Anda di halaman 1dari 13

Metabolisme dan Hormon Saat Puasa

Devina Hendriyana Gunawan


Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
Email: devina.2014fk039@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Manusia membutuhkan energi dalam melakukan aktifitas mereka, energi tersebut mereka
dapatkan dalam berbagai sumber bahan makanan. Adapun makanan yang terutama dalam
menghasilkan sumber energi kita adalah yang mengandung karbohidrat. Selain karbohidrat,
terdapat sejumlah zat dalam makanan yang penting juga dalam tubuh kita, yaitu protein, lemak,
vitamin dan mineral.
Sebagian besar reaksi kimia di dalam sel berkaitan dengan pembuatan energi dalam
makanan yang tersedia untuk berbagai sistem fisiologis sel. Contohnya energi dibutuhkan untuk
aktivitas otot, sekresi kelenjar, mempertahankan potensial membran pada saraf dan serabut otot,
pembentukan zat di dalam sel, absorbsi makanan dari saluran pencernaan, dan berbagai fungsi
lainnya. Semua zat makanan berenergi (karbohidrat, lemak, dan protein) dapat dioksidasi di
dalam sel, dan selama proses ini berlangsung, sejumlah besar energi dibebaskan.1

Metabolisme Karbohidrat
Glikolisis
Glikolisis menghasilan energi kimia dengan mengoksidasi glukosa menjadi piruvat. Kata
glikolisis berarti pemecahan gula. Pada proses ini, glukosa (gula 6 karbon) dipecah menjadi gula
tiga karbon. Gula yang lebih kecil ini kemudian dioksidasi dan sisa atom diatur ulang
membentuk dua molekul piruvat (piruvat adalah bentuk terionisasi dari asam piruvat).2
Glikolisis sendiri dapat dibagi menjadi dua fase: fase investasi energy dan pembayaran
energy. Selama fase investasi energy, sel menggunakan ATP. Investasi ini kemudian dibayar
1

selama fase pembayaran energy, saat ATP diproduksi oleh fosforilasi tingkat substrat dan NAD+
direduksi menjadi NADH dengan pelepasan elektron dari oksidasi glukosa. Energi bersih yang
didapat dari glikolisis tiap molekul glukosa adalah 2 ATP ditambah 2 NADH. Pada akhirnya,
semua karbon yang berasal dari glukosa dihitung sebagai dua molekul piruvat, tidak ada CO2
dilepaskan dari proses ini. Bagaimanapun juga, apabila O2 ada dalam jumlah yang cukup, energy
yang tersimpan dalam piruvat dan NADH akan diubah oleh siklus asam sitrat dan fosforilasi
oksidatif.2
Dalam keadaan aerob, piruvat diambil oleh mitokondria, dan setelah konversi menjadi
asetil-KoA, akan dioksidasi menjadi CO2 melalui siklus asam sitrat (Siklus Krebs). Ekuivalen
pereduksi dari reaksi NADH + H+ yang terbentuk dalam glikolisis akan diambil oleh
mitokondria untuk oksidasi melalui salah satu dari reaksi ulang alik (shuttle).2
Oksidasi Piruvat
Piruvat yang terbentuk di sitosol diangkut ke dalam mitokondria oleh suatu simporter
proton. Di dalam mitokondria, piruvat mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil-KoA
oleh suatu kompleks multienzim yang terdapat di membran dalam mitokondria yaitu kompleks
piruvat dehidrogenase. Piruvat dehidrogenase dihambat oleh produknya, yaitu asetil-koA dan
NADH. Enzim ini juga diatur melalui fosforilasi oleh suatu kinase tiga residu serin pada
komponen pirivat dehidrogenase kompleks multienzim sehingga aktivitas enzim menurun, dan
menyebabkan peningkatan aktivitas melalui defosforilasi oleh suatu fosfatase. Kinase diaktifkan
oleh peningkatan rasio [ATP]/[ADP], [asetil-KoA]/[KoA], dan [NADH]/[NAD+]. Oleh sebab
itu, piruvat dehidrogenase, dan dengan demikian glikolisis, dihambat jika tersedia ATP dalam
jumlah memadai dan jika asam lemak teroksidasi. Di jaringan adiposa, tempat glukosa
menghasilkan asetil-KoA untuk lipogenesis, enzim tersebut diaktifkan sebagai respons terhadap
insulin.3
Siklus Asam Sitrat
Siklus asam sitrat atau yang biasa disebut sebagai siklus krebs merupakan siklus akhir
dari oksidasi dari karbohidrat, protein maupun lipid yang di metabolisir menjadi asetil-koA.
Siklus asam sitrat juga memiliki peran penting dalam glukoneogenesis, dan lipogenesis.
Glukoneogenesis merupakan pembentukan glukosa dari senyawa non karbohidrat sedangkan
2

