Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Pemurah, berkat kemurahan-Nya makalah ini
dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu biokimia “Melzi Octaviani, M.Farm.,Apt ” yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Dalam makalah ini kami membahas mengenai proses glikogenesis,
glikogenolisis, dan glukoneogenesis.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah biokimia sebagai tugas
kelompok. Makalah ini dibuat sesuai tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
biokimia.
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa dapat mempelajari proses glikogenesis
2. Agar mahasiswa dapat mempelajari proses glikogenolisis
3. Agar mahasiswa dapat mempelajari proses glukoneogenesis
1.3 Manfaat
Makalah ini disusun dengan manfaat sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa dapat memahami proses glikogenesis
2. Agar mahasiswa dapat memahami proses glikogenolisis
3. Agar mahasiswa dapat memahami proses glukoneogenesis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 GLIKOGENESIS
2.1.1 Pengertian
Glikogenesis merupakan tahap pertama metabolisme karbohidrat. Glikogenesis
adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi asam piruvat. Selanjutnya piruvat
dioksidasi menjadi asetil KoA. Asetil KoA masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitrat
untuk dikatabolisir menjadi energi. Proses ini akan terjadi jika kita membutuhkan anergi
untuk beraktivitas, misalnya berfikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika
glukosa melampaui kebutuhan energy, maka kelebihan glukosa akan disimpan dalam
bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis. Glikogen merupakan
bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog dengan amilum pada
tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot jarang melampaui
jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada hati, maka besarnya
simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak.
2.2 GLIKOGENOLISIS
2.2.1 Pengertian
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus
dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan
glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi
sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu daei
glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis
rangkaian 1-4 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat.
Dalam glikogenolisis, glikogen yang tersimpan dalam hati dan otot, pertama
dikonversi menjadi glukosa-1-fosfat dan kemudian menjadi glukosa-6-fosfat. Dua
hormon yang mengendalikan glikogenolisis adalah peptida, glukagon dari pankreas dan
epinefrin dari kelenjar adrenal. Glukagon dilepaskan dari pankreas dalam menanggapi
glukosa darah rendah dan epinefrin dilepaskan sebagai respons terhadap ancaman atau
stres. Kedua hormon ini bertindak atas enzim glikogen fosforilase untuk merangsang
untuk memulai glikogenolisis dan menghambat sintetase glikogen (glikogenesis
berhenti).
Glikogen adalah struktur polimer bercabang yang mengandung glukosa sebagai
monomer dasar. Pertama molekul glukosa individu dihidrolisa dari rantai, diikuti
dengan penambahan gugus fosfat pada C-1. Pada langkah selanjutnya fosfat tersebut akan
dipindahkan ke posisi C-6 untuk memberikan glukosa 6-fosfat, suatu senyawa
persimpangan jalan. Glukosa-6-fosfat adalah langkah pertama dari jalur glikolisis
glikogen jika adalah sumber karbohidrat dan energi yang lebih lanjut diperlukan. Jika
energi tidak segera diperlukan, glukosa-6-fosfat diubah menjadi glukosa untuk
distribusi di berbagai darah ke sel-sel seperti sel-sel otak.
Glikogenolisis berlangsung dengan jalur yang berlainan. Dengan adanya enzim
fosforilase, fosfat anorganik melepaskan sisa glukose non mereduksi ujung dalam satu
persatu untuk menghasilkan D-glukose fosfat 1-fosfat. Proses glikogenolisis merupakan
proses pemecahan glikogen yang berlangsung lewat jalan yang berbeda, tergantung
pada proses yang mempengaruhinya. Molekul glikogen menjadi lebih kecil atau lebih
besar,tetapi jarang apabila ada molekul tersebut dipecah secara sempurna. Meskipun
pada hewan, glikogen tidak pernah kosong sama sekali. Inti glikogen tetap ada untuk
bertindak sebagai aseptor bagi glikogen baru yang akan disintesis bila diperoleh cukup
persediaan karbohidrat. Sekitar 85% D-glukose 1-fosfat, sedang 15% dalam bentuk
glukose bebas. Proses pada saat makan, hati dapat menarik simpanan glikogennya
untuk memulihkan glukosa di dalam darah (glikogenolisis) atau dengan bekerja bersama
ginjal, mengkonversi metabolit non karbohidrat seperti laktat, gliserol dan asam amino
menjadi glukosa.
Upaya untuk mempertahankan glukosa dalam konsentrasi yang memadai
didalam darah sangat penting bagi beberapa jaringan tertentu, glukosa merupakan bahan
bakar yang wajib tersedia, misalnya otak dan eritrosit. Proses dimulai dengan molekul
glukosa dan diakhiri dengan terbentuknya asamlaktat. Serangkaian reaksi-reaksi dalam
proses glikolisis tersebut dinamakan jalur Embeden-Meyerhof.
Reaksi-reaksi yang berlangsung pada proses glikolisis dapat dibagi dalam dua
fase. Pada fase pertama glukosa diubah menjadi triosafosfat dengan prosesfosforilasi.
Fase kedua dimulai dari proses oksidasi triosafosfat hingga terbentuk asam laktat.
Perbedaan antara kedua fase ini terletak pada aspek energi yang berkaitan dengan
reaksi-reaksi dalam kedua fase tersebut. Terdapat tiga jalur penting yang dapat dilalui
piruvat setelah glikolisis. Pada organisme aerobik, glikolisis menyusun hanya tahap
pertama dari keseluruhan degradasi aerobik glukosa menjadi CO2 dan H2O. Piruvat
yang terbentuk kemudian dioksidasi dengan melepaskan gugus karboksilnya sebagai CO2, untuk
membentuk gugus asetil pada asetil KoA. Lalu gugus asetil dioksidasi sempurna menjadi
CO2 dan H2O oleh siklus asam sitrat, dengan melibatkan molekul oksigen. Lintas inilah
yang dilalui piruvat pada hewan aerobik sel dan tumbuhan.
Glukosa dimetabolisasi menjadi piruvat dan laktat di dalam semua sel
mamaliamelalui lintasan glikolisis. Glukosa merupakan substrat yang unik karena
glikolisis bisa terjadi dalam keadaan tanpa oksigen (anaerob), ketika produk akhir
glukosa tersebut berupa laktat. Meskipun demikian, jaringan yang dapat menggunakan
oksigen (aerob) mampu memetabolisasi piruvat menjadi asetil koenzim A, yang dapat
memasuki siklus asam sitrat untuk menjalani proses oksidasi sempurna menjadi CO2
dan H2O dengan melepasan energi bebas dalam bentuk ATP, pada proses fosforilasi
oksidatif.
2.2.2 Tujuan
Proses glikogenolisis ini di lakukan untuk mendapatkan glikogen kembali
apabila glokogen yang tidak disimpan di dalam otot dan hati t6idak cukup inti
memenuhi kebutuhan sehingga perlu adanya pemecahan glikogen yang disimpan
sebagai glikogen cadangan. Selain glukoneogenosis, untuk menjaga keseimbangan
kadar glukosa di dalam plasma darah untuk menghindari simtoma hipoglisemia. Pada
glikogenolisis, glikogen digradasi berturut-turut dengan 3 enzim, glikogen fosforilase,
glukosidase, fosfoglukomutase, menjadi glukosa. Hormon yang berperan pada lintasan
ini adalah glukagon dan adrenalin.
Glukosa yang terbentuk inilah nantinya akan digunakan oleh sel untuk
respirasi sehingga menghasilkan energi, yang energi itu terekam / tersimpan
dalam bentuk ATP
2.3 GLUKOGENEOLISIS
2.3.1 Pengertian
Glukogeneolisis terjadi sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka
tubuh akan menggunakan lamak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tidak tersedia,
barulah memecah protein menjadi energi yang sesungguhnya protein berperan pokok
sebagai pembangun tubuh.
Pada dasarnya glukoneogenesis adalah sintesis glukosa dari senyawa bukan
karbohidrat, misalnya asam laktat dan beberapa asam amino. Proses glukoneogenesis
berlangsung terutama dalam hati. Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis dapat
dibawa oleh darah ke hati. Di sini asam laktat diubah menjadi glukosa kembali melalui
serangkaian reaksi dalam suatu proses yaitu glukoneogenesis (pembentukan gula baru).
2.3.2 Tujuan
Menyediakan glukosa yang bersumber dari lemak maupun protein karena
ketidak tersediaan karbohidrat.
Oksaloasetat pada reaksi di atas terdapat pada mitokondria dan harus dikeluarkan menuju
sitoplasma. Namun molekul tersebut tidak dapat melalui membran mitokondria sebeum
diubah menjadi malat. Jadi oksaloasetat akan diubah menjadi malat agar dapat keluar menuju
sitoplasma dan akan segera diubah kembali menjadi oksaloasetat. Pengubahan oksaloasetat
menjadi malat, dikatalisis oleh enzim malat dehidrogenase. Kemudian malat keluar dari
mitokondria menuju sitoplasma. Di sitoplasma, malat diubah manjadi oksaloasetat kembali
yang dikatalisis oleh enzim malat dehidrogenase.
Fruktosa 6-fosfat dibentuk dari Fruktosa1,6-bisfosfat dengan cara hidrolisis fosfat pada C-1
yang dikatalis oleh enzim Fruktosa1,6-bisfosfatase.
Glukosa dibentuk dengan cara hidrolisis glukosa 6-Fosfat pada reaksi yang dikatalis oleh
Glukosa 6-Fosfatase.
Tahap akhir pembentukan glukosa ini tidak berlangsung dalam sitosol. Melainkan glukosa 6-
Fosfat diangkut ke dalam lumen retikulum endoplasma dan disitu dihidrolisis oleh glukosa 6-
Fosfatase, suatu enzim yang terikat pada membran. Untuk aktivitasnya, fosfatase perlu
distabilkan oleh suatu protein pengikat Ca2+ . glukosa dan Pi kemudian diangkut kembali ke
sitosol oleh sepasang pengangkut ( ”trans-porter”).
Anonim. 2012. Metabolisme Kimia. [online] diakses pada tanggal 1 April 2015 di
old.analytical.chem.itb.ac.id/…/Narasi_Slide_Metabolisme_Kimia.doc
Ethel Sloane. 2003, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula, EGC, Jakarta
Kirana. 2013. Biokimia Metabolisme Karbohidrat. [online] diakses pada tanggal 2 April 2016
di www.kirana.blog.com/2013/04/21/biokimia-_metabolisme-karbohidrat.com
Sari, Indah M. 2007. Reaksi-Reaksi Biokimia Sebagai Sumber Glukosa Darah. Fakultas
Kedokteran Sumatera Utara.
Stryer, Lubert. 2000. Biokimia Volume 2 Edisi 4 (diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Bagian
Biokimia FKUI). Jakarta : EGC.