Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Pemurah, berkat kemurahan-Nya makalah ini
dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu biokimia “Melzi Octaviani, M.Farm.,Apt ” yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Dalam makalah ini kami membahas mengenai proses glikogenesis,
glikogenolisis, dan glukoneogenesis.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah biokimia sebagai tugas
kelompok. Makalah ini dibuat sesuai tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
biokimia.

Pekanbaru , 02 Maret 2019

Kelompok 5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan dari glikolisis, glikogenolisis, dan siklus asam sitrat adalah untuk menghemat
energi sebagai ATP dari katabolisme karbohidrat. Jika sel memilikipersediaan yang cukup
ATP, maka jalur dan siklus terhambat. Dalam kondisi ATPberlebih, hati akan mencoba untuk
mengkonversi berbagai kelebihan molekul menjadiglukosa dan / atau glikogen. Glikolisis
menghasilkan dua senyawa karbohidrat beratom tiga dari satu senyawa beratom enam. Pada
proses ini terjadi sintesis ATP dari ADP +Pi.Secara umum proses ini dibagi dalam 2
tahap yakni tahap pertama glukosadiuraikan menjadi gliseraldehida 3-fosfat (proses
pemotongan rantai heksosa)dan tahapkedua gliseraldehida3-fosfat diubah menjadi 3-
fosfogliserol fosfat (reaksi penyimpananenergi.

1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa dapat mempelajari proses glikogenesis
2. Agar mahasiswa dapat mempelajari proses glikogenolisis
3. Agar mahasiswa dapat mempelajari proses glukoneogenesis

1.3 Manfaat
Makalah ini disusun dengan manfaat sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa dapat memahami proses glikogenesis
2. Agar mahasiswa dapat memahami proses glikogenolisis
3. Agar mahasiswa dapat memahami proses glukoneogenesis
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 GLIKOGENESIS
2.1.1 Pengertian
Glikogenesis merupakan tahap pertama metabolisme karbohidrat. Glikogenesis
adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi asam piruvat. Selanjutnya piruvat
dioksidasi menjadi asetil KoA. Asetil KoA masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitrat
untuk dikatabolisir menjadi energi. Proses ini akan terjadi jika kita membutuhkan anergi
untuk beraktivitas, misalnya berfikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika
glukosa melampaui kebutuhan energy, maka kelebihan glukosa akan disimpan dalam
bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis. Glikogen merupakan
bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog dengan amilum pada
tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot jarang melampaui
jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada hati, maka besarnya
simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak.

2.1.2 Tujuan Glikogenesis


Proses glikogenesis terjadi jika kita membutuhkan energi, misalnya untuk
berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika jumlah glukosa melampaui
kebutuhan, maka dirangkai menjadi glikogen untuk menambah simpanan glikogen dalam
tubuh sebagai cadangan makanan jangka pendek melalui proses glikogenesis.
Jika kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemia) glukosa akan di ubah dan di
simpan sebagai sebagai glikogen atau lemak, glikogenesis (produksi glikogen) terjadi
terutama dalam sel otot dan hati. Glikogenesis akan menurunkan kadar glukosa darah dan
proses ini di stimulasi oleh insulin yang disekresi dari pangkreas.

2.1.3 Proses Pemecahan Glikogen (Glikogenesis)


Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:
1) Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim
terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh
heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.
ATP + D-glukosa → D-glukosa 6- fosfat + ADP
2) Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan
katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami
fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible
yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat ( glukosa 1,6-bisfosfat b
ertindak sebagai koenzim).
Glukosa 6-fosfat → Glukosa 1- fosfat
Enz-P + Glukosa 1-fosfat→ Enz + Glukosa 1,6-bifosfat →Enz-P +
Glukosa 6-fosfat

3) Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk


membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh
enzim. Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase
inorganik akan menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi.

4) Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan


glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga
membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen
sintase. Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen
primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat
terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin.
UDPGlc + (C6)n  UDP + (C6)n+1
Glikogen        Glikogen
Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1-4 untuk membentuk
rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka
glikogenin tetap melekat pada pusat molekul glikogen, sedangkan di hati
terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin.

5) Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa


tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk
cabang memindahkan bagian dari rantai 1-4 (panjang minimal 6 residu
glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 1-6
sehingga membuat titik cabang pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan
tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 1-glukosil dan pembentukan cabang
selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non reduktif bertambah,
jumlah total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat sehingga akan
mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis.

Tahap-tahap perangkaian glukosa demi glukosa digambarkan pada bagan


berikut.

2.2 GLIKOGENOLISIS
2.2.1 Pengertian
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus
dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan
glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi
sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu daei
glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis
rangkaian 1-4 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat.
Dalam glikogenolisis, glikogen yang tersimpan dalam hati dan otot, pertama
dikonversi menjadi glukosa-1-fosfat dan kemudian menjadi glukosa-6-fosfat. Dua
hormon yang mengendalikan glikogenolisis adalah peptida, glukagon dari pankreas dan
epinefrin dari kelenjar adrenal. Glukagon dilepaskan dari pankreas dalam menanggapi
glukosa darah rendah dan epinefrin dilepaskan sebagai respons terhadap ancaman atau
stres. Kedua hormon ini bertindak atas enzim glikogen fosforilase untuk merangsang
untuk memulai glikogenolisis dan menghambat sintetase glikogen (glikogenesis
berhenti).
Glikogen adalah struktur polimer bercabang yang mengandung glukosa sebagai
monomer dasar. Pertama molekul glukosa individu dihidrolisa dari rantai, diikuti
dengan penambahan gugus fosfat pada C-1. Pada langkah selanjutnya fosfat tersebut akan
dipindahkan ke posisi C-6 untuk memberikan glukosa 6-fosfat, suatu senyawa
persimpangan jalan. Glukosa-6-fosfat adalah langkah pertama dari jalur glikolisis
glikogen jika adalah sumber karbohidrat dan energi yang lebih lanjut diperlukan. Jika
energi tidak segera diperlukan, glukosa-6-fosfat diubah menjadi glukosa untuk
distribusi di berbagai darah ke sel-sel seperti sel-sel otak.
Glikogenolisis berlangsung dengan jalur yang berlainan. Dengan adanya enzim
fosforilase, fosfat anorganik melepaskan sisa glukose non mereduksi ujung dalam satu
persatu untuk menghasilkan D-glukose fosfat 1-fosfat. Proses glikogenolisis merupakan
proses pemecahan glikogen yang berlangsung lewat jalan yang berbeda, tergantung
pada proses yang mempengaruhinya. Molekul glikogen menjadi lebih kecil atau lebih
besar,tetapi jarang apabila ada molekul tersebut dipecah secara sempurna. Meskipun
pada hewan, glikogen tidak pernah kosong sama sekali. Inti glikogen tetap ada untuk
bertindak sebagai aseptor bagi glikogen baru yang akan disintesis bila diperoleh cukup
persediaan karbohidrat. Sekitar 85% D-glukose 1-fosfat, sedang 15% dalam bentuk
glukose bebas. Proses pada saat makan, hati dapat menarik simpanan glikogennya
untuk memulihkan glukosa di dalam darah (glikogenolisis) atau dengan bekerja bersama
ginjal, mengkonversi metabolit non karbohidrat seperti laktat, gliserol dan asam amino
menjadi glukosa.
Upaya untuk mempertahankan glukosa dalam konsentrasi yang memadai
didalam darah sangat penting bagi beberapa jaringan tertentu, glukosa merupakan bahan
bakar yang wajib tersedia, misalnya otak dan eritrosit. Proses dimulai dengan molekul
glukosa dan diakhiri dengan terbentuknya asamlaktat. Serangkaian reaksi-reaksi dalam
proses glikolisis tersebut dinamakan jalur Embeden-Meyerhof.
Reaksi-reaksi yang berlangsung pada proses glikolisis dapat dibagi dalam dua
fase. Pada fase pertama glukosa diubah menjadi triosafosfat dengan prosesfosforilasi.
Fase kedua dimulai dari proses oksidasi triosafosfat hingga terbentuk asam laktat.
Perbedaan antara kedua fase ini terletak pada aspek energi yang berkaitan dengan
reaksi-reaksi dalam kedua fase tersebut. Terdapat tiga jalur penting yang dapat dilalui
piruvat setelah glikolisis. Pada organisme aerobik, glikolisis menyusun hanya tahap
pertama dari keseluruhan degradasi aerobik glukosa menjadi CO2 dan H2O. Piruvat
yang terbentuk kemudian dioksidasi dengan melepaskan gugus karboksilnya sebagai CO2, untuk
membentuk gugus asetil pada asetil KoA. Lalu gugus asetil dioksidasi sempurna menjadi
CO2 dan H2O oleh siklus asam sitrat, dengan melibatkan molekul oksigen. Lintas inilah
yang dilalui piruvat pada hewan aerobik sel dan tumbuhan.
Glukosa dimetabolisasi menjadi piruvat dan laktat di dalam semua sel
mamaliamelalui lintasan glikolisis. Glukosa merupakan substrat yang unik karena
glikolisis bisa terjadi dalam keadaan tanpa oksigen (anaerob), ketika produk akhir
glukosa tersebut berupa laktat. Meskipun demikian, jaringan yang dapat menggunakan
oksigen (aerob) mampu memetabolisasi piruvat menjadi asetil koenzim A, yang dapat
memasuki siklus asam sitrat untuk menjalani proses oksidasi sempurna menjadi CO2
dan H2O dengan melepasan energi bebas dalam bentuk ATP, pada proses fosforilasi
oksidatif.

2.2.2 Tujuan
Proses glikogenolisis ini di lakukan untuk mendapatkan glikogen kembali
apabila glokogen yang tidak disimpan di dalam otot dan hati t6idak cukup inti
memenuhi kebutuhan sehingga perlu adanya pemecahan glikogen yang disimpan
sebagai glikogen cadangan. Selain glukoneogenosis, untuk menjaga keseimbangan
kadar glukosa di dalam plasma darah untuk menghindari simtoma hipoglisemia. Pada
glikogenolisis, glikogen digradasi berturut-turut dengan 3 enzim, glikogen fosforilase,
glukosidase, fosfoglukomutase, menjadi glukosa. Hormon yang berperan pada lintasan
ini adalah glukagon dan adrenalin.

2.2.3 Proses Glikogenolisis


Tahap pertama penguraian glikogen adalah pembentukan glukosa 1-fosfat.
Berbeda dengan reaksi pembentukan glikogen, reaksi ini tidak melibatkan UDP-
glukosa, dan enzimnya adalah glikogen fosforilase. Selanjutnya glukosa 1-fosfat diubah
menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim yang sama seperti pada reaksi kebalikannya
(glikogenesis) yaitu fosfoglukomutase.

Tahap reaksi berikutnya adalah pembentukan glukosa dari glukosa 6-fosfat.


Berbeda dengan reaksi kebalikannya dengan glukokinase, dalam reaksi ini enzim lain,
glukosa 6-fosfatase, melepaskan gugus fosfat sehigga terbentuk glukosa. Reaksi ini
tidak menghasilkan ATP dari ADP dan fosfat.

Glukosa yang terbentuk inilah nantinya akan digunakan oleh sel untuk
respirasi sehingga menghasilkan energi, yang energi itu terekam / tersimpan
dalam bentuk ATP

2.3 GLUKOGENEOLISIS
2.3.1 Pengertian
Glukogeneolisis terjadi sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka
tubuh akan menggunakan lamak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tidak tersedia,
barulah memecah protein menjadi energi yang sesungguhnya protein berperan pokok
sebagai pembangun tubuh.
Pada dasarnya glukoneogenesis adalah sintesis glukosa dari senyawa bukan
karbohidrat, misalnya asam laktat dan beberapa asam amino. Proses glukoneogenesis
berlangsung terutama dalam hati. Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis dapat
dibawa oleh darah ke hati. Di sini asam laktat diubah menjadi glukosa kembali melalui
serangkaian reaksi dalam suatu proses yaitu glukoneogenesis (pembentukan gula baru).

2.3.2 Tujuan
Menyediakan glukosa yang bersumber dari lemak maupun protein karena
ketidak tersediaan karbohidrat.

2.3.3 Proses Glukogeneolisis


Glukoneogenesis yang dilakukan oleh hati atau ginjal, menyediakan suplai
glukosa yang tetap. Kebanyakan karbon yang digunakan untuk sintesis glukosa
akhirnya berasal dari katabolisme asam amino. Laktat yang dihasilkan dalam sel darah
merah dan otot dalam keadaan anaerobik juga dapat berperan sebagai substrat untuk
glukoneogenesis. Glukoneogenesis mempunyai banyak enzim yang sama dengan
glikolisis, tetapi demi alasan termodinamika dan pengaturan, glukoneogenesis bukan
kebalikan dari proses glikolisis karena ada tiga tahap reaksi dalam glikolisis yang tidak
reversibel, artinya diperlukan enzim lain untuk reaksi kebalikannya.
Glukokinase
Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak reversible tersebut, maka proses
glukoneogenesis berlangsung melalui tahap reaksi lain yakni melalu 4 tahapan reaksi dengan
enzim yang berbeda.

- Perubahan piruvat menjadi fosfoenolpiruvat

Fosfoenolpiruvat dibentuk dari piruvat melalui oksaloasetat. Mula-mula piruvat mengalami


karboksilasi menjadi oksaloasetat dengan menggunakan satu ATP. Pengubahan piruvat
menjadi oksaloasetat, dikatalisis oleh enzim piruvat karboksilase.

Piruvat + CO2 + ATP + H2O        →          Oksaloasetat + ADP + Pi + 2H+

Oksaloasetat pada reaksi di atas terdapat pada mitokondria dan harus dikeluarkan menuju
sitoplasma. Namun molekul tersebut tidak dapat melalui membran mitokondria sebeum
diubah menjadi malat. Jadi oksaloasetat akan diubah menjadi malat agar dapat keluar menuju
sitoplasma dan akan segera diubah kembali menjadi oksaloasetat. Pengubahan oksaloasetat
menjadi malat, dikatalisis oleh enzim malat dehidrogenase. Kemudian malat keluar dari
mitokondria menuju sitoplasma. Di sitoplasma, malat diubah manjadi oksaloasetat kembali
yang dikatalisis oleh enzim malat dehidrogenase.

Selanjutnya Oksaloasetat serentak mengalami dekarboksilasi dan fosforilasi yang dikatalisis


oleh enzim phospoenolpiruvat karboksilase menghasilkan phospoenolpiruvat.

Oksaloasetat + GTP        →         fosfoenolpiruvat + GDP + CO2

- Perubahan Fosfoenolpiruvat menjadi Fruktosa 1,6-bisfosfat

Langkah glukoneogenesis selanjutnya berlangsung di dalam sitosol. Fosfoenolpiruvat


membalikkan langkah pada glikolisis untuk membentuk gliserildehida3-fosfat yang terbentuk,
1 di ubah menjdi dihidroksi aseton fosfat (DHAP). Kedua triosa fosfatni, DHAP dan
gliserildehida3-fosfat, berkondenssi membentuk fruktosa1,6-bisfosfat melalui kebalikan dari
reaksi aldolase. Karena membentuk DHAP, gliserol masuk ke dalam jalur glukoneogeneis
pada tahap ini.

- Perubahan Fruktosa1,6-bisfosfat menjdi fruktosa 6-fosfat

Fruktosa 6-fosfat dibentuk dari Fruktosa1,6-bisfosfat dengan cara hidrolisis fosfat pada C-1
yang dikatalis oleh enzim Fruktosa1,6-bisfosfatase.

Fruktosa1,6-bisfosfat + H2O       →         fruktosa 6-fosfat + Pi

- Perubahan Glukosa 6-Fosfat menjadi Glukosa

Glukosa dibentuk dengan cara hidrolisis glukosa 6-Fosfat pada reaksi yang dikatalis oleh
Glukosa 6-Fosfatase.

Glukosa 6-Fosfatase + H2O       →         Glukosa + Pi

Tahap akhir pembentukan glukosa ini tidak berlangsung dalam sitosol. Melainkan glukosa 6-
Fosfat diangkut ke dalam lumen retikulum endoplasma dan disitu dihidrolisis oleh glukosa 6-
Fosfatase, suatu enzim yang terikat pada membran. Untuk aktivitasnya, fosfatase perlu
distabilkan oleh suatu protein pengikat Ca2+ . glukosa dan Pi kemudian diangkut kembali ke
sitosol oleh sepasang pengangkut ( ”trans-porter”).

Berikut bagan alir dari proses glukoneogenesis


2.2.4 Pengaturan Glukoneogenesi
Hati dapat membuat glukosa melalui glukoneogenesis dan menggunakan
glukosa melalui glikolisis sehingga harus ada suatu sistem pengaturan yang mencegah
agar kedua lintasan ini bekerja serentak.Sistem pengaturan juga harus menjamin bahwa
aktivitas metabolik hati sesuai dengan status gizi tubuh yaitu pembentukan glukosa
selama puasa dan menggunakan glukosa saat glukosa banyak. Aktivitas
glukoneogenesis dan glikolisis diatur secara terkoordinasi dengan cara perubahan
jumlah relatif glukagon dan insulin dalam sirkulasi.
Bila kadar glukosa dan insulin darah turun, asam lemak dimobilisasi dari
cadangan jaringan adipose dan aktivitas -oksidasi dalam hati meningkat. Hal ini
mengakibatkan peningkatan konsentrasi asam lemak dan asetil-KoA dalam hati. Karena
asam amino secara serentak dimobilisasi dari otot, maka juga terjadi peningkatan kadar
asam amino terutama alanin. Asam amino hati diubah menjadi piruvat dan substrat lain
glukoneogenesis. Peningkatan kadar asam lemak, alanin, dan asetil-KoA semuanya
memegang peranan mengarahkan substrat masuk ke glukoneogenesis dan mencegah
penggunaannya oleh siklus asam sitrat. Asetil-KoA secara alosterik mengaktifkan
piruvat karboksilase dan menghambat piruvat dehidrogenase. Oleh karena itu,
menjamin bahwa piruvat akan diubah menjadi oksaloasetat. Piruvat kinase dihambat
oleh asam lemak dan alanin, jadi menghambat pemecahan PEP yang baru terbentuk
menjadi piruvat.
Pengaturan hormonal fosfofruktokinase dan fruktosa-1,6-bisfosfatase
diperantarai oleh senyawa yang baru ditemukan yaitu fruktosa 2,6-bisfosfat.
Pembentukan dan pemecahan senyawa pengatur ini dikatalisis oleh enzim-enzim yang
diatur oleh fosforilasi dan defosforilasi. Perubahan konsentrasi fruktosa-2,6-bisfosfat
sejajar dengan perubahan untuk glukosa dan insulin yaitu konsentrasinya meningkat bila
glukosa banyak dan berkurang bila glukosa langka. Fruktosa-2,6- bisfosfat secara
alosterik mengaktifkan fosfofruktokinase dan menghambat fruktosa 1,6-bisfosfatase.
Jadi, bila glukosa banyak maka glikolisis aktif dan glukoneogenesis dihambat. Bila
kadar glukosa turun, peningkaan glukagon mengakibatkan penurunan konsentrasi
fruktosa-2,6-bisfosfat dan penghambatan yang sederajat pada glikolisis dan pengaktifan
glukoneogenesis.
Proses glukoneogenesis dapat digambarkan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Glikogenesis adalah lintasan metabolisme yang mengkonversi glukosa menjadi glikogen
untuk disimpan di dalam hati. Lintasan ini diaktivasi didalam hati, oleh hormon
insulin sebagai respon terhadap rasio gula darah yang meningkat, misalnya karena kandungan
karbohidrat setelah makan
- Dalam glikogenolisis,glikogen yang tersimpan dalam hati dan otot, pertama dikonversi
menjadi glukosa-1-fosfat dan kemudian menjadi glukosa-6-fosfat. Glukosa-6-fosfat
adalah langkah pertama dari jalur glikolisis glikogen jika adalah sumber karbohidrat
dan energi yang lebih lanjut diperlukan. Jika energi tidak segera diperlukan, glukosa-
6-fosfat diubah menjadi glukosa untuk distribusi di berbagai darah ke sel-sel seperti
sel-sel otak.
- Proses glikogenolisis merupakan proses pemecahan glikogen yang berlangsung lewat
jalan yang berbeda, tergantung pada proses yang mempengaruhinya.
- Glukoneogenesis adalah proses sintesis glukosa dari non-karbohidrat sumber. Titik
awal glukoneogenesis adalah asam piruvat, meskipun asam oksaloasetat dan fosfat
dihidroksi aseton juga menyediakan titik masuk.Asam laktat, beberapa asam amino
dari protein dan gliserol dari lemak dapat diubah menjadi glukosa.
Daftar Pustaka

