Sebelum glukosa dapat dipakai oleh sel-sel jaringan tubuh, glukosa harus
ditranspor melalui membran sel jaringan masuk ke dalam sitoplasma sel. Akan tetapi,
glukosa tidak dapat berdifusi melalui pori-pori sel membran dengan mudah sebab
berat molekul maksimum partikel yang dapat berdifusi dengan mudah adalah sekitar
100, dan glukosa mempunyai berat molekul 180. Namun, glukosa dapat masuk ke
dalam sel melalui membran dengan mekanisme difusi terfasilitasi.
Oleh karena oksidasi lengkap dari 1 gram mol glukosa melepaskan energi
sebesar 686.000 kalori dan hanya 12.000 kalori yang dibutuhkan untuk membentuk 1
gram mol ATP, banyak energi yang akan terbuang percuma apabila glukosa hendak
didekomposisi sekaligus menjadi air dan karbon dioksida sewaktu membentuk hanya
satu molekul ATP. Untungnya, sel tubuh mempunyai enzim protein khusus, yang
menyebabkan molekul glukosa dipecahkan sedikit demi sedikit dalam banyak
langkah yang berurutan, yaitu energinya dilepaskan dalam paket-paket kecil untuk
membentuk satu molekul ATP pada suatu waktu, yang membentuk total 38 mol ATP
untuk setiap molekul glukosa yang dimetabolisme oleh sel. 1
Reaksi Akhir per Molekul Glukosa: Glukosa + 2ADP + 2PO4 2 Asam piruvat +
2ATP + 4H
Fosforilasi oksidatif
Segera setelah masuk ke dalam sel, glukosa bergabung dengan satu radikal
fosfat yang sesuai dengan reaksi berikut.
Glikogenesis
Glikogenolisis
Tahap berikutnya dalam degradasi molekul glukosa disebut siklus asam sitrat
(juga disebut siklus asam trikarboksilat atau siklus Krebs). Siklus ini merupakan
suatu lanjutan reaksi kimia saat gugus asetil dan asetil-KoA dipecah menjadi karbon
dioksida dan atom hidrogen. Semua reaksi ini terjadi di dalam matriks mitokondria.
Atom hidrogen yang dilepaskan kemudian akan menambah jumlah atom hidrogen
yang dioksidasi kemudian, yang akan melepaskan sejumlah besar energi untuk
membentuk ATP.
Pada tahap awal siklus asam sitrat, asetil-KoA bergabung dengan asam
oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat. Gugus koenzim A dari asetil-KoA
dilepaskan dan dapat digunakan berulang kali untuk pembentukan lebih banyak lagi
asetil-KoA dari asam piruvat. Akan tetapi, gugus asetil menjadi suatu bagian dari
molekul asam sitrat. Selama tahapan siklus asam sitrat yang berurutan berlangsung,
beberapa molekul air ditambahka. Hasil akhir keseluruhan siklus asam sitrat
menunjukkan bahwa untuk setiap molekul glukosa asal yang dimetabolisme, dua
molekul asetil-KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat bersama dengan enam molekul
air. Molekul-molekul tersebut kemudian diuraikan menjadi 4 molekul karbon
dioksida, 16 atom hidrogen, dan 2 molekul koenzim A. Dua molekul ATP dibentuk
melalui cara berikut ini.
Siklus asam sitrat tidak melepaskan energi dalam jumlah yang besar; hanya
satu dari reaksi kimia selama pengubahan asam α-ketoglutarat menjadi asam suksinat
yang membentuk satu molekul ATP. Jadi, untuk setiap molekul glukosa yang
dimetabolisme, dua molekul asetil-KoA akan melalui siklus asam sitrat, yang masing-
masing membentuk satu molekul ATP, atau total 2 molekul ATP yang terbentuk.1
Gambar: Reaksi kimia siklus asam sitrat.1
Metabolisme Lipid
Fungsi utama hati dalam metabolisme lipid adalah untuk (1) memecahkan asam
lemak menjadi senyawa kecil yang dapat dipakai untuk energi, (2) menyintesis
trigliserida, terutama dari karbohidrat tetapi juga dari protein dalam jumlah yang
lebih sedikit, dan (3) menyintesis lipid lain dari asam lemak, terutama kolesterol dan
fosfolipid.