lipogenesis merupakan pembentukan lemak yang digunakan sebagai cadangan energy dalam
tubuh manusia.3
Siklus asam sitrat sendiri terjadi di dalam mitokondria dari sel dan pada awalnya siklus
asam sitrat diawali oleh kondensasi dari asetil-KoA dengan oksaloasetat membentuk sitrat
dikatalis oleh sitrat sintase. Proses kondensasi ini menggunakan bantuan dari H2O sehingga
menjadi Sitrat +KoA. Lalu sitrat dikonversi oleh enzim akonitase yang mengandung Fe2+
menjadi isositrat. Reaksi ini dihambat oleh fluoroasetat yang dalam bentuk fluorasetil-KoA
mengadakan kondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk fluorositrat. Senyawa ini
menghambat akonitase sehingga menyebabkan penumpukan sitrat yang berefek menghambat
fosfofruktokinase yang mengkonversi fruktosa-6P menjadi fruktosa 1,6 bifosfat.3
Setelah itu isositrat mengalami dehidrogenase dengan enzim isositrat dehidrogenase dan
NAD untuk membentuk oksalosuksinat lalu melepas CO2 yang pertama untuk membentuk alfa
ketoglutarat. Reaksi ini melibatkan rantai pernafasan sehingga menghasilkan 3ATP oleh NADH.
Lalu alfa ketoglutarat sendiri akan membentuk suksinil-KoA dengan bantuan enzim alfa
ketoglutarat dehidrogenase, NAD+ dan KoA. Pada saat ini melepaskan CO2 yang kedua dalam
siklus asam sitrat dan menghasilkan 3ATP oleh NADH melalui rantai pernafasan. Reaksi ini
dihambat oleh arsenit sehingga menyebabkan penumpukan alfaketoglutarat. Lalu suksinil-KoA
sendiri dirubah menjadi suksinat dengan enzim suksinat tiokinase.3
Pada saat ini merupakan satu satunya reaki yang membentuk fosfat berenergi tinggi
tingkat substrat. Reaksi ini melibatkan GDP menjadi GTP lalu dikonversikan dari GTP Ke ATP
dengan reaksi GTP+ADP->ATP+GDP. Lalu reaksi berlanjut dari Suksinat menjadi fumarat
dengan enzim suksinat dehidrogenase dengan koenzim FAD menjadi Fumarat. Pada reaksi ini
maka dihasilkan 2ATP oleh FADH melalui rantai pernafasan. Lalu dengan enzim fumarase yaitu
dengan reaksi penambahan air, maka fumarat diubah menjadi malat. Malat sendiri akan diubah
menjadi oksaloasetat dengan bantuan malah dehidrogenase dan koenzim NAD.3
Pada reaksi ini maka dihasilkan 3ATP oleh NADH melalui rantai pernafasan. Dan
oksaloasetat sendiri akan berikatan dengan asetil-KoA lagi dan menjadi Sitrat sehingga
membentuk sebuah rantai siklus yang berkepanjangan. Total dari ATP yang dihasilkan oleh 1
molekul asetil KoA adalah 11 ATP melalui rantai pernafasan dan 1 ATP melalui tingkat substrat.3
3

Glikogenesis
Glikogenesis terutama terjadi di hati dan di otot. Proses ini diawali oleh glukosa akan
terfosforilasi menjadi glukosa 6p oleh enzim glukokinase pada hati atau heksokinase pada otot.
Glukosa 6P sendiri akan diubah menjadi glukosa 1P oleh enzim fosfoglukomutase. Enzim ini
mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang
intermediatnya adalah glukosa 1,6 bifosfat. Selanjutnya glukosa 1P bereaksi dengan UTP untuk
membentuk nukleotida aktif Uridin difosfat glukosa(UDPglu). Lalu dengan bantuan enzim
glikogen sintase, atom C1 pada glukosa yang diaktifkan UDPGlu membentuk ikatan glikosidik
dengan C4 pada residu glukosa terminal glikogen sehingga melepaskan UDP.3
Molekul glikogen primer sebelumnya merupakan protein yang terglikosilasi pada residu
tirosin spesifik oleh UDPglu. Penambahan glukosa pada rantai 1-4 ini berlangsung terus sampai
kira-kira diperpanjang sekitar 11 molekul gula, maka enzim kedua yaitu enzim pembentuk
cabang (branching enzime) memindahkan sekitar 6 molekul gula bagian dari rantai 1-4 pada
rantai yang berdekatan untuk membentuk rantai 1-6 karenanya membentuk cabang dari molekul
tersebut. Cabang-cabang tersebut akat tumbuh dengan penambahan 1-4 selanjutnya.3
Glikogenolisis
Glikogenolisis merupakan rantai yang terpisah dari glikogenesis. Penguraian merupakan
tahap yang dikatalisis oleh enzim fosforilase dengan membatasi kecepatan di dalam
glikogenolisis. Enzim ini berfungsi untuk proses pemecahan fosforilasi rangkaian 1-4 untuk
menghasilkan glukosa 1P. Molekul dibuang sampai sekitar kira-kira tinggal 4. Enzim lainnya
yaitu glukan transferase yaitu berfungsi memindahkan unit trisakarida dari satu cabang ke
cabang lainnya sehingga membuat cabang 1-6 terpajan dan diputuskan oleh enzim pemutus
cabang (debranching enzime). Dengan pembuangan cabang tersebut maka kerja enzim
fosforilase selanjutnya dapat berlanjut. Gabungan enzim-enzim yang telah disebutkan diatas
membuat pemecahan glikogen menjadi lengkap. Glukosa1P dapat menjadi glukosa6P lagi dan
dengan bantuan enzim dari hati dan ginjal(tidak terdapat di otot). Yaitu glukosa 6 fosfatase
membuat glukosa6P membuang gugus fosfatnya menjadi glukosa untuk didifusikan kedalam
darah. Peristiwa ini merupakan peristiwa akhir dari glikogenolisis hepatik yang tercermin dalam
kenaikan kadar dari glukosa darah.3
4

Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah proses mengubah prekursor nonkarbohidrat menjadi glukosa
atau glikogen. Substrat utamanya adalah asam-asam amino glukogenik, laktat, gliserol, dan
propionat. Hati dan ginjal adalah jaringan glukoneogenik utama.2
Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan glukosa tubuh jika karbohidrat dari makanan atau
cadangan glikogen kurang memadai. Pasokan glukosa merupakan hal yang esensial terutama
bagi sistem saraf dan eritrosit. Kegagalan glukoneogenesis biasanya bersifat fatal. Glukosa juga
penting dalam mempertahankan kadar zat-zat antara siklus asam sitrat meskipun asam lemak
adalah sumber utama asetil-KoA di jaringan. Selain itu, glukoneognenesis membersihkan laktat
yang dihasilkan oleh otot dan eritrosit serta gliserol yang dihasilkan oleh jaringan adiposa. Tiga
reaksi tidak-seimbang dalam glikolisis yang dikatalisis oleh heksokinase, fosfofruktokinase, dan
piruvat kinase, menghambat pembalikan sederhana glikolisis untuk membentuk glukosa.2
Pembalikan reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase dalam glikolisis melibatkan dua
reaksi endotermik. Piruvat karboksilase mitokondria mengatalisis karboksilasi piruvat menjadi
oksaloasetat, suatu reaksi yang membutuhkan ATP dengan vitamin biotin sebagai koenzim.
Biotin mengikat CO2 dari bikarbonat sebagai karboksibiotin sebelum penambahan CO2 ke
piruvat. Enzim kedua, fosfoenolpiruvat karboksikinase, mengatalisis dekarboksilasi dan
fosforilasi oksaloasetat menjadi fosfoenolpiruvat dengan menggunakan GTP sebagai donor
fosfat. Di hati dan ginjal, reaksi suksinat tiokinase dalam siklus asam sitrat menghasilkan GTP,
dan GTP ini digunakan untuk reaksi fosfoenolpiruvat karboksikinase sehingga terbentuk
hubungan antara aktivitas siklus asam sitrat dan glukoneogenesis, untuk mencegah pengeluaran
berlebihan oksaloasetat untuk glukoneogenesis yang dapat mengganggu aktivitas siklus asam
sitrat.3
Perubahan fruktosa 1,6-bisfosfat menjadi fruktosa 6-fosfat, untuk pembalikan glikolisis,
dikatalisis oleh fruktosa 1,6-bisfosfatase. Keberadaan enzim ini menentukan apakah suatu
jaringan mampu membentuk glukosa tidah saja dari piruvat, tetapi juga dari triosa fosfat. Enzim
ini terdapat di hati, ginjal, dan otot rangka, tetapi mungkin tidak ditemukan di otot jantung dan
otot polos. Perubahan glukosa 6-fosfat menjadi glukosa dikatalisis oleh glukosa 6-fosfatase.
Enzim ini terdapat di hati dan ginjal, tetapi tidak di otot dan jaringan adiposa, akibatnya tidak
5

dapat mengekspor glukosa ke dalam aliran darah. Pemecahan glikogen menjadi glukosa 1-fosfat
dikatalisis oleh fosforilase. Sintesis glikogen melibatkan jalur yang berbeda melalui uridin
difosfat glukosa dan glikogen sintase. Setelah transaminasi atau deaminasi, asam-asam amino
glukogenik menghasilkan piruvat atau zat-zat antara siklus asam sitrat. Oleh karena ini, reaksi
yang dijelaskan sebelumnya dapat menyebabkan perubahan laktat maupun asam amino
glukogenik menjadi glukosa atau glikogen.3
Gliserol dibebaskan dari jaringan adiposa melalui lipolisis lipoprotein triasilgliserol
dalam keadaan kenyang: gliserol dapat digunakan untuk re-esterifikasi asam lemak bebas
menjadi triasilgliserol di jaringan adiposa atau hati, atau menjadi substrat untuk glukoneogenesis
di hati. Dalam keadaan puasa, gliserol yang dibebaskan dari lipolisis triasilgliserol jaringan
adiposa digunakan semata-mata sebata substrat untuk glukoneogenesis di hati dan ginjal.3
Pengaturan Metabolisme Glikogen di Hati
Glikogen hati disintesis selama kita makan makanan yang mengandung karbohidrat saat
kadar glukosa darah meningkat, dan diuraikan saat kadar glukosa darah menurun. Sewaktu
seseorang makan makanan yang mengandung karbohidrat, kadar glukosa darah segera
meningkat, kadar insulin meningkat, dan kadar glucagon menurun. Peningkatan kadar glukosa
darah dan peningkatan rasio insulin/glucagon menghambat penguraian glikogen dan merangsang
sintesis glikogen. Simpanan segera glukosa darah sebagai glikogen membantu membawa kadar
glukosa darah ke rentang normal 80-100 mg/dL. Seiring dengan lama waktu setelah makan
makanan yang mengandung karbohidrat, kadar insulin menurun dan kadar glucagon meningkat.
Turunnya rasio insulin/glucagon menimbulkan hambatan pada jalur biosintetik dan pengaktifan
jalur degradatif. Akibatnya, glikogen hati dengan cepat diuraikan menjadi glukosa, yang
kemudian dibebaskan ke dalam darah. Simpanan glikogen hati merupakan bentuk simpanan
glukosa yang mengalami pembentukan dan penguraian dengan cepat responsive terhadap
perubahan kadar glukosa darah yang kecil dan cepat.4

Metabolisme Lemak
Oksidasi Asam Lemak
Meskipun asam lemak mengalami oksidasi menjadi asetil-KoA dan disintesis dari asetilKoA, namun oksidasi asam lemak bukan merupakan pembalikan sederhana dari biosintesis asam
lemak, tetapi merupakan proses yang sama sekali berbeda dan berlangsung di kompartemen sel
yang berbeda. Pemisahan oksidasi asam lemak di mitokondria dari biosintesis di sitosol
memungkinkan tiap proses dikendalikan secara individual, dan diintegrasikan sesuai kebutuhan
jaringan. Setiap tahap pada oksidasi asam lemak melibatkan turunan asil-KoA yang dikatalisis
oleh enzim-enzim yang berbeda, menggunakan NAD dan FAD sebagai koenzim, dan
menghasilkan ATP. Proses tersebut merupakan suatu proses aerob yang memerlukan keberadaan
oksigen.3
Asam lemak bebas (FFA) adalah asam lemak yang berada dalam keadaan tidak
teresterifikasi. Di plasma, FFA rantai-panjang berikatan dengan albumin, dan di sel asam-asam
ini melekat pada protein pengikat-asam lemak sehingga pada kenyataannya asam-asam lemak ini
tidak pernah benar-benar bebas. Asam lemak rantai-pendek lebih larut air dan terdapat dalam
bentuk asam tak terionisasi atau sebagai anion asam lemak.3
Asam lemak mula-mula harus diubah menjadi suatu zat antara aktif sebelum dapat
dikatabolisme. Reaksi ini adalah satu-satunya tahap dalam penguraian sempurna suatu asam
lemak yang memerlukan energi dari ATP. Dengan adanya ATP dan koenzim A, enzim tiokinase
mengatalisis perubahan asam lemak menjadi asam lemak aktif atau asil-KoA yang menggunakan
satu fosfat berenergi-tinggi disertai pembentukan AMP dan PPi. PPi dihidrolisis oleh
pirofosfatase anorganik disertai hilangnya fosfat berenergi-tinggi lainnya yang memastikan
bahwa seluruh reaksi berlangsung hingga selesai. Asil-KoA sintetase ditemukan di retikulum
endoplasma, peroksisom, serta di bagian dalam dan membran luar mitokondria.3
Karnitin tersebar luas dan terutama banyak terdapat di otot. Asil-KoA rantai panjang
tidak dapat menembus membran dalam mitokondria. Namun, karnitin palmitoiltransferase-I,
yang terdapat di membran luar mitokondria, mengubah asil-KoA rantai panjang menjadi
asilkarnitin yang mampu menembus membran dalam dan memperoleh akses ke sistem oksidasi-

enzim. Karnitin-asilkarnitin translokase bekerja sebagai pengangkut penukar di membran dalam


mitokondria. Asil karnitin diangkut masuk, dan disertai dengan pengangkutan keluar satu
molekul karnitin. Asil karnitin kemudian bereaksi dengan KoA yang dikatalisis oleh karnitin
palmitoiltransferase-II yang terletak di bagian dalam membran dalam. Asil-KoA terbentuk
kembali di matriks mitokondria dan karnitin dibebaskan.3
Pada oksidasi- , terjadi pemutusan tiap dua karbon dari molekul asil-KoA- yang
dimulai dari ujung karboksil. Rantai diputus antara atom karbon - (2) dan (3) karena itu
dinamai oksidasi-. Unit dua karbon yang terbentuk adalah asetil-KoA; Jadi, palmitoil-KoA
menghasilkan delapan molekul asetil-KoA. Asam lemak dengan jumlah atom karbon ganjil
dioksidasi melalui jalur oksidasi-, yang menghasilkan asetil-KoA sampai tersisa sebuah residu
tiga karbon (propionil-KoA). Senyawa ini diubah menjadi suksinil-KoA, suatu konstituen siklus
asam sitrat. Karena itu, residu propionil dari asam lemak rantai ganjil adalah satu-satunya bagian
asam lemak yang bersifat glukogenik.3

Metabolisme Asam Amino


Terutama di jaringan hati. Langkah pertama, memisahkan grup amino dan berlanjut dengan
transaminasi atau deaminasi. Diperlukan vit B6 sebagai ko-enzim. 3
1. Transaminasi, transfer grup asam amino ke -keto-acid dengan katalisator aminotransferase. Biosintesis asam amino non-esensial.
2. Katabolisme dengan deaminasi oksidatif. NH3 diubah menjadi ureum. Kerangka karbon
dapat:
a. dioksidasi (siklus)TCA
b. digunakan untuk sintesis glukosa (gluconeogenesis)
c. digunakan untuk sintesis lemak
3. Deaminasi
a. mengeluarkan grup asam amino dari asam amino tanpa transfer
b. produksi ammonia dan -keto-acid, amonia dihilangkan melalui siklus urea, -ketoacid digunakan sebagai energi
c. katalisator: dehydratase, diperlukan pyridoxal phosphate (PLP) (B6)
Dalam keadaan kenyang, asam amino yang dibebaskan dari pencernaan protein makanan
mengalir melalui vena porta hepatica ke hati tempat asam tersebut digunakan untuk membentuk
protein, terutama protein darah, misalnya albumin serum. Kelebihan asam amino diubah menjadi
8

glukosa untuk triasilgliserol yang dikemas dan disekresikan dalam VLDL. Glukosa yang
dibentuk dari asam amino pada keadaan kenyang disimpan sebagai glikogen atau dibebaskan ke
dalam darah apabila kadar glukosa darah rendah. Asam amino yang melewati hati diubah
menjadi protein di jaringan lain.4
Selama puasa, asam amino akan dibebaskan dari protein otot. Sebagian langsung masuk
ke dalam darah. Sebagian lain mengalami oksidasi parsial dan diubah menjadi alanine dan
glutamin, yang masuk ke dalam darah (alanine juga dihasilkan dari glukosa). Di ginjal, glutamin
membebaskan ammonia ke dalam urin dan diubah menjadi alanine dan serin. Di sel usus,
glutamin diubah menjadi alanine. Alanine (asam amino glukoneogenik utama) dan asam amino
lain masuk ke dalam hati. Di hati, nitrogen pada asam-asam amino tersebut diubah menjadi urea
yang kemudian dieksresikan dalam urin, sedangkan karbon pada asam-asam amino tersebut
diubah menjadi glukosa dan badan keton, yang dioksidasi oleh berbagai jaringan untuk
menghasilkan energy.4

Metabolisme Benda Keton


Badan keton terdiri dari asetoasetat, -hidroksibutirat (3-hidroksibutirat), dan aseton,
yang merupakan produk penguraian asetoasetat. Sintesis badan keton terjadi apabila kadar asam
lemak dalam darah meningkat, yaitu selama berpuasa, kelaparan, atau akibat makanan tinggi
lemak rendah karbohidrat. Enzim untuk sintesis badan keton terutama terdapat di mitokondria
hati.4
Apabila kadar asam lemak dalam darah meningkat, asam lemak akan masuk ke dalam sel
hati. Di dalam mitokondria hati, terjadi proses oksidasi- yang menghasilkan asetil KoA,
NADH, dan ATP. Pada keadaan ini (berpuasa atau diet tinggi lemak rendah karbohidrat), rasio
glucagon/insulin tinggi, dan hati mensitesis glukosa melalui proses gluconeogenesis di dalam
sitosol. NADH yang dihasilkan oleh oksidasi- membantu mendorong oksaloasetat menjadi
malat. Dengan demikian sedikit oksaloasetat yang tersedia untuk reaksi yang dikatalisis oleh
sitrat sintase, dan terjadi penimbunan asetil KoA.4
Dua molekul asetil KoA bereaksi untuk membentuk asetoasetil KoA melalui pembalikan
reaksi tiolase (atau melalui reaksi yang dikatalisis oleh isozim tiolase pada oksidasi- ). Asetil
9

KoA lain bereaksi dengan asetoasetil KoA, menghasilkan 3-hidroksi3-metilglutaril KoA (HMGKoA) dan membebaskan koenzim A yang tidak mengalami asilasi (KoASH). Enzim yang
mengkatalisis reaksi ini adalah HMG-KoA sintetase. Enzim ini terinduksi sewaktu puasa dan
dihambat oleh salah satu produknya, KoASH. Dalam reaksi selanjutnya, HMG-KoA liase
memutuskan HMG-KoA untuk membentuk Asetil KoA dan asetoasetat.4
Asetoasetat memiliki tiga nasib. Asetoasetat dapat langsung masuk ke dalam darah atau
dapat direduksi oleh dehydrogenase dependen-NAD menjadi badan keton kedua, hidroksibutirat, yang kemudian masuk ke dalam darah. Reaksi dehydrogenase ini bersifat
reversible dengan mudah dan berfungsi untuk interkonversi kedua badan keton ini. Kedua badan
keton ini masuk ke dalam darah dan berpindah dari hati ke jaringan lain tempat keduanya
dioksidasi untuk menghasilkan energy. Nasib ketiga asetoasetat adalah dekarboksilasi spontan,
dimana terjadi reaksi nonenzimatik yang membebaskan CO2 dan menghasilkan aseton.
Metabolism aseton selanjutnya tidak segera terjadi. Karena mudah menguap, aseton keluar
melalui ekspirasi lewat paru. Rasio NADH/NAD+ menentukan jumlah relative asetoasetat dan hidroksibutirat yang dihasilkan. Manusia biasanya membentuk lebih banyak -hidroksibutirat
dari pada asetoasetat.4
Keuntungan yang diperolah dari pembentukan badan keton adalah bahwa: (a) hati
memperoleh energy yang diperlukan untuk menjalankan proses, misalnya gluconeogenesis,
dengan hanya melakukan oksidasi parsial asalam lemak dan membentuk badan keton; (b)
jaringan lain menggunakan badan keton sebagai bahan bakar, dan (c) selama kelaparan, otak
dapat mengoksidasi badan keton, menurunkan kebutuhannya akan glukosa. Akibatnya, selama
kelaparan gluconeogenesis berkurang, dan protein orot, yang menghasikan asam amino sebagai
sumber karbon untuk pembentukan glukosa di hati, dihemat.4

Hormon yang Berperan


Kadar glukosa dalam tubuh diatur oleh fungsi hormon endokrin yang disekresikan oleh
pankreas. Pankreas adalah suatu organ yang terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin. Sel
endokrin pankreas yang terbanyak adalah sel beta, tempat sintesis dan sekresi insulin, dan sel
alfa, yang menghasilkan glukagon. Sel D (delta) adalah tempat sintesis somastostatin. Sel pulau
Langerhans yang paling jarang, sel PP, mengeluarkan polipeptida.5
10

Somatostatin
Somatostatin pankreas adalah menghambat pencernaan nutrien dan mengurangi
penyerapannya. Somatostatin dikeluarkan sebagai respon terhadap peningkatan glukosa darah
dan asam amino darah selama penyerapan makanan. Dengan menimbulkan efek inhibisi,
somatostatin pankreas bekerja melalui mekanisme umpan balik negatif untuk mengerem
kecepatan pencernaan dan penyerapan makanan sehingga kadar nutrien dalam plasma tidak
berlebihan. Somatostatin pankreas juga berperan parakrin dalam mengatur sekresi hormon
pankreas. Keberadaan lokal somatostatin mengurangi sekresi insulin, glukagon, dan somatostatin
itu sendiri, tetapi makna fisiologik dari fungsi parakrin ini masih belum jelas.5
Insulin
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah serta mendorong
penyimpanan bahan-bahan tersebut. Sewaktu molekul nutrien ini masuk ke darah selama
keadaan absorptif, insulin mendorong penyerapan bahan-bahan ini oleh sel dan pengubahannya
masing-masing menjadi glikogen, trigliserida, dan protein. Insulin melaksanakan banyak
fungsinya dengan mempengaruhi transpor nutrien darah spesifik masuk ke dalam sel atau
mengubah aktivitas enzim-enzim yang berperan dalam jalur-jalur metabolik tertentu.5
Insulin memiliki empat efek yang menurunkan kadar glukosa darah dan mendorong
penyimpanan karbohidrat:
1.

Insulin mempermudah transpor glukosa ke dalam sebagian besar sel. (Mekanisme


peningkatan penyerapan glukosa ini dijelaskan setelah efek lain insulin dalam

2.

menurunkan glukosa darah dicantumkan)


Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, di otot rangka

3.
4.

dan hati.
Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa.
Insulin juga menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat
glukoneogenesis.
Karena itu, insulin mengurangi konsentrasi glukosa darah dengan mendorong penyerapan

glukosa oleh sel dari darah untuk digunakan dan disimpan, dan secara bersamaan menghambat
11

dua mekanisme pembebasan glukosa oleh hari ke dalam darah (glikogenolisis dan
glukoneogenesis). Insulin adalah satu-satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa
darah. Insulin mendorong penyerapan glukosa oleh sebagian besar sel melalui rekrutmen
pengangkut glukosa.5
Glukagon
Meskipun insulin berperan kunci dalam mengontol penyesuaian metabolik antara
keadaan absorptif dan pasca-absorptif, namun produk sekretorik sel alfa pulau Langerhans
pankreas (glukagon) juga sangat penting. Glukagon mempengaruhi banyak proses metabolik
yang juga dipengaruhi oleh insulin tetapi pada kebanyakan kasus efek glukagon adalah
berlawanan arah dengan insulin. Tempat utama kerja glukagon adalah hati. Efek keseluruhan
glukagon pada karbohidrat menyebabkan peningkatan produksi dan pelepasan glukosa oleh hati
sehingga kadar glukosa darah meningkat. Glukagon melaksanakan efek hiperglikemiknya
dengan

menurunkan

sintesis

glikogen,

mendorong

glikogenolisis,

dan

merangsang

glukoneogenesis. Peningkatan kadar glukosa darah merangsang sekresi insulin tetapi


menghambat sekresi glukagon sementara penurunan kadar glukosa darah menyebabkan
sebaliknya.5

Kesimpulan
Manusia membutuhkan energi dalam melakukan aktifitas mereka, energi tersebut mereka
dapatkan dalam berbagai sumber bahan makanan seperti karbohidrat, asam amino dan lemak.
Pada keadaan puasa di mana kadar gula dalam darah menurun sangat berpengaruh dalam
metabolisme dalam tubuh. Ketika kadar gula di darah rendah, maka proses glikogenesis akan
berkurang, sedangkan proses glikogenolisis dan glukoneogenesis akan ditingkatkan untuk
meningkatkan kadar gula dalam darah. Pemecahan asam lemak dan pembentukan badan keton
juga merupakan respon ketika kadar gula menurun. Selain itu hormon-hormon pankreas seperti
insulin, glukagon berperan dalam meningkatkan maupun menurunkan kadar gula darah. Ketika
berpuasa hormon insulin dan somatostatin akan menurun, sedangkan kadar glucagon akan
meningkat.

Daftar Pustaka
12

1. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC;
2008.h.871.
2. Campbell NA, Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV, et al.
Biology. 8th ed. San Fransisco: Pearson; 2008;h.266-9, 381-8.
3. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia harper ed.27. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2009.h.170-4,187-93,245,264-6,195-7.
4. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2005.h.359,405, 567.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.h. 7406,781-91,760-1.

13

Anda mungkin juga menyukai