOKSIK TEMPE BONGKREK
Toksin yang diproduksi Pseudomonas cocovenenans ada 2, yaitu asam bongkrek (tidak
berwarna, sejenis asam lemak tidak jenuh) dan toksoflavin (berwarna kuning, struktur mirip
dengan riboflavin).
Toksoflavin
Toksoflavin memiliki rumus kimia C7H7N5O2 , merupakan pigmen berwarna kuning
yang bersifat flouresens dan stabil terhadap oksidator. LD50 toksoflavin pada hewan percobaan
tikus dengan penyuntikan yaitu 1,7 mg per kg berat badan dan secara oral/mulut yaitu 8,4 mg per
kg berat badan.
Toxoflavin
1,6 Dimethylpyrimido(5,4-e)-as-triazine-5,7(1H,6H)-dione
Kematian dapat terjadi karena terbentuknya hidrogen peroksida (H2O2) yang banyak
terbentuk tanpa diimbangi enzim katalase yang cukup dari tubuh. Mekanisme yang terjadi yaitu
toxoflavin dapat membawa elektron antara NADH dan oksigen yang memungkinkan kerja
sitokrom dibuat pintas sehingga menghasilkan hidrogen peroksida. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
Toksoflavin juga dapat menyebabkan terhambatnya transpor gula ke dalam eritrosit dan
menyebabkan hemolisis karena terhambatnya aktivitas enzim glutamat transferase dan alkali
fosfatase dalam eritrosit.
Asam Bongkrek
Bongkrekic Acid
3-Carboxymethyl-1,7 methoxy-6,18,21-trimethyldocosa-
-2,4,8,12,14,18,20 heptaenedioic Acid.