Degradasi dan oksidasi asam lemak hanya terjadi di mitokondria. Oleh karena itu,
langkah pertama pemakaian asam lemak adalah pengangkutan asam lemak ke dalam
mitokondria. Transpor ini adalah proses yang diperantarai oleh pembawa yang
memakai karnitin sebagai zat pembawa. Begitu berada di dalam mitokondria, asam
lemak berpisah dari karnitin dan kemudian didegradasi dan dioksidasi.
Pada Persamaan 2, 3, dan 4, karbon beta (karbon kedua dani kanan) dari asil-KoA
lemak bergabung dengan satu molekul oksigen artinya, karbon beta menjadi
teroksidasi. Kemudian, pada
Metabolisme Protein
Asam Amino Unsur dasar penyusun protein adalah asam amino, dan 20 di
antaranya terdapat dalam protein tubuh dengan jumlah yang cukup banyak. rumus
kimia dari 20 asam amino ini, bahwa asam-asam amino tersebut mempunyai dua ciri
yang sama: masing-masing asam amino mempunyai satu gugus asam (—COOH) dan
satu atom nitrogen yang melekat pada molekul, biasanya berupa gugus amino (—
NH2).1
Banyak rantai peptida yang terlilit atau terlipat, dan lilitan atau lipatan
selanjutnya dipertahankan dalam bentuk spiral secara kuat atau dalam bentuk lain
oleh ikatan hidrogen yang serupa dan daya ikat lainnya.1
Banyak rantai peptida yang terlilit atau terlipat, dan lilitan atau lipatan
selanjutnya dipertahankan dalam bentuk spiral secara kuat atau dalam bentuk lain
oleh ikatan hidrogen yang serupa dan daya ikat lainnya.1
Gambar 2.1 Asam-Asam Amino. Sepuluh asam amino esensial tidak dapat disintesis
dalam jumlah yang cukup di dalam tubuh; asam amino esensial tersebut harus
diperoleh, yang sudah terbentuk, dari makanan.1
Nasib Asam Amino yang Diabsorbsi dari Saluran Pencernaan.
Transpor Aktif Asam Amino ke dalam Sel. Semua molekul asam amino
terlalu besar untuk berdifusi dengan mudah melalui pori-pori membran sel. Oleh
karena itu, asam amino dalam jumlah yang bermakna dapat bergerak ke dalam atau
ke luar melalui membran hanya dengan cara transpor terfasilitasi atau transpor aktif
yang menggunakan mekanisme pembawa (carrier). Sifat asli beberapa mekanisme
pembawa masih sangat sedikit diketahui.1
Di ginjal, berbagai asam amino dapat direabsorbsi secara aktif melalui epitel
tubulus proksimal, yang akan mengeluarkan asam amino dari filtrat glomerulus dan
mengembalikannya ke dalam darah jika asam amino tersebut harus berfiltrasi ke
dalam tubulus ginjal melalui membran glomerulus. Akan tetapi, seperti juga
mekanisme transpor aktif lain di tubulus ginjal, terdapat batas atas kecepatan untuk
setiap jenis asam amino agar dapat ditranspor. Oleh sebab itu, bila konsentrasi jenis
asam amino tertentu meningkat dan menjadi terlalu tinggi dalam plasma dan filtrat
glomerulus, kelebihan asam amino yang tidak dapat direabsorbsi secara aktif akan
dikeluarkan ke dalam urine.1
Segera setelah masuk ke dalam sel jaringan, asam amino bergabung satu sama
lain dengan ikatan peptida, sesuai petunjuk sistem RNA caraka (messenger) dan
ribosom sel, untuk membentuk protein sel. Oleh karena itu, konsentrasi asam amino
bebas dalam sel biasanya tetap rendah. Dengan demikian, penyimpanan sejumlah
besar asam amino bebas tidak terjadi dalam sel; sebaliknya, asam amino terutama
disimpan dalam bentuk protein yang sesungguhnya. Namun banyak protein intrasel
ini dapat dengan cepat dipecah kembali menjadi asam amino di bawah pengaruh
enzim pencernaan lisosom intrasel; asam amino ini selanjutnya dapat ditranspor
kembali keluar dari sel dan masuk ke dalam darah. Beberapa pengecualian untuk
keadaan yang terbalik ini adalah protein yang terdapat dalam kromosom nukleus dan
protein struktural seperti protein kolagen dan protein kontraktil otot; proteinprotein
seperti ini tidak ikut serta secara bermakna dalam proses pencernaan dan
transportasinya keluar sel yang berkebalikan. Beberapa jaringan tubuh ikut serta
dalam penyimpanan asam amino yang lebih besar dari yang lainnya. Misalnya, hati,
yang merupakan organ besar dan juga mempunyai sistem khusus untuk mengolah
asam amino, dapat menyimpan sejumlah besar protein yang dapat berubah dengan
cepat; ginjal dan mukosa usus juga dapat menyimpan protein dalam jumlah yang
lebih kecil.1
Pelepasan Asam Amino dari Sel sebagai Alat Pengaturan Konsentrasi Asam
Amino Plasma.
Setiap kali konsentrasi asam amino plasma turun di bawah nilai normal, asam
amino yang dibutuhkan tersebut akan ditranspor keluar dari sel untuk memenuhi
kebutuhannya dalam plasma. Dengan cara ini, konsentrasi plasma masing-masing
asam amino dipertahankan pada nilai yang konstan secara beralasan. Lebih lanjut
lagi, ditunjukkan bahwa berbagai hormon yang disekresi oleh kelenjar endokrin dapat
mengubah keseimbangan antara protein jaringan dan asam amino yang beredar.
Contohnya, hormon pertumbuhan dan insulin meningkatkan pembentukan protein
jaringan, sedangkan hormon glukokortikoid dari korteks adrenal meningkatkan
konsentrasi asam amino plasma.1
Tipe utama protein yang terdapat dalam plasma adalah albumin, globulin, dan
fibrinogen. Fungsi utama albumin adalah membentuk tekanan osmotik koloid di
dalam plasma, yang akan mencegah hilangnya plasma dari kapiler. Globulin
melakukan sejumlah fungsi enzimatik dalam plasma, tetapi yang sama pentingnya,
globulin terutama berperan pada imunitas alamiah tubuh dan imunitas tubuh yang
didapat untuk melawan invasi organisme. Fibrinogen berpolimerisasi menjadi pilinan
fibrin yang panjang selama proses koagulasi darah. Dengan demikian, terbentuk
bekuan darah yang akan membantu memperbaiki kebocoran sistem sirkulasi.1
Gambar 2.2 Keseimbangan yang reversibel antara protein jaringan, protein plasma,
dan asam amino plasma1
Oleh karena keseimbangan yang reversibel antara protein plasma dan protein
tubuh lainnya, salah satu pengobatan yang paling efektif untuk defisiensi protein yang
akut dan berat adalah transfusi protein plasma intravena. Dalam beberapa hari, atau
kadang-kadang dalam beberapa jam, asam amino dan protein yang diberikan akan
didistribusi ke semua sel tubuh untuk membentuk protein baru sesuai yang
diperlukan.1
Asam Amino Esensial dan Nonesensial Sepuluh dari asam amino yang dalam
keadaan normal terdapat dalam protein hewani dapat disintesis dalam sel, sedangkan
sepuluh yang lainnya tidak dapat disintesis seluruhnya atau disintesis dalam jumlah
sangat sedikit untuk menyuplai kebutuhan tubuh. Kelompok kedua asam amino yang
tidak dapat disintesis ini disebut asam amino esensial. Penggunaan istilah "esensial"
tidak berarti bahwa 10 asam amino "nonesensiar lain tidak dibutuhkan untuk
pembentukan protein, tetapi hanya menyatakan bahwa asam amino lainnya ini tidak
esensial dalam diet karena asam amino tersebut dapat disintesis dalam tubuh. Sintesis
asam amino nonesensial bergantung terutama kepada pembentukan asam a-keto yang
sesuai, yang merupakan prekursor dari masing-masing asam amino. Misalnya, asam
piruvat, yang dibentuk dalam jumlah besar selama pemecahan glikolisis dari glukosa,
adalah prekursor asam keto dan asam amino alanin. Kemudian, melalui proses
transaminasi, satu radikal amino ditransfer ke asam aketo, dan oksigen keto ditransfer
ke donor radikal amino. Perhatikan bahwa pada gambar ini,1
Radikal amino ditransfer ke asam piruvat dari zat kimia lain yang bersatu
dengan erat dengan asam amino—glutamin. Glutamin terdapat dalam jumlah besar di
jaringan, dan salah satu fungsinya yang utama adalah sebagai tempat penyimpanan
radikal amino. Selain itu, radikal amino dapat ditransfer dari asparagin, asam
glutamat, dan asam aspartat. Proses transaminasi dibantu oleh beberapa enzim, yang
di antaranya berupa aminotransferase, yang merupakan derivat piridoksin, salah satu
vitamin B (B6). Tanpa vitamin ini hanya sedikit asam amino yang disintesis, dan
pembentukan protein tidak dapat berlangsung secara normal.1
Pemakaian Protein untuk Energi Begitu sel diisi sampai batasnya dengan
protein yang tersimpan, penambahan asam amino tambahan di dalam cairan tubuh
akan dipecah dan digunakan untuk energi atau disimpan terutama sebagai lemak atau
sebagai glikogen. Pemecahan ini terjadi hampir seluruhnya di dalam hati, dan dimulai
dengan proses deaminasi, yang akan dijelaskan di bagian berikut ini.1
Deaminasi.
Deaminasi berarti pengeluaran gugus amino dari asam amino. Hal ini terjadi
terutama melalui transaminasi, yang berarti pemindahan gugus amino ke beberapa zat
akseptor, yang merupakan kebalikan dari proses transaminasi yang dijelaskan
sebelumnya dalam hubungannya dengan sintesis asam amino.1
Perhatikanlah dari skema ini bahwa gugus amino dan asam amino ditransfer
ke asam a-ketoglutarat, yang kemudian menjadi asam glutamat. Asam glutamat
kemudian dapat mentransfer gugus asam amino ke zat lainnya atau dapat
melepaskannya dalam bentuk amonia (NH3). Dalam proses kehilangan gugus amino,
asam glutamat sekali lagi menjadi asam a-ketoglutarat, sehingga siklus tersebut dapat
berlangsung berulang-ulang. Untuk memulai proses tersebut, kelebihan asam amino
di dalam sel, terutama di hati, akan menginduksi aktivasi sejumlah besar
aminotransferase, yaitu enzim yang bertanggung jawab memulai sebagian besar
proses deaminasi.1
Pembentukan Ureum oleh Hati.
Pada dasarnya, semua ureum dalam tubuh manusia disintesis di hati. Bila
tidak ada hati atau pada penyakit hati yang berat, amonia akan menumpuk dalam
darah. Keadaan ini sangat toksik, terutama terhadap otak, yang sering kali
menimbulkan keadaan yang disebut koma hepatikum. Stadium pembentukan ureum
pada dasarnya adalah sebagai berikut.1
Setelah ureum terbentuk, ureum berdifusi dari sel hati masuk ke dalam cairan
tubuh dan diekskresikan oleh ginjal.1
(2) zat tersebut dipecah oleh siklus asam sitrat dan digunakan sebagai energi dengan
cara yang sama seperti penggunaan asetil koenzim A (asetil-KoA) yang dihasilkan
dari metabolisme karbohidrat dan lemak. Secara umum, jumlah adenosin trifosfat
(ATP) yang dibentuk untuk setiap gram protein yang dioksidasi, lebih sedikit
daripada jumlah yang dibentuk untuk setiap gram glukosa yang dioksidasi.1
Bila seseorang tidak makan protein, bagian protein tertentu dari protein tubuh
akan dipecah menjadi asam amino dan kemudian dideaminasi dan dioksidasi.
Keadaan ini melibatkan 20 sampai 30 gram protein setiap harinya, yang disebut
kehilangan obligat protein. Oleh karena itu, untuk mencegah kehilangan bersih (net
loss) protein dan tubuh, seseorang harus makan sedikitnya 20 sampai 30 gram protein
setiap hari; untuk amannya, biasanya dianjurkan sedikitnya 60 sampai 75 gram.
Perbandingan berbagai asam amino dalam protein diet harus kira-kira sama dengan
perbandingannya dalam jaringan tubuh jika seluruh protein akan dipergunakan untuk
membentuk protein baru di jaringan. Jika konsentrasi salah satu jenis asam amino
esensial rendah, yang lainnya menjadi tidak berguna sebab sel menyintesis protein
sesuai prinsip gagal atau tuntas (all or none). Asam amino yang tidak berguna akan
dideaminasi dan dioksidasi. Protein yang mempunyai rasio asam amino yang berbeda
dari ratarata protein tubuh disebut protein parsial atau protein tidak lengkap, dan
protein semacam itu kurang bernilai untuk nutrisi daripada protein lengkap.1
Katabolisme Protein
(Penguraian asam amino untuk energi) berlangsung di hati. Jika sel telah
mendapatkan protein yang mencukupi kebutuhannya, setiap asam amino tambahan
akan dipakai sebagai energi atau disimpan sebagai lemak.2
a) Deaminasi, asam amino yang merupakan langkah pertama, melibatkan
pelepasan satu hidrogen dan satu gugus amino sehingga membentuk amonia
(NH3).2
b) Pembentukan urea oleh hati, amonia diubah menjadi urea melalui siklus urea
(siklus ortinin) oleh hati. Urea dieksresi oleh ginjal ke dalam urine.2
c) Oksidasi asam amino terdeaminasi, bagian asam amino nonnitrogen yang
tersisa disebut produk asam keto yang teroksidasi menjadi energi melalui
siklus asam sitrat. Beberapa jenis asam keto dapat diubah menjadi glukosa
(glukoneogenesis) atau lemak (lipogenesis).2
d) Karbohidrat dan lemak adalah cadangan protein dan dipakai tubuh sebagai
pengganti protein untuk energi. Saat kelaparan, Tubuh menggunakan
karbohidrat dan lemak baru kemudian memulai mengkatabolisme protein.2
Anabolisme Protein
a) Sintesis protein, dari asam amino berlangsung di sebagian besar sel tubuh.
Asam amino bergabung dengan ikatan peptida pada rangkaian tertentu yang
ditentukan berdasarkan pengaturan gen.2
b) Transaminasi, yang berlangsung di hati, merupakan sintesis asam amino
nonesensial melalui pengubahan jenis asam amino menjadi jenis lainnya.
Proses ini melibatkan pemindahan satu gugus amino (NH2) dari sebuah asam
amino menjadi satu asam keto sehingga terbentuk satu asam amino dan satu
asam keto baru.2
c) Asam amino esensial dan nonesensial.
Ada 9 asam amino (Fenilalanin, valin, triptofan, lisin, leusin, isoleusin,
metionin, dan histadin) yang merupakan asam amino esensial. Asam amino
tersebut tidak dapat disintesis oleh sel dan harus didapat dari makanan. 11
asam amino lainnya dapat disintesis dan disebut asam amino nonesensial.2
- Protein hewani mengandung semua semua asam amino esensial dan
disebut protein lengkap.
- Protein nabati tidak memiliki beberapa asam amino esensial dan disebut
protein tidak lengkap. Protein nabati dapat dikombinasikan dalam diet
untuk memperoleh semua asam amino esensial.2
a. Hormon tiroid
Apabila kelenjar tiroid menyekresi tiroksin dalam jumlah maksimal, laju
metabolisme kadang meningkat 50 sampai 100 persen di atas normal.
Sebaliknya, kehilangan total sekresi tiroid menurunkan kecepetan metabolik
40 sampai 60 persen dari normal.
b. Hormon seks laki-laki meningkatkan laju metabolisme
Hormon seks laki-laki (testosteron), dapat meningkatkan laju metabolisme
basal kira-kira 10 sampai 15 persen.
c. Hormon pertumbuhan meningkatkan laju metabolisme
Hormon pertumbuhan dapat meningkatkan laju metabolisme dengan
merangsang metabolisme selular dan dengan meningkatkan massa otot rangka
pada orang dewasa. Hormon pertumbuhan aka meningkatkan laju
metabolisme basal sekitar 20 persen.
d. Demam meningkatkan laju metabolisme
Demam tanpa melihat penyebabnya, meningkatkan kecepatan reaksi kimia
rata-rata 120 persen untuk setiap peningkatan temperatur 10oC.
e. Tidur menurunkan laju metabolisme
Laju metabolisme menurunkan 10 sampai 15 persen di bawah normal selama
tidur. Penurunan ini disebabkan oleh dua faktor : 1. Penurunan tonus otot
rangka selama tidur, 2. Penurunan aktivitas sistem saraf simpatis
f. Malnutrisi menurunkan laju metabolisme
Malnutrisi lama dapat menurunkan laju metabolisme 20 sampai 30 persen,
penurunan disebabkan oleh tidak adanya zat makanan yang dibutukan di
dalam sel.
a. Hormon insulin
- Insulin meningkatkan aliran glukosa ke dalam sel sehingga glukosa
dapat dipakai sebagai energi.
- Insulin mencegah penguraian mencegah penguraian lemak dalam sel-
sel adiposa melalui penghambatan enzim lipase sensitif hormon yang
mengkatalis proses hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan
gliserol.
b. Epinefrin, glukagon, hormon pertumbuhan, ACTH, dan tiroksin
- Merangsang penguraian dan pelepasan asam lemak dari simpanan
trigliserida dalam jaringan adiposa
c. Kendali Saraf
- Stimulasi Parasimpatis meningkatkan simpanan lemak
- Stimulasi simpatis mempercepat penguraian asam lemak
a. Hormon pertumbuhan
- Merangsang transpor aktif asam amino ke dalam sel, terutama sel otot,
dan merangsang sintesis protein
b. Testosteron (hormon kelamin laki-laki)
- Menstimulasi sintesis protein dan meningkatkan simpanan protein
dalam jaringan. Estrogen, hormon kelamin perempuan juga
menstimulasi sintesis protein pada derajat yang lebih kecil.
c. Hormon Tiroid
- Meningkatkan laju metabolisme semua sel dan penting untuk sintesis
protein dan pertumbuhan
d. Glukokortikoid
- Menstimulasi katabolisme protein dalam sel selain sel hati dan
meningkatkan penggunaan asam amino oleh hati dalam proses
glukoneogenesis
e. Insulin
- Meningkatkan pemasukan asam amino ke dalam sel dan menstimulasi
sintesis protein.
Daftar Putaka
1. Guyton AC. Hall JE. 2014. Buku Ajar Fisiologi dari sel ke sistem. Edisi 6.
Jakarta : EGC
2. Sloane E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC