Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Glikolisis adalah urutan reaksi-reaksi yang mengkonversi glukosa
menjadi piruvat bersamaan dengan produksi sejumlah ATP yang relatif
kecil. Pada organism erob, glikolisis adalah pendahuluan daur asam sitrat
dan rantai transfor electron, yang bersama-sama membebaskan sebagian
besar energi yang tersimpan pada glukosa. Pada keadaan erob, piruvat
masuk mitokondria, tempat piruvat dioksidasi lengkap menjadi CO 2 dan
H2O. jika penyediaan oksigen tidak mencukupi, seperti pada otot yang
sedang aktif berkontraksi, piruvat dikonversi menjadi laktat. Pada keadaan
anerob, ragi mengtransformasi piruvat menjadi etanol. Pembentukan
etanol dan laktat dari glukosa adalah contoh-contoh fermentasi.
Penjelasan tentang glikolisis mempunyai riwayat panjang.
Perkembangan biokimia dan penjabaran jalur utama ini berlangsung
bersamaan. Penemuan kunci oleh Hans Buchner dan Eduard Buchner
pada 1897 adalah secara kebetulan. Mereka tertarik pada pembuatan
ekstrak ragi bebas sel karena kemungkinan penggunaannya dalam terapi.
Ekstrak-ekstrak ini harus diawatkan tanpa memakai antiseptik seperti
fenol, dan mereka memutuskan untuk mencoba sukrosa, pengawet yang
lazim dipakai pada kimia dapur. Mereka mendapatkan hasil yang
mengejutkan: sukrosa dengan cepat mengalami fermentasi menjadi
alkohol oleh sari ragi. Arti penemuan ini besar sekali. Buchner dan
Buchner mendemonstrasikan untuk pertama kalinya bahwa fermentasi
dapat terjadi diluar sel hidup. Pandangan yang dapat diterima pada waktu
itu, yang oleh Louis Pasteur pada 1860, ialah bahwa fermentasi tidak
mungkin lepas dari keterkaitannya pada sel-sel hidup. Penemuan yang
kebetulan oleh Buchner dan Buchner menyangkal dogma vitalistik ini
membuka pintu menuju biokimia modern. Metabolisme menjadi kimia.
2

Seperti yang telah diketahui bahwa makhluk hidup memerlukan


energy yang digunakan untuk pergerakan, pertumbuhan, sintesis
biomolekul serta transport ion melintasi membrane sel. Organisme akan
menggunakan energy tersebut secara efisien untuk proses hidup. Dalam
rangka untuk menghasilkan energy, karbohidrat, lipid, asam amino
dengan melalui jalur metabolism yang berbeda akan dipecah dan
menghasilkan sejumlah molekul pembawa energy yang selanjutnya
melalui proses oksidasi biologi.
Senyawa pembawa energy digolongkan menjadi 2, yaitu 1) low
energy phosphates-ADP, AMP, glukosa-1 phosphate- yang bertugas
menangkap energy bebas dan high energy phosphates (HEP)–kreatin
fosfat, ATP, karbamoil fosfat, GTP, fosfoenol piruvat dan CTP- yang
membawa energy tinggi untuk diberikan kepada reaksi biokimia. Terdapat
tiga sumber utama senyawa HEP dalam konsevasi energy yaitu dari 1)
proses glikolisis, 2) siklus asam sitrat, dan 3) fosforilasi oksidatif.
NADH yang merupakan hasil dari siklus Krebs yang terjadi dalam
mitokondria akan digunakan dalam reaksi reduksi untuk menghasilkan
ATP yang merupakan molekul pembawa energy melalui proses fosforilasi
oksidatif. Banyak manifestasi berkaitan dengan adanya radikal bebas
yang merupakan hasil dari proses oksidasi biologi seperti penuaan dini,
keganasan, namun mekanisme perjalanan penyakit tersebut masih sulit
untuk dijelaskan.
Dari pembelajaran kita mengenai Oksidasi Biologi ini, maka penulis
mengharapkan agar kita semua mengetahui bagaimanakah oksidasi
biologi dan hal-hal yang berkaitan dengan oksidasi biologi tersebut. Dan
dengan mempelajari hal ini, maka penulis mengharapkan agar kita bisa
menggunakan oksidasi biologi ini dalam kehidupan sehari-hari.
3

B. Rumusan Masalah.
1. Definisi glikolisis.
2. Tahapan glikolisis.
3. Proses Reaksi Glikolisis (respirasi aerob).
4. Definisi oksidasi biologis dalam biokimia, kepentingan
aksidasi dalam biomedik dan membahas enzim apa saja yg
terlibat di dalamnya.

C, Tujuan Penulisan.
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi glikolisis.
2. Untuk mengetahui dan memahami tahapan glikolisis.
3. Untuk mengetahui dan memahami proses reaksi glikolisis
(respirasi aerob).
4. Untuk mengetahui apakah itu oksidasi biologis dalam
biokimia, mengetahui kepentingan aksidasi dalam biomedik
dan membahas enzim apa saja yg terlibat di dalamnya.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Glikolisis.
Glikolisis diperoleh daribahasa yunani glyk “manis”, dan lysis
“pemecahan”. Glikolisis merupakan proses pemecahan glukosa menjadi
senyawa triosa (C3) yaitu piruvat. Siklus asam sitrat atau siklus Krebs
merupaknan proses oksidasi senyawa trikarboksilat menjadi senyawa
sumber elektron atau sumber energi yang kemudian difosforilasi oksidatif
menjadi energi. Senyawa pada glikolisis dan siklus asam sitrat
menyediakan prekursor biosintesis asam amino.
Glikolisis adalah rangkaian reaksi kimia penguraian glukosa (yang
memiliki 6 atom C) menjadi asam piruvat (senyawa yang memiliki
3 atom C), NADH, dan ATP. NADH (Nikotinamida Adenina Dinukleotida
Hidrogen) adalah koenzim yang mengikat elektron (H), sehingga disebut
sumber elektron berenergi tinggi. ATP (adenosin trifosfat) merupakan
senyawa berenergi tinggi. Setiap pelepasan gugus fosfatnya
menghasilkan energi. Pada proses glikolisis, setiap 1 molekul glukosa
diubah menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH, dan 2 ATP. Glikolisis
memiliki sifat-sifat, antara lain: glikolisis dapat berlangsung
secara aerob maupun anaerob, glikolisis melibatkan enzim ATP dan ADP,
serta peranan ATP dan ADP pada glikolisis adalah memindahkan
(mentransfer) fosfat dari molekul yang satu ke molekul yang lain. Pada sel
eukariotik, glikolisis terjadi di sitoplasma(sitosol). Glikolisis terjadi melalui
10 tahapan yang terdiri dari 5 tahapan penggunaan energi dan 5 tahapan
pelepasan energi. Berikut ini reaksi glikolisis secara lengkap: Dari skema
tahapan glikolisis menunjukkan bahwa energi yang dibutuhkan pada tahap
penggunaan energi adalah 2 ATP. Sementara itu, energi yang dihasilkan
pada tahap pelepasan energi adalah 4 ATP dan 2 NADH. Dengan
demikian, selisih energi atau hasil akhir glikolisis adalah 2 ATP + 2 NADH.
5

B. Tahapan glikolisis.
Glikolisis secara harfiah berarti pemecahan glukosa atau
dekomposisi. Melalui proses ini, satu molekul glukosa sepenuhnya
dipecah untuk menghasilkan dua molekul asam piruvat, dua molekul ATP
dan dua NADH (Reduced nikotinamida adenin dinukleotida) radikal yang
membawa elektron yang dihasilkan. Butuh waktu bertahun-tahun
penelitian melelahkan dalam biokimia yang mengungkapkan tahap-tahap
glikolisis yang membuat respirasi selular mungkin. Berikut adalah
berbagai tahap yang disajikan dalam urutan awal terjadinya dengan
glukosa sebagai bahan baku utama. Seluruh proses melibatkan sepuluh
tahap dengan membentuk produk pada setiap tahap dan setiap tahap
diatur oleh enzim yang berbeda. Produksi berbagai senyawa di setiap
tahap menawarkan entry point yang berbeda ke dalam proses. Itu berarti,
proses ini dapat langsung mulai dari tahap peralihan jika senyawa yang
reaktan pada tahap yang langsung tersedia.
1. Tahap1: Fosforilasi Glukosa.
Tahap pertama adalah fosforilasi glukosa (penambahan
gugus fosfat). Reaksi ini dimungkinkan oleh heksokinase enzim,
yang memisahkan satu kelompok fosfat dari ATP (Adenosine
Triphsophate) dan menambahkannya ke glukosa, mengubahnya
menjadi glukosa 6-fosfat. Dalam proses satu ATP molekul, yang
merupakan mata uang energi tubuh, digunakan dan akan
ditransformasikan ke ADP (Adenosin difosfat), karena pemisahan
satu kelompok fosfat. Reaksi keseluruhan dapat diringkas sebagai
berikut:
Glukosa (C6H12O6) + + ATP heksokinase → Glukosa 6-
Fosfat (C6H11O6P1) + ADP
2. Tahap 2: Produksi Fruktosa-6 Fosfat.
Tahap kedua adalah produksi fruktosa 6-fosfat. Hal ini
dimungkinkan oleh aksi dari enzim phosphoglucoisomerase.
Kerjanya pada produk dari tahap sebelumnya, glukosa 6-fosfat dan
6

berubah menjadi fruktosa 6-fosfat yang merupakan isomer nya


(Isomer adalah molekul yang berbeda dengan rumus molekul yang
sama tetapi susunan berbeda dari atom). Reaksi seluruh diringkas
sebagai berikut:
Glukosa 6-Fosfat (C6H11O6P1) + Phosphoglucoisomerase
(Enzim) → Fruktosa 6-Fosfat (C6H11O6P1)
3. Tahap 3: Produksi Fruktosa 1, 6-difosfat.
Pada tahap berikutnya, Fruktosa isomer 6-fosfat diubah
menjadi fruktosa 1, 6-difosfat dengan penambahan kelompok
fosfat. Konversi ini dimungkinkan oleh fosfofruktokinase enzim yang
memanfaatkan satu molekul ATP lebih dalam proses. Reaksi ini
diringkas sebagai berikut:
Fruktosa 6-fosfat (C6H11O6P1) + fosfofruktokinase (Enzim)
+ ATP → Fruktosa 1, 6-difosfat (C6H10O6P2)
4. Tahap 4: Pemecahan Fruktosa 1, 6-difosfat.
Pada tahap keempat, adolase enzim membawa pemisahan
Fruktosa 1, 6-difosfat menjadi dua molekul gula yang berbeda yang
keduanya isomer satu sama lain. Kedua gula yang terbentuk
adalah gliseraldehida fosfat dan fosfat dihidroksiaseton. Reaksi
berjalan sebagai berikut:
Fruktosa 1, 6-difosfat (C6H10O6P2) + Aldolase (Enzim) →
gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1) + Dihydroxyacetone fosfat
(C3H5O3P1)
5. Tahap 5: interkonversi Dua Glukosa.
Fosfat dihidroksiaseton adalah molekul hidup pendek.
Secepat itu dibuat, itu akan diubah menjadi fosfat gliseraldehida
oleh enzim yang disebut fosfat triose. Jadi dalam totalitas, tahap
keempat dan kelima dari glikolisis menghasilkan dua molekul
gliseraldehida fosfat.
Dihidroksiaseton fosfat (C3H5O3P1) + Triose Fosfat →
gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1)
7

6. Tahap 6: Pembentukan NADH & 1,3-Diphoshoglyceric.


Tahap keenam melibatkan dua reaksi penting. Pertama
adalah pembentukan NADH dari NAD + (nicotinamide adenin
dinukleotida) dengan menggunakan enzim dehydrogenase fosfat
triose dan kedua adalah penciptaan 1,3-diphoshoglyceric asam dari
dua molekul gliseraldehida fosfat yang dihasilkan pada tahap
sebelumnya. Reaksi keduanya adalah sebagai berikut:
Fosfat dehidrogenase Triose (Enzim) + 2 NAD + + 2 H-→
2NADH (Reduced nicotinamide adenine dinucleotide) + 2 H +
Triose fosfat dehidrogenase gliseraldehida fosfat + 2 (C3H5O3P1)
+ 2P (dari sitoplasma) → 2 molekul asam 1,3-diphoshoglyceric
(C3H4O4P2).
7. Tahap 7: Produksi ATP & 3-fosfogliserat Asam.
Tahap ketujuh melibatkan penciptaan 2 molekul ATP
bersama dengan dua molekul 3-fosfogliserat asam dari reaksi
phosphoglycerokinase pada dua molekul produk 1,3-
diphoshoglyceric asam, dihasilkan dari tahap sebelumnya.
2 molekul asam 1,3-diphoshoglyceric (C3H4O4P2) + +
2ADP phosphoglycerokinase → 2 molekul 3-fosfogliserat acid
(C3H5O4P1) + 2ATP (Adenosine Triphosphate)
8. Tahap 8: Relokasi Atom Fosfor.
Tahap delapan adalah reaksi penataan ulang sangat halus
yang melibatkan relokasi dari atom fosfor dalam 3-fosfogliserat
asam dari karbon ketiga dalam rantai untuk karbon kedua dan
menciptakan 2 - asam fosfogliserat. Reaksi seluruh diringkas
sebagai berikut:
2 molekul 3-fosfogliserat acid (C3H5O4P1) +
phosphoglyceromutase (enzim) → 2 molekul asam 2-fosfogliserat
(C3H5O4P1)
8

9. Tahap 9: Penghapusan Air.


The enolase enzim datang ke dalam bermain dan
menghilangkan sebuah molekul air dari 2-fosfogliserat acid untuk
membentuk asam yang lain yang disebut asam
phosphoenolpyruvic (PEP). Reaksi ini mengubah kedua molekul 2-
fosfogliserat asam yang terbentuk pada tahap sebelumnya.
2 molekul asam 2-fosfogliserat (C3H5O4P1) + enolase
(enzim) -> 2 molekul asam phosphoenolpyruvic (PEP) (C3H3O3P1)
+ H2O 2
10. Tahap 10: Pembentukan piruvat Asam & ATP.
Tahap ini melibatkan penciptaan dua molekul ATP bersama
dengan dua molekul asam piruvat dari aksi kinase piruvat enzim
pada dua molekul asam phosphoenolpyruvic dihasilkan pada tahap
sebelumnya. Hal ini dimungkinkan oleh transfer dari atom fosfor
dari asam phosphoenolpyruvic (PEP) untuk ADP (Adenosin
trifosfat).
2 molekul asam phosphoenolpyruvic (PEP) (C3H3O3P1) + +
2ADP kinase piruvat (Enzim) → 2ATP + 2 molekul asam piruvat.
Seperti yang Anda lihat, semua tahap sebagian besar melibatkan
manipulasi kelompok fosfat dan kemudian atom fosfor yang dimungkinkan
oleh berbagai enzim dalam sitoplasma. Enzim seperti katalis yang
membuat reaksi mungkin dan kemudian melepaskan diri.

C. Proses Reaksi glikolisis (respirasi aerob).


Proses Reaksi Glikolisis (respirasi aerob)- Glikolisis merupakan
reaksi tahap pertama secara aerob (cukup oksigen) yang berlangsung
dalam mitokondria.
Tahap glikolisis tidak memerlukan oksigen dan tidak menghasilkan
banyak energi. Tahap glikolisis merupakan awal terjadinya respirasi sel.
Glikolisis terjadi dalam sitoplasma dan hasil akhir glikolisis berupa
senyawa asam piruvat. Glikolisis memiliki sifat-sifat, antara lain: glikolisis
9

dapat berlangsung secara aerob maupun anaerob, glikolisis melibatkan


enzim ATP dan ADP, serta peranan ATP dan ADP pada glikolisis adalah
memindahkan (mentransfer) fosfat dari molekul yang satu ke molekul
yang lain. Pada sel eukariotik, glikolisis terjadi di sitoplasma (sitosol).
Glikolisis terjadi melalui 10 tahapan yang terdiri dari 5 tahapan
penggunaan energi dan 5 tahapan pelepasan energi. Berikut ini reaksi
glikolisis secara lengkap.
Molekul glukosa akan masuk ke dalam sel melalui proses difusi.
Agar dapat bereaksi, glukosa diberi energi aktivasi berupa satu ATP. Hal
ini mengakibatkan glukosa dalam keadaan terfosforilasi menjadi glukosa-
6-fosfat yang dibantu oleh enzim heksokinase. Glikolisis ini terjadi pada
saat sel memecah molekul glukosa yang mengandung 6 atom C (6C)
menjadi 2 molekul asam piruvat yang mengandung 3 atom C (3C) yang
melalui dua rangkaian reaksi yaitu rangkaian I (pelepasan energi) dan
rangkaian II (membutuhkan oksigen).
1. Rangkaian I.
Rangkaian I Reaksi Glikolisis (pelepasan energi)
berlangsung di dalam sitoplasma (dalam kondisi anaerob) yaitu
diawali dari reaksi penguraian molekul glukosa menjadi glukosa-6-
fosfat yang membutuhkan (-1) energi dari ATP dan melepas 1 P.
Jika glukosa-6-fosfat mendapat tambahan 1 P menjadi fruktosa-6-
fosfat kemudian menjadi fruktosa 1,6 fosfat yang membutuhkan (-1)
energi dari ATP yang melepas 1 P. Jadi untuk mengubah glukosa
menjadi fruktosa 1,6 fosfat, energi yang dibutuhkan sebanyak (-2)
ATP. Selanjutnya fruktosa 1,6 fosfat masuk ke mitokondria dan
mengalami lisis (pecah) menjadi dehidroksik aseton fosfat dan
fosfogliseraldehid.
2. Rangkaian II.
Rangkaian II Reaksi Glikolisis (membutuhkan oksigen)
berlangsung di dalam mitokondria (dalam kondisi awal), molekul
fosfogliseraldehid yang mengalami reaksi fosforilasi (penambahan
10

gugus fosfat) dan dalam waktu yang bersamaan, juga terjadi reaksi
dehidrogenasi (pelepasan atom H) yang ditangkap oleh akseptor
hidrogen, yaitu koenzim NAD. Dengan lepasnya 2 atom H,
fosfogliseraldehid berubah menjadi 2×1,3-asam difosfogliseral
kemudian berubah menjadi 2×3-asam fosfogliseral yang
menghasilkan (+2) energi ATP. Selanjutnya 2×3-asam fosfogliseral
tersebut berubah menjadi 2xasam piruvat dengan menghasilkan
(+2) energi ATP serta H2O (sebagai hasil sisa). Jadi, energi hasil
akhir bersih untuk mengubah glukosa menjadi 2 x asam piruvat,
adalah:
Energi yang dibutuhkan Tahap I : (-2) ATP
Energi yang dihasilkan Tahap II : (+4) ATP
Energi hasil akhir bersih : 2 ATP
Pada perjalanan reaksi berikutnya, asam piruvat tergantung pada
ketersediaan oksigen dalam sel. Jika oksigen cukup tersedia, asam
piruvat dalam mitokondria akan mengalami dekarboksilasi oksidatif yaitu
mengalami pelepasan CO2 dan reaksi oksidasi dengan pelepasan 2 atom
H (reaksidehidrogenasi). Selama proses tersebut berlangsung, maka
asam piruvat akan bergabung dengan koenzim A (KoA–SH) yang
membentuk asetil koenzim A (asetyl KoA). Dalam suasana aerob yang
berlangsung di membran krista mitakondria terbentuk juga hasil yang lain,
yaitu NADH2 dari NAD yang menangkap lepasnya 2 atom H yang berasal
dari reaksi dehidrogenasi. Kemudian kumpulan NADH2 diikat oleh rantai
respirasi di dalam mitokondria. Setelah asam piruvat bergabung dengan
koenzim dan membentuk asetil Co-A kemudian masuk dalam tahap siklus
Krebs.
Jika Anda amati lebih cermat lagi, Anda akan mengetahui pada
tahapan mana sajakah energi ( ATP) dibentuk. Nah, proses pembentukan
ATP inilah yang disebut fosforilasi. Pada tahapan glikolisis tersebut, enzim
mentransfer gugus fosfat dari substrat (molekul organik dalam glikolisis)
ke ADP sehingga prosesnya disebut fosforilasi tingkat substrat.
11

Keseluruhan reaksi glikolisis, dapat dibuat persamaaan reaksi sebagai


berikut:
Glukosa + 2ADP + 2Pi + 2NAD+ → 2 Piruvat + 2H2O + 2ATP +
2NADH + 2H+
Selain glukosa, bahan makanan yang Anda konsumsi tidak selalu
mengandung gula sederhana seperti glukosa saja. Kadang-kadang Anda
mengkonsumsi bahan-bahan yang mengandung gula kompleks
(karbohidrat kompleks) seperti maltosa, laktosa, dan sukrosa. Kemudian,
dapatkah gula-gula atau karbohidrat yang kompleks tersebut langsung
dimetabolisme oleh sel? Tentu saja tidak, bahan-bahan yang belum
sederhana tersebut harus dirombak dahulu sehingga menjadi bahan yang
dapat dimetabolisme langsung oleh sel. Bukankah Anda sudah
mengetahui macam-macam gula? Maltosa, sukrosa, dan laktosa terlebih
dahulu diubah menjadi monomer penyusunnya yaitu glukosa dan gula
sederhana yang lain yaitu fruktosa atau galaktosa. Selanjutnya, glukosa
atau gula-gula sederhana akan masuk siklus glikolisis seperti biasa.
Glukosa akan diubah menjadi glukosa 6P dan seterusnya sehingga dapat
dihasilkan 2 asam piruvat. Lalu, bagaimana dengan fruktosa dan manosa?
Fruktosa dan manosa dapat langsung diubah menjadi fruktosa 6P.

D. Definisi Oksidasi Biologis.


Secara kimiawi, oksidasi di definisikan sebagai pengeluaran
electron dan reduksi sebagai penangkapan electron, sebagaimana di
lukiskan oleh oksidasi ion fero menjadi feri e (elektron) Fe 2+ ¬ Fe3+
Dengan demikian, oksidasi selalu disertai reduksi aseptor electron. Prinsip
ini osidasi – reduksi ini berlaku pada berbagai sistem biokimia dan
merupakan konsep penting yang melandasi pemahaman sifat oksidasi
biologi. kita ketahui bahwa banyak oksidasi biologi dapat berlangsung
tanpa peran serta molekul oksigen, misalnya : dehidrogenasi.
Hukum termodinamika I dan II Kaidah pertama termodinamika:
12

Kaidah pertama ini merupakan hukum penyimpanan energi, yang


berbunyi: energi total sebuah sistem, termasuk energi sekitarnya adalah
konstan. Ini berarti bahwa saat terjadi perubahan di dalam sistem tidak
ada energi yang hilang atau diperoleh. Namun energi dapat dialihkan
antar bagian sistem atau dapat diubah menjadi energi bentuk lain.
Contohnya energi kimia dapat diubah menjadi energi listrik, panas,
mekanik dan sebagainya.
Kaidah kedua termodinamika: Kaidah kedua berbunyi: entropi total
sebuah sistem harus meningkat bila proses ingin berlangsung spontan.
Entropi adalah derajat ketidakteraturan atau keteracakan sistem. Entropi
akan mencapai taraf maksimal di dalam sistem seiring sistem mendekati
keadaan seimbang yang sejati.
Dalam kondisi suhu dan tekanan konstan, hubungan antara
perubahan energi bebas (ΔG) pada sebuah sistem yang bereaksi, dengan
perubahan entropi (ΔS), diungkapkan dalam persamaan: ΔG = ΔH – TΔS
Keterangan:
ΔH adalah perubahan entalpi (panas) dan T adalah suhu absolut.
Di dalam kondisi reaksi biokimia, mengingat ΔH kurang lebih sama
dengan ΔE, perubahan total energi internal di dalam reaksi, hubungan di
atas dapat diungkapkan dengan persamaan:
ΔG = ΔE – TΔS
Jika ΔG bertanda negatif, reaksi berlangsung spontan dengan
kehilangan energi bebas (reaksi eksergonik). Jika ΔG sangat besar, reaksi
benar-benar berlangsung sampai selesai dan tidak bisa membalik
(irreversibel).
Jika ΔG bertanda positif, reaksi berlangsung hanya jika
memperoleh energi bebas (reaksi endergonik). Bila ΔG sangat besar,
sistem akan stabil tanpa kecenderungan untuk terjadi reaksi. Peran
senyawa fosfat berenergi tinggi dalam penangkapan dan pengalihan
energi Untuk mempertahankan kehidupan, semua organisme harus
mendapatkan pasokan energi bebas dari lingkungannya. Organisme
13

autotrofik melakukan metabolisme dengan proses eksergonik sederhana,


misalnya tumbuhan hijau menggunakan energi cahaya Fe3+. matahari,
bakteri tertentu menggunakan reaksi Fe2+ organismeàSebaliknya
heterotrofik, memperoleh energi bebasnya dengan melakukan
metabolisme yaitu pemecahan molekul organik kompleks. Adenosin
trifosfat (ATP) berperan sentral dalam pemindahan energi bebas dari
proses eksergonik ke proses endergonik. ATP adalah nukleotida trifosfat
yang mengandung adenin, ribosa dan 3 gugus fosfat.
Ada 3 sumber utama yang berperan dalam konservasi atau penangkapan
energi.
a. Fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif adalah
sumberterbesar dalam organisme aerobik. Energi bebas
untuk menggerakkan proses ini berasal dari oksidasi rantai
respirasi di dalam mitokondria dengan menggunakan
oksigen.
b. Glikolisis Dalam glikolisis terjadi pembentukan netto dua
yang terjadi akibat pembentukan laktat.
c. Siklus asam sitrat Dalam siklus asam sitrat satu.

E. Kepentingan Oksidasi Dalam Biomedis.


Pada kepentingan biomedis, fosforilasi oksidatif berguna untuk
mempelajari proses obat/racun yg dpt menghambat fosfolirasi oksidatif
dan mempelajari kelainan bawaan (miopati,encepalopati, dll).
Pemanfaatan enzim untuk alat diagnosis secara garis besar dibagi
dalam tiga kelompok:
1. Enzim sebagai petanda (marker) dari kerusakan suatu
jaringan atau organ akibat penyakit tertentu.
Penggunaan enzim sebagai petanda dari kerusakan suatu
jaringan mengikuti prinsip bahwasanya secara teoritis enzim
intrasel seharusnya tidak terlacak di cairan ekstrasel dalam jumlah
yang signifikan. Pada kenyataannya selalu ada bagian kecil enzim
14

yang berada di cairan ekstrasel. Keberadaan ini diakibatkan


adanya sel yang mati dan pecah sehingga mengeluarkan isinya
(enzim) ke lingkungan ekstrasel, namun jumlahnya sangat sedikir
dan tetap. Apabila enzim intrasel terlacak di dalam cairan ekstrasel
dalam jumlah lebih besar dari yang seharusnya, atau mengalami
peningkatan yang bermakna/signifikan, maka dapat diperkirakan
terjadi kematian (yang diikuti oleh kebocoran akibat pecahnya
membran) sel secara besar-besaran. Kematian sel ini dapat
diakibatkan oleh beberapa hal, seperti keracunan bahan kimia
(yang merusak tatanan lipid bilayer), kerusakan akibat senyawa
radikal bebas, infeksi (virus), berkurangnya aliran darah sehingga
lisosom mengalami lisis dan mengeluarkan enzim-enzimnya, atau
terjadi perubahan komponen membrane sehingga sel imun tidak
mampu lagi mengenali sel-sel tubuh dan sel-sel asing, dan
akhirnya menyerang sel tubuh (penyakit autoimun) dan
mengakibatkan kebocoran membrane.
Contoh penggunaan enzim sebagai petanda adanya suatu
kerusakan jaringan adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan aktivitas enzim renin menunjukkan
adanya gangguan perfusi darah ke glomerulus ginjal,
sehingga renin akan menghasilkan angiotensin II
dari suatu protein serum yang berfungsi untuk
menaikkan tekanan darah
b. Peningkatan jumlah Alanin aminotransferase (ALT
serum) hingga mencapai seratus kali lipat (normal 1-
23 sampai 55U/L) menunjukkan adanya infeksi virus
hepatitis, peningkatan sampai dua puluh kali dapat
terjadi pada penyakit mononucleosis infeksiosa,
sedangkan peningkatan pada kadar yang lebih
rendah terjadi pada keadaan alkoholisme.
15

c. Peningkatan jumlah tripsinogen I (salah satu isozim


dari tripsin) hingga empat ratus kali menunjukkan
adanya pankreasitis akut, dan lain-lain.
2. Enzim sebagai suatu reagensia diagnosis.
Sebagai reagensia diagnosis, enzim dimanfaatkan menjadi
bahan untuk mencari petanda (marker) suatu senyawa. Dengan
memanfaatkan enzim, keberadaan suatu senyawa petanda yang
dicari dapat diketahui dan diukur berapa jumlahnya. Kelebihan
penggunaan enzim sebagai suatu reagensia adalah pengukuran
yang dihasilkan sangat khas dan lebih spesifik dibandingkan
dengan pengukuran secara kimia, mampu digunakan untuk
mengukur kadar senyawa yang jumlahnya sangat sedikit, serta
praktis karena kemudahan dan ketepatannya dalam mengukur.
Contoh penggunaan enzim sebagai reagen adalah sebagai berikut:
a. Uricase yang berasal dari jamur Candida utilis dan
bakteri Arthobacter globiformis dapat digunakan untuk
mengukur asam urat.
b. Pengukuran kolesterol dapat dilakukan dengan
bantuan enzim kolesterol-oksidase yang dihasilkan
bakteri Pseudomonas fluorescens.
c. Pengukuran alcohol, terutama etanol pada penderita
alkoholisme dan keracunan alcohol dapat dilakukan
dengan menggunakan enzim alcohol dehidrogenase
yang dihasilkan oleh Saccharomyces cerevisciae, dan
lain-lain.
3. Enzim sebagai petanda pembantu dari reagensia.
Sebagai petanda pembantu dari reagensia, enzim bekerja
dengan memperlihatkan reagensia lain dalam mengungkapkan
senyawa yang dilacak. Senyawa yang dilacak dan diukur sama
sekali bukan substrat yang khas bagi enzim yang digunakan. Selain
itu, tidak semua senyawa memiliki enzimnya, terutama senyawa-
16

senyawa sintetis. Oleh karena itu, pengenalan terhadap substrat


dilakukan oleh antibodi. Adapun dalam hal ini enzim berfungsi
dalam memperlihatkan keberadaan reaksi antara antibodi dan
antigen. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:
a. Pada teknik imunoenzimatik ELISA (Enzim Linked
Immuno Sorbent Assay), antibodi mengikat senyawa
yang akan diukur, lalu antibodi kedua yang sudah
ditandai dengan enzim akan mengikat senyawa yang
sama. Kompleks antibodi-senyawa-antibodi ini lalu
direaksikan dengan substrat enzim, hasilnya adalah
zat berwarna yang tidak dapat diperoleh dengan cara
imunosupresi biasa. Zat berwarna ini dapat digunakan
untuk menghitung jumlah senyawa yang direaksikan.
Enzim yang lazim digunakan dalam teknik ini adalah
peroksidase, fosfatase alkali, glukosa oksidase,
amilase, galaktosidase, dan asetil kolin transferase.
b. Pada teknik EMIT (Enzim Multiplied Immunochemistry
Test), molekul kecil seperti obat atau hormon ditandai
oleh enzim tepat di situs katalitiknya, menyebabkan
antibodi tidak dapat berikatan dengan molekul (obat
atau hormon) tersebut. Enzim yang lazim digunakan
dalam teknik ini adalah lisozim, malat dehidrogenase,
dan gluksa-6-fosfat dehidrogenase.
Pemanfaatan enzim dalam pengobatan meliputi penggunaan enzim
sebagai obat, pemberian senyawa kimia untuk memanipulasi kinerja suatu
enzim dengan demikian suatu efek tertentu dapat dicapai (enzim sebagai
sasaran pengobatan), serta manipulasi terhadap ikatan protein-ligan
sebagai sasaran pengobatan.
1. Penggunaan enzim sebagai obat biasanya mengacu kepada
pemberian enzim untuk mengatasi defisiensi enzim yang
seyogyanya terdapat di dalam tubuh manusia untuk mengkatalis
17

rekasi-reaksi tertentu. Berdasarkan lamanya pemberian enzim


sebagai pengobatan, maka keadaan defisiensi enzim dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu keadaan defisiensi enzim yang
bersifat sementara dan bersifat menetap. [6] Contoh keadaan
defisiensi enzim yang bersifat sementara adalah defisiensi enzim-
enzim pencernaan. Seperti yang diketahui, enzim-enzim
pencernaan sangat beragam, beberapa di antaranya adalah
protease dan peptidase yang mengubah protein menjadi asam
amino, lipase yang mengubah lemak menjadi asam lemak,
karbohidrase yang mengubah karbohidrat seperti amilum menjadi
glukosa serta nuklease yang mengubah asam nukleat menjadi
nukleotida.[7] Adapun defisiensi enzim yang bersifat menetap
menyebabkan banyak kelainan, yang biasanya juga disebut
sebagai kelainan genetic mengingat enzim merupakan protein yang
ditentukan oleh gen. Contoh kelainan akibat defisiensi enzim antara
lain adalah hemofilia. Hemofilia adalah suatu keadaan di mana
penderita mengalami kesulitan penggumpalan darah (cenderung
untuk pendarahan) akibat defisiensi enzim-enzim terkait
penggumpalan darah. Saat ini telah diketahui ada tiga belas faktor,
sebagian besar adalah protease dalam bentuk proenzim, yang
diperlukan dalam proses penggumpalan darah. Pada penderita
hemofilia, terdapat gangguan/defisiensi pada faktor VIII (Anti-
Hemophilic Factor), faktor IX, dan faktor XI. Kelainan ini dapat
diatasi dengan transfer gen yang mengkode faktor IX.[8]
Diharapkan gen tersebut dapat mengkode enzim-enzim protease
yang diperlukan dalam proses penggumpalan darah.
2. Enzim sebagai sasaran pengobatan merupakan terapi di
mana senyawa tertentu digunakan untuk memodifikasi kerja enzim,
sehingga dengan demikian efek yang merugikan dapat dihambat
dan efek yang menguntungkan dapat dibuat. Berdasarkan sasaran
pengobatan, dapat dibagi menjadi terapi di mana enzim sel individu
18

menjadi sasaran dan terapi di mana enzim bakteri patogen yang


menjadi sasaran.
Pada terapi di mana enzim sel individu sebagai sasaran
kinerja terapi, digunakan senyawa-senyawa untuk mempengaruhi
kerja suatu enzim sebagai penghambat bersaing. Contoh penyakit
yang dapat diobati dengan terapi ini adalah:
a. Melitus. Pada penyakit Diabetes Melitus, senyawa
yang diinduksikan adalah akarbosa (acarbose), di
mana akarbosa akan bersaing dengan amilum
makanan untuk mendapatkan situs katalitik enzim
amilase (pankreatik α-amilase) yang seyogyanya akan
mengubah amilum menjadi glukosa sederhana.
Akibatnya reaksi tersebut akan terganggu, sehingga
kenaikan gula darah setelah makan dapat
dikendalikan.
b. Penumpukan cairan. Enzim anhidrase karbonat
merupakan enzim yang mengatur pertukaran H dan
Na di tubulus ginjal, di mana H akan terbuang keluar
bersama urine, sedangkan Na akan diserap kembali
ke dalam darah. Adalah senyawa turunan
sulfonamida, yaitu azetolamida yang berfungsi
menghambat kerja enzim tersebut secara kompetitif
sehingga pertukaran kation di tubulus ginjal tidak akan
terjadi. Ion Na akan dibuang keluar bersama dengan
urine. Sifat ion Na yang higroskopis menyebabkan air
akan ikut keluar bersamaan dengan ion Na; hal ini
membawa keuntungan apabila terjadi penumpukan
cairan bebas di ruang antar sel (udem). Dengan kata
lain senyawa azetolamida turut berperan dalam
menjaga kesetimbangan cairan tubuh.
19

c. Pengendalian tekanan darah diatur oleh enzim renin-


EKA dan angiosintase. Enzim renin-EKA berperan
dalam menaikkan tekanan darah dengan
menghasilkan produk angiotensin II, sedangkan
angiosintase bekerja terbalik dengan mengurangi
aktivitas angiotensin II. Untuk menghambat kenaikan
tekanan darah, maka manipulasi terhadap kerja enzim
khususnya EKA dapat dilakukan dengan pemberian
obat penghambat EKA (ACE Inhibitor).
d. Mediator radang prostaglandin yang dibentuk dari
asam arakidonat melibatkan dua enzim, yaitu
siklooksigenase I dan II (cox 1 dan cox II). Ada obat
atau senyawa tertentu yang mempengaruhi kinerja
cox 1 dan cox II sehingga dapat digunakan untuk
mengurangi peradangan dan rasa sakit.
e. Dengan menggunakan prinsip pengaruh senyawa
terhadap enzim, maka enzim yang berfungsi untuk
memecah AMP siklik (cAMP) yaitu fosfodiesterase
(PD) dapat dihambat oleh berbagai senyawa, antara
lain kafein (trimetilxantin), teofilin, pentoksifilin, dan
sildenafil. Teofilin digunakan untuk mengobati sesak
nafas karena asma, pentoksifilin digunakan untuk
menambah kelenturan membran sel darah merah
sehingga dapat memasuki relung kapiler, sedangkan
sildenafil menyebabkan relaksasi kapiler di daerah
penis sehingga aliran darah yang masuk akan
bertambah dan tertahan untuk beberapa saat.
f. Penyakit kanker merupakan penyakit sel ganas yang
harus dicegah penyebarannya. Salah satu cara untuk
mencegah penyebarannya adalah dengan
menghambat mitosis sel ganas. Seperti yang
20

diketahui, proses mitosis memerlukan pembentukan


DNA baru (purin dan pirimidin). Pada pembentukan
basa purin, terdapat dua langkah reaksi yang
melibatkan formilasi (penambahan gugus formil) dari
asam folat yang telah direduksi. Reduksi asam folat ini
dapat dihambat oleh senyawa ametopterin sehingga
sintesis DNA menjadi tidak berlangsung. Selain itu
penggunaan azaserin dapat menghambat biosintesis
purin yang membutuhkan asam glutamate. 6-
aminomerkaptopurin juga dapat menghambat
adenilosuksinase sehingga menghambat
pembentukan AMP (salah satu bahan DNA).
g. Pada penderita penyakit kejiwaan, pemberian obat
anti-depresi (senyawa) inhibitor monoamina oksidase
(MAO inhibitor) dapat menghambat enzim monoamina
oksidase yang mengkatalisis oksidasi senyawa amina
primer yang berasal dari hasil dekarboksilasi asam
amino. Enzim monoamina oksidase sendiri
merupakan enzim yang mengalami peningkatan
jumlah ada sel susunan saraf penderita penyakit
kejiwaan.
Pada terapi di mana enzim mikroorganisme yang menjadi
sasaran kerja, digunakan prinsip bahwa enzim yang dibidik tidak
boleh mengkatalisis reaksi yang sama atau menjadi bagian dari
proses yang sama dengan yang terdapat pada sel pejamu. Hal ini
bertujuan untuk melindungi sel pejamu, sekaligus meningkatkan
spesifitas terapi ini. Karena yang dibidik adalah enzim
mikroorganisme, maka penyakit yang dihadapi kebanyakan adalah
penyakit-penyakit infeksi. Contoh terapi dengan menjadikan enzim
mikroorganisme sebagai sasaran kerja antara lain:
21

a. Pada penyakit tumor, sel tumor dapat dikendalikan


perkembangannya dengan menghambat mitosisnya.
Mitosis sel tumor membutuhkan DNA baru (purin dan
pirimidin baru). Proses ini membutuhkan asam folat
sebagai donor metil yang dapat dibuat oleh
mikroorganisme sendiri dengan memanfaatkan bahan
baku asam p-aminobenzoat (PABA), pteridin, dan
asam glutamat. Suatu analog dari PABA, yaitu
sulfonamida dan turunannya dapat dimanfaatkan
untuk menghambat pemakaian PABA untuk
membentuk asam folat.
b. Penggunaan antibiotika, yaitu senyawa yang
dikeluarkan oleh suatu mikroorganisme di alam bebas
dalam rangka mempertahankan substrat dari
kolonisasi oleh mikroorganisme lain dalam
memperebutkan sumber daya, juga berperan dalam
terapi. Contohnya adalah penisilin, suatu antibiotik
yang menghambat enzim transpeptidase yang
mengkatalisis dipeptida D-alanil D-alanin sehingga
peptidoglikan di dinding sel bakteri tidak terbentuk
dengan sempurna. Bakteri akan rentan terhadap
perbedaan tekanan osmotik sehingga gampang
pecah.
c. Perbedaan mekanisme sintesis protein antara
mikroorganisme dan sel pejamu juga dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu prinsip terapi.
Penggunaan antibiotika tertentu dapat menghambat
sintesis protein pada mikroorganisme.
3. Interaksi protein-ligan sebagai sasaran pengobatan.
Pengobatan dengan sasaran interaksi protein-ligan mengacu
kepada prinsip interaksi sistem mediator-reseptor, di mana apabila
22

mediator disaingi oleh molekul analognya sehingga tidak dapat


berikatan dengan reseptor, sehingga efek dari mediator tersebut
tidak terjadi. Contoh pengobatan dengan menjadikan interaksi
protein-ligan sebagai sasarannya antara lain:
a. Pengendalian tekanan darah yang diatur oleh hormon
adrenalin. Reseptor yang terdapat pada hormon
adrenalin, yaitu α-reseptor dan β-reseptor dapat
dihambat oleh senyawa-senyawa yang berbeda.
Penghambatan pada β-reseptor dapat menimbulkan
efek pelemasan otot polos dan penurunan detak
jantung. Obat-obatan yang bekerja dengan cara
tersebut dikenal sebagai β-blocker.
b. Penggunaan antihistamin untuk tujuan tertentu.
Histamin merupakan turunan asam amino histidin
yang berperan sangat luas, mulai dari neuromediator,
mediator radang pada kapiler, meningkatkan
pembentukan dan pengeluaran asam lambung HCl,
kontraksi otot polos di bronkus, dan lain-lain. Tidak
jarang ketika misalnya terjadi peradangan yang
memicu pengeluaran histamin, terjadi efek-efek lain
seperti sakit perut dan lain-lain. Untuk itu
dikembangkan senyawa spesifik yang mampu bekerja
sebagai pesaing histamin, yaitu antihistamin. Dengan
adanya antihistamin ini, maka respon yang
ditimbulkan akibat kerja histamin dapat ditekan.

F. Enzim Yang Terlibat Dalam Oksidasi Biologis.


Enzim yang terlibat dalam proses oksidasi dan reduksi dinamakan
oksidoreduktase dalam uraian berikut, enzim oksidoreduktase dipilah
menjadi 4 kelompok, yaitu:
23

1. Enzim Okidase.
Enzim Oksidase Menggunakan Oksigen Sebagai Akseptor
Hidrogen. Enzim oksidase mengatalisis pengeluaran hydrogen dari
substrat dengan menggunakan oksigen sebagai akseptor
hidrogennya. Enzim-enzim tersebut membetuk air atau hydrogen
peroksida sebagai produk reaksi.
Sebagi Oksidase Mengandung Tembaga Sitokrom oksidase
merupakan hemoprotein yang tersebar luas dalam banyak jaringan,
dengan gugus prostetik heme yang secara khas ditemukan dalam
mioglobin, hemoglobin, serta sitrokom lain. Enzim ini merupakan
komponem terakhir pada rantai pembawa (carrier) respiratorik yang
ditemukan dalam mitokondria dan dengan demikian bertanggung
jawab atas reaksi pemindahan elektron yang dihasilkan dari
oksidasi molekul substrat oleh dehidrogenase kepada akseptornya
yang terakhir, yaitu oksigen. Gas karbon monoksida, sianida, dan
hydrogen sulfide merupakan racun bagi enzim sitokrom oksidase.
Sifat yang berlainan sehubungan dengan efek karbon monoksida
serta sianida.
Penelitian yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa kedua
sitokrom tersebut bergabung dengan sebuah protein tunggal, dan
kompleks tersebut dikenal sebagai sitokrom. Oksidase Lain
Merupakan Flavoprotein Enzim flavoprotein memiliki flavin
mononukleotida (FMN) atau flavin adenin dinukleotida (FAD)
sebagai gugus prostetiknya. FMN dan FAD biasanya terikat erat-
tetapi tidak secara kovalen dengan masing-masing protein
apoenzimnya.banyak enzim flavoprotein mengandung satu atau
lebih logam sebagai kofaktoresensial dan dikenal dengan nama
metaloflavoprotein. Enzim yang termasuk kedalam kelompok enzim
oksidase ini mencakup oksidase asam L-amino, suatu enzim terikat
–FMN yang ditemukan dalam ginjal dengan spesifisitas umum
untuk deaminasi oksidatif asam L-amino yang terdapat dialam.
24

Enzim xantin oksidase tersebar luas dan terdapat didalam


susu,usus halus, ginjal, serta hati. Enzim ini mengandung
molibdenum dan mempunyai peranan penting dalam konversi basa
purin menjadi asam urat sebagai produk nitrogenosa akhir utama,
bukan saja dari metabolisme purin, tetapi juga dari katabolisme
protein dan asam amino.Aldehid dehidrogenase merupakan enzim
terikat-FAD yang terdapat didalam hati mamalia. Enzim ini
merupakan metaloflavoprotein yang mengandung molibdenum
serta besi nonheme dan bekerja pada senyawa aldehid serta
substret N-heterosiklik.
Mekanisme oksidase dan reduksi semua enzim ini bersifat
sangat kompleks.meskipun demikian, bukti-bukti menunjukkan
bahwa reduksi cincin isoaloksazin berlangsung dalam 2 yahap
lewat intermediat.
2. Dehidrogenase.
Dehidrogenase Tidak Dapat Menggunakan Oksigen Sebagai
Akseptor Hidrogen. Ada sejumlah besar enzim didalam kelompok
ini. Enzim-enzim tersebut melaksanakan 2 fungsi utama:
a. pemindahan hidrogen dari substrat yang satu kepada
substrat yang lain dalam reksi oksidasi-reduksi
berpasangan. enzim dehidrogenase ini bersifat sangat
spesifik untuk substratnya, tetapi sering memakai
koenzim atau pembawa hidrogen yang sama seperti
enzim dehidrogenase lain, misal, NAD. Karena reaksi
berlangsung reversibel, sifat-sifat ini memudahkan
senyawa ekuivalen preduksi dipindahkan secara
bebas didalam sel.
b. sebagai komponem dalam rantai respirasi
pengangkutan elektron dari substrat ke oksigen.
3. Hidroperoksidase.
25

Enzim Hidroperoksidase Menggunakan Hidrogen Peroksida


Atau Peroksida Organik Sebagai Substrat. Ada dua tipe enzim
yang masuk ke dalam kategori ini : peroksidase dan katalase.
Kedua tipe enzim ini ditemukan baik pada hewan maupun
tumbuhan. Enzim hidroperoksidase melindungi tubuh terhadap
senyawa-senyawa peroksida yang berbahaya. Penumpukan
senyawa peroksida dapat menghasilkanradikal bebas yang
selanjutnya akan merusak membran sel dan keungkinan
menimbulkan penyakit kanker serta aterosklerosis.
4. Oksigenase.
Enzim Oksigenase Mengatalisis Pemindahan Langsung Dan
Inkorporasi Oksigen Ke Dalam Molekul Substrat. Enzim oksigenase
lebih berhubungan dengan sintesis atau penguraian berbagai tipe
metabolit dibandingkan mengambil bagian dalam reaksi yang
bertujuan memberikan enegi pada sel. Enzim-enzim dlam
kelompok ini mengatalisis inkorporasi (penyatuan) oksigen kedalam
molekul substrat.peristiwa ini berlangsung melalui 2 tahap :
a. pengikatan oksigen dengan enzim pada tapak aktif.
b. reaksi saat oksigen yang terikat direduksi atau
dipindahkan kepada substrat.
Mitokondria telah mendapatkan nama yang tepat sebagai “pusat
tenaga”sel karena di dalam organel inilah berlangsung seagaian besar
peristiwa penangkapan energy yang berasal dari oksidasi respiratorik,
system daam mitokondria yang memasangkan respirasi dengan proses
pembentukan intermediate berenergi tinggi, ATP di sebut Fosforilasi
Oksidatif.
1. Sejumlah Enzim Spesifik bertindak sebagai penanda bagi
kompartemen yang dipisahkan oleh membran Mitokondria
Mitokondra mempunyai membran eksterna yang bersifat permeabel
terhadap sebagian besar Metabolit, membran eksterna yang
permeabilitas nya selektif serta tersusun dalam bentuk lipatan atau
26

Krista, serta matriks di dalam membran interna tersebut. Membran


eksterna dapat di hilangkan melalui reaksi dengan digitonin dan
dikarakterisasi oleh keberadaan monoamine oksidase, asil – koA
sintetase, gliserofosfat asiltransferase, serta fosfolipase A 2.
Adenilkinase dan keratin kinase ditemukan dalam ruang antar
membran. Fosfolipid kardiolipid teronsentrasi di dalam merman
interna.
2. Rantai Respirasi Mengumpul Dan mengoksidasi Sejumlah
Zat Ekvalen Pereduksi. Semua energy bermanfaat yang di
bebaskan selama oksidasi asam lemak serta asam amino, dan
hampir seluruh energy yang di lepaskan dari oksidasi
karbohidratterdapat di dalam mitokondria sebagai unsure ekivalen
pereduksi (-H atau electron). Mitokondria mengandung seri
katalisator yang dikenal sebagai rantai respirasi. Yang
mengumpulkan, Mengangkut unsure ekivalen pereduksi dan
mengarahkan kepada reaksi dengan oksigen untuk membentuk air.
Yang juga terdapat dalam mitokondria adalah rangkaian mesin
untuk menangkap energy bebas yang di lepas sebagai fosfat
berenergi tinggi. Mitokondria juga mengandung berbagai system
enzim yang memang pada dasarnya bertanggaung jawab
memproduksi sebagian besar unsure ekuivalen pereduksi , yaitu
enzim – enzim β – oksidasi dan siklus asam sitrat. Siklus asam
sitrat merupakan metabolism umum terakhir untuk oksidasi semua
bahan mekanan utama. Rantai respirasi dalam mitokondria terdiri
atas sejumlah pembawa (carier) redoks yang berjalan dari system
dehidrogenase spesifik NAD, lewat semua substrat berhubungan
dengan rantai respirasi melalui dehidrogenase spesifik NAD;
sebagian substrat karena potensial redoksnya lebih positif (missal,
fumarat/suksinat) berhubungan langsungdengan protein
flavoprotein dehidrogenase, yang pada giliranya akan berhubungan
dengan enzim sitikrom pada rantai respirasi. Telah jelas bahwa
27

terdapat sesuatu pembawa tambahan dalam rantai respirasi yang


merangkaikan flavoprotein ke sitokrom b, anggota rantai sitokrom
yang memiliki potensial redoks paling rendah. Zat ini yang di
namakan ubikuinon atau Q (koenzim Q) terdapat di dalam
mitokondria dalam bentuk kuinon teroksidasi pada keadaan aerob
dan dalam bentuk kuinon tereduksi pada keadaan anaerob. Q
merupakan konstituen lipid mitokondria: lipit lipit iterutama terdapat
dalam bentuk fosfolipit yang menjadi bagian mitokondria. Di dalam
kloroplas. Semua zat ini dicirikan oleh rantai sampai piliisoprenoid.
Didalam mitokondria, Q terdapat dalam jumlah sitoikimetrik
berlebihan jauh lebih besar disbanding anggota lain respirasi, hal ini
sesuai dengan fungsi Q yang bekerja sebagai komponen mobil
rantai respirasi yang mengumpulkan unsure ekivalen pereduksi
kompleks flavoprotein yang lebih terfiksasi dan mengantarkan
kepada sitokrom. Komponen tambahan yang ditemukan dalam
sediaan rantai respirasi adalah protein besi – sulfur (FeS ; besi
nonhem) Unsur ini berikatan dengan flavonprotein
(metaloplavoprotein) dan dengan sitokrom b. sulfur dan za besi
dianggap berperan dalam mekanisme oksidoreduksi antara flavin
dengan Q yang melibatkan perubahan pada hanya satu e’ tunggal
dengan atom besi menjalani oksidoreduksi antara Fe2+ dan
Fe3+.enzim dehidrogenase menganalisis proses perpindahan
electron dari substrat kepada NAD rantai tersebut. Terdapat
beberapa perbedaan dalam menyelenggarakan proses ini asam α –
ketopiruvat keteloglutara ,mempunyai system dehidrogenase
kompleks yang melibatkan lipoat dan FAD, sebelum electron
dipindah kepada NAD rantai respirasi. Pemindahan electron dari
enzim dehidrogenase lain seperti L(+)-3-hidroksiasil-KoA. D(-)-3-
hidrosibutirat, prolin, glutamat, malat dan isositrat dehidrogenase
berPasangan langsung dengan NAD ‘pada rantai respirasi. NADH
(reduksi) pada rantai respirasi selanjutnya diksidasidasikan oleh
28

enzim metaloflavoprotein – NADH dehidrogenase. Enzim ini


mengandung FeS dan FMN, terikat erat pada rantai respirasi dan
menghantarkan unsure ekivalen pereduksi kepada Q. Q juga
merupakan titik pengumpulan dalam rantai respirasi bagi unsur –
unsur ekivalen pereduksi yang berasal dari substrat lain yang
berikatan langsung dengan rantai respirasi lewat enzim flavoprotein
dehodrogenase. Substrat ini mencangkup suksinat, kolin, gliserol 3-
fosfat, sarkosin, dimetiglisi, dan asil – KoA. Moietas (moiety) flavin
semua enzim dehidrogenase ini adalah FAD. Elektron mengalir dari
Q, melalui rangkaian sitokrom yang terlihat dalam ke molekul
oksigen. Sitokrom tersusun dalam urutan poensial redoks yang
meningkat. Gugus terminal sitokrom aa3 (sitokrom oksidase)
bertanggung jawab atas penggabungan terakhir sejumlah unsu
ekivalen pereduksi dengan molekul oksigen. System enzim ini
ternyata mengandung tembaga, suatu komponen yang ditemukan
dalam beberapa enzim oksidase.
3. Rantai respirasi menyediakan sebagian besar energy yang
di tangkap di dalam metabolisme ADP merupakan molekul yang
ditangkap sebagian energy bebas dalam bentuk fosfat berenergi
tinggi, yang di lepas oleh proses katabolisme. ATP yang dihasilkan
akan menghanarkan energi. Jadi, ATP dapat disebut sebagai
“penukar” energy pada sel. Pada reaksi glikolisis , terjadi
pengambilan netto langsung dan gugus fosfat berenergi tinggi ,
yang setara dengan kurang lebih 103,2 kj/mol glukosa. (secara
invivo, ΔG untuk sintesis ATP dari ADP telah dihitung sebesar
kurang lebih 51,6 kj/mol sehingga memungkinkan terdapatnya
reaktan dalam konsentrasi aktualdi dalam sel. Nilai ini lebih besar
dari pada nilai ΔG0 untuk hidrolisis ATP yang diperoleh dibawah
konsentrasi standart 1,0 mol/L). karena 1 mol glukosa
menghasilkan kurang lebih 2870 kj pada pembakaran sempurna,
energy kyang ditangkap fosforilasi dalam proses glikolisis hana
29

sedikit. Berbagai reaksi pada asam simsus asam sitrat pada


lintasan terakhir untuk oksidasi lengkap glukosa mencangkup satu
tahap fosforilasi, yaitu perubahan suksionil Ko-A menjadi suksinat
kyang memungkinkan penangkapan tambahan hanya dua fosfat
berenergi tinggi permol glukosa. Semua reaksi fosforilasi yang di
uraikan terjadi pada tngkat substrat. Pemeriksaan terhadap
mitokondria utuh yang melakukan respirasi mengungkap bahwa
kalau substrat teroksidasi lewat enzim dehidrogenase yang terikat
NAD dan rantai respirasi, kurang lebih 3 mol fosfat anorganik dan
akan diinkorporasikan ke dalam 3 mol ADP untuk membentuk 3 mol
ATP per mol O₂ yang di komsusi, yaitu rasio P : Oksidasi = 3.
Sebaliknya kalau substrat dioksidasi melalui dehidrogenase yang
terikat flavoprotein , hanya 2 mol ATP yang terbentuk , yaitu P :
Oksidasi = 2. Kontrol Respiratorik Menjamn Pasokan ATP Yang
Konstan Laju respiratorik mitokondria dapat dikontrol oleh
konsentrasi ADP. Hal ini terjadi karena terjadi oksidasi dan
fosforilasi berpasangan secara erat dengan kata lain, oksidasi tidak
dapat berlangsung lewat ranotai respirasi bila pada saat yang
bersamaan tidak terjadi berlangsung lewat rantai respirasi bila pada
saat yang bersamaan tidak terjadi fosorilasi ADP. Chance dan
wiliams menyebutkan 5 keadaan yang dapat mengontrol laju
respirasi dalam mitokondria. Umumnya, kebanyakan sel dalam
kondisi istirahat berada dalam status 4 dan respirasi di control oleh
ketersediaan ADP. Jika kita menyelenggarakan kerja, ATP di ubah
menjadi ADP. Jika kita menylenggarakan kerja, ATP diubah
menjadi ADP ehingga memungkinkan terjadinya lebih banyak
resprasi yang pada gilirannya akan memperbaharui persimpanan
ATP. Dalam kondisi terentu akan terlihat bahwa konsentrasi fsfat
anorganik dapat pula mempengaruhi kecepatan kerja rantai
respirasi. Dengan semakan meningkatnya respirasi (seperti
terjadinya pada saat olahraga), sel akan mendekati status 3 atau 5
30

jika kapasitas antai respirasi menjadi jenuh atau jika PO₂ turun
dibawah nilai Km untuk sitokrom a₃. terdapatpula kemungkinan
bahwa pengangkut ADP/ATP yangmemudahkan pemasukan ADP
sitosol ke dalam dan ATP ke luar mitokondria, menjadi suatu
penentu kecepatan respirasi mitokondria.
4. Banyak racun menghambat rantai respirasi Sebagian besar
informasi tantang rantai respirasi diperoleh dari penggunaan
inhibitor, dan sebaliknya, hal ini telah memberi pengetahan
mengenai mekanisme kerja beberapa jenis racun . untuk tujuan
deskriptif, inhibitor dapat dibagi menjadi inhibitor untuk rantai
respirasi sendiri, inhibitor fosforilasi oksidatif, pemutus pasangan
fosforilasi oksidatif. Inhibitor yang menghentikan respirasi dengan
menyekat rantai respirasi berkerja pada tiga tempat. Tempat pertaa
dihamba oleh olongan barbiturat seperti amobarbitual, anti biotic
pirisidin A, dan intektisida serta racun ikan rotenon. Semua inhibitor
ini mencegah oksidasi substrat yang berhubungan langsung
dengan rantai respirasi lewat enzim dehidrogenaseterikat NAD,
dengan menyekat pemindahan dari FeS ke Q. dalam takaran yang
cukup, pemberian inhibitor ini secara in vivo akan berakibat fatal.
Dimerkaprol dan antimisi A menghambat rantai respirasi antara
stokrom b dan sitokrom c. racun klasik seperti H₂S, karbon
monoksida serta sianida menghambat sitokrom oksidase dengan
demikian dapat menghentikan respirasi secara total. Karboksin dan
TCA secara spesifik menghambat dehidrogenase ke Q, sedangkan
manolat merupakan inhibitor kompentitif enzim suksinat
dehidrogenase. Anti biotic oligomisin menyebabkan penyekatan
(blockade) seluruhproses oksidasi dan fosforilasi dalam mitokondria
utuh. Pemutusan pasangan (uncoupler) bekerja memisahkan
proses oksidasi dalam rantai respirasi dari proses fosforilasi, dan
hal ini dapat menjelaskan kerja toksik senyawa – senyawa in vivo.
Pemisah kedua proses tersebut akan membuat respirasi tidak
31

terkontrol karena konsentrasi ADP atau P₁ tidak lagi membatasi laju


respirasi. Preparat pemutus pasangan yang paling sering di
gunakan adalah 2,4 dinitrofenol, tetapi juga ada beberapa senyawa
lain yang bekerja dengan cara serupa, yaitu dinitrofenol, tetapi juga
ada beberapa senyawa lain yang bekerja dengan cara serupa, yaitu
dinitrokresol, petakklofenol dan CCCP (in – klorokarbonil sianida
fenilhidrazon). Senyawa terakhir ini dimiliki keaktifan sekitar 100 kali
lebih besar dari pada keaktifan dinitrofenol.
5. Enzim ATP Sintase Yang Terletak Pada Membran
Membentuk ATP Selisih potensial elektro kimia digunakan untuk
menggerakkan enzim ATP sintase dimembran yang akan
membentuk ATP pada adanya P1 + ADP dengan demikian tidak
ada intermediate berenergi tinggi yang digunakan bersama, baik
oleh proses oksidasi maupun fosforilasi seperti di syaratkan dalam
hipotesis kimiawi. Tersebar pada permukaan membran interna
adalah kompleks yang melaksanakan fosforilasi dan bertanggung
jawab atas produksi ATP.
32

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Glikolisis merupakan proses pemecahan glukosa menjadi senyawa
triosa (C3) yaitu piruvat.
Terdapat 10 tahap dalam pembentukan glikolisis yaitu: Fosforilasi
Glukosa, Produksi Fruktosa-6 Fosfat, Produksi Fruktosa 1,6-difosfat,
Pemecahan Fruktosa 1,6-difosfat, interkonversi Dua Glukosa,
Pembentukan NADH & 1,3-Diphoshoglyceric, Produksi ATP & 3-
fosfogliserat Asam, Relokasi Atom Fosfor, Penghapusan Air,
Pembentukan piruvat Asam & ATP.
Tahap glikolisis merupakan awal terjadinya respirasi sel. Glikolisis
terjadi dalam sitoplasma dan hasil akhir glikolisis berupa senyawa asam
piruvat. Glikolisis memiliki sifat-sifat, antara lain: glikolisis dapat
berlangsung secara aerob maupun anaerob, glikolisis melibatkan enzim
ATP dan ADP, serta peranan ATP dan ADP pada glikolisis adalah
memindahkan (mentransfer) fosfat dari molekul yang satu ke molekul
yang lain.
Reaksi berlangsung spontan bila terjadi pelepasan energi bebas
(tG negatif) yaitu reaksi tersebut bersifat eksergonik, dan jika tG positif,
reaksi hanya berlangsung bila diperoleh energi bebas, reaksi ini bersifat
endergonik.
ATP adalah zat perantara penukar energi bebas, yang
merangkaikan proses-proses yang bersifat eksergonik dengan proses-
proses yang bersifat endergonik.
Enzym oksidase dan dehidrogenase memiliki peran utama dalam
proses rantai pernapasan.
Komplek-komplek enzym dalam rantai pernapasan menggunakan
potensial energi dari gradien proton untuk mensintesa ATP dari ADP dan
33

Pi. Dengan demikian jelas terlihat bahwa rangkaian reaksi oksidasi


terangkai erat dengan fosforilasi.
Terdapat sejumlah senyawa kimia yang dapat menghambat
rangkaian reaksi oksidasi dan peristiwa fosforilasi atau memutus
rangkaian oksidasi dan fosforilasi.
Terdapat protein pengangkut khusus untuk perlintasan beberapa
ion dan metabolit pada membran mitokondria.

B. Saran.
Dari uraian makalah ini disarankan kepada para pembaca
khususnya mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah yang terkait
dengan isi makalah ini agar sebaiknya mencari literature lain baik dari
beberapa referensi buku maupun internet agar materi ini dapat
dikembangkan lebih luas dengan harapan wawasan dapat bertambah
mengenai Glikolisis dan Oksidasi Biologis.
34

DAFTAR PUSTAKA

Montgomery, Rex., dkk. 1993. Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi


Kasus Jilid 1. Yogyakarta: GAJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Purwoko, Tjahjadi.2007. Fisiologi mikroba. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Stryer, Lubert. 2000. Biokimia Vol.2 Edisi 4. Jakarta: EGC.
Murray R K, et al. Harper’s Biochemistry 25th ed. Appleton & Lange.
America 2000.
Davis S.P., 1985, prinsip-prinsip biokimia, Jakarta (BU II)
Gernida, 1996, Biokimia, Gramedia, jakarta (BA II)
Lehninger A, Nelson D, Cox M M. Principles of Biochemistry 2nd 1993

Anda mungkin juga menyukai