Asti, Surahma dan Wahyuni. 2013. Biokimia. Pustaka Kesehatan, Yogyakarta

Anonim. 2012. Metabolisme Kimia. [online] diakses pada tanggal 1 April 2015  di
old.analytical.chem.itb.ac.id/…/Narasi_Slide_Metabolisme_Kimia.doc

Anonim. 2013. Glikogenesis, Glikogenolisis, dan Glukoneogenesis. [online] diakses pada


tanggal 1 April 2016 di www.edubio.info.

Anonim. 2016. glukoneogenesis-p4. [online] diakses pada tanggal 18 April 2016 di


www.slideshare.net/mobile/SyarifHidayat17/glukoneogenesis-p4

Ethel Sloane. 2003, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula, EGC, Jakarta

Joyce james. 2006, Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan, Erlangga, Jakarta

Kirana. 2013. Biokimia Metabolisme Karbohidrat. [online] diakses pada tanggal 2 April  2016
di www.kirana.blog.com/2013/04/21/biokimia-_metabolisme-karbohidrat.com

Lehninger, A. L. 1982. Principles Of Biochemistry Fourth Edition.  U.S.A : W.H. Freeman.

Poedjiadi, Anna. 2012. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.

Pudjaatmaka,A Hadyana. 2002, Kamus Kimia, Balai pustaka, Jakarta.

Rahayu, RD. 2013. Makalah Biokimia Proses Glikogenesis, Glikogenolisis, Dan


Glukoneogenesis. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kesehatan Masyarakat Ilmu
Kesehatan Masyarakat.

Sari, Indah M. 2007. Reaksi-Reaksi Biokimia Sebagai Sumber Glukosa Darah. Fakultas
Kedokteran Sumatera Utara.

Stryer, Lubert. 2000. Biokimia Volume 2 Edisi 4 (diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Bagian
Biokimia FKUI). Jakarta : EGC.

Wakianto, et al.  2007. Glukoneogenesis, Glikogenolisis, Glikogenesis. Program Studi


Kedokteran Umum Universitas Mulawarman Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai