Anda di halaman 1dari 60

http://edymei.blog.ugm.ac.id/files/2009/03/viii-glikolisis.

pdf

Glikolisis Sahabat Pustakers pada kesempatan kali ini Pustaka Sekolah akan berbagi artikel mengenai
Glikolisis. Glikolisis Merupakan serangkaian reaksi biokimia dimana glukosa dioksidasi menjadi molekul asam
piruvat. Glikolisis adalah salah satu proses metabolisme yang paling universal yang kita kenal, dan terjadi
(dengan berbagai variasi) di banyak jenis sel dalam hampir seluruh bentuk organisme. Proses glikolisis sendiri
menghasilkan lebih sedikit energi per molekul glukosa dibandingkan dengan oksidasi aerobik yang sempurna.
Energi yang dihasilkan disimpan dalam senyawa organik berupa adenosine triphosphate atau yang lebih umum
dikenal dengan istilah ATP dan NADH. Asam piruvat (CH3COCO2H) adalah sebuah asam alfa-keto yang
memiliki peran penting dalam proses-proses biokimia. Anionkarboksilat dari asam piruvat disebut piruvat. Asam
piruvat adalah cairan tak berwarna, dengan bau yang mirip asam asetat. Asam piruvat bercampur dengan air,
dan larut dalam etanol dan dietil eter. Di laboratorium, asam piruvat dibuat dengan cara memanaskan campuran
asam tartarat dengan kalium bisulfat, atau melalui hidrolisis asetil sianida, yang dibuat melalui reaksi asetil
klorida dan kalium sianida:
CH3COCl + KCN → CH3COCN
CH3COCN → CH3COCOOH

Piruvat adalah suatu senyawa kimia yang penting dalam biokimia. Senyawa ini merupakan hasil metabolisme
glukosa yang disebutglikolisis. Sebuah molekul glukosa terpecah menjadi dua molekul asam piruvat, yang
kemudian digunakan untuk menghasilkan energi. Jika tersedia cukup oksigen, maka asam piruvat diubah
menjadi asetil-KoA, yang kemudian diproses dalam siklus Krebs. Piruvat juga dapat diubah menjadi oksaloasetat
melalui reaksi anaploretik yang kemudian dipecah menjadi molekul-molekul karbon dioksida. Nama siklus ini
diambil dari ahli biokimia Hans Adolf Krebs, pemenang Hadiah Nobel 1953 bidang fisiologi, karena ia berhasil
mengidentifikasi siklus tersebut).

Jika tidak tersedia cukup oksigen, asam piruvat dipecah secara anaerobik, menghasilkan asam laktat pada
hewan dan manusia, atau etanol pada tumbuhan. Piruvat diubah menjadi laktat menggunakan enzim
laktatdehidrogenase dan koenzim NADH melalui fermentasi laktat, atau menjadi asetaldehida dan lalu etanol
melalui fermentasi alkohol. Asam piruvat juga dapat diubah menjadi karbohidrat melalui glukoneogenesis,
menjadi asam lemak atau energi melalui asetil-KoA, menjadi asam amino alanin dan juga menjadi etanol.
Lintasan glikolisis yang paling umum adalah lintasan Embden-Meyerhof-Parnas (bahasa Inggris: EMP pathway),
yang pertama kali ditemukan oleh Gustav Embden, Otto Meyerhof dan Jakub Karol Parnas. Selain itu juga
terdapat lintasan Entner–Doudoroff yang ditemukan oleh Michael Doudoroff dan Nathan Entner terjadi hanya
pada sel prokariota, dan berbagai lintasan heterofermen-tatif dan homofermentatif (Bruce Albert dkk, 2002)
Didalam sel, katabolisme glukosa, fruktosa dan galaktosa pertama kali dilakukan oleh enzim-enzim glikolisis
yang larut dalam sitoplasma. Glikolisis (gluko= glukosa: lisis = penguraian) adalah proses penguraian karbohidrat
(glukosa ) menjadi piruvat. Reaksi penguraian ini terjadi dalam keadaan ada atau tanpa oksigen. Bila ada
oksigen, asam piruvat akan dioksidasi lebih lanjut menjadi CO2dan air, misalnya pada hewan, tanaman dan
banyak sel mikroba yang berada pada kondisi aerobic. Bila tanpa oksigen, asam piruvat akan dirubah menjadi
etano l(fermentasi alcohol) pada ragi atau menjadi asam laktat pada otot manusia yang berkontraksi. Tiap proses
glikolisis menggunakan enzin tertentu (Anna Poedjiadi, 1994).
Glikolisis secara harfiah berarti pemecahan glukosa. Jalur glikolisis ditemukan di dalam sitosol dari sel,
mempunyai dua peran; pemecahan monosakarida untuk menghasilkan energi dan menyediakan satuan
pembentuk untuk sintesa senyawa yang diperlukan sel seperti gliserol untuk sintesa trigliserida atau lemak.
Sebelum glikolisis dapat berlangsung, sebuah sel harus memperoleh glukosa. Hanya beberapa jenis sel seperti
sel-sel hati dan buah pinggang (kidney) yang dapat menghasilkan glukosa dari asam amino, dan hanya hati dan
sel-sel jaringan menyimpan glukosa dalam jumlah besar. Glukosa ini disimpan sebagai glikogen. Hati dan
jaringan memecahkan glikogen menjadi glukosa (atau bentuk monosakarida lain). Sel-sel badan lainnya harus
memperoleh glukosa dari sirkulasi darah, sehingga badan perlu mempertahankan suatu konsentrasi yang relatif
tetap dari glukosa darah supaya dapat hidup. Hasil glikolisis adalah dua unit senyawa yang mengandung tiga
atom karbon yaitu asam piruvat. Sebagian sel-sel mengubah asam piruvat menjadi asam laktat.
Glikolisis dimulai dengan penambahan satu gugus fospat ke glukosa, sehingga menjadi lebih reaktif. Satu gugus
fospat yang lainnya di tambahkan ke senyawa glukosa-fospat yang baru terbentuk yang kemudian dipecah
menjadi senyawa karbon yang mengandung tiga atom karbon. Senyawaan ini diubah melalui serangkaian
tahapan menjadi dua molekul piruvat. Maka dalam glikolisis sebuah sel memulai dengan satu molekul glukosa
dan menghasilkan dua molekul yang mengandung tiga atom karbon yakni piruvat. Di dalam proses ini empat
hidrogen(mengandung total empat elektron) dikeluarkan dan empat ATP terbentuk. Elektron dan hidrogen
ditangkap oleh pembawa (carrier) dalam hal ini NAD. Setiap NAD (bentuk teroksidasi) menerima dua elektorn
dan satu ion hidrogen, menghasilkan NADH + H+ (bentuk tereduksi). Maka salah satu hasil akhir dari glikolisis
adalah juga sintesa dari dua NADH + H+, dengan pelepasan dua ion hidrogen.
Di dalam glikolisis, reaksi pertama melibatkan satu ATP menyumbangkan satu gugus fospat ke glukosa. Pada
tahap ketiga, satu lagi ATP digunakan menambah satu gugus fospat kedua. Maka untuk memulai jalur ini, satu
sel memakai dua ATP. Pada saat molekul yang mengandung tiga atom karbon diubah menjadi piruvat, masing-
masing menghasilkan dua ATP, sehingga total ada 4 ATP. Energi bersih yang dihasilkan sejauh ini dari glikolisis
adalah dua ATP, karena dua ATP digunakan didalam proses dan empat ATP di hasilkan. Masih ada ATP yang
akan terbentuk; ini hanya menyatakan sebanyak 5% dari total produksi ATP yang mungkin dari satu molekul
glukosa. Energi kimia yang disimpan di dalam ikatan NADH akhirnya dapat ditransfer ke ATP. Pada umumnya
setiap NADH + H+ menyumbangkan energy yang cukup untuk menghasilkan 2,5 ATP. Maka NADH + H+ adalah
satu bentuk dari energi potensial untuk sel. Pada akhirnya sel memakai energi di dalam NADH+ H+ membentuk
ATP (Simanjuntak dan Silalahi, 2003).
Glikolisis terdiri dari 2 fase: Fase preparasi (preparatory phase), yaitu fosforilasi glukosa dan konversinya
menjadi gliseraldehid 3-fosfat. Fase pembayaran (payoff phase), yaitu konversi oksidatif gliseraldehid 3-P
menjadi piruvat disertai pembentukan ATP dan NADH.
Reaksi netto glikolisis:
Glukosa + 2NAD+ + 2ADP + 2Pi ———-> 2Piruvat + 2NADH + 2H+ + 2ATP + 2H2O

Enzim yang terlibat dalam glikolisis


Preparatory phase:
 Heksokinase
 Fosfoheksoisomerase
 Fosfofruktokinase
 Aldolase
 Triosafosfat isomerase
Payoff phase:
 Gliseraldehid3-P dehidrogenase
 Fosfogliserat kinase
 Fosfogliserat kinase
 Enolase
 Piruvat kinase
Glikolisis melibatkan banyak enzim, uraian lebih lengkapnya di bawah ini:
 Heksokinase. Tahap pertama pada proses glikolisis adalah pengubahan glukosa menjadi glukosa 6-fosfat
dengan reaksi fosforilasi. Gugus fosfat diterima dari ATP dalam reaksi. Enzim heksokinase merupakan katalis
dalam reaksi tersebut dibantu oleh ion Mg++sebagai kofaktor. Enzim ini ditemukan Meyerhof pada tahum 1927
dan telah dapat dikristalkan dari ragi, mempunyai berat molekul 111.000. heksesokinase yang berasal dari ragi
dapt merupakan katalis pada reaksi pemindahan gugus fosfat dari ATP tidak hanya kepada glukosa tetapi juga
kepada fruktosa, manosa, glukosamina. Dalam otak, otot, dan hati terdapat enzim heksesokinase yang multi
substrat ini. Disamping itu ada pula enzim-enzim yang khas tetapi juga kepada fruktosa, manosa, dan
glukosamin. Dalam kinase. Hati juga memproduksi fruktokinase yang menghasilkan fruktosa-1-fosfat. Enzim
heksesokinase dari hati dapat dihambat oleh hasil reaksi sendiri. Jadi apabila glukosa-6-fosfat terbentuk dalam
jumlah banyak, mak senyawa ini akan menjadi inhibitor bagi enzim heksesokinase tadi. Selanjutnya enzim akan
aktif kembali apabila konsentrasi glukosa-6-fosfat menurun pada tingkat tertentu.
 Fosfoheksoisomerase. Reaksi berikutnya ialah isomerasi, yaitu pengubahan glukosa-6-fosfat menjadi fruktosa-6-
fosfat, dengan enzim fosfoglukoisomerase. Enzim ini tidak memerlukan kofaktor dan telah diperoleh dari ragi
dengan cara kristalisasi. Enzim fosfuheksoisomerase terdapat jaringan otot dan mempunyai beraat molekul
130.000.
 Fosfofruktokinase. Frukrosa-6-fosfat diubah menjagi fruktosa-1,6-difosfat oleh enzim fosfofruktokinase dibantu
oleh ion Mg++ sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini gugus fosfat dipindahkan dariATP kepada fruktosa-6-fosfat dari
ATP sendiri akan berubah menjadi ADP. Fosfofruktokinase dapat dihambat atau dirangsang oleh beberapa
metabolit, yaitu senyawa yang terlibat dalam proses metabolism ini. Sebagai contoh, ATP yang berlebih dan
asam sitrat dapat menghambat,dilain pihak adanya AMP, ADP, dan fruktosa-6-fosfat dapat menjadi efektor
positif yang merangsang enzim fosfofruktokinase. Enzim ini merupakan suatu enzim alosterik dan mempunyai
berat molekul kira-kira 360.000.
 Aldose. Reaksi tahap keempat dalam rangkaian reaksi glikolisis adalah penguraian molekul fruktosa-1,6-difosfat
membentuk dua molekul triosa fosfat, yaitu dihidroksi aseton fosfat dan D-gliseraldehida-3-fosfat. Dalam tahap ini
enzim aldolase yang menjadi katalis telah dimurnukan dan ditemukan oleh Warburg. Enzim ini terdapat dalam
jaringan tertentu dan dapat bekerja sebagai kaalis dalam reaksi penguraian beberapa ketosa dan monofosfat,
misalnya fruktosa-1,6-difosfat, sedoheptulose-1,7- difosfat, fruktosa-1-fosfat, eritulosa-1-fosfat. Hasil reaksi
penguraian tiap senyawa tersebut yang sama adalah dihidroksi aseton fosfat.
 Triosafosfat Isomerase. Dalam reaksi penguraian oleh enzim aldolase terbentuk dua macam senyawa, yaitu D-
gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroksi-aseton fosfat. Yang mengalami reaksi lebih lanjut dalam proses glikolisis
adalah D-gliseraldehida-3-fosfat. Andaikata sel tidak mampu mengubah dihidroksiasotonfosfat menjadi D-
gliseraldehida-3-fosfat, tentulah dihidrosiasetonfosfat akan bertimbun didalam sel. Hal ini tidak berllangsung
karena dalam sel terdapat enzim triofosfat isomerase yang dapat mengubah dihidrokasetonfosfat menjadi D-
gliseraldehida-3-fosfat. Adanya keseimbangan antara kedua senyawa tersebut dikemukakan oleh Mayerhof dan
dalam keadaan keseimbangan dihidroksiaseton fosfat terdapat dalam jumlah dari 90%.
 Gliseraldehida-3-fosfat Dihidrogenase. Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi gliseraldehida-3-fosfat
menjadi 1,3 difosfogliserat. Dalam reaksi ini digunakan koenzim NAD+. Sedangkan gugus fosfat diperoleh dari
asam fosfat. Reaksi oksidasi ini mengubah aldehida menjadi asam karboksilat. Gliseraldehida-3-fosfat
dehidrogenase telah dapat diperoleh dalam bentuk Kristal dari ragi dan mempunyai berat molekul 145.000.
Enzim ini adalah suatu tetramer yang terdiri atas empat subunit yang masing-masing mengikat suatu molekul
NAD+, jadi pada tiap molekul enzim terikat empat molekul NAD+.
 Fosfogliseril Kinase. Reaksi yang menggunakan enzim ini ialah reaksi pengubahan asam 1,3-difosfogliserat
menjadi asam 3-fosfogliserat. Dalam reaksi ini terbentuk datu molekul ATP dari ADP dan ion Mg2+diperlukan
sebagai kofaktor. Oleh karena ATP adalah senyawa fosfat berenergi tinggi, maka reaksi ini mempunyai fungsi
untuk menyimpan energy yang dihasilkan oleh proses glikolisis dalam bentuk ATP.
 Fosfogliseril Mutase. Fosfogliseril mutase bekerja sebagai katalis pada reaksipengubahan asam 3-fosfogliserat
menjadi asam 2-fosfogliserat.Enzim ini berfungsi memindahkan gugus fosfat dari suatu atom C kepada atom C
lain dalam suatu molekul. Berat molekul enzim ini yang diperoleh dari ragi ialah 112.000.
 Enolase. Reaksi berikutnya ialah pembentukan asam fosfofenol piruvat dari asaam 2-fosfogliserar dengan katalis
enzim enolase dan ion Mg2+ sebagai kofaktor. Reaksi pembentukkan asam fosfofenol piruvat ini ialah
pembentukan asam fosfofenol piruvat dari asaam 2-fosfogliserar dengan katalis enzim enolase dan ion Mg2+
sebagai kofaktor. Reaksi pembentukkan asam fosfofenol piruvat ini ialah reaksi dehidrasi. Adanya ion F- dapat
menghambat kerja enzim enolase, sebab ion F- dengan ion Mg2+dan fosfat dapat membentuk kompleks
magnesium fluoro fosfat. Dengan terbentuknya kompleks ini akan mengurangi jumlah ion Mg2+ dalam campuran
reaksi dan akibat berkurangnya ion Mg2+maka efektivitas reaksi berkurang.
Enzim ini menggunakan enzim laktat dehidrogenase ini ialah reaksi tahap akhir glikolisis, yaitu pembentukan
asam laktat dengan cara reduksi asam piruvat. Dalam reaksi ini digunakan NAD sebagai koenzim (Anna
Poedjiadi, 1994).
Tinjauan energi proses glikolisis
Proses glikolisis dimulai dengan molekul glukosa dan diakhiri dengan terbentuknya asam piruvat. Serangkaian
reaksi-reaksi dalam proses glikolisis tersebut dimanakan juga jalur Embden-meyerhof. Reaksi-reaksi yang
berlangsung pada proses glikolisis dapat dibagi dalam dua fase. Pada fase pertama, glukosa diubah menjadi
triofosfat dengan proses fosforilasi. Fase kedua dimulai dari reaksi oksidasi triofosfat hingga terbentuk asam
laktat. Perbedaan antara kedua fase ini terletak pada aspek energy yang berkaitan debgan reaksi-reaksi dalam
kedua fase tersebut.
Dalam proses glikolisis satu mol glukosa diubah menjadi dua mol asam piruvat. Fase pertama dalam proses
glikolisis melibatkan dua mol ATP yang diubah menjadi ADP. Jadi fase pertama ini menggunakan energy yang
tersimpan dalam molekul ATP. Fase kedua mengubah dua mol triosa yang terbentuk pada fase pertama menjadi
dua mol asam laktat, dan dapat menghasilkan 4 mol ATP. Jadi fase kedua ini menghasilkan energy. Apabila
ditinjau dari keseluruhan proses glikolisis ini menggunakan 2 mol ATP dan menghasilkan 4 mol ATP sehingga
masih sisa 2 mol ATP yang ekivalen denganenergi sebesar 14.00 kalori. Energy tersebut tersimpan dan dapat
digunakan oleh otot dalam energy mekanik (Anna Poedjiadi, 1994). Proses glikolisis di sitoplasma berlangsung
anaerob dengan menghasilkan senyawa 2 , 2, 2 (Asam Piruvat , ATP,NADH )dengan bahan glukosa (hasil
fotosintesa) berjalan dengan 10 tahap GiGiFiFi PeGAL 3XPGA-P-P untuk jelasnya lihat ini
Produksi Laktat Adalah Titik Akhir Dari Glikolisis Anaerobik
Sebagian sel kekurangan jalur yang membutuhkan oksigen (aerobik) diperlukan untuk memakai NADH + H+
untuk sintesa ATP, dan pada saatnya selsel ini kurang mampu memakai proses ini untuk me-recycle NADH + H+
kembali menjadi NAD. Misalnya sel darah merah. Maka, pada saat sel darah merah mengubah glukosa menjadi
piruvat, NADH + H+ meningkat di dalam sel. Akhirnya konsentrasi NAD menurun terlampu rendah sehingga
glikolisis berlanjut, karena kebanyakan NAD ada di dalam bentuk NADH + H+. Untuk mengimbanginya, satu sel
darah merah mereaksikan piruvat dengan satu NADH + H+ dan satu ion hidrogen bebas membentuk laktat, lihat.
Di dalam proses itu, NADH + H+ berobah menjadi NAD. Proses ini memungkinkan sel darah merah untuk
menyediakan sendiri (resupply itself) dengan NAD karena sel-sel ini tidakmengandung mitochondria. Otot yang
sedang latihan juga menghasilkan laktat jika kekurangan NAD. Bertambahnya laktat kemudian akan
menyebabkan otot menjadi lelah (fatigue). Produksi laktat oleh suatu sel memungkinkan glikolisis anaerobik
berlanjut karena disini tetap ada suatu pasokan dari NAD. Lagi pula, jalur ini menghasilkan hanya sekitar 5% dari
potensial ATP per molekul glukosa. Tetapi untuk sebagian sel-sel seperti sel darah merah, glikolisis anaerobik
adalah satu-satunya metode untuk menghasilkan ATP. Asam laktat dilepaskan ke peredaran darah, ditangkap
terutama oleh hati dan disintesa menjadi glukosa. .( Simanjuntak dan Silalahi, 2003 )
Glikolisis anarobik berperan hampir pada semua vertebrata, termasuk pada manusia, dalam waktu penedek
pada aktivitas otot yang bersifat ekstrim, misalnya selama lari cepat 100 m, pada saat oksigen tidak dapat
dibawa pada kecepatan yang cukup untuk dibawa ke otot, dan mengoksidasi piruvat, menghasilkan ATP.
Sebaliknya, otot menggunakan glikogen cadangan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan ATP oleh oksidasi
glikolisis anaerobic dengna laktat sebagai produk akhir. Penggunaan glikolisis anaerobic sebagai sumber energy
bagi kontruksi otot terutama penting pada otot putih. Contoh hewan yang sangat dipengaruhi aktivitasnya melalui
glikolisis anaerobic pada otot putihnya yaitu burung kalkun, otot kaki kuda (Lehninger, 1982)[ps]

Read more: http://www.pustakasekolah.com/glikolisis.html#ixzz3F9NUZGdP


Pharmacy Community
JUMAT, 01 JANUARI 2010

Glikolisis Anaerob
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Metabolisme merupakan proses biokimia di dalam organisme. Metabolisme biasanya terdiri atas
tahapan-tahapan yang melibatkan enzim. Metabolisme mencakup sintesis dan penguraian makanan di
dalam tubuh secara kompleks. Untuk melakukan metabolisme, pada mikroorganisme membutuhkan
sumber energi berupa karbohidrat, protein, lemak, mineral dan zat-zat gizi yang terdapat dalam bahan
pangan. Dalam proses fermentasi tampaknya mikroorganisme pertama kali akan menyerang
karbohidrat, kemudian protein dan selanjutnya lemak. Bahkan terjadi tingkatan penyerangan terhadap
karbohidrat yaitu terhadap gula, kemudian alkohol. Baru setelah itu terhadap asam.
Metabolisme merupakan modifikasi senyawa kimia secarabiokimia di dalam organisme dan sel.
Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian
(katabolisme) molekulorganik kompleks. Metabolisme biasanya terdiri atas tahapan-tahapan yang
melibatkan enzim, yang dikenal pula sebagai jalur metabolisme. Metabolisme total merupakan
semua proses biokimia di dalam organisme. Metabolisme sel mencakup semua proses kimia di dalam
sel. Tanpa metabolisme, makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup.
Produk metabolisme disebut metabolit. Cabang biologi yang mempelajari komposisi metabolit secara
keseluruhan pada suatu tahap perkembangan atau pada suatu bagian tubuh dinamakanmetabolomika.
Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat dibagi dalam dua bagian yaitu yang tidak menggunakan
oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen atau aerob. Reaksi anaerob terdiri atas
serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam laktat. Proses ini disebut glikolisis. Tiap
reaksi dalam proses glikolisis ini menggunakan enzim tertentu, misalnya seperti enzim heksokinase,
fosfoheksoisomerase, fosfofruktokinase, enolase, laktat dehidrogenase, piruvat kinase, fosfogliseril
kinase, dan lain-lain. Enzim yang mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai sitoplasma sel.
Disinilah glikolisis berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6 –
fosfat
Glikolisis merupakan rangkaian reaksi yang mengkonversi glukosa menjadi piruvat. Pada
organisme aerob, glikolisis adalah pendahuluan daur asam sitrat dan rantai transport electron, saat
sebagian besar energi bebas glukosa dihasilkan. Sepuluh reaksi glikolisis terjadi didalam sitosol. Pada
tahap pertama, glukosa dikonversi menjadi fruktosa 1,6-bifosfat melalui reaksi fosforilasi, isomerasi,
dan fosforilasi kedua. Dua molekul ATP dipakai per molekul glukosa pada reaksi-reaksi ini. Pada
tahap kedua, fruktosa 1,6 difosfat dipecah oleh aldolase membentuk dihrosiaseton fosfat dan
gliserildehida 3-fosfat, yang dengan mudah mengalami interkonvensi. Gliseraldehida 3-fosfat
kemudian mengalami oksidasi dan fofforilasi membentuk 1-3-bisfosfogliserat, suatu asetil fosfat
dengan potensi transfer fosforil yang tinggi. 3-fosfogliserat kemudian terbentuk dan ATPdihasilkan.
Pada tahap akhir glikolisis, fosfoenolpiruvat, zat antara kedua dengan potensi transfer yang tinggi,
dibentuk melalui pergeseran fosforil dan dehidrasi. ATP lainnya dihasilkan sewaktu fosfienolpiruvat
dikonnversi menjadi piruvat. Tedapat keuntungan bersih dua molekul ATP pada pembentukan dua
molekul piruvat dari satu molekul glukosa.
Akseptor elektron pada oksidasi gliseraldehida 3-fosfat adalh NAD+, yang harus dihasilkan
kembali agar glikosis dapat dihasilkan kembali agar glikolisis dapat berlangsung terus. Pada organism
aerob, NADH yang terbentuk pada glikolisis mentransfer elektronnya ke O2 melalui rantai transport
elektron, dan dengan demikian menghasilkan kembali NAD+. Pada keadaan aerob, NAD+ dihasilkan
kembali melalui reduksi piruvat menjadi laktat. Pada sejumlah mikroorganisme, NAD+ biasanya
dihasilkan kembali oleh sintesis laktat atau etanol dari piruvat. Dua proses ini merupakan contoh
fermentasi.
Jalur glikolisis mempunyai peran ganda: degradasi glukosa untuk menghasilkan ATP, dan
memberikan unit-unit penyusun untuk sintesis komponen-komponen sel. Kecepatan konversi glukosa
piruvat diatur sesuai dengan dua keperluan utama sel ini. Pada reaksi fisiologis, reaksi-reaksi
glikolisis dengan mudah reversible kecuali reaksi-reaksi yang dikalisis oleh heksokinase,
fosfofruktokinase, dan piruvat kinase. Fosfofruktokinase, elemen pengontrol terpenting pada
glikolisis, dihambat oleh kadar tinggi ATP dan sitrat, dan diaktifkan oleh AMP dan fruktosa 2,6
bifosfat. Pada hati, bifosfat menandakan bahwa glukosa berlimpah. Karenanya, fosfofruktokinase
aktif bila diperlukan energy atau unit-unit penyusun. Hksokinase dihambat oleh glukosa 6-fosfat,
yang berakumulasi bila fosfofruktokinase aktif. Piruvat kinase situspengontrol lainnya, secara
alosterik dihambat oleh ATP dan alanin, dan diaktif oleh fruktosa 1,6 bifosfat. Akibatnya, piruvat
kinase aktif maksimal bila muatan energy rendah dan zat-zat ntara glikolisis menumpuk. Piruvat
kinase, seperti enzim bifungsi yang mengontrol kadar fruktosa 2,6 bisfosfat, diatur melalui fosforilasi.
Kadar glukosa yang rendah dalam darah mendorong fosforilasi pirivat kinase hati, sehingga
aktivitasnya menurun dengan demikian menurunkan pemakaian glukosa dalam hati.
Metabolism amatlah penting seperti telah sedikit diuraikan, maka percobaan Metabolisme khususnyu
peragian dilihat proses glikolisinya, dimana glukosa yang merupakan senyawa dari karbohidrat
perlulah dilakukan.
II.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan Metabolisme I tentang Peragian ( Glikolisis Anaerob ) yaitu
a. Untuk mengetahui reaksi karbohidrat oleh sel ragi
b. Untuk mengetahui hasil reaksi berupa CO2 dan ethanol dalam keadaan anaerob
II.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari laporan ini yaitu :
1. Bagaimana reaksi karbohidrat oleh sel ragi ?
2. Apa saja hasil reaksi karbohidrat oleh sel ragi dalam keadaan anaerob ?
I.4 Lingkup Kajian
Lingkup kajian dari makalah ini yaitu :
a. Pengertian metabolisme
b. Karbohidrat dan kandungan di dalamnya
c. Metabolisme karbohiidrat
d. Ragi
I.5 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dan teknik pengumpulan data laporan ini yaitu dengan
1. Hasil percobaan Metabolisme I Peragian ( Glikolisis Anaerob ) di laboratorium
2. Studi pustaka
a. Literatur buku
b. Literatur internet
I.6 Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan laporan ini dimulai dengan
BAB I PENDAHULUAN yang tediri dari sub bab Latar Belakang, Tujuan,
Rumusan Masalah, Lingkup Kajian, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data dan
Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA terdiri dari sub bab Metabolisme, Karbohidrat,
Metabolisme Karbohidrat, Ragi
BAB III Materi dan Metode
BAB IV HASIL PENGAMATAN
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN
Daftar Pustaka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Metabolisme
Metabolisme adalah suatu proses reaksi kimia yang terjadi di dalam makhluk hidup, mulai
dari makhluk bersel satu yang sangat sederhana seperti bakteri, jamur, tumbuhan, hewan sampai
manusia. Di dalam proses ini makhluk hidup mendapat, mengubah, dan memakai senyawa kimia dari
sekitarnya untuk kelangsungan hidupnya. Kelangsungan reaksi kimia di dalam metabolisme dari
permulaan sampai ke suatu hasil akhir disebut jalur metabolisme. (pathway). Senyawa yang terbentuk
selama jalur metabolisme berlangsung disebut senyawa antara (intermediate).
Metabolisme meliputi proses sintesis (anabolisme) dan proses penguraian (katabolisme)
senyawa atau komponen di dalam sel hidup. Melalui jalur anabolisme terbentuk senyawa. Diperlukan
sejumlah energi supaya proses anabolisme terjadi. Reaksi kimia yang terjadi meliputi sintesis dari
ikatan .C-C- (sintesa asam lemak), ikatan .CO-N- (sintesa protein), ikatan C-N- (sintesis urea), dan
ikatan .C-O- (sintesa trigliserida) memerlukan energi. Unsur kimia dan senyawa digunakan untuk
membentuk senyawa baru yang lebih besar.
Sebaliknya melaui jalur katabolisme akan terjadi penguraian senyawa menjadi komponen
yang lebih kecil. Misalnya, katabolisme glukosa akan terurai menjadi karbon dioksida (CO 2) dan air
(H2O). Di dalam proses katabolisme sejumlah energi dilepaskan; sebagian dipakai oleh sel dan
sisanya hilang sebagai panas. Produksi energi untuk keperluan sel terjadi dalam tiga tahap;
(1) molekul-molekul besar komponen makanan seperti protein, pati, lemak dipecah
selama proses pencernaan dan penyerapan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil
seperti asam amino, monosakarida dan asam lemak
(2) sebagian besar molekul-molekul yang lebih sederhana ini selanjutnya diuraikan
menjadi senyawa antara (intermediate) yang terdiri dari dua atom karbon yakni asam
asetat (CH3COOH), dan
(3) asam asetat dipecah menjadi air dan karbon dioksida.
Elektron dan ion hidrogen yang dilepaskan selama proses metabolisme ini disumbangkan ke atom
oksigen membentuk air. Sebahagian energi yang dihasilkan di dalam proses katabolisme ini memicu
sintesa adenosin triphosphat (ATP). ATP adalah energi di dalam suatu bentuk yang digunakan sel.(
Simanjuntak dan Silalahi, 2003 )
II.2 Karbohidrat
Karbohidrat yang juga disebut gula, merupakan produk primer fotosintesis dan juga merupakan
sumber energy utama untuk system kehidupan. Karbohidrat didefinisikan sebagai
polihidroksialaldehid atau polihidroksiketon dan derivatnya. Suatu karbohidrat merupakan suatu
aldehid (-CHO ) jika oksigen karbonil berkaitan dengan suatu atom karbon terminal, dan suatu keton
(=C=0 ) jika oksigen karbonil berkaitan dengan deoksi dan amino. Dalam alam, karbohidrat terdapat
sebagai monosakarida ( gula individual dan sederhana ), oligosakarida, dan polisakarida.
Oligosakarida umumnya didefinisikan sebagai suatu molekul yang mengandung dua hingga sepuluh
unit monosakarida, beberapa di antaranya mempunyai berat molekul beberapa juta. .( Armstrong,
1995 ).
Karbohidrat atau sakarida adalah polisakarida aldehid atau polihidroksi keton, atau senyawa
yang dihidrolisis dari keduanya. Unsur utama penyusun karbohirat adalah karbon, hydrogen dan
oksigen.
Karbohidrat merupakan pusat metabolisme tanaman hijau dan organisme fotosintetik lain
yang menggunakan energy matahari untuk melakukan pembentukan karbohidrat, karbohidrat yang
terdapat dalam bentuk pati dan gula berfungsi sebagai bagian utama energy yang dikonsumsi oleh
kebanyakan organisme dimuka bumi ini. Sebagai pati dan glikogen, karbohidrat berfungsi sebagai
penyedia sementara glukosa. Karbohidrat dapat berfungsi juga sebagai penyangga di dalam dinding
sel bakteri dan tanaman serta pada jaringan pengikat dan dinding sel organisme hewan. Karbohidrat
jenis lain dapat berfungsi sebagai pelumas sendi kerangka, sebagai perekat diantara sel, dan senyawa
pemberi spesifitas biologi pada permukaan sel hewan.
Sifat kimia karbohidrat berhubungan erat dengan gugus fungsi yang dimilikinya, seperti
gugus –OH, gugus aldehida dan gugus keton. Beberapa jenis karbohidrat mempunyai sifat dapat
mereduksi bebas dalam molekul karbohidrat.sifat ini dapat digunakan untuk identifikasi karbohidrat
dan tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnyaa ion Cu++ dan ion Ag+.
Metabolisme karbohidrat seperti halnya metabolisme lainnya terdiri dari reaksi katabolisme
dan anabolisme. Tujuan katabolisme karbohidrat adalah untuk mendapatkan energy yang tersimpan
dalam senyawanya. Energy yang dihadilkan biasanya tersimpan lagi dalam senyawa energy tinggi
sebelum digunakan. Sementara anabolisme karbohidrat bertujuan untuk memasok karbohidrat pada
makhluk hidup sebagai salah satu nutrient utama yang dibuat dari senyawa-senyawa yang amat
sederhana seperti CO2 atau senyawa lainnya. ( Abdul Hamid, 2001 )
Monosakarida
Monosakarida diidentifikasi melalui jumlah atom karbon yang dikandungnya dan melalui gugusan
karbonil fungsionalnya, yaitu aldose jika merupakan suatu aldehid dan ketose jika suatu keton.
Karbohidrat terkecil lazim dianggap merupakan suatu gula tiga karbon, gliseraldehid ( suatu aldotriase
) dan dehidroksiaseton ( ketotriose ). Glukosa ( juga disebut dekstrosa ) merupakan senyawa organik
paling relevan di alam dan merupakan suatu aldoheksosa yang mengandung empat karbon asimetrik.(
Armstrong, 1995 ).
Monosakarida merupakan senyawa karbohidrat yang paling sederhana yang tidak dapat
dihirolisis lagi. Beberapa molekul monosakarida mengandung unsur nitrogen dan sulfur.
Monosakarida mempunyai rumus kimia (CH20)n dimana n=3 atau turunan aldehida, maka
monosakarida ini disebut aldosa. Dan bila gugusnya merupakan turunan keton maka monosakaridaa
tersebut dinamakan ketosa. Monosakarida aldosa yang paling sederhana adalah gliseraldehida.
Sedangkan monosakarida ketosa yang paling sederhana adalah dihidroksiaseton.
Kedua monosakarida sederhana tersebut masing-masing mempunyai 3 atom karbon (triosa).
Monosakarida lain mempunyai 4 atom karbon (tetrosa), 5 atom karbon (pentose), 6 atom karbon
(heksosa). Heksos, zat manis dan berbentuk kristalin, adalah salah satu monosakarida terpenting.
Beberapa contoh heksosa sehari-hari adalah : gula tebu, gandum, gula susu, pati, dan selulosa. Pentose
yang umum adalah ribose yaitu salah satu unit penyusun nukleotida asam nukleat. Kelompok
aldoheksosa penting misalnya glukosa (dekstrosa, gula anggur, gula darah ). Fungsi utama glukosa
adalah sumber energi dalam sel hidup. Di alam glukosa banyak terdapat dalam buah-buahaan dan
madu lebah. Monosakarida ini mengandung lima gugus hidroksil dan sebuah gugus aldehida yang
dilekatkan pada enam rantai karbon.
Senyawa kelompok ketoheksosa misalnya fruktosa (levulosa, gula buah). Fruktosa
mengandung 5 gugus hidroksi dan gugus karbonil keton pada C-2 dari rantaai enam- karbon. Molekul
ini kebanyakan juga berada dalam benuk siklik. ( Abdul Hamid, 2001 )
Struktur Monosakarida Glukosa dan Fruktosa
Oligosakarida
Karbohidrat yang terbentuk dari dua sampai sepuluh
monosakarida digolongkan dalam kelompok oligosakarida.
Yang termasuk kelompok oligosakarida adallah disakarida,
trisakarida, dan seterusnya sesuai dengan jumlah satuan
monosakaridanya. Oligosakarida yang paling banyak terdapat dialam ialah disakarida. Molekul ini
terdiri atas dua satuan monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Disakarida yang
dikenal diantaranya adalah laktosa, sukrosa (gula tebu), maltose (gula susu), dan selobiosa. Keempat
disakarida ini mempunyai rumus molekul sama (C12H22O11) tetapi struktur molekulnya berbeda.
Laktosa terbentuk dari ikatan glikosida antara karbon nomor 1 pada galaktosa dan atom karbon nomor
4 pada glukosa. ( Abdul Hamid, 2001 )
Oligosakarida yang paling berlimpah
yaitu disakarida laktosa dan sukrosa. Sukrosa(
gula meja ) terdapat dalam tumbuh-tumbuhan,
dimana mereka disintesis dari D-glukosa, dan
D-fruktosa. Laktosa, karbohidrat susu ari
mamalia terdiri dari D-galaktosa dan D-
glukosa. ( Armstrong, 1995 )
Polisakarida
Polisakarida merupakan karbohidrat
bentuk polimer dari satuan monosakarida
yang sangat panjang. Polisakarida berfungsi sebagai : bahan bangunan, bahan makanan, dan sebagai
zat spesifik. Contoh polisakarida bahan bangunan adalah selulosa yang memberikan kekuatan pada
kayu dan dahan bagi tumbuhan, dan kitin, komponen struktrur kerangka luar serangga. Polisakarida
nutrisi yang lazim adalah pati (starch pada padi dan kentang) dan glikogen pada hewan. Contoh
polisakarida zat spesifik adalah heparin yang berfungsi mencegah koagulasi darah. ( Abdul Hamid,
2001 )
Polisakarida yang telah
dikenal baik adalah polimer dari
D-glukosa, yang bertindak sebagai
bentuk cadangan energy ( zat
tepung tumbuh-tumbuhan ) atau
sebagai bahan structural ( selulosa
dinding sel dari tumbuh-tumbuhan
). Karena polisakarida hanya
mengandung datum jenis gula maka disebut homoglikan. Zat tepung merupakan suatu campuran dari
polimer linear (amilosa) dan bercabang-cabang (amilopektin).
(Armstrong, 1995)
Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering,
dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini adalah bihun, mie, roti, tepung-tepungan, selai, sirup, dan
sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak mengandung karbohidrat. Sayur umbi-
umbian, seperti wortel dan bit serta kacang-kacangan relatif lebih banyak mengandung karbohidrat
daripada sayur daun-daunan. Bahan makanan hewani seperti daging, ayam, ikan, telur, dan susu
sedikit sekali mengandung karbohidrat. Sumber karbohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan
pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, singkong, talas, dan sagu.
Adapun Fungsi Karbohidrat yaitu
1. Sumber Energi
Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh. Karbohidrat merupakan
sumber utama energi bagi penduduk di seluruh dunia, karena banyakdi dapat di alam dan
harganya relatif murah. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kkalori. Sebagian
karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan
energi segera; sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan
sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di
dalam jaringan lemak. Seseorang yang memakan karbohidrat dalam jumlah berlebihan
akan menjadi gemuk.
2. Pemberi Rasa Manis pada Makanan
Karbohidrat memberi rasa manis pada makanan, khususnya mono dan disakarida. Gula
tidak mempunyai rasa manis yang sama. Fruktosa adalag gula yang paling manis. Bila
tingkat kemanisan sakarosa diberi nilai 1, maka tingkat kemanisan fruktosa adalah 1,7;
glukosa 0,7; maltosa 0,4; laktosa 0,2.
3. Penghemat Protein
Bila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat
pembangun. Sebaliknya, bila karbohidrat makanan mencukupi, protein terutama akan
digunakan sebagai zat pembangun.
4. Pengatur Metabolisme Lemak
Karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna, sehingga
menghasilkan bahan-bahan keton berupa asam asetoasetat, aseton, dan asam beta-
hidroksi-butirat. Bahan-bahan ini dibentuk menyebabkan ketidakseimbangan natrium dan
dehidrasi. pH cairan menurun. Keadaan ini menimbulkan ketosis atau asidosis yang dapat
merugikan tubuh.
5. Membantu Pengeluaran Feses
Karbohidrat membantu pengeluaran feses dengan cara emngatur peristaltik usus dan
memberi bentuk pada feses. Selulosa dalam serat makanan mengatur peristaltik usus.
Serat makanan mencegah kegemukan, konstipasi, hemoroid, penyakit-penyakit divertikulosis,
kanker usus besar, penyakiut diabetes mellitus, dan jantung koroner yang berkaitan dengan kadar
kolesterol darah tinggi. Laktosa dalam susu membantu absorpsi kalsium. Laktosa lebih lama tinggal
dalam saluran cerna, sehingga menyebabkan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan. (
http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/04/biokimia-karbohidrat.doc )
II.2.1 Glukosa
Dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam dalam
jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon, dan
bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Glukosa memegang peranan
sangat penting dalam ilmu gizi. Glukosa merupakan hasil akhir
pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia.
Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang
beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energy.
(http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/04/biokimia-karbohidrat.doc -)
Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satukarbohidrat terpenting yang digunakan
sebagai sumber tenagabagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil
utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa,
terutama pada industri pangan.
Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalahheksosa—monosakarida yang mengandung
enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan
satu oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil
untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus sampinghidroksil dan
hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk
suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih
reaktif, yang proporsinya 0.0026% pada pH 7.
Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam biologi. Kita dapat
menduga alasan mengapa glukosa, dan bukan monosakarida lain seperti fruktosa, begitu banyak
digunakan. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehidapada keadaan abiotik, sehingga akan mudah
tersedia bagi sistembiokimia primitif. Hal yang lebih penting bagi organisme tingkat atas adalah
kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi
secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau bahkan
merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya laju glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan
berada dalam isomer siklik yang kurang reaktif. Meski begitu, komplikasi akut seperti diabetes,
kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan saraf periferal (‘’peripheral neuropathy’’), kemungkinan
disebabkan oleh glikosilasi protein.
Dalam respirasi, melalui serangkaian reaksi terkatalisis enzim, glukosa teroksidasi hingga
akhirnya membentuk karbon dioksida dan air, menghasilkan energi, terutama dalam bentukATP.
Sebelum digunakan, glukosa dipecah dari polisakarida.
Glukosa dan fruktosa diikat secara kimiawi menjadisukrosa. Pati, selulosa,
dan glikogen merupakan polimerglukosa umum polisakarida. Glukosa dapat disintesis dari :
1. sebagai hasil fotosintesis pada tumbuhan dan beberapaprokariota.
2. terbentuk dalam hati dan otot rangka dari pemecahan
simpanan glikogen (polimer glukosa).
3. disintesis dalam hati dan ginjal dari zat antara melalui proses yang
disebut glukoneogenesis.
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang menyediakan
4 kalori (17 kilojoule) energi pangan per gram. Pemecahan karbohidrat (misalnya pati)
menghasilkan mono- dan disakarida, terutama glukosa. Melaluiglikolisis, glukosa segera terlibat
dalam produksi ATP, pembawa energi sel. Di sisi lain, glukosa sangat penting dalam
produksiprotein dan dalam metabolisme lipid. Karena pada sistem saraf pusat tidak ada
metabolisme lipid, jaringan ini sangat tergantung pada glukosa.
Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melaluisaluran pencernaan. Sebagian glukosa
ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan yang lainnya menuju hati dan otot,
yang menyimpannya sebagai glikogen ("pati hewan") dan sel lemak, yang menyimpannya
sebagai lemak. Glikogen merupakan sumber energi cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi
glukosa pada saat dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi
sumber energi cadangan, lemak tak pernak secara langsung dikonversi menjadi
glukosa. Fruktosa dan galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari pemecahan karbohidrat, langsung
diangkut ke hati, yang mengkonversinya menjadi glukosa.(http://id.wikipedia.org )
II.2.2 Laktosa
Disebut juga gula susu, hanya terdapat dalam susu dan
terdiri atas satu unit glukosa dan satu unit galaktosa.
Kekurangan laktase ini menyebabkan ketidaktahanan
terhadap laktosa. Laktosa yang tidak dicerna tidak dapat
diserap dan tetap tinggal dalam saluran pencernaan. Hal ini
mempengaruhi jenis mikroorgnaisme yang tumbuh, yang
menyebabkan gejala kembung, kejang perut, dan diare.
Ketidaktahanan terhadap laktosa lebih banyak terjadi pada orang tua. Laktosa adalah gula yang
rasanya paling tidak manis (seperenam manis glukosa) dan lebih sukar larut daripada disakarida
lain.(http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/04/biokimia-karbohidrat.doc -)
II.2.3 Galaktosa
Galaktosa dibentuk dari hidrolisis disakarida laktosa, yaitu suatu
gula susu dalam usus. Galaktosa mudah diubah menjadi glukosa dalam
hati. Kemampuan hati untuk menyelesaikan perubahan dimana galaktosa
diubah menjadi glukosa dapat dipakai sebgai test fungsi hati.
Pada reaksi pertama, galaktosa mengalami fosforilase dengan bantuan galaktokinase,
memakai ATP sebagai donor fosfat. Hasilnya yaitu galaktosa-1 – fosfat, bereaksi dengan uridin
difosfat glukosa ( UDPG ) membentuk uridin difosfat galaktosa dan glukosa 1-fosfat. Pada rekasi 2
dikatalisis oleh enzim galaktose 1-fosfat uridil transferase, galaktosa dipindahkan pada posisi UDPG,
menggantikan glukosa. Perubahan galaktosa menjadi glukosa terjadi pada rekasi 3 dalam reaksi
nukleotida yang mengandung galaktosa dikatalisis oleh epimerase.hasilnya adalah uridin difosfat
glukosa. Empimerisasi mungkin diikuti oksidasi dan reduksi pada karbon 4 dengan NAD sebagai
koenzim. Akhirnya ( Reaksi 4 ), glukosa dilepaskan dari UDPG sebagai glukosa 1-fosfat, mungkin
setelah bergabung ke dalam glikogen diikuti oleh fosforilisis.
Reaksi 3 sangat reversible, dengan cara ini glukosa dapat diubah menjadi galaktosa, sehingga bentuk
“ preformed “ galaktosa tidak penting dalam makanan. Galaktosa diperlukan tubuh tidak hanya dalam
pembentukan susu tetapi juga sebagai unsure glikolipid (serebrosida), kondromukoid, dan
mukoprotein.
Galaktokinase adalah enzim yang dapat menyesuaikan diri, aktivitasnya meningkat pada pemberian
galaktosa. Binatang muda menunjukan aktivitas yang lebih tinggi daripada dewasa. Pada sintesa
laktosa pada kelenjar susu, glukosa diubah menjadi UDP-galaktosa oleh enzim tersebut. UDP-
galaktosa berkondensasi dengan glukosa membentuk laktosa, dikatalis oleh laktosa sintesa.
Ketidakmampuan mengolah galaktosa makanan terjadi pada galaktosemia, yaitu suatu penyakit
metabolism herediter dimana galaktosa tertimbun dalam darah dan dibuang melalui urin bila gula atau
laktosa ini dimakan. Akan tetapi, juga terdapat penimbunan galaktosa 1-fosfat dalam sel darah merah
penderita galaktosemia, yang menunjukan bahwa di sini tidak terdapat kekurangan galaktokinase (
reaksi 1 ). ( penerjemah Martin Mulyawan, 1979)
II.3 Metabolisme Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat dalam metabolisme adalah sebagai bahan bakar untuk oksidasi dan
menyediakan energy untuk proses-proses metabolisme lainnya. Karbohidrat dipakai oleh sel – sel
terutama dalam bentuk glukosa. Monosakarida utama yang dihasilkan dari proses pencernaan yaitu
glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
Metabolisme karbohidrat pada mamalia dapat dibagi sebagai berikut
1. Glikolisis ( oksidasi glukosa atau glikogen menjadi piruvat dan laktat )
2. Glikogenesis ( sintesis glikogen dari glukosa )
3. Glikogenesis ( pemecahan glikogen )
4. Oksidasi piruvat menjadi asetil Ko-A ( merupakan tingkat yang penting sebelum
pemasukan hasil glikolisis ke dalama siklus asam sitrat, yang merupakan jalan akhir
bersama untuk oksidasi karbohidrat, lemak dan protein )
5. Heksosa monofosfat shunt (siklus pentose fosfat )
6. Glukogenesos ( pembentukan glukosa atau glikolisis dari sumber-sumber monokarbohidrat
). ( diterjemahkan oleh Martin Muliawan, 1979 )
Untuk penjelasan lebih lanjut, hanya dijelaskan tentang glikolisis.
Glikolisis
Didalam sel, katabolisme glukosa, fruktosa dan galaktosa pertama kali dilakukan oleh enzim-
enzim glikolisis yang larut dalam sitiplasma. Glikolisis (gluko= glukosa: lisis = penguraian) adalah
proses penguraian karbohidrat (glukosa ) menjadi piruvat. Reaksi penguraian ini terjadi dalam
keadaan ada atau tanpa oksigen. Bila ada oksigen, asam piruvat akan dioksidasi lebih lanjut menjadi
CO2dan air, misalnya pada hewan, tanaman dan banyak sel mikroba yang berada pada kondisi
aerobic. Bila tanpa oksigen, asam piruvat akan dirubah menjadi etano l(fermentasi alcohol) pada ragi
atau menjadi asam laktat pada otot manusia yang berkontraksi. Tiap proses glikolisis menggunakan
enzin tertentu. ( Anna Poedjiadi, 1994 )
Glikolisis secara harfiah berarti pemecahan glukosa. Jalur glikolisis ditemukan di dalam
sitosol dari sel, mempunyai dua peran; pemecahan monosakarida untuk menghasilkan energi dan
menyediakan satuan pembentuk untuk sintesa senyawa yang diperlukan sel seperti gliserol untuk
sintesa trigliserida atau lemak. Sebelum glikolisis dapat berlangsung, sebuah sel harus memperoleh
glukosa. Hanya beberapa jenis sel seperti sel-sel hati dan buah pinggang (kidney) yang dapat
menghasilkan glukosa dari asam amino, dan hanya hati dan sel-sel jaringan menyimpan glukosa
dalam jumlah besar. Glukosa ini disimpan sebagai glikogen. Hati dan jaringan memecahkan glikogen
menjadi glukosa (atau bentuk monosakarida lain). Sel-sel badan lainnya harus memperoleh glukosa
dari sirkulasi darah, sehingga badan perlu mempertahankan suatu konsentrasi yang relatif tetap dari
glukosa darah supaya dapat hidup. Hasil glikolisis adalah dua unit senyawa yang mengandung tiga
atom karbon yaitu asam piruvat. Sebagian sel-sel mengubah asam piruvat menjadi asam laktat.
Glikolisis dimulai dengan penambahan satu gugus fospat ke glukosa, sehingga menjadi lebih
reaktif. Satu gugus fospat yang lainnya di tambahkan ke senyawa glukosa-fospat yang baru terbentuk
yang kemudian dipecah menjadi senyawa karbon yang mengandung tiga atom karbon. Senyawaan ini
diubah melalui serangkaian tahapan menjadi dua molekul piruvat. Maka dalam glikolisis sebuah sel
memulai dengan satu molekul glukosa dan menghasilkan dua molekul yang mengandung tiga atom
karbon yakni piruvat. Di dalam proses ini empat hidrogen(mengandung total empat elektron)
dikeluarkan dan empat ATP terbentuk. Elektron dan hidrogen ditangkap oleh pembawa (carrier)
dalam hal ini NAD. Setiap NAD (bentuk teroksidasi) menerima dua elektorn dan satu ion hidrogen,
menghasilkan NADH + H+ (bentuk tereduksi). Maka salah satu hasil akhir dari glikolisis adalah juga
sintesa dari dua NADH + H+, dengan pelepasan dua ion hidrogen.
Di dalam glikolisis, reaksi pertama melibatkan satu ATP menyumbangkan satu gugus fospat
ke glukosa. Pada tahap ketiga, satu lagi ATP digunakan menambah satu gugus fospat kedua. Maka
untuk memulai jalur ini, satu sel memakai dua ATP. Pada saat molekul yang mengandung tiga atom
karbon diubah menjadi piruvat, masing-masing menghasilkan dua ATP, sehingga total ada 4 ATP.
Energi bersih yang dihasilkan sejauh ini dari glikolisis adalah dua ATP, karena dua ATP digunakan
didalam proses dan empat ATP di hasilkan. Masih ada ATP yang akan terbentuk; ini hanya
menyatakan sebanyak 5% dari total produksi ATP yang mungkin dari satu molekul glukosa. Energi
kimia yang disimpan di dalam ikatan NADH akhirnya dapat ditransfer ke ATP. Pada umumnya setiap
NADH + H+ menyumbangkan energy yang cukup untuk menghasilkan 2,5 ATP. Maka NADH + H+
adalah satu bentuk dari energi potensial untuk sel. Pada akhirnya sel memakai energi di dalam
NADH+ H+ membentuk ATP. .( Simanjuntak dan Silalahi, 2003 )
Glikolisis melibatkan banyak enzim, uraian lebih lengkapnya di bawah ini.
Heksokinase
Tahap pertama pada proses glikolisis adalah pengubahan glukosa menjadi glukosa 6-fosfat
dengan reaksi fosforilasi. Gugus fosfat diterima dari ATP dalam reaksi. Enzim heksokinase
merupakan katalis dalam reaksi tersebut dibantu oleh ion Mg++sebagai kofaktor. Enzim ini
ditemukan Meyerhof pada tahum 1927 dan telah dapat dikristalkan dari ragi, mempunyai berat
molekul 111.000. heksesokinase yang berasal dari ragi dapt merupakan katalis pada reaksi
pemindahan gugus fosfat dari ATP tidak hanya kepada glukosa tetapi juga kepada fruktosa, manosa,
glukosamina. Dalam otak, otot, dan hati terdapat enzim heksesokinase yang multi substrat ini.
Disamping itu ada pula enzim-enzim yang khas tetapi juga kepada fruktosa, manosa, dan glukosamin.
Dalam kinase. Hati juga memproduksi fruktokinase yang menghasilkan fruktosa-1-fosfat.
E
nzim
hekse
sokin
ase
dari
hati
dapat
dihambat oleh hasil reaksi sendiri. Jadi apabila glukosa-6-fosfat terbentuk dalam jumlah banyak, mak
senyawa ini akan menjadi inhibitor bagi enzim heksesokinase tadi. Selanjutnya enzim akan aktif
kembali apabila konsentrasi glukosa-6-fosfat menurun pada tingkat tertentu.
Fosfoheksoisomerase
Reaksi berikutnya ialah isomerasi, yaitu pengubahan glukosa-6-fosfat menjadi fruktosa-6-
fosfat, dengan enzim fosfoglukoisomerase. Enzim ini tidak memerlukan kofaktor dan telah diperoleh
dari ragi dengan cara kristalisasi. Enzim fosfuheksoisomerase terdapat jaringan otot dan mempunyai
beraat molekul 130.000.
F
osfofr
uktoki
nase
F
rukros
a-6-fosfat diubah menjagi fruktosa-1,6-difosfat oleh enzim fosfofruktokinase dibantu oleh ion
Mg++ sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini gugus fosfat dipindahkan dariATP kepada fruktosa-6-fosfat
dari ATP sendiri akan berubah menjadi ADP.
F
osfofr
uktoki
nase dapat dihambat atau dirangsang oleh beberapa metabolit, yaitu senyawa yang terlibat dalam
proses metabolism ini. Sebagai contoh, ATP yang berlebih dan asam sitrat dapat menghambat,dilain
pihak adanya AMP, ADP, dan fruktosa-6-fosfat dapat menjadi efektor positif yang merangsang enzim
fosfofruktokinase. Enzim ini merupakan suatu enzim alosterik dan mempunyai berat molekul kira-
kira 360.000.
Aldose
Reaksi tahap keempat dalam rangkaian reaksi glikolisis adalah penguraian molekul fruktosa-
1,6-difosfat membentuk dua molekul triosa fosfat, yaitu dihidroksi aseton fosfat dan D-gliseraldehida-
3-fosfat. Dalam tahap ini enzim aldolase yang menjadi katalis telah dimurnukan dan ditemukan oleh
Warburg. Enzim ini terdapat dalam jaringan tertentu dan dapat bekerja sebagai kaalis dalam reaksi
penguraian beberapa ketosa dan monofosfat, misalnya fruktosa-1,6-difosfat, sedoheptulose-1,7-
difosfat, fruktosa-1-fosfat, eritulosa-1-fosfat. Hasil reaksi penguraian tiap senyawa tersebut yang sama
adalah dihidroksi aseton fosfat.
T
riosafo
sfat
Isomer
ase
D
alam
reaksi
penguraian oleh enzim aldolase terbentuk dua macam senyawa, yaitu D-gliseraldehida-3-fosfat dan
dihidroksi-aseton fosfat. Yang mengalami reaksi lebih lanjut dalam proses glikolisis adalah D-
gliseraldehida-3-fosfat. Andaikata sel tidak mampu mengubah dihidroksiasotonfosfat menjadi D-
gliseraldehida-3-fosfat, tentulah dihidrosiasetonfosfat akan bertimbun didalam sel. Hal ini tidak
berllangsung karena dalam sel terdapat enzim triofosfat isomerase yang dapat mengubah
dihidrokasetonfosfat menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat. Adanya keseimbangan antara kedua senyawa
tersebut dikemukakan oleh Mayerhof dan dalam keadaan keseimbangan dihidroksiaseton fosfat
terdapat dalam jumlah dari 90%.
G
liseral
dehida
-3-
fosfat
Dihidr
ogenas
e
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi gliseraldehida-3-fosfat menjadi 1,3
difosfogliserat. Dalam reaksi ini digunakan koenzim NAD+. Sedangkan gugus fosfat diperoleh dari
asam fosfat. Reaksi oksidasi ini mengubah aldehida menjadi asam karboksilat. Gliseraldehida-3-fosfat
dehidrogenase telah dapat diperoleh dalam bentuk Kristal dari ragi dan mempunyai berat molekul
145.000.
E
nzim
ini
adalah
suatu
tetram
er
yang
terdiri
atas
+
empat subunit yang masing-masing mengikat suatu molekul NAD , jadi pada tiap molekul enzim
terikat empat molekul NAD+.
Fosfogliseril Kinase
R
eaksi
yang
mengg
unaka
n
enzim
ini ialah reaksi pengubahan asam 1,3-difosfogliserat menjadi asam 3-fosfogliserat. Dalam reaksi ini
terbentuk datu molekul ATP dari ADP dan ion Mg++ diperlukan sebagai kofaktor. Oleh karena ATP
adalah senyawa fosfat berenergi tinggi, maka reaksi ini mempunyai fungsi untuk menyimpan energy
yang dihasilkan oleh proses glikolisis dalam bentuk ATP.
Fosfogliseril Mutase
Fosfogliseril mutase bekerja sebagai katalis pada reaksipengubahan asam 3-fosfogliserat
menjadi asam 2-fosfogliserat.Enzim ini berfungsi memindahkan gugus fosfat dari suatu atom C
kepada atom C lain dalam suatu molekul. Berat molekul enzim ini yang diperoleh dari ragi ialah
112.000.
E
nola
se
R
eaksi
berikutnya ialah pembentukan asam fosfofenol piruvat dari asaam 2-fosfogliserar dengan katalis
enzim enolase dan ion Mg+= sebagai kofaktor. Reaksi pembentukkan asam fosfofenol piruvat ini ialah
reaksi dehidrasi. Adanya ion F- dapat menghambat kerja enzim enolase, sebab ion F- dengan ion
Mg++dan fosfat dapat membentuk kompleks magnesium fluoro fosfat. Dengan terbentuknya kompleks
ini akan mengurangi jumlah ion Mg++ dalam campuran reaksi dan akibat berkurangnya ion Mg++maka
efektivitas reaksi berkurang.
P
iruvat
Kinase
E
nzim
ini
meng
guna
kan
enzi
m laktat dehidrogenase ini ialah reaksi tahap akhir glikolisis, yaitu pembentukan asam laktat dengan
cara reduksi asam piruvat. Dalam reaksi ini digunakan NAD sebagai koenzim. . ( Anna Poedjiadi,
1994 )
Tinjauan energi proses glikolisis
Proses glikolisis dimulai dengan molekul glukosa dan diakhiri dengan terbentuknya asam
laktat. Serangkaian reaksi-reaksi dalam proses glikolisis tersebut dimanakan juga jalur Embden-
meyerhof.
Reaksi-reaksi yang berlangsung pada proses glikolisis dapat dibagi dalam dua fase. Pada fase
pertama, glukosa diubah menjadi triofosfat dengan proses fosforilasi. Fase kedua dimulai dari reaksi
oksidasi triofosfat hingga terbentuk asam laktat. Perbedaan antara kedua fase ini terletak pada aspek
energy yang berkaitan debgan reaksi-reaksi dalam kedua fase tersebut.
Dalam proses glikolisis satu mol glukosa diubah menjadi dua mol asam laktat. Fase pertama
dalam proses glikolisis melibatkan dua mol ATP yang diubah menjadi ADP. Jadi fase pertama ini
menggunakan energy yang tersimpan dalam molekul ATP. Fase kedua mengubah dua mol triosa yang
terbentuk pada fase pertama menjadi dua mol asam laktat, dan dapat menghasilkan 4 mol ATP. Jadi
fase kedua ini menghasilkan energy. Apabila ditinjau dari keseluruhan proses glikolisis ini
menggunakan 2 mol ATP dan menghasilkan 4 mol ATP sehingga masih sisa 2 mol ATP yang
ekivalen denganenergi sebesar 14.00 kalori. Energy tersebut tersimpan dan dapat digunakan oleh otot
dalam energy mekanik. ( Anna Poedjiadi, 1994 )
II.3.a Produksi Laktat Adalah Titik Akhir Dari Glikolisis Anaerobik
Sebagian sel kekurangan jalur yang membutuhkan oksigen (aerobik) diperlukan untuk
memakai NADH + H+ untuk sintesa ATP, dan pada saatnya selsel ini kurang mampu memakai proses
ini untuk me-recycle NADH + H+ kembali menjadi NAD. Misalnya sel darah merah. Maka, pada saat
sel darah merah mengubah glukosa menjadi piruvat, NADH + H+ meningkat di dalam sel. Akhirnya
konsentrasi NAD menurun terlampu rendah sehingga glikolisis berlanjut, karena kebanyakan NAD
ada di dalam bentuk NADH + H+. Untuk mengimbanginya, satu sel darah merah mereaksikan piruvat
dengan satu NADH + H+ dan satu ion hidrogen bebas membentuk laktat, lihat. Di dalam proses itu,
NADH + H+ berobah menjadi NAD.
Proses ini memungkinkan sel darah merah untuk menyediakan sendiri (resupply itself)
dengan NAD karena sel-sel ini tidakmengandung mitochondria. Otot yang sedang latihan juga
menghasilkan laktat jika kekurangan NAD. Bertambahnya laktat kemudian akan menyebabkan otot
menjadi lelah (fatigue). Produksi laktat oleh suatu sel memungkinkan glikolisis anaerobik berlanjut
karena disini tetap ada suatu pasokan dari NAD. Lagi pula, jalur ini menghasilkan hanya sekitar 5%
dari potensial ATP per molekul glukosa. Tetapi untuk sebagian sel-sel seperti sel darah merah,
glikolisis anaerobik adalah satu-satunya metode untuk menghasilkan ATP. Asam laktat dilepaskan ke
peredaran darah, ditangkap terutama oleh hati dan disintesa menjadi glukosa. .( Simanjuntak dan
Silalahi, 2003 )

Tahap Reaksi Glikolisis → Piruvat


Glikolisis anarobik berperan hampir pada semua vertebrata, termasuk pada manusia, dalam
waktu penedek pada aktivitas otot yang bersifat ekstrim, misalnya selama lari cepat 100 m, pada saat
oksigen tidak dapat dibawa pada kecepatan yang cukup untuk dibawa ke otot, dan mengoksidasi
piruvat, menghasilkan ATP. Sebaliknya, otot menggunakan glikogen cadangan sebagai bahan bakar
untuk menghasilkan ATP oleh oksidasi glikolisis anaerobic dengna laktat sebagai produk akhir.
Penggunaan glikolisis anaerobic sebagai sumber energy bagi kontruksi otot terutama penting pada
otot putih. Contoh hewan yang sangat dipengaruhi aktivitasnya melalui glikolisis anaerobic pada otot
putihnya yaitu burung kalkun, otot kaki kuda. ( Lehninger, 1982 ).
II.3.b Fermentasi Alkohol
Fermentasi merupakan istilah umum yang menunjukan degradasi anaerobic glukosa atau nutrien
organic lain menjadi berbagai produk ( khas bagi organism yang berbeda ) untuk tujuan memperoleh
energi dalam bentuk ATP. ( Lehninger, 1982 )
Dalam beberapa jasad renik seperti ragi, glukosa dioksidasi menghasilkan etanol dan
CO2 dalam proses yang disebut fermentasi alkohol. Jalur metabolisme proses ini sama dengan
glikolisis sampai dengan terbentuknya piruvat. Dua tahap reaksi enzim berikutnya adalah reaksi
perubahan asam piruvat menjadi asetaldehide, reaksi reduksi asetaldehide menjadi alkohol. Dalam
reaksi yang pertama piruvat didekarboksilasi diubah menjadi asetaldehide dan CO2 oleh piruvat
dekarboksilase, suatu enzim yang tidak terdapat dalam hewan.
Reaksi dekarboksilasi ini merupakan reaksi yang tidak reversible, membutuhkan ion Mg++
dan koenzim tiamin piropospat. Dalam reaksi terakhir, asetaldehide direduksi oleh NADH dengan
enzim alkohol dehidrogenase, menghasilkan etanol. Dengan demikian etanol dan CO2 merupakan
hasil akhir fermentasi alkohol, dan jumlah energi yang dihasilkannya sama dengan glikolisis anaerob,
yaitu 2 ATP. .( Simanjuntak dan Silalahi, 2003 )
Metabolisme karbohidrat: fermentasi alkohol

Persamaan reaksi dari hasil fermentasi alcohol berupa sebuah molekul C02 dan sebuah molekul
ethanol ( sebenarnya masing-masing dua molekul untuk setiap molekul glukosa yang difermentasi)
yaitu
C6H1206 → 2C2H5OH + 2C02
Sebagian besar energi yang terkandung di dalam glukosa masih terdapat dalam etanol ( inilah
sebabnya mengapa etanol sering dipakai sebgai bahan bakar bensin). Ragi meracuni diri sendiri jika
konsentrasi ethanol mencapai kira-kira 13%. Fermentasi telah membuang sebuah karbohidrat (
C3H603 ), mengoksidai sebuah karbon dengan sempurna ( menjadi C02 ) dan mereduksi lainnya (
CH3CH2OH ). (Kimball, 1983)
II.3.c Siklus Asam Sitrat
Dua molekul piruvat atau laktat yang terbentuk pada akhir dari glikolisis masih mengandung
banyak energi yang tersimpan. Piruvat lewat dari sitosol sel ke mitokondria. Kemudian sebuah sel
memakai jalur-jalur yang ada untuk mengeluarkan energi yang masih sisa dari piruvat untuk
membentuk ATP. Satu jalur kunci yang disebut siklus asam sitrat. Sebelum siklus asam sitrat dapat
berlangsung, piruvat harus melepaskan satu gugus karbon dioksida dan akhirnya membentuk asetil-
CoA.
Reaksi ini bersifat irreversible dan memiliki konsequensi metabolik yang penting. Pada saat
asam piruvat diobah menjadi asetil-CoA, satu lagi NADH + H+ akan terbentuk, sehingga akan
dihasilkan lagi molekul ATP. Perobahan piruvat menjadi asetil-CoA membutuhkan vitamin B tiamin,
riboflavin, niacin, dan asam pantotenat. Maka, metabolisme karbohidrat tergantung pada adanya
vitamin-vitamin ini. Siklus asam sitrat (Siklus Krebs atau Siklus TCA) adalah suatu urutan reaksi-
reaksi kimia yang rapi dan bagus, digunakan oleh sel untuk mengubah karbon dari asetat menjadi
karbon dioksida dan untuk menghasilkan energi. Asetil-CoA memasuki siklus, dan akhirnya reaksi-
reaksi menghasilkan dua molekul karbon dioksida. Di dalam proses ini, sel menghasilkan NADH +
H+ dan molekul-molekul lain yang terkait yang akhirnya digunakan membentuk banyak ATP. .(
Simanjuntak dan Silalahi, 2003 )
Siklus Asam Sitrat

Siklus asam sitrat, bertujuan mengubah asam piruvat menjadi CO2, H2O dan sejumlah energy.
Proses ini adalah proses oksidasi dengan menggunakan oksigen atau aerob. Siklus asam sitrat ini
disebut juga siklus krebs, menggunaka nama Hans Krebs seorang ahli biokimia yang banyak jasa atau
sumbangnya dalam penelitian tentang metabolism karbohidrat. Reaksi-reaksi kimia yang
berhubungan dengan siklus asam sitrat serta reajsi dalamm siklus itu sendiri akan dibahas satu per
satu.
Pembentukan Asetil Koenzim A
Asetil KoA dibentuk pada reaksi antara asam piruvat sengan koenzim A. disamping itu asam
lemak juga dapat menghasilkan asetil koenzim A pada saat proses oksidasi. Reaksi pembentukan
asetil koenzim A menggunakan kompleks piruvatdehidrogenase sebagai katalis yang terdiri atas
beberapa enzim. Koenzim yang ikut dalam reaksi ini ialah tiamin pirofosfat (TPP). NAD+, asam lipoat
dan ion Mg++ sebagai activator. Reaksi ini bersifat tidak reversibel dan asetil KoA yang terjadi
merupakan penghubung antara proses glikolisis dengan siklus asam sitrat.
Pembentukan Asam Sitrat
Asetil KoA adalah senyawa berenergi tinggi dan dapat berfungsi sebagai zat pemberi
gugusvasaetil atau dapat ikut dalam reaksi kondensasi. Asam sitrat dibentuk oleh asetik KoA dengan
asam oksaloasetat dengan cara kondensasi. Enzim yang dapat bekerja sebagai katalis adalah sitrat
sintase. Asam sitrat yang terbentuk merupakan salah satu senyawa dalam siklus asam sitrat.
Pembentukan Asam Isositrat
Asam sitrat kemudian diubah menjadi asam isositrat melalui asam akonitat.
Enzim yang bekerja pada reaksi ini adalah aktonitase. Dalam keadaan keseimbangan terdapat 90%
asam sitrat, 4% asam aktoniat dan 6% asam isositrat. Walaupun dalam keseimbangan ini asam
isositrat hanya sedikit, tetapi asam isositrat akan segera diubah menjadi asam ketoglutarat sehingga
keseimbangan akan bergeser ke kanan.
Pembentukan Asam Α Ketoglutarat
Dalam reaksi ini asam isositrat diubah menjadi asam oksalosuksinat, kemudian diubah lebih
lanjut menjadi asam α-ketoglutarat. Enzim isositrat dehidrogenase bekerja pada reaksi pembentukan
asan oksalosuksinat dengan koenzim NADP+, sedanagkan enzim karboksilase bekerja pada reaksi
berikutnya. Pada reaksi yang kedua ini disamping asam α kotoglutarat, dihasilkan pula CO2. Koenzim
yang digunakan dalam reaksi selain NADP, juga NAD.
Pembentukan Suksinil Koa
Asam α ketoglutarat diubah menjadi suksinil koA dengan jalan dekarboksilasi oksidatif.
Reaksi ini berlangsung dengan reaksi pembentukan asetil KoA dari asam piruvat. Koenzin TPP dan
NAD+ diperlukan juga dalam reaksi pembentukan suksinil KoA. Reaksi berlangsung antara asam α
ketoglutarat dengankoenzim A menghasilkan suksinil KoA dan melepaskan CO2. NADH juga
dihasilkan pada reaksi ini. Yang menonjol ialah reaksi ini tidak reversible, sehingga dengan demikian
siklus asam sitrat secara keseluruhan tidak reversible. Suksinil KoA adalah senyawa berenergi
tinggidan akan diubah menjadi asam suksinat.
Pembentukan Asam Suksinat
Asam suksinat terbentuk dari suksinil KoA dengan cara melepaskan koenzin A serta
pembentukan Guanosin Trifosfat (GTP) dari guanosin difosfat (GDP).Enzim suksinil koA sintase
bekerja pada reaksi yang bersifat reversible ini. Gugus fosfat yang terdapat pada molekul GTP segera
dipindahkan kepada ADP. Katalis dalam reaksi ini adalah nukleosida difosfokinase.
Pembentukan Asam Fumarat
Dalam reaksi ini asam suksinat diubah menjadi asam fumarat melalui proses oksidasi dengan
menggunakan enzim suksinat dehidrogenase dan FAD sebagai koenzim.
Pembentukan Asam Malat
Asam malat terbentuk dari asam fumarat dengan cara adisi molekul air. Enzim fumarase
bekerja sebagai katalis dalm reaksi ini.
Pembentukan Asam Oksaloasetat
Tahap akhir dalam siklus asam sitrat ialah dehidrogenasi asam malat untuk embentuk asam
oksaloasetat. Enzim yang bekerja pada reaksi ini ialah malat dehidrogenase. Oksaloasetat yang terjadi
kemudian bereaksi dengan asitil koenzim A dan asam sitrat yang terbentuk bereaksi lebih lanjut
dalam siklus asam sitrat. Demikian reaksi- reaksi tersebut di atas berlangsung terus menerus dan
berulang kali.( Anna Poedjiadi, 1994 )
II.3.d Rantai transport elektron dalam sintesa ATP
Selama metabolisme protein, karbohidrat, lemak, dan alkohol, sel menghasilkan NADH + H+
dan FADH2. Kebanyakan sel dapat memakai senyawa ini untuk sintesa ATP. Jalur yang
melaksanakan pertukaran ini disebut rantai transport elektron. Proses ini terjadi di bagian dalam
membrane mitokondria disebut posporilasi oksidatif (oxidative phosphorylation). Mineral besi dan
tembaga diperlukan untuk proses ini. Di dalam rantai transport elektron, NADH memberikan energi
kimianya ke senyawa yang berkaitan dengan FAD yang disebut flavin mononucleotide (FMN). FMN
ini diikuti pada suatu sambungan oleh Coenzim Q, yang memisahkan pasangan elektron sehingga
mereka dapat meneruskan satu elektron setiap kali melalui tahapan selanjutnya dari rantai transport
elektron. Kemudian hydrogen akan menempuh jalur lain. Struktur selanjutnya yang digunakan di
dalam rantai transport electron adalah suatu gugus dari molekul yang mengandung besi cytochrome.
Pada akhir dari rantai cytochrome adalah cytochrome khusus (disebut cytochrome a3) yang
berfungsi untuk menyumbangkan semua elektron-elektron yang telah bergerak turun ke bagian bawah
akhir rantai ke oksigan. Pada tahap akhir ini, ion hydrogen bergabung kembali dengan elektron
menjadi hidrogen, yang kemudian bergabung dengan oksigen menjadi air. Jadi walaupun NADH +
H+ dan FADH2 mentransfer hidrogennya ke rantai transport elektorn, harus diingat bahwa ion
hidrogen (H+) tidak ditransfer bersamaan dengan elektron. Sesudah NADH + H+ dan FADH2
memindahkan hidrogen ke rantai transport elektron kemudian menjadi NAD dan FAD dan akan siap
untuk mentransfer hidrogen dari hasil siklus sitrat ke rantai transport elektron. Di dalam proses ini
oksigen sangat essensial, rantai transport elektron adalah bagian dari metabolisme aerobik. NADH +
H+ dan FADH2 yang dihasilkan dari siklus asam sitrat dapat berubah menjadi NAD dan FAD hanya
jika telah mentransfer elektron dan ion hidrogennya ke oksigen. Itulah sebabnya oksigen sangat
mendasar bagi kehidupan; suatu penerima elektron dan ion hidrogen terakhir yang dihasilkan dari
pemecahan zat gizi pemberi energi. Tanpa oksigen, kebanyakan sel tubuh kita tidak mampu
mengambil energi yang cukup dari bahan bakar untuk mempertahankan kehidupan.
Sintesis glikogen menggunakan suatu bentuk glukosa (glukosa-1-pospat), dengan
menambahkan molekul-molekul glukosa yang lain ke rantai glikogen yang telah terbentuk.Kemudian
glikogen ini menjadi polisakarida persediaan sementara di dalam hati dan sel-sel otot. Kemudian jika
glukosa diperlukan, glikogen dipecah menjadi glukosa sebagai senyawa glukosa-1-pospat, yang
kemudian memasuki proses glikolisis. Enzim yang terlibat di dalam pemecahan glikogen memakai
vitamin B-6.( Simanjuntak dan Silalahi, 2003 )
II.4 Ragi
Ragi merupakan starter/inokulum tradisional Indonesia untuk membuat berbagai macam
makanan fermentasi seperti tape ketan/singkong. brem cair/padat dll. Mikroba yang terkandung dalam
ragi umumnya berupa kultur campuran (mixed culture) terdiri dari kapang, khamir dan bakteri.
Beragamnya bumbu rempah yang digunakan dalam pembuatan ragi menjadikan jenis, populasi dan
keaktifan mikroba dalam ragi sangat beragam, sehingga sulit untuk mendapatkan ragi dengan kualitas
yang seragam. Salah satu cara mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan membuat ragi
menggunakan mikroba murni yang diketahui memiliki aktivitas amilolitik dan berperan dalam proses
fermentasi.( tita rialita, 2004 )
II.4.1 Ragi Tape
Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi. Tape dibuat dari
beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda dengan makanan-makanan fermentasi
lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman
alkohol, pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme.
Inokulum tape, atau sering disebut ragi tape, telah lama diteliti. Dwidjoseputro & Wolf (1970)
merupakan salah satu peneliti pertama yang berusaha mengidentifikasi mikroorganisme dari ragi tape
dan berhasil mengidentifikasi dua spesies khamir yaituCandida lactosa dan Pichia malanga. Djien
(1972) adalah peneliti lain yang berhasil mengidentifikasi kapang Chlamydomucor oryzae, lima
spesies dari genus Mucor dan satu spesies Rhizopus, serta khamir Pichia burtonii dan Endomycopsis
fibuliger dari ragi tape. Chlamydomucor oryzae merupakan sinonim dariAmylomyces rouxii, dan nama
terakhir tersebut merupakan nama yang sekarang digunakan (Ellis et al. 1976), Endomycopsis
fibuliger dan Candida lactosa merupakan sinonim dariSaccharomycopsis fibuligera (Barnett et al.
2000), sedangkanPichia malanga merupakan sinonim Saccharomycopsis malanga(Barnett et al.
2000). Penelitian-penelitian terbaru mengungkapkan spesies-spesies lain yang terdapat dalam ragi
tape selain yang telah disebutkan di atas, antara lain khamir Candida utilis danSaccharomyces
cerevisiae,serta bakteri Pediococcus sp. danBacillus sp. (Gandjar 2003).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi
tape adalah kapangAmylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.; khamirSaccharomycopsis
fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida
utilis; serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Kedua kelompok mikroorganisme tersebut
bekerja sama dalam menghasilkan tape.
Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan
memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan
monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi (saccharification). Kemudian khamir
akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol. Inilah yang menyebabkan
aroma alkoholis pada tape. ( Milmi, 2008 )
II.4.2 Ragi Roti
Ragi roti. Merupakan jasad renik sejenis jamur yang berkembang biak dengan sangat cepat
dan menghasilkan fermentasi yang mampu mengubah pati dan gula menjadi karbon dioksida dan
alkohol. Saccharomyces cerevisiae biasa digunakan untuk ragi roti. Ada tiga jenis yang terkenal, yang
segar, yang dikeringkan, dan brewer's yeast. Jenis yang segar dan yang kering sering dipakai untuk
membuat roti dan kue-kue. Jenis ragi kering yang lebih praktis dan menghemat waktu adalah ragi
instan, yang bisa langsung dicampur dengan bahan lain. Brewer's yeast yang agak cair dipakai oleh
para pembuat bir dan minuman lain yang beragi (brewer dalam bahasa Inggris artinya pembuat bir,
dan yeast istilah bahasa Inggris ragi roti).
BAB III
MATERI DAN METODA
III.1 MATERI
Adapaun materi atau bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
Bahan :
Ragi roti sebanyak 3 g
Ragi tape sebanyak 3 g
Larutan glukosa 2 % sebanyak 4 ml
Larutan laktosa 2 % sebanyak 4 ml
Larutan Galaktosa 2 % sebanyak 4ml
NaOH encer sebanyak 6 ml
Aquades sebanyak 84 ml
Alat :
Tabung Reaksi 6 buah
Tabung peragian 6 buah
Gelas piala 6 buah
Pipet volume 3 buah
Neraca timbangan 1 buah
Perkamen 6 buah
Pencatat waktu ( stopwatch )
penggaris
III.2 METODA
Adapun metode atau prosedur kerja yang dilakukan yaitu :
Untuk Ragi Roti
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan 3 tabung peragian lalu diberi tanda dengan uji 1 ( glukosa ), uji 2 ( laktosa ), uji 3
( galaktosa ) pada masing-masing tabung peragian
3. Ditimbang 3 g ragi roti, masing–masing 1 g diatas kertas perkamen
4. 3 g ragi roti tersebut lalu dimasukkan ke dalam beaker glass (masing-masing 1 g), diberi
tanda tabung 1, tabung 2, tabung 3
5. Dihancurkan padatan ragi roti tersebut hingga agak halus sampai halus
6. Ditambahkan 14 ml aquadest pada masing-masing beaker glass
7. Pada masing-masing beaker glass yang terdapat ragi roti digerus menggunakan dasar
tabung reaksi hingga terbentuk suspensi lalu segera di masukkan ke dalam tabung
peragian yang telah diberi tanda
8. Pada tabung 1( uji 1 glukosa ) ditambah 2 ml glukosa 2%, pada tabung 2 ( uji 2 laktosa )
ditambah 2 ml laktosa 2%, pada tabung 3 ( uji 3 galaktosa ) ditambah 2 ml galaktosa 2%
9. Masing-masing tabung peragian ditutup kemudian dikocok bolak-balik mengenai ujung
tabung peragian sebanyak3x
10. Didiamkan 15 menit
11. Diukur kolom udara pada masing-masing tabung peragian
12. Pada masing-masing tabung peragian ditambah 1 ml NaOH kemudian ditutup dengan ibu
jari
13. Dilihat hasilnya pada ibu jari terdapat hisapan atau tidak dan dicium bau yang timbul (bau
etanol) pada masing-masing tabung peragian.
Untuk Ragi Tape
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan 3 tabung peragian lalu diberi tanda dengan uji 1 ( glukosa ), uji 2 ( laktosa ), uji 3
( galaktosa ) pada masing-masing tabung peragian
3. Ditimbang 3 g ragi tape, masing–masing 1 g di atas kertas perkamen
4. 3 g ragi tape tersebut lalu dimasukkan ke dalam beaker glass (masing-masing 1 g), diberi
tanda tabung 1, tabung 2, tabung 3
5. Dihancurkan padatan ragi roti tersebut hingga agak halus sampai halus
6. Ditambahkan 14 ml aquadest pada masing-masing beaker glass
7. Pada masing-masing beaker glass yang terdapat ragi roti digerus menggunakan dasar
tabung reaksi hingga terbentuk suspensi lalu segera di masukkan ke dalam tabung
peragian yang telah diberi tanda
8. Pada tabung 1( uji 1 glukosa ) ditambah 2 ml glukosa 2%, pada tabung 2 ( uji 2 laktosa )
ditambah 2 ml laktosa 2%, pada tabung 3 ( uji 3 galaktosa ) ditambah 2 ml galaktosa 2%
9. Masing-masing Tabung peragian ditutup kemudian dikocok bolak-balik mengenai ujung
tabung peragian sebanyak 3x
10. Didiamkan 15 menit
11. Diukur kolom udara pada masing-masing tabung peragian
12. Pada masing-masing tabung peragian ditambah 1 ml NaOH kemudian ditutup dengan ibu
jari
13. Dilihat hasilnya pada ibu jari terdapat hisapan atau tidak dan dicium bau yang timbul (bau
etanol) pada masing-masing tabung peragian.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Dari percobaan yang kami lakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Data yang kami tampilkan merupakan data kelas farmasi 5 B.
A. Hasil Pengamatan Peragian dengan Ragi Roti

Bahan Tabung
1 2 3
Suspensi Ragi Roti 14 14 14
(ml)
Larutan Glukosa 2% 2 - -
(ml)
Larutan Laktosa 2% - 2 -
(ml)
Larutan Galaktosa 2% - - 2
(ml)
Dicampur dengan baik, segera dimasukan kedalam tabung peragian, bolak-balik 3-4x. hingga
suspensi ragi menyentuh ujung tabung peragian
Didiamkan 15 menit
Hasil pengukuran 4,5 1,3 0,8
tinggi kolom udara
(cm)
NaOH (ml) 1 1 1
Hasil pengamatan ada ada Tidak
hisapan pada ibu jari
(ada/tidak)
Bau yang timbul Etanol - -
Foto Uji Ragi Roti
T
a
b
u
n
g
1

T
a
b
ung2Tabung3
B. Hasil Pengamatan Peragian Dengan Ragi Tape

Bahan Tabung
1 2 3
Suspensi Ragi tape 14 14 14
(ml)
Larutan Glukosa 2% 2 - -
(ml)
Larutan Laktosa 2% - 2 -
(ml)
Larutan Galaktosa 2% - - 2
(ml)
Dicampur dengan baik, segera dimasukan kedalam tabung peragian, bolak-balik 3-4x. hingga
suspensi ragi menyentuh ujung tabung peragian
Didiamkan 15 menit
Hasil pengukuran 2,5 1,7 2
tinggi kolom udara
(cm)
NaOH (ml) 1 1 1
Hasil pengamatan ada ada Tidak
hisapan pada ibu jari
(ada/tidak)
Bau yang timbul - - -
Foto Uji Ragi Tape
Dari kiri ke kanan pembaca : uji1 glukosa, uji2 laktosa, uji 3 galaktosa

BAB V
PEMBAHASAN
Metabolisme merupakan suatu proses reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup guna
memperoleh energi untuk kelangsungan hidupnya. Metabolisme terbagi menjadi dua jalur yaitu
anabolisme (suatu proses untuk membentuk atau mensintesa suatu senyawa) dan katabolisme (suatu
proses perombakan atau penguraian suatu senyawa sehingga menghasilkan energi).
Pada praktikum metabolisme ini, kami melakukan pengujian untuk mengetahui reaksi
oksidasi karbohidrat oleh sel ragi dalam kondisi anaerob. Peristiwa ini dikenal sebagai
peristiwa glikolisis alkohol. Glikolisis merupakan proses penguraian atau katabolisme karbohidrat
(glukosa) menjadi asam piruvat. Glikolisis dapat berlangsung secara aerob (memerlukan oksigen) dan
juga anaerob (tanpa oksigen). Dalam kondisi aerob, piruvat yang terbentuk akan dioksidasi menjadi
CO2 dan H2O. Sedangkan dalam kondisi anaerob, karbohidrat seperti glukosa dan sukrosa akan
diuraikan oleh enzim dalam ragi menjadi alkohol dan CO2 sebagai produk akhir. Namun, jika
glikolisis anaerob terjadi pada otot manusia yang sedang berkontraksi, piruvat akan berubah menjadi
asam laktat, yang pada akhirnya akan menimbulkan rasa lelah. Perubahan dari glukosa yang
terpenting dalam proses katabolisme ini adalah terbentuknya energi, yang di dalam tubuh makhluk
hidup sebagian dari energi tersebut akan digunakan untuk mensintesa ATP yang sangat berperan pada
aktivitas sel. Tetapi pada glikolisis alkohol, energi tersebut banyak tersimpan bersama alkohol, hal ini
yang menyebabkan alkohol banyak digunakan sebagai bahan bakar bensin.
Karbohidrat yang tersedia di bumi terdapat dalam berbagai bentuk, yaitu polisakarida, oligosakarida
ataupun monosakarida yang merupakan struktur terkecil dari karbohidrat. Pada pengujian glikolisis
alkohol ini, kami akan membandingkan perbedaan hasil reaksi oksidasi yang terjadi antara
monosakarida glukosa dan galaktosa serta disakarida yakni laktosa dengan inokulum sel ragi.
Ragi yang dipakai pada praktikum ini ada dua macam yaitu ragi roti dan ragi tape, keduanya
diperlakukan dengan prosedur yang sama. Langkah pertama yang kami lakukan setelah semua bahan
disiapkan adalah membuat suspensi ragi (3 porsi untuk tiap jenis ragi) dengan mencampurkan 1 gr
ragi dengan 14 ml aqua dest. Kemudian ke dalam suspensi ragi dimasukkan larutan karbohidrat 2%
(larutan glukosa, laktosa, dan galaktosa masing-masing 2 ml). Campur dengan baik dan segera
masukkan campuran terebut ke dalam tabung peragian, bolak-balik tabung sampai ujung tertutupnya
dipenuhi suspensi ragi. Teknik ini sebisa mungkin dilakukan dengan cepat, tujuannya untuk
meminimalisir kontak antara oksigen dengan campuran larutan, karena diharapkan glikolisis alkohol
ini berjalan secara anaerob. Setelah itu diamkan selama ± 15 menit, amati tinggi kolom udara yang
terjadi. Terbentuknya kolom udara tersebut diakibatkan oleh adanya gas CO2 yang dihasilkan melalui
proses glikolisis ini, semakin banyak CO2 yang terbentuk maka semakin besar pula tekanan yang ada
di dalam tabung sehingga kolom udara akan terlihat lebih tinggi. Kemudian tambahkan 1 ml larutan
NaOH, dengan tujuan untuk menambah sifat kebasaan dari produk akhir yang terbentuk pada proses
ini yakni etanol dan CO2. Setelah itu amati pula apakah ada hisapan pada ibu jari yang dipakai untuk
menutup ujung terbuka tabung peragian serta bau yang ditimbulkan setelah reaksi glikolisis
diperkirakan selesai. Adanya hisapan pada ibu jari menandakan terbentuknya gas CO2 yang kemudian
bereaksi dengan kulit, dan bau yang diharapkan timbul adalah bau khas dari etanol.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, antara glikolisis dengan ragi roti dan ragi tape
menghasilkan sedikit perbedaan yakni gas CO2 yang terbentuk dari glikolisis dengan ragi roti lebih
banyak dibandingkan dengan ragi tape. Hal ini ditunjukkan oleh lebih tingginya kolom udara yang
terbentuk pada tabung peragian dengan sel ragi roti pada jenis karbohidrat yang sama, seperti pada
glukosa (4,5 cm dan 2,5 cm). Kemudian untuk hasil pengamatan yang lain yakni hisapan ibu jari
adalah positif untuk kedua jenis ragi, namun untuk bau etanol yang dihasilkan ternyata tidak
ditemukan pada glikolisis dengan ragi tape. Dilihat dari hasil yang diperoleh, kami menyimpulkan
bahwa glikolisis dengan sel ragi tape ternyata kurang efektif dibandingkan dengan ragi roti. Padahal
jika ditinjau dari segi komponen mikroorganisme yang menyusunnya, seharusnya glikolisis dengan
ragi tape akan menghasilkan produk alkohol yang lebih jelas. Hal ini mungkin disebabkan oleh
ketidaksesuaian dalam melakukan prosedur yaitu terlalu lamanya campuran larutan karbohidrat dan
suspensi ragi terpapar dengan oksigen pada saat pemindahan ke dalam tabung peragian, karena
seharusnya glikolisis alkohol ini berada dalam kondisi anaerob. Atau mungkin disebabkan ragi yang
digunakan sudah mengalami kerusakan karena masalah penyimpanan sehingga enzim yang dihasilkan
oleh mikroorganisme ragi tersebut tidak optimal.
Kemudian untuk jenis karbohidrat yang paling optimal pada proses glikolisis ini, dapat dilihat bahwa
dari kedua jenis ragi, glukosa yang menghasilkan produk akhir (gas CO2 dan etanol) paling jelas.
Sesuai dengan teori, hal ini didasarkan pada bentuk karbohidrat yang akan mengalami oksidasi
menjadi asam piruvat adalah glukosa, sehingga dengan kata lain baik monosakarida galaktosa
maupun laktosa memerlukan proses yang lebih panjang dalam proses glikolisis ini. Karena untuk
membentuk glukosa, galaktosa memerlukan 3 tahap reaksi yang harus dilalui, yaitu fosforilase oleh
galaktokinase membentuk uridin difosfat galaktosa dan glukosa 1 fosfat, proses katalisis oleh enzim
galaktose 1 fosfat uridil transferase, dan kemudian perubahan galaktosa menjadi glukosa dengan
katalisis oleh epimerase. Sedangkan laktosa, senyawa ini merupakan suatu disakarida yang terdiri dari
1 molekul glukosa dan 1 molekul galaktosa, sehingga jelas proses yang dibutuhkan untuk mengubah
bentuknya menjadi monosakarida glukosa juga menjadi lebih panjang. Oleh karena itu, kami
menyimpulkan bahwa jenis karbohidrat yang paling optimal untuk proses glikolisis anaerob ini adalah
glukosa.
BAB VI
KESIMPULAN
1. Glikolisis alkohol merupakan suatu proses katabolisme dengan bantuan enzim sel ragi
yang berlangsung secara anaerob, dimana produk akhir yang dihasilkan adalah etanol
dan CO2.
2. Parameter untuk mengetahui produk yang dihasilkan pada praktikum glikolisis alkohol ini,
diantaranya pengukuran ketinggian kolom udara (semakin tinggi kolom udara, maka
semakin banyak CO2 yang terbentuk), ada atau tidaknya hisapan pada ibu jari dan bau
etanol yang dihasilkan.
3. Karbohidat yang paling optimal pada proses glikolisis adalah monosakarida glukosa,
karena pada proses glikolisis, glukosa yang akan diubah menjadi asam piruvat dan
CO2.Sedangkan karbohidrat jenis lain, seperti laktosa atau galaktosa memerlukan proses
yang lebih panjang, karena kedua jenis karbohidrat tersebut harus diubah dahulu menjadi
glukosa sebelum mengalami glikolisis.
DAFTAR PUSTAKA
______. 1979. Biokimia ( Review Physiological Chemistry )diterjemahkan oleh Martin Muliawan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Armstrong, Frank.B. 1995. Buku ajar biokimia ( Biochemistry ) edisi ketiga. diterjemahkan oleh
dr. RF. Maulany Msc. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
Kimball, John. 1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 1 diterjemahkan oleh Hj. Siti Soetarni
Tjitrosomo, Nawangsari Sugiri. Jakarta : Penerbit erlangga.
Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Stryer, Lubert. 2000. Biokimia Edisi 4. Jakarta : EGC.
Toha, Abdul Hamid A. 2001. Biokimia: Metabolisme Biomolekul. Manokwari: Alfabeta.
Milmi.2008.http://www.forumsains.com/index.php?PHPSESSID=p21s0cg7vnvks3bukb2qul
0ui3
No name hanya
mencantumkan trimanunipa@yahoo.com.http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/200
8/04/biokimia-karbohidrat.doc -
Simanjuntak M.T dan S.Silalahi.2003.http://library.usu.ac.id/download/fmipa/farmasi-
mtsim1.pdf.
Tita rialita. 2004. http://digilib.sith.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbbi-gdl-s2-2004-titarialit-1121
Diposkan oleh lisnadi 14.16

http://miss-purplepharmacy.blogspot.com/2010/01/glikolisis-anaerob.html
Asisten Praktikum:

Eva Fitrina P

Asia Muflihah

Penanggung Jawab Praktikum :

Ir. Titi Riani, M. Biomed

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Metabolisme adalah suatu proses yang terjadi di dalam suatu organisme atau sel
hidup. Jalur metabolisme terbagi menjadi tiga bagian yaitu jalur metabolisme yang
mengkatalisis pemecahan suatu senyawa disebut jalur katabolisme, jalur untuk proses
sintesis suatu senyawa dalam sel disebut anabolisme dan jalur yang digunakan untuk
proses pemecahan dan proses sintesis disebut jalur amfibolisme. Jalur metabolisme dan
reaksi-reaksi yang terjadi di dalam jalur metabolisme, baik pada organisme sederhana
seperti bakteri, maupun organisme tingkat tinggi seperti mamalia. Glikolisis jalur utama
dalam metabolisme karbohidrat untuk mengahasilkan energi dan berperan sebagai jalur
amfibolik yang bersama dengan siklus asam sitrat serta berfungsi setiap saat dan tersebar
dalam seluruh makhluk hidup.

Glukosa yang terdapat dalam larutan dipanaskan dalam larutan tembaga


alkalis.Glukosa akan mereduksi ion kupri menjadi senyawa kupro yang tidak terlarut. Pada
penambahan pereaksi asam fosfomlibadat, senyawa kupro akan larut dan mereduksi ion
fosfomlibdat yang berwarna biru tua.

Tujuan

Tujuan umum dari laporan praktikum ini adalah mengamati sifat-sifat


fisik dariglikolisis dan kadar glukosa

Tujuan khusus dari laporan praktikum adalah untuk:

1. Mempelajari proses glikolisis yang terjadi dalam sel ragi dengan mengukur kadar glukosa
yang tersisa, tinggi kadar etanol dan tinggi kolom CO2 yang dihasilkan.

2. Mempelajari pengaruh inhibitor seperti flourida dan arsenat terhadap proses glikolisis.
TINJAUAN PUSTAKA

Karbohidrat merupakan produk primer fotosintesis dan juga merupakan sumber


energi utama untuk sistem kehidupan. Karbohidrat didefinisikan sebagai
polihidroksialaldehid atau polihidroksiketon dan derivatnya. Suatu karbohidrat merupakan
suatu aldehid (-CHO ) jika oksigen karbonil berkaitan dengan suatu atom karbon terminal,
dan suatu keton (=C=0 ) jika oksigen karbonil berkaitan dengan deoksi dan amino. Dalam
alam, karbohidrat terdapat sebagai monosakarida ( gula individual dan sederhana ),
oligosakarida, dan polisakarida. Oligosakarida umumnya didefinisikan sebagai suatu
molekul yang mengandung dua hingga sepuluh unit monosakarida, beberapa di antaranya
mempunyai berat molekul beberapa juta. .( Armstrong, 1995 ).Karbohidrat atau sakarida
adalah polisakarida aldehid atau polihidroksi keton, atau senyawa yang dihidrolisis dari
keduanya. Unsur utama penyusun karbohirat adalah karbon, hydrogen dan oksigen.
Karbohidrat juga pusat metabolisme tanaman hijau dan organisme fotosintetik lain yang
menggunakan energi matahari untuk melakukan pembentukan karbohidrat, karbohidrat yang
terdapat dalam bentuk pati dan gula berfungsi sebagai bagian utama energi yang
dikonsumsi oleh kebanyakan organisme dimuka bumi ini. Sebagai pati dan glikogen,
karbohidrat berfungsi sebagai penyedia sementara glukosa. Karbohidrat dapat berfungsi
juga sebagai penyangga di dalam dinding sel bakteri dan tanaman serta pada jaringan
pengikat dan dinding sel organisme hewan. Karbohidrat jenis lain dapat berfungsi sebagai
pelumas sendi kerangka, sebagai perekat diantara sel, dan senyawa pemberi spesifitas
biologi pada permukaan sel hewan. Sifat kimia karbohidrat berhubungan erat dengan gugus
fungsi yang dimilikinya, seperti gugus –OH, gugus aldehida dan gugus keton. Beberapa
jenis karbohidrat mempunyai sifat dapat mereduksi bebas dalam molekul karbohidrat.sifat ini
dapat digunakan untuk identifikasi karbohidrat dan tampak pada reaksi reduksi ion-ion
logam misalnyaa ion Cu++ dan ion Ag+.

Metabolisme karbohidrat seperti halnya metabolisme lainnya terdiri dari reaksi


katabolisme dan anabolisme. Tujuan katabolisme karbohidrat adalah untuk mendapatkan
energi yang tersimpan dalam senyawanya. Energi yang dihadilkan biasanya tersimpan lagi
dalam senyawa energi tinggi sebelum digunakan. Sementara anabolisme karbohidrat
bertujuan untuk memasok karbohidrat pada makhluk hidup sebagai salah satu nutrient
utama yang dibuat dari senyawa-senyawa yang amat sederhana seperti CO2 atau senyawa
lainnya (Abdul Hamid, 2001).

Ragi

Ragi adalah fungsi ekasel (uniselular) yang beberapa jenis spesies umumnya
digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan
percobaan bahan bakar. Kebanyakan ragi merupakan anggota devisi Ascomycota,
walaupun ada yang digolongkan dalam Basidiomiycota. Selain itu ragi adalah
mikroorganisme hidup yang dapat ditemukan dimana-mana. Ragi berasal dari keluarga
fugus bersel satu dari genus saccaharomyces, spesies cerevisae, dan memiliki ukuran 6-8
mikron. Dalam 1 gram ragi padat, terdapat kurang lebih 10 milyar sel hidup. Ragi ini
membentuk bulat telur, dan dilindungi oleh dinding membrane yang semi berpori (semi
permeable), melakukan reproduksi dengan cara membelah diri, dan dapat hidup
dilingkungan tanpa oksigen (anaerob) maupun dengan oksigen (aerob). Untuk bertahan
hidup ragi membutuhkan air, makannan, dan lingkungan yang sesuai (Darwindra S 2009).

Ragi merupakan starter/inokulum tradisional Indonesia untuk membuat berbagai


macam makanan fermentasi seperti tape ketan/singkong. brem cair/padat dll. Mikroba yang
terkandung dalam ragi umumnya berupa kultur campuran (mixed culture) terdiri dari kapang,
khamir dan bakteri. Beragamnya bumbu rempah yang digunakan dalam pembuatan ragi
menjadikan jenis, populasi dan keaktifan mikroba dalam ragi sangat beragam, sehingga sulit
untuk mendapatkan ragi dengan kualitas yang seragam. Salah satu cara mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan membuat ragi menggunakan mikroba murni yang
diketahui memiliki aktivitas amilolitik dan berperan dalam proses fermentasi.( tita rialita, 2004
)

Ragi yang digunakan tentu saja bebeda-beda sesuai dengan produk yang
diinginkan. Ada tiga jenis ragi yang umum dikenal, yaitu, ragi tape, ragi roti, dan
ragitempe atau oncom. Ragi tape berwujud padat dengan bentuk bulat pipih berwarna putih,
ragi roti berbentuk butiran, dan ragi tempe berbentuk bubuk. Ragi roti dan
ragi tempemengandung mikroorganisme yang sama yaitu saccaharomyces cerevisae.

Ragi Tape

Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi. Tape
dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda dengan
makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang
berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tape melibatkan banyak
mikroorganisme. Inokulum tape, atau sering disebut ragi tape, telah lama diteliti.

Mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi tape adalah kapang Amylomyces


rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera,Saccharomycopsis
malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta
bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Kedua kelompok mikroorganisme tersebut bekerja
sama dalam menghasilkan tape (Gandjar 2004).

Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik


yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana
(disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi
(saccharification). Kemudian khamir akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut
menjadi alkohol. Inilah yang menyebabkan aroma alkoholis pada tape. ( Milmi, 2008 ).

Ragi Roti
Ragi roti. Merupakan jasad renik sejenis jamur yang berkembang biak dengan
sangat cepat dan menghasilkan fermentasi yang mampu mengubah pati dan gula menjadi
karbon dioksida dan alkohol. Saccharomyces cerevisiae biasa digunakan untuk ragi
roti. Ada tiga jenis yang terkenal, yang segar, yang dikeringkan, dan brewer's yeast. Jenis
yang segar dan yang kering sering dipakai untuk membuat roti dan kue-kue. Jenis ragi
kering yang lebih praktis dan menghemat waktu adalah ragi instan, yang bisa langsung
dicampur dengan bahan lain. Brewer's yeast yang agak cair dipakai oleh para pembuat bir
dan minuman lain yang beragi).

Glikolisis

Glikolisis adalah urutan tertentu yang melibatkan sepuluh reaksi antara senyawa
(salah satu langkah yang melibatkan dua zat antara). Glikolisis dianggap sebagai pola dasar
yang universal jalur metabolisme. Terjadi, dengan variasi, di hampir semua organisme, baik
aerobik dan anaerobik.

Fermentasi anaerobik sederhana, metabolisme dari satu molekul glukosa menjadi


dua molekul piruvat memiliki hasil bersih dua molekul ATP. Sebagian besar sel kemudian
akan melakukan reaksi lebih lanjut untuk ‘membayar’ yang digunakan NAD + dan
menghasilkan produk akhir dari etanol atau asam laktat. Banyak bakteri menggunakan
senyawa anorganik sebagai akseptor hidrogen untuk meregenerasi NAD +. Sel melakukan
respirasi aerobik lebih mensintesis ATP, tetapi bukan sebagai bagian dari glikolisis. Ini
reaksi aerobik lebih lanjut menggunakan piruvat dan NADH + H + dari glikolisis. Eukariotik
respirasi aerobik tambahan menghasilkan kira-kira 34 molekul ATP untuk setiap molekul
glukosa, namun sebagian besar diproduksi oleh mekanisme yang sangat berbeda pada
tingkat substrat fosforilasi dalam glikolisis. Produksi energi yang lebih rendah, per glukosa,
respirasi anaerob relatif terhadap respirasi aerobik, menghasilkan fluks yang lebih besar
melalui jalur di bawah hipoksia (oksigen rendah) kondisi, kecuali alternatif sumber-oxidizable
anaerobik substrat, seperti asam lemak, yang ditemukan.

Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat dibagi dalam dua bagian yaitu yang tidak
menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen atau aerob. Reaksi
anaerob terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam laktat.
Proses ini disebut glikolisis. Tiap reaksi dalam proses glikolisis ini menggunakan enzim
tertentu, misalnya seperti enzim heksokinase, fosfoheksoisomerase, fosfofruktokinase,
enolase, laktat dehidrogenase, piruvat kinase, fosfogliseril kinase, dan lain-lain. Enzim yang
mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai sitoplasma sel. Disinilah glikolisis
berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6 – fosfat.

Jalur glikolisis mempunyai peran ganda, yakni degradasi glukosa untuk


menghasilkan ATP, dan memberikan unit-unit penyusun untuk sintesis komponen-
komponen sel. Kecepatan konversi glukosa piruvat diatur sesuai dengan dua keperluan
utama sel ini. Pada reaksi fisiologis, reaksi-reaksi glikolisis dengan mudah reversibel kecuali
reaksi-reaksi yang dikalisis oleh heksokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat kinase.
Fosfofruktokinase, elemen pengontrol terpenting pada glikolisis, dihambat oleh kadar tinggi
ATP dan sitrat, dan diaktifkan oleh AMP dan fruktosa 2,6 bifosfat. Pada hati, bifosfat
menandakan bahwa glukosa berlimpah. Karenanya, fosfofruktokinase aktif bila diperlukan
energi atau unit-unit penyusun. Hksokinase dihambat oleh glukosa 6-fosfat, yang
berakumulasi bila fosfofruktokinase aktif. Piruvat kinase situs pengontrol lainnya, secara
alosterik dihambat oleh ATP dan alanin, dan diaktif oleh fruktosa 1,6 bifosfat. Akibatnya,
piruvat kinase aktif maksimal bila muatan energi rendah dan zat-zat ntara glikolisis
menumpuk. Piruvat kinase, seperti enzim bifungsi yang mengontrol kadar fruktosa 2,6
bisfosfat, diatur melalui fosforilasi. Kadar glukosa yang rendah dalam darah mendorong
fosforilasi pirivat kinase hati, sehingga aktivitasnya menurun dengan demikian menurunkan
pemakaian glukosa dalam hati

Metabolisme adalah suatu proses reaksi kimia yang terjadi di dalam makhluk hidup,
mulai dari makhluk bersel satu yang sangat sederhana seperti bakteri, jamur, tumbuhan,
hewan sampai manusia. Di dalam proses ini makhluk hidup mendapat, mengubah, dan
memakai senyawa kimia dari sekitarnya untuk kelangsungan hidupnya. Kelangsungan
reaksi kimia di dalam metabolisme dari permulaan sampai ke suatu hasil akhir disebut jalur
metabolisme. (pathway). Senyawa yang terbentuk selama jalur metabolisme berlangsung
disebut senyawa antara (intermediate).

Metabolisme meliputi proses sintesis (anabolisme) dan proses penguraian


(katabolisme) senyawa atau komponen di dalam sel hidup. Melalui jalur anabolisme
terbentuk senyawa. Diperlukan sejumlah energi supaya proses anabolisme terjadi. Reaksi
kimia yang terjadi meliputi sintesis dari ikatan .C-C- (sintesa asam lemak), ikatan .CO-N-
(sintesa protein), ikatan C-N- (sintesis urea), dan ikatan .C-O- (sintesa trigliserida)
memerlukan energi. Unsur kimia dan senyawa digunakan untuk membentuk senyawa baru
yang lebih besar.

Sebaliknya melaui jalur katabolisme akan terjadi penguraian senyawa menjadi


komponen yang lebih kecil. Misalnya, katabolisme glukosa akan terurai menjadi karbon
dioksida (CO2) dan air (H2O). Di dalam proses katabolisme sejumlah energi dilepaskan;
sebagian dipakai oleh sel dan sisanya hilang sebagai panas. Produksi energi untuk
keperluan sel terjadi dalam tiga tahap;

(1) molekul-molekul besar komponen makanan seperti protein, pati, lemak dipecah selama
proses pencernaan dan penyerapan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil seperti asam
amino, monosakarida dan asam lemak

(2) sebagian besar molekul-molekul yang lebih sederhana ini selanjutnya diuraikan menjadi
senyawa antara (intermediate) yang terdiri dari dua atom karbon yakni asam asetat
(CH3COOH), dan

(3) asam asetat dipecah menjadi air dan karbon dioksida.


Elektron dan ion hidrogen yang dilepaskan selama proses metabolisme ini
disumbangkan ke atom oksigen membentuk air. Sebahagian energi yang dihasilkan di
dalam proses katabolisme ini memicu sintesa adenosin triphosphat (ATP). ATP adalah
energi di dalam suatu bentuk yang digunakan sel (Simanjuntak dan Silalahi 2003).

Glukosa

Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa—monosakarida yang


mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -
CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa",
bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada
gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom
karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada
dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026%
pada pH 7.

Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan. Sebagian


glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan yang lainnya
menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen dan sel lemak, yang
menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan sumber energi cadangan yang akan
dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun
lemak simpanan dapat juga menjadi sumber energi cadangan, lemak tak pernak secara
langsung dikonversi menjadi glukosa. Fruktosa dan galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari
pemecahan karbohidrat, langsung diangkut ke hati, yang mengkonversinya menjadi glukosa.

Metode Folin wu

Metode Follin Wu digunakan dalam analisis kuantitatif gula dalam darah. Prinsip
pengukuran kadar glukosa darah dengan metode Folin Wu adalah ion kupri akan direduksi
oleh gula dalam darah menjadi kupro dan mengendap menjadi Cu2O. Penambahan pereaksi
fosfomolibdat akan melarutkan Cu2O dan warna larutan menjadi biru tua, karena ada oksida.
Dengan demikian, banyaknya Cu2O yang terbentuk berhubungan linier dengan banyaknya
glukosa di dalam darah. Filtrat yang berwarna biru tua yang terbentuk akibat melarutnya
Cu2O karena oksida Mo dapat diukur kadar glukosanya dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat

Praktikum pengujian glikolisis ini dilakukan pada tanggal 24 Februari 2011 pada
pukul 13.00-16.30 WIB. Tempat praktikum di Laboratorium Biokimia lantai dua Departemen
Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, IPB Darmaga.

Bahan dan Alat

Glikolisis

Bahan-bahan yang digunakan dalam uji glikolisis adalah suspensi ragi, larutan
glukosa 2%, dan larutan flourida. Alat-alat yang digunakan adalah gelas kimia, pipet, gelas
ukur, dan tabung peragian.

Pembuatan Filtrat Bebas Protein dengan Cara Folin Wu

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan filtrat bebas protein dengan cara
Folin Wu adalah akuades, larutan natrium tungstat 10%, larutan asam sulfat (H2SO4) 2/3N,
dan bahan yang akan diuji. Alat-alat yang digunakan dalam uji ini adalah labu erlenmeyer,
pipet, gelas ukur, gelas kimia, dan kertas saring.

Pengukuran Kadar Glukosa

Pengukuran kadar glukosa menggunakan bahan-bahan yaitu filtrat bebas protein,


pereaksi asam fosfomoblidat dan natrium tungstat, larutan standar glukosa mengandung 0,1
mg/mL, dan larutan tembaga alkalis mengandung natrium karbonat, tembaga sulfat, dan
asam tartrat. Alat-alat yang digunakan adalah gelas kimia, pipet, gelas ukur, penangas air,
tabung reaksi, plastik wrap, puvet, dan spektrofotometer.

Penetapan Kadar Etanol

Bahan-bahan yang digunakan dalam penetapan kadar etanol adalah dikromat asam,
larutan flourida, bahan yang akan diuji, akuades, dan larutan Na2CO3 20%. Alat-alat yang
digunakan adalah piring Conway dengan penutupnya, pipet, gelas kimia, tabung reaksi,
puvet, dan spektrofotometer.
Prosedur Percobaan

Disediakan 3 tabung peragian:

- Tabung 1: kontrol positif

- Tabung 2: kontrol negatif

- Tabung 3: inhibitor

Glikolisis

Tabung

1 2 3 4

Suspensi ragi 14 mL - 13,5 mL 13,5 mL

Suspensi ragi yang telah didihkan - 14 mL - -


Larutan flourida - - 2 mL -

Larutan glukosa 2% 2 mL 2 mL 2 mL 2 mL

Setelah 15 menit, dilakukan pengukuran:

- Tinggi kolom CO2 yang terbentuk pada


lengan tertutup

- Kadar glukosa

- Kadar etanol

Gambar 1 Prosedur percobaan uji glikolisis

Pembuatan Filtrat Bebas Protein dengan Cara Folin Wu


Gambar 2 Prosedur percobaan pembuatan filtrat bebas protein

dengan cara Folin Wu

Pengukuran Kadar Glukosa

Dipipetkan ke dalam tabung:

Tabung
Larutan
1 2 3 4 5

Filtrat bebas protein (mL) - - - 2,0 2,0

Standar glukosa (mL) - 2,0 2,0 - -

Akuades (mL) 2,0 - - - -

Pereaksi tembaga alkalis (mL) 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0

Dicampurkan dengan cara menggoyang-goyangkan tabung. Diletakkan di


penangas air mendidih selama 8 menit, kemudian didinginkan dalam air
selama 3 menit

Asam fosfomoblidat (mL) 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0

Dicampurkan dengan baik. Didiamkan 3 menit untuk melarutkan Cu2O,


kemudian diencerkan sampai 25 mL dengan akuades. Dibaca serapan tiap
tabung dengan spektrofotometer pada λ= 420 nm
Disediakan 4 piring Conway:

- Piring 1: kontrol positif

- Piring 2: kontrol negatif

- Piring 3: pengaruh flourida

- Piring 4: standar

Penetapan Kadar Etanol

Dipipetkan bersebelahan pada bagian (lingkaran)


luar piring Connway:

- 0,5 mL larutan yang diperiksa atau 0,5 mL larutan


standar

- 1 mL Na2CO3
Gambar 3 Prosedur percobaan penetapan kadar etanol
HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses glikolisis merupakan jalur utama dalam metabolisme karbohidrat untuk


menghasilkan energi. Jalur glikolisis berfungsi pada seluruh makhluk hidup, mulai dari
bakteri hingga manusia. Pada percobaan proses glikolisis kali ini menggunakan sel ragi
yang akan menghasilkan etanol dan CO2. Proses glikolisis yang dilakukan adalah mengukur
tinggi kolom CO2, mengukur kadar glukosa, dan mengukur tinggi kadar etanol CO2 yang
dihasilkan.

Karbondioksida (CO2)
Pengukuran tinggi kolom CO2 dilakukan dengan mempersiapkan tiga jenis tabung
yang terdiri dari kontrol positif, kontrol negatif dan inhibitor. Kontrol positif merupakan tabung
kontrol yang diberikan perlakuan penambahan suspensi sampel uji dengan suspensi sampel
pendukung, dalam hal ini adalah larutan glukosa 2%, kontrol negatif merupakan tabung
kontrol yang diberikan perlakuan suspensi sampel penghambat, dalam hal ini adalah
suspense sampel uji yang telah didihkan dan diberikan suspense sampel pendukung, yakni
larutan glukosa 2%, sedangkan tabung inhibitor merupakan tabung yang diberi perlakuan
yang berlawanan, dalam percobaan kali ini adalah larutan arsenat dan flourida. Hasil
praktikum pengukuran CO2 dilakukan secara kualitatif dengan mengamati gelembung-
gelembung gas yang dihasilkan. Hasil percobaan pengukuran kolom CO2 dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1 Pengamatan Kolom CO2

Jenis Ragi Kolom CO2

Kontrol (+) Kontrol (-) Inhibitor

Tape + ++ -

Oncom + - -

Ragi +++ - +

Keterangan : (+) = ada sedikit ; (++) = ada banyak ; (-) = tidak ada

Berdasarkan hasil pengukuran tinggi Kolom CO2 diatas dengan perlakuan control
positif yang memiliki tinggi gelembung paling banyak terdapat pada ragi roti, disebabkan
karena ragi roti berkembang biak dengan sangat cepat dan menghasilkan fermentasi yang
mampu mengubah pati dan gula menjadi karbon dioksida dan alkohol. Ragi roti biasa
digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae.

Pada control negatif yang memiliki tinggi gelembung CO2 yaitu pada ragi tape,
disebabkan karena ragi tape melibatkan banyak mikroorganisme. Sehingga proses
pemanasan yang dilakukan pada perlakuan control negatif pada ragi tape, tidak seluruhnya
menginaktifkan enzim-enzim glikolisis pada mikroorganisme ragi tape. Mikroorganisme yang
terdapat di dalam ragi tape adalah jenis kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp.,
dan Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera,Saccharomycopsis malanga, Pichia
burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp.
dan Bacillus sp.

Perlakuan inhibitor dengan penambahan pereaksi florida pada masing-masing ragi,


didapatkan bahwa ragi roti terdapat sedikit gelembung CO2 dibandingkan dengan ragi tape
dan ragi oncom yang tidak terdpat gelem,bung CO2. Hal ini disebabkan karena larutan
fluoride yang ditambahkan berperan sebagai larutan penghambat dalam proses glikolisis
pada ragi. Selain itu pada ragi roti. merupakan jasad renik sejenis jamur yang berkembang
biak dengan sangat cepat dan menghasilkan fermentasi yang mampu mengubah pati dan
gula menjadi karbon dioksida dan alkohol. Ragi roti yang biasa digunakan
adalah Saccharomyces cerevisiae.

Penetapan Kadar Glukosa Cara Follin Wu

Metode Follin Wu digunakan dalam analisis kuantitatif gula dalam ragi. Prinsip
pengukuran dengan metode Folin Wu adalah ion kupri direduksi oleh gula dalam ragi
menjadi kupro dan mengendap menjadi Cu2O. Penambahan pereaksi fosfomolibdat akan
melarutkan Cu2O dan warna larutan menjadi biru tua, karena ada oksida. Dengan demikian,
banyaknya Cu2O yang terbentuk berhubungan linier dengan banyaknya glukosa di dalam
ragi. Filtrat yang berwarna biru tua yang terbentuk akibat melarutnya Cu2O karena oksida
mikroorganisme.

Penambahan 7 ml aquadest dengan 1 ml suspensi bertujuan untuk mengencerkan


suspensi ragi, kemudian homogenkan dengan cara menggoyang-goyangkan
labu. Selanjutnya ditambahkan larutan Na-tungstat 10% untuk menghasilkan endapan
protein akibat kombinasi ion asam dengan bentuk kation protein. Filtrat yang telah
ditambahlan H2SO4 tetes demi tetes kemudian di saring dengan kertas saring agar terpisah
dari endapan protein sehingga didapatkan filtrat bebas protein. Kemudian setelah
didapatkan filtrat bebas protein ditambahkan standar glukosa, aquades sesuai dengan
pembagian masing-masing tabung. Selanjutnya ditambahkan pula pereaksi tembaga alkalis
yang akan mereduksi ion kupri menjadi senyawa kupro dan senyawa fosfomolibdat yang
melarutkan Cu2O dan warna larutan menjadi biru tua, dan intensitas warna tersebut
menyatajkan jumlah glukosa yang ada. Kadar glukosa dapat diukur dengan melihat
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm.
Berdasarkan hasil pengujian absorbansi ketiga jenis kemudian dapat dihitung kadar glukosa
yang dihasilkan pada masing-masing sampel. Hasil pengukuran kadar glukosa dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 2 Pengukuran Kadar Glukosa (mg/100ml)

Jenis Ragi Kontrol (+) Kontrol (-) Inhibitor

Tape 61.4 71.4 81.1

Oncom 61.2 67.2 108.3

Roti 10.7 43.8 43.4


Berdasarkan table tersebut didapatkan bahwa tape dan oncom memiliki absorbansi
yang hampir sama yaitu sebanyak 61,4 serta 61,2, adapun ragi adalah 10,7. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ragi pada tape dan oncom memiliki kadar glukosa yang tinggi,
berkaitan dengan semakin tinggi glukosa maka kadar CO2 dan etanolnya rendah, pada
pengukuran tinggi CO2 pada ragi tape dan oncom lebih rendah daripada ragi roti, begitupula
kadar etanol pada tape dan oncom lebih rendah dibandingkan dengan roti.

Pada perlakuan kontrol negatif diketahui bahwa tape dan oncom memiliki kadar
glukosa yang tinggi dibandingkan dengan roti. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
perlakuan pemanasan pada setiap ragi yang diuji, tape dan oncom memiliki kadar glukosa
yang tinggi dibandingkan oncom, dengan ragi tape berada di urutan teratas tingkat/kadar
glukosanya, hal ini disebabkan karena pada ragi tape terdiri atas berbagai mikroorganisme
yaitu pada adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopussp.;
khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia
burtonii,Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp.
danBacillus sp, dimana banyaknya mikroorganisme akan menghasilkan enzim-enzim
amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih
sederhana dan banyak menghasilkan glukosa dibandingkan dengan ragi yang hanya
melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama dalam proses fermentasinya.

Penambahan inhibitor fluoride dapat menghambat dalam proses glikolisis pada ragi.
Berdasarkan hasil absorbansi pada setiap ragi yang ditambahkan inhibitor, ragi yang
memiliki glukosa tertinggi adalah oncom yaitu sebanyak 108,3, sedangkan yang terkecil
adalah pada ragi roti. Hal ini berkaitan dengan peningkatan kadar etanol dan CO2 pada ragi
roti tinggi, sehingga kadar glukosanya menurun. Sedangkan pada ragi oncom memiliki kadar
glukosa yang paling tinggi karena memiliki kadar etanol dan CO2yang rendah.

Kadar Etanol

Pengukuran kadar etanol dilakukan dengan mempersiapkan lima jenis


piringConway yang digunakan untuk kontrol positif, kontrol negatif, inhibitor (flourida), serta
piring Conway yang digunakan untuk standar. Penambahan larutan dikromat asam pada
bagian tengah piring Conway dilakukan untuk mengoksidasi etanol menjadi asetat. Warna
yang dihasilkan adalah jingga. Dikromat dalam suasana asam akan mengoksidasi etanol
menjadi asetat. Penambahan Na2CO3 dilakukan untuk memberikan suasana asam,
sehingga warna dikromat akan berkurang. Penghilangan warna dikromat akan sebanding
dengan jumlah etanol yang terdapat dalam larutan, sehingga intensitas penyerapan warna
dapat diukur. Pengukuran absorbansi dilakukan dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 450 nm. Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi ketiga jenis kemudian dapat
dihitung kadar etanol yang dihasilkan pada masing-masing sampel. Hasil pengukuran kadar
etanol dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Pengukuran Kadar Etanol (gr/dl)


Jenis Ragi Kontrol (+) Kontrol (-) Inhibitor B
erdasark
Tape 19.92 31.6 -3.55
an Tabel
Oncom 3.73 0.71 -0.88 4 dapat
dilihat
Roti 62.9 40.56 18.5
bahwa
kadar
etanol pada tape, oncom, dan ragi menghasilkan kadar yang berbeda-beda. Kadar etanol
ragi tape pada kontrol positif adalah 19.92 gr/dl, sedangkan kadar etanol ragi tape pada
kontrol negative adalah 31.6 gr/dl. Pada penambahan inhibitor, kadar etanol yang dihasilkan
-3.55 gr/dl. Kadar etanol yang minus menunjukkan hasil yang diperoleh tidak valid, artinya
tidak dapat dilakukan pembahasan lebih lanjut karena adanya kesalahan pada prosedur
yang dilakukan. Pada ragi oncom, kadar etanol yang dihasilkan lebih sedikit, yakni pada
kontrol positif 3.73 gr/dl sedangkan pada kontrol negative kadar etanol yang dihasilkan
sangat kecil, yakni 0.71 gr/dl, dan pada inhibitor terjadi kesalahan prosedur yang
menyebabkan hasil yang negative, yakni -0.88 gr/dl. Kadar etanol pada ragi roti
menghasilkan kadar etanol yang lebih besar daripada kedua jenis ragi lainnya, kadar etanol
pada ragi roti yakni 62.9 gr/dl, sedangkan pada kontrol negative ragi roti yakni 40.56 gr/dl,
dan pada penambahan inhibitor, kadar etanol menurun menjadi 18.5 gr/dl. Kadar etanol
yang tinggi pada ragi roti disebabkan oleh jenis mikroorganisme yang berada pada ragi roti
adalah jenis khamir, yakni Saccharomyces cerevisiae. Sel-sel khamir menghasilkan produk
utama yang berupa etanol dan CO2. sel-sel khamir menghasilkan enzim maltase yang
mengubah maltosa menjadi glukosa yang kemudian difermentasi menjadi etanol dan
CO2 serta sedikit komponen volatil (Buckle 2007). Sedangkan pada kedua jenis ragi lainnya,
yakni ragi tape dan oncom adalah jenis mikroorganisme kapang Rhizopus,sp. Fermentasi
produk yang dihasilkan oleh kapang secara umum mengakibatkan terurainya glukosa dan
menghasilkan protein, lemak dan polisakarida yang terhidrolisa (Buckle 2007) sehingga
kadar etanol yang dihasilkan tidak sebesar khamir.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil praktikum yang telah didapat bahwa pengukuran tinggi kolom CO 2 pada ketiga
ragi yang diuji dengan tiga perlakuan yang berbeda yaitu tanpa pemanasan, dengan
pemanasan dan penambahan larutan penghambat (larutan fluoride) adalah pada perlakuan
tanpa pemanasan terdapat pada ragi roti yang memiliki tinggi kolom CO 2tertinggi,
sedangkan dengan perlakuan pemanasan, yang memiliki tinggi kolom CO2tertinggi yaitu
pada tape dan pada perlakuan dengan pemberian larutan inhibitor berupa larutan fluoride
yaitu pada ragi roti yang tertinggi..

Pengujian kadar glukosa dengan metode Follin wu, dari ketiga ragi dengan
perlakuan berbeda, yakni untuk kontrol positif yang memiliki kadar glukosa yang tinggi
adalah tape dan oncom yaitu dengan absorbansi 61,4 dan 61,2, sedangkan dengan
perlakuan kontrol negatif ragi yang memiliki kadar glukosa paling tinggi terdapat pada ragi
tape dengan absorbansi 71.4 dan terendah pada ragi roti dengan absorbansi 43.8,
sedangkan pada perlakuan penambahan inhibitor yang memiliki kadar tertinggi adalah pada
oncom dengan absorbansi sebesar 108.3, dan terendah adalah ragi roti yakni dengan
absorbansi sebesar 43,4.

Kadar etanol pada masing-masing jenis ragi menghasilkan kadar etanol yang
berbeda, bergantung pada jenis mikroba pengurainya. Pada kadar etanol pada ragi tape
dan oncom yang menggunakan kapang sebagai mikroba pengurainya, menghasilkan kadar
etanol yang biasa saja, yakni rata-rata sekitar 25.76 gr/dl dan 2.22 gr/dl, sedangkan pada
kadar etanol roti yang mikroba pengurainya berupa khamir menghasilkan kadar etanol yang
lebih tinggi, yakni 51.73 gr/dl. Hasil ini disebabkan karena khamir secara utama mampu
mengurai glukosa menjadi etanol dan CO2 dalam jumlah yang signifikan dibadingkan
dengan jenis kapang. Kadar etanol yang minus menunjukkan hasil yang diperoleh tidak
valid, artinya tidak dapat dilakukan pembahasan lebih lanjut karena adanya kesalahan pada
prosedur yang dilakukan. Kadar etanol yang tidak valid pada percobaan kali ini dihasilkan
pada kadar etanol pada inhibitor ragi tape dan oncom.

Saran

Sebaiknya dilakukan prosedur yang lebih teliti lagi sehingga dihasilkan data
percobaan yang valid.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid A. 2001. Biokimia: Metabolisme Biomolekul. Manokwari: Alfabeta.

Armstrong, Frank.B. 1995. Buku ajar biokimia ( Biochemistry ) diterjemahkan oleh dr. RF.
Maulany Msc. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EG.

Irawan A. 2007. Glulosa dan Metabolisme Energi. http://www. paslab.com.

[28 Februari 2011]

Milmi. 2008. GlikolisisAnaerob. http://www.forumsains.com [28 Februari 2011].

Poedjiadi, Supriyanti, T. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.

Purnomo, H. Adiono. 2007. Ilmu Pangan [terjemahan] Buckle, K.A .Edwards, R.A, Fleet, G. H.
Jakarta : UI Press
Simanjuntak M.T, S.Silalahi. 2003. Karbohidrat. http://library.usu.ac.id

[28 Februari 2011].

Tita R. 2004. Glikolisis. http://digilib.sith.itb.ac.id [28 Februari 2011].

LAMPIRAN
Tabel 1 Pengamatan Kolom CO2

Jenis Ragi Kolom CO2

Kontrol (+) Kontrol (-) Inhibitor

Tape + ++ -

Oncom + - -

Ragi +++ - +

Keterangan : (+) = ada sedikit ; (++) = ada banyak ; (-) = tidak ada

Tabel 2 Hasil Pengujian Kadar Glukosa

Jenis Ragi Absorbansi

Kontrol (+) Kontrol (-) Inhibitor Standar Blanko

Tape 0.369 0.417 0.463 0.553 0.076

Oncom 0.368 0.397 0.593

Ragi 0.127 0.285 0.283

Tabel 3 Pengukuran Kadar Glukosa (mg/100ml)

Jenis Ragi Kontrol (+) Kontrol (-) Inhibitor

Tape 61.4 71.4 81.1

Oncom 61.2 67.2 108.3

Roti 10.7 43.8 43.4

Tabel 4 Hasil Pengujian Kadar Etanol

Jenis Ragi Absorbansi

Kontrol (+) Kontrol (-) Inhibitor Standar Blanko

Tape 0.553 0.487 0.685 0.103 0.665

Oncom 0.644 0.669 0.670


Ragi 0.311 0.437 0.561

Tabel 5 Pengukuran Kadar Etanol (gr/dl)

Jenis Ragi Kontrol (+) Kontrol (-) Inhibitor Perhitun


gan
Tape 19.92 31.6 -3.55

Oncom 3.73 0.71 -0.88 Rumus


Perhitun
Roti 62.9 40.56 18.5 gan
Kadar
Glukosa

Contoh Perhitungan

Kadar Glukosa Kontrol (+) Tape :

Rumus Perhitungan Kadar Etanol

Contoh Perhitungan

Kadar Etanol Kontrol (+) Tape :


Gambar 1 Alat Uji Glikolisis Gambar 2 Bahan dan Pereaksi Uji Glikolisis

Gambar 3 Hasil Uji

Diposkan oleh Sofiatul Andariah di 05.11

http://sofiatulandariah.blogspot.com/2011/11/metbol-glikolisis.html
Sabtu, 30 April 2011

GLIKOLISIS

TINJAUAN PUSTAKA

Glikolisis

Karbohidrat adalah komponen dalam makanan yang merupakan sumber energi yang
utama bagi organisme hidup. Dalam makanan kita, karbohidrat terdapat sebagai polisakarida
yang dibuat dalam tumbuhan dengan cara fotosintesis. Pada proses pencernaan makanan,
karbohidrat mengalami proses hidrolisis dimana hasil akhir proses pencernaan karbohidrat salah
satunya adalah glukosa. Dalam sel-sel tubuh, karbohidrat mengalami berbagai proses kimia.
Reaksi-reaksi yang terjadi dalam sel ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Dalam hubungan antar reaksi ini enzim-enzim mempunyai peranan sebagai
pengatur dan pengendali. Serangkaian reaksi biokimia dalam sel organisme hidup disebut
dengan metabolisme.

Pada metabolisme juga terjadi pertukaran zat dan energi yang terjadi dalam sel
Metabolisme dibedakan menjadi dua, yaitu katabolisme dan anabolisme. Katabolisme adalah
proses pemecahan molekul kompleks menjadi molekul sederhana dengan melepaskan energi
(Dakhlan 2009). Metabolisme karbohidrat mencakup reaksi-reaksi monosakarida, terutama
glikosa (Poedjiadi 1994).

Pada dasarnya Metabolisme glukosa dapat dibagi dalam dua bagian yaitu yang tidak
menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen atau aerob. Reaksi
anaerob terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam laktat. Proses ini
disebut glikolisis.

Menurut Septiandina (2009), glikolisis merupakan jalur, dimana pemecahan D-glukosa


yang dioksidasi menjadi piruvat yang kemudian dapat direduksi menjadi laktat. Jalur ini terkait
dengan metabolisme glikogen lewat D-glukosa 6-fosfat. Glikolisis bersangkutan dengan hal-hal
berikut :

1. Pembentukan ATP dalam rangkaian ini molekul glukosa dioksidasi sebagian.

2. Produksi piruvat

3. Pembentukan senyawa antara bagi proses-proses biokimiawi lain misalnya, gliserol 3-fosfat.
Untuk biosintesis trigliserid dan fosfolipid, 2, 3–bisfosfogliserat dalam eritrosit, piruvat untuk
biosintesis L–alanin, dan sebagainya.
Glikolisis melibatkan banyak enzim yaitu
: Heksokinase,Fosfoheksoisomerase, Fosfofruktokinase, Aldose , Triosafosfat
Isomerase,Gliseraldehida-3-fosfat Dihidrogenase, Fosfogliseril Kinase, Fosfogliseril
Mutase,Enolase dan Piruvat Kinase . Adapun hasil reaksi glikolisis tersebut adalah : Glukosa
Glukosa 6-fosfat, Glukosa 6–Fosfat Fruktosa 6–fosfat, Fruktosa 6–Fosfat Fruktosa 1,6–difosfat,
Fruktosa 1,6–difosfat, Dihidroksiaseton fosfat Gliseraldehida 3-fosfat, Gliseraldehida 3–Fosfat
1,3–difosfogliserat, 1,3–difosfogliserat 3–Fosfogliserat, 3–Fosfogliserat 2-Fosfoglisera, 2–
Fosfogliserat Fosfoenolpiruvat dan Fosfoenolpiruvat piruvat (Poedjiadi 1994).

Sel Darah Merah

Pengangkutan zat dalam tubuh manusia atau mamalia dilakukan oleh cairan tubuh baik
cairan intravaskuler maupun ekstravaskuler. Darah termasuk cairan intravaskuler yaitu cairan
merah yang terdapat dalam pembuluh darah. Bagian darah yang padat meliputi sel-sel darah
merah, sel darah putih, dan keeping-keping darah (Frandson 1992).

Sel darah merah atau lebih dikenal sebagai eritrosit membawahaemoglobin dalam
sirkulasi. Sel darah merah berbentuk piring atau biconcave,pada mamalia sel darah merah tidak
bernukleus kecuali pada awal dan pada hewan-hewan tertentu. Sel darah merah pada unggas
mempunyai nukleus dan berbentuk elips. Sel darah merah terdiri dari air (65%), Hb (33%), dan
sisanya terdiri dari sel stroma, lemak, mineral, vitamin, dan bahan organik lainnya dan ion K
(Kusumawati 2004).

Haemoglobin merupakan zat padat dalam sel darah merah yang menyebabkan warna
merah. Dibanding sel-sel lain dalam jaringan sel darah merah kurang mengandung air. Lipid
yang terdapat pada sel darah merah ialahstromatin, lipoprotein, dan eliminin. Beberapa enzim
yang terdapat dalam eritrosit antara lain anhidrase karbohidrat, peptidase, kolinesterase dan
enzim pada sistem glikolisis (Poedjiadi 1994).

Susunan dari sel darah merah adalah air (62%-72%) dan kira-kira sisanya
berupa solid terkandung haemoglobin 95% dan sisanya berupa protein pada stroma dan
membran sel, lipid, enzim, vitamin dan glukosa serta urin. Umur sel darah merah pada manusia
berkisar antara 90 hingga 140 hari, rata-rata 120 hari dan pada hewan umurnya kira-kira 25
hingga 140 hari (Guytons1986).

Inhibitor

Secara umum suatu inhibitor adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau
memperlambat suatu reaksi kimia. Dewasa ini terdapat 6 jenis inhibitor, yaitu inhibitor yang
memberikan pasivasi anodik, pasivasi katodik, inhibitor ohmik, inhibitor organik, inhibitor
pengendapan, dan inhibitor fasa uap. Beberapa contoh inhibitor adalah arsenat dan
fluorida. Fluorida merupakan kombinasi dari unsur kimia fluor dengan beberapa bahan
lainnya.

Fluorin adalah yang paling sangat reaktif dan tidak stabil secara kimia dari
semua unsur kimia yang ada. Fluorin tidak ditemukan dengan sendirinya di alam. Fluorin
memiliki pengaruh kuat dari semua halogen. Fluorin memiliki hubungan alamiah untuk
kalsium. Yang paling umum dari fluor di alam adalah Kalsium Fluorida, biasanya disebut
Fluor. Namun, bahkan kalsium fluorida menyebabkan reaksi yang merugikan pada manusia,
tergantung pada seberapa banyak fluor dilepaskan. Adapun beberapa penyakit yang timbul
bila kelebihan mengkonsumsi fluor diantaranya cacat tulang belakang, leher, dan pinggul,
melemahkan struktur gigi dan belang atau berubah warna pada gigi.
DAFTAR PUSTAKA
Dakhlan. 2009. Katabolisme Karbohidrat I Respirasi Sel I Respirasi Anaerob

(Fermentasi) I.http://dakhlan90.blogspot.com/KatabolismeKarbohidratIRespirasiSelIr

espirasiAnaerob(Fermentasi)

Frandson, RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak IV. Gadjah Mada

Press.Yogyakarta.

Guyton. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University

Prees. Yogyakarta.

Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Gadjah Mada

Press.Yogyakarta

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.

. 2009. Proses Glikolisis Sel Darah Merah. Dalam skripsi

Gusti Septiandina Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan. Universitas

Padjajaran. http://gusti0909.wordpress.com/
Simanjuntak M.T dan S.Silalahi. 2010. http://library.usu.ac.id/download/fmipa/

farmasi-mtsim1.pdf.

http://ukhtiuswatun.blogspot.com/2011/04/glikolisis.html

Anda mungkin juga menyukai