Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbohidrat adalah komponen dalam makanan yang merupakan sumber
energi yang utama bagi organisme hidup. Dalam makanan kita, karbohidrat
terdapat sebagai polisakarida yang dibuat dalam tumbuhan dengan cara
fotosintesis. Tumbuhan merupakan gudang yang menyimpan karbohidrat
dalam bentuk amilum dan selulosa. Amilum digunakan oleh hewan dan
manusia apabila ada kebutuhan untuk memproduksi energi. Disamping
dalam tumbuhan, dalam tubuh hewan dan manusia juga terdapat karbohidrat
yang merupakan sumber energi, yaitu glikogen.

Pada proses pencernaan makanan, karbohidrat mengalami proses hidrolisis,


baik dalam mulut, lambung maupun usus. Hasil akhir proses pencernaan
karbohidrat ini adalah glukosa, fruktosa, galaktosa dan manosa serta
monosakarida lainnya. Senyawa-senyawa ini kemudian diabsorbsi melalui
dinding usus dan dibawa ke hati oleh darah.

Dalam sel-sel tubuh, karbohidrat mengalami berbagai proses kimia. Proses


inilah yang mempunyai peranan penting dalam tubuh kita. Reaksi-reaksi
kimia yang terjadi dalam sel ini tidak berdiri sendiri tetapi saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Sebagai contoh apabila banyak
glukosa yang teroksidasi untuk memproduksi energi, maka glikogen dalam
hati akan mengalami proses hidrolisis untuk membentuk glukosa.
Sebaliknya, apabila suatu reaksi tertentu menghasilkan produk yang
berlebihan, maka ada reaksi lain yang dapat menghambat produksi tersebut.
Dalam hubungan antar reaksi-reaksi ini enzim-enzim mempunyai peranan
sebagai pengatur atau pengendali. Proses kimia yang terjadi dalam sel ini
disebut metabolisme. Jadi metabolisme karbohidrat mencakup reaksi-reaksi
monosakarida, terutama glukosa.

1
BAB II
ISI

2.1 Glikogenesis, Glikogenolisis, dan Glukoneogenesis


Glikogenesis merupakan proses pembentukan glikogen dari glukosa
kemudian disimpan dalam hati dan otot. Pada proses ini, lintasan
metabolisme yang mengkonversi glukosa menjadi glikogen akan diaktivasi
di dalam hati, oleh hormon insulin sebagai respon terhadap rasio gula darah
yang meningkat, misalnya karena kandungan karbohidrat setelah
makan atau teraktivasi pada akhir siklus Cori.

Glikogenesis adalah sintesis protein dari glukosa, seperti yang di temukan


pada otot, tempat glukosa di simpan sebagai glikogen.

Glikogenesis adalah proses pembentukan glikogen dari glukosa kemudian


disimpan dalam hati dan otot. Glikogen merupakan bentuk simpanan
karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog dengan amilum pada
tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot

2
jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih
besar daripada hati, maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa mencapai
tiga sampai empat kali lebih banyak.

Glikogen bentuk penyimpanan glukosa adalah polisakarida glukosa


bercabang yang terdiri dari rantai-rantai unit glukosil yang disatukan oleh
ikatan -1,4 dengan cabang -1,6 di setiap 8-10 residu.

Dalam molekul dengan struktur bercabang cabang lebat ini, hanya satu
residu glukosil yang memiliki sebuah karbon anomerik yang tidak terkait ke
residu glukosa lainnya. Karbon anomerik di awal rantai melekat ke protein
glikogenin. Ujung lain pada rantai itu disebut ujung nonpereduksi. Struktur
yang bercabang-cabang ini memungkinkan penguraian dan sintesis glikogen
secara cepat karena enzim dapat bekerja pada beberapa rantai sekaligus dari
ujung-ujung nonpereduksi.

Glikogen terdapat dalam jaringan sebagai polimer berberat molekul sangat


besar (107-108) yang bersatu dalam partikel glikogen. Enzim yang berperan
dalam sintesis dan penguraian glikogen dan sebagai enzim pengatur, terikat
ke permukaan partikel glikogen.

Glikogen terurai terutama menjadi glukosa 1-fosfat yang kemudian diubah


menjadi glukosa 6-fosfat. Di otot rangka dan jenis sel lain, glukosa 6-fosfat
masuk ke dalam jalur glikolitik. Glikogen adalah sumber bahan bakar yang
sangat penting untuk otot rangka saat kebutuhan akan ATP meningkat dan
saat glukosa 6-fosfat digunakan secara cepat dalam glikolisis anaerobik.

Di hati berlainan dengan di otot rangka dan jaringan lainnya. Glikogen hati
merupakan sumber glukosa yang pertama dan segera untuk
mempertahankan kadar glukosa darah. Di hati, glukosa 6-fosfat yang
dihasilkan dari penguraian glikogen dihidolisis menjadi glukosa oleh
glukosa 6-fosfatase, suatu enzim yang hanya terdapat di hati dan ginjal.
Dengan demikian, penguraian glikogen merupakan sumber glukosa darah
yang dimobilisasi dengan cepat pada waktu glukosa dalam makanan

3
berkurang atau pada waktu olahraga dimana terjadi peningkatan
penggunaan glukosa oleh otot.

Glikogen otot adalah sumber heksosa untuk proses glikolisis di dalam otot
itu sendiri. Sedangkan glikogen hati adalah simpanan sumber heksosa untuk
dikirim keluar guna mempertahankan kadar glukosa darah, khususnya di
antara waktu makan. Setelah 12-18 jam puasa, hampir semua simpanan
glikogen hati terkuras. Tetapi glikogen otot hanya terkuras setelah seseorang
melakukan olahraga yang berat dan lama
Proses glikogenesis terjadi jika kita membutuhkan energi, misalnya untuk
berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika jumlah glukosa
melampaui kebutuhan, maka dirangkai menjadi glikogen untuk menambah
simpanan glikogen dalam tubuh sebagai cadangan makanan jangka
pendekmelalui proses glikogenesis.

Jika kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemia) glukosa akan di ubah


dan di simpan sebagai sebagai glikogen atau lemak, glikogenesis (produksi
glikogen) terjadi terutama dalam sel otot dan hati. Glikogenesis akan
menurunkan kadar glukosa darah dan proses ini di stimulasi oleh insulin
yang disekresi dari pangkreas.

Pada hati, glikogenesis berfungsi untuk mempertahankan kadar gula darah


sedangkan pada otot bertujuan untuk kepentingan otot sendiri dalam
membutuhkan energi. Proses Glikogenesis terjadi apabila jumlah glukosa
(dari makanan) yang masuk kedalam tubuh terlalu berlebih maka glukosa
tersebut akan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Proses terjadinya
glikogenesis :

1. Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang


lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir
oleh heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.

2. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan


bantuan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan
mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam
reaksi reversible yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat.

4
Enz-P + Glukosa 6-fosfat Enz + Glukosa 1,6-bifosfat Enz-P +
Glukosa 1-fosfat
3. Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP)
untuk membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini
dikatalisir oleh enzim UDPGlc pirofosforilase.

UTP + Glukosa 1-fosfat UDPGlc + PPi

4. Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase


inorganik akan menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi.

5. Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan


glikosidik dengan atom C4pada residu glukosa terminal glikogen,
sehingga membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim
glikogen sintase. Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya
(disebut glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen
primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal
sebagai glikogenin.

UDPGlc + (C6)n UDP + (C6)n+1

6. Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 14 untuk


membentuk rantai pendek yang diaktifkan oleh
glikogen sintase.Pada otot rangka glikogenin tetap melekat pada pusat
molekul glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah molekul glikogen
yang melebihi jumlah molekul glikogenin.

7. Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan


glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka
enzim pembentuk cabang memindahkan bagian dari rantai 14 (panjang
minimal 6 residu glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk
membentuk rangkaian 16 sehingga membuat titik cabang pada
molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan
lebih lanjut 1 glukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah
jumlah residu terminal yang non reduktif bertambah, jumlah total tapak

5
reaktif dalam molekul akan meningkat sehingga akan mempercepat
glikogenesis maupun glikogenolisis.

Tampak bahwa setiap penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh


enzim glikogen sintase. Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier dapat
putus dari glikogen induknya dan berpindah tempat untuk
membentuk cabang.Enzim yang berperan dalam tahap ini adalah enzim
pembentuk cabang (branching enzyme).

Gambar 2.1 Tahap Glikogenesis

6
Glikogenolisis merupakan reaksi pemecahan molekul glikogen menjadi
molekul glukosa. Proses ini terjadi apabila tubuh membutuhkan glukosa,
untuk digunakan lebih lanjut dalam proses glikolisis. Glikogenolisis juga
dapat berarti lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh, selain
glukoneogenosis untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di
dalam plasma darah untuk menghindari simtoma hipoglisemia. Jika glukosa
dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah
untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan
glikogenolisis.

Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi


sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi
satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk
proses fosforolisis rangkaian 14 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-
fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen
dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa
yang tersisa pada tiap sisi cabang 16.

(C6)n + Pi (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat

Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit


trisakarida dari satu cabang ke cabang lainnya sehingga membuat titik
cabang 16 terpajan. Hidrolisis ikatan 16 memerlukan kerja enzim enzim
pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik. Dengan pemutusan
cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat
berlangsung. Berikut tahap-tahap glikogenolisis :

1. Tahap pertama penguraian glikogen adalah pembentukan glukosa 1-


fosfat. Berbeda dengan reaksi pembentukan glikogen, reaksi ini tidak
melibatkan UDP-glukosa, dan enzimnya adalah glikogen fosforilase.
Selanjutnya glukosa 1-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh
enzim yang sama seperti pada reaksi kebalikannya (glikogenesis) yaitu
fosfoglukomutase.

7
2. Tahap reaksi berikutnya adalah pembentukan glukosa dari glukosa 6-
fosfat. Berbeda dengan reaksi kebalikannya dengan glukokinase, dalam
reaksi ini enzim lain, glukosa 6-fosfatase, melepaskan gugus fosfat
sehigga terbentuk glukosa. Reaksi ini tidak menghasilkan ATP dari
ADP dan fosfat.

3. Glukosa yang terbentuk inilah nantinya akan digunakan oleh sel untuk
respirasi sehingga menghasilkan energi, yang energi itu terekam /
tersimpan dalam bentuk ATP

Gambar 2.2 Tahap Glikogenolisis

Glukoneogenesis adalah proses sintesis (pembentukan) glukosa dari sumber


bukan karbohidrat. Molekul yang umum sebagai bahan baku glukosa adalah

8
asam piruvat, namun oxaloasetat dan dihidroxiaseton fosfat dapat juga
menjalani proses glukoneogenesis. Asam laktat, beberapa asam amino dan
gliserol dapat dikonversi menjadi glukosa. Glukoneogenesis hampir mirip
dengan glikolisis dengan proses yang dibalik, hanya beberapa tahapan yang
membedakannya dengan glikolisis. ATP dibutuhkan dalam tahapan
glukoneogenesis.

Glukoneogenesis terjadi terutama dalam hati dan dalam jumlah sedikit


terjadi pada korteks ginjal. Sangat sedikit glukoneogenesis terjadi di otak,
otot rangka, otot jantung dan beberapa jaringan lainnya. Umumnya
glukoneogenesis terjadi pada organ-organ yang membutuhkan glukosa
dalam jumlah banyak. Glukoneogenesis terjadi di hati untuk menjaga kadar
glukosa darah agar tetap dalam kondisi normal.

Glukoneogenesis mempunyai banyak enzim yang sama dengan glikolisis,


tetapi demi alasan termodinamika dan pengaturan, glukoneogenesis bukan
kebalikan dari proses glikolisis karena ada tiga tahap reaksi dalam glikolisis
yang tidak reversibel, artinya diperlukan enzim lain untuk reaksi
kebalikannya.

Glukokinase
1. Glukosa + ATP Glukosa-6-fosfat + ADP

Fosfofruktokinase
2. Fruktosa-6-fosfat + ATP fruktosa-1,6-difosfat + ADP

Piruvatkinase
3. Fosfenol piruvat + ADP asam piruvat + ATP

9
Gambar 2.3 Tahap Glukoneogenesis

Enzim glikolitik yang terdiri dari glukokinase, fosfofruktokinase, dan


piruvat kinase mengkatalisis reaksi yang ireversibel sehingga tidak dapat
digunakan untuk sintesis glukosa. Dengan adanya tiga tahap reaksi yang
tidak reversibel tersebut, maka proses glukoneogenesis berlangsung melalui
tahap reaksi lain. Reaksi tahap pertama glukoneogenesis merupakan suatu
reaksi kompleks yang melibatkan beberapa enzim dan organel sel

10
(mitokondrion), yang diperlukan untuk mengubah piruvat menjadi malat
sebelum terbentuk fosfoenol piruvat.

Tiga reaksi pengganti yang pertama mengubah piruvat menjadi


fosfoenolpiruvat (PEP), jadi membalik reaksi yang dikatalisis oleh piruvat
kinase. Perubahan ini dilakukan dalam 4 langkah. Pertama, piruvat
mitokondria mengalami dekarboksilasi membentuk oksaloasetat. Reaksi ini
memerlukan ATP (adenosin trifosfat) dan dikatalisis oleh piruvat
karboksilase. Seperti banyak enzim lainnya yang melakukan reaksi fiksasi
CO2, pada reaksi ini memerlukan biotin untuk aktivitasnya. Oksaloasetat
direduksi menjadi malat oleh malat dehidrogenase mitokondria. Pada reaksi
ini, glukoneogenesis secara singkat mengalami overlap (tumpang tindih)
dengan siklus asam sitrat. Malat meninggalkan mitokondria dan dalam
sitoplasma dioksidasi membentuk kembali oksaloasetat. Kemudian
oksaloasetat sitoplasma mengalami dekarboksilasi membentuk PEP pada
reaksi yang tidak memerlukan GTP (guanosin trifosfat) yang dikatalisis oleh
PEP karboksikinase. Reaksi pengganti kedua dan ketiga dikatalisis oleh
fosfatase.

Fruktosa-1,6-bisfosfatase mengubah fruktosa-1,6-bisfosfat menjadi


fruktosa-6-fosfat, jadi membalik reaksi yang dikatalisis oleh
fosfofruktokinase. Glukosa-6-fosfatase yang ditemukan pada permulaan
metabolisme glikogen, mengkatalisis reaksi terakhir glukoneogenesis dan
mengubah glukosa-6-fosfat menjadi glukosa bebas.

Dengan penggantian reaksi-reaksi pada glikolisis yang secara


termodinamika ireversibel, glukoneogenesis secara termodinamika
seluruhnya menguntungkan dan diubah dari lintasan yang menghasilkan
energi menjadi lintasan yang memerlukan energi. Dua fosfat berenergi
tinggi digunakan untuk mengubah piruvat menjadi PEP. ATP tambahan
digunakan untuk melakukan fosforilasi 3-fosfogliserat menjadi 1,3-
bisfosfogliserat. Diperlukan satu NADH pada perubahan 1,3-
bisfosfogliserat menjadi gliseraldehida-3-fosfat. Karena 2 molekul piruvat
digunakan pada sintesis satu glukosa, maka setiap molekul glukosa yang

11
disintesis dalam glukoneogenesis, sel memerlukan 6 ATP dan 2 NADH.
Glikolisis dan glukoneogenesis tidak dapat bekerja pada saat yang sama.
Oleh karena itu, ATP dan NADH yang diperlukan pada glukoneogenesis
harus berasal dari oksidasi bahan bakar lain, terutama asam
lemak.

Walaupun lemak menyediakan sebagian besar energi untuk glukoneo


genesis, tetapi lemak hanya menyumbangkan sedikit fraksi atom karbon
yang digunakan sebagai substrat. Ini sebagai akibat struktur siklus asam
sitrat. Asam lemak yang paling banyak pada manusia yaitu asam lemak
dengan jumlah atom karbon genap didegradasi oleh enzim -oksidasi menjadi
asetil-KoA. Asetil KoA menyumbangkan fragmen 2-karbon ke siklus asam
sitrat, tetapi pada permulaan siklus 2 karbon hilang sebagai CO2. Jadi,
metabolisme asetil KoA tidak mengakibatkan peningkatan jumlah
oksaloasetat yang tersedia untuk glukoneogenesis. Bila oksaloasetat
dihilangkan dari siklus dan tidak diganti, kapasitas pembentukan ATP dari
sel akan segera membahayakan. Siklus asam sitrat tidak terganggu selama
glukoneogenesis karena oksaloasetat dibentuk dari piruvat melalui reaksi
piruvat karboksilase.

Kebanyakan atom karbon yang digunakan pada sintesis glukosa disediakan


oleh katabolisme asam amino. Beberapa asam amino yang umum ditemukan
mengalami degradasi menjadi piruvat. Oleh karena itu masuk ke proses
glukoneogenesis melalui reaksi piruvat karboksilase. Asam amino lainnya
diubah menjadi zat antara 4 atau 5 karbon dari siklus asam sitrat sehingga
dapat membantu meningkatkan kandungan oksaloasetat dan malat
mitokondria. Dari 20 asam amino yang sering ditemukan dalam protein,
hanya leusin dan lisin yang seluruhnya didegradasi menjadi asetil-KoA yang
menyebabkan tidak dapat menyediakan substrat untuk glukoneogenesis.
2.2 Uronic Acid Pathway
Selain dari jalur yang telah diterangkan di atas, glukosa 6-fosfat dapat
diubah menjadi asam glukoronat (glucoronic acid), asam askorbat (ascorbic
acid) dan pentosa melalui suatu jalur yang disebut "the uronic acid
pathway".

12
Akan tetapi manusia, primata dan guinea pig tidak bisa membuat asam
askorbat. Karena kekurangan enzim tertentu, maka L-gulonat yang
terbentuk tidak bisa diubah menjadi L-asam askorbat. L-gulonat akan
dioksidasi menjadi 3-keto-L-gulonat, yang kemudian mengalami
dekarboksilasi menjadi L-xylulose.

Reaksi lengkapnya adalah sebagai berikut: glukosa-6fosfat akan diubah


menjadi glukosa 1-fosfat. Glukosa 1-fosfat akan bereaksi dengan UTP
(uridin trifosfat) dan membentuk nukleotida aktif UDPG (uridin difosfat
glukosa). Selanjutnya UDPG akan mengalami oksidasi dua tahap pada atom
karbon yang keenam. Asam glukoronat (D-glucoronate) yang terbentuk oleh
enzim yang tergantung pada NADPH, direduksi menjadi L-gulonat. L-
gulonat merupakan bahan baku untuk membuat asam askorbat.

Pada manusia, primata dan marmut, L-gulonat melalui 3-keto L-gulonat


akan diubah menjadi L-xylulose. D-xylulose merupakan bagian dari HMP
Shunt. Untuk bisa masuk ke dalam HMP Shunt,maka L-xylulose harus
diubah dulu menjadi D-xylulose melalui silitol. Dalam proses ini diperlukan
NADPH dan NAD+. Perubahan silitol menjadi D-silulosa dikatalisis enzim
silulosa reduktase. D-xylulose akan diubah menjadi D-xylulose 5-fosfat,
ATP bertindak sebagai donor fosfat.

Pada suatu penyakit yang menurun yang disebut "essential pentosuria" di


dalam urinnya banyak didapatkan L-xylulose, diperkirakan enzim yang
mengkatalisis L-xylulose menjadi xylitol tidak ada pada penderita penyakit
ini.

13
Gambar 2.4 Metabolisme Asam Uronat

2.3 Metabolisme Fruktosa, Galaktosa, dan Gula Amino


Fruktosa bisa didapat dari disakarida sukrosa atau juga ditemukan sebagai
monosakarida dalam buah. Fruktosa dalam sel difosforilasi oleh
heksokinase atau fruktokinase yang akhirnya menjadi fruktosa 1 fosfat.
Kemudian dipecah menjadi DHAP (dihidkrosiasetonfosfat) dan
Gliseraldehid oleh aldolase B. DHAP dapat secara langsung masuk ke
glikolisis dan glukoneogenesis di dalam hati khususnya. Lalu gliseraldehid
tersebut dapat dimetabolisme menjadi sintesis TAG atau dapat menjadi
gliseral 3 fosfat.

Fruktosa banyak di dalam liver dan menyebabkan sintesis dari asam lemak,
meningkatkan esterifikasi dari asam lemak dan meningkatkan sekresi
VLDL. Aldolase reduktase mereduksi glukosa untuk mereduksi sorbitol ke
dalam jaringan retina, ginjal, sperma dan lain-lain. Di dalam hati,
pembentukan sorbitol berubah menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol

14
dehidrogenase. Sorbitol tidak seperti glukosa, dia tidak bisa melewati
membran sel akibatnya sorbitol terjebak didalam sel. Ketika sorbitol
dehidgrogenasenya rendah sorbitol akan menumpuk didalam sel. Ini
menyebabkan efek osmotik meningkat, sorbitol menarik air sehingga terjadi
pembengkakan diantaranya katarak, neurophati petipheral, masalah vaskular
yang nantinya mengakibatkan retinophati dan nefrophati.

Gambar 2.5 Metabolisme Fruktosa

Galaktosa yang diserap usus, dengan mudah diubah menjadi glukosa dalam
hepar. "Galactose Tolerance Test" adalah suatu pemeriksaan untuk
mengetahui fungsi hepar, namun sekarang sudah jarang dipakai. Jalur yang
dipakai untuk mengubah galaktosa menjadi glukosa adalah sebagai berikut :
Galaktokinase mengkatalisis reaksi (reaksi 1) dan dalam reaksi ini
diperlukan ATP sebagai donor fosfat. Galaktosa 1-fosfat yang terbentuk

15
akan bereaksi dengan uridin difosfat glukosa (UDPG) dan menghasilkan
uridin difosfat galaktosa dan glukosa 1-fosfat. Reaksi ini dikatalisis enzim
galaktosa 1-fosfat uridil transferase, galaktosa menggantikan tempat
glukosa. Suatu epimerase mengubah galaktosa menjadi glukosa (reaksi 2).

Reaksi ini terjadi pada suatu nukleotida yang mengandung galaktosa,


peristiwa oksidasi-reduksi berlangsung dan memerlukan NAD+ sebagai ko-
enzim. UDP-glukosa yang dihasilkan, dibebaskan dalam bentuk glukosa 1-
fosfat (reaksi 3). Mungkin sebelum dibebaskan digabung dulu dengan
molekul glikogen, baru kemudian dipecah enzim fosforilase. Reaksi 3
adalah reaksi dua arah. Dapat dilihat bahwa glukosa bisa diubah menjadi
galaktosa. Dalam tubuh galaktosa diperlukan bukan hanya untuk sintesis
laktosa, tetapi juga untuk membuat serebrosida, proteoglikan dan
glikoprotein. Sintesis laktosa dalam mamma terjadi dengan jalan kondensasi
UDP-galaktosa dengan glukosa dan dikatalisis enzim laktosa sintetase.

Suatu penyakit yang dapat diturunkan menyebabkan galaktosemia, mungkin


terjadi akibat kekurangan enzim-enzim pada (reaksi 1), (reaksi 2) dan
(reaksi 3). Akan tetapi yang paling banyak diketahui adalah akibat
kekurangan enzim uridil transferase (reaksi 2). Karena kadar galaktosa
meningkat, dalam lensa mata galaktosa bisa mengalami reduksi menjadi
galaktitol. Apabila kadar galaktitol ini tertimbun dalam lensa mata maka
akan mempercepat terjadinya katarak.

Kekurangan enzim yang mengkatalisis (reaksi 2) membawa akibat yang


paling buruk bila dibandingkan dengan kekurangan enzim-enzim yang lain,
karena galaktosa 1-fosfat tertimbun sedangkan hepar kekurangan fosfat
inorganik. Ini bisa menyebabkan kegagalan fungsi hepar dan retardasi
mental. Ekspresi klinik terjadi apabila aktivitas uridil transferase berkurang
lebih dari 50 %, dan ini hanya terjadi pada homozigot.

16
Gambar 2.6 Metabolisme Galaktosa

Asam amino dalam tubuh terutama digunakan untuk sintesis protein. Tetapi,
jika asupan glukosa rendah, asam amino dapat diubah menjadi glukosa
melalui jalur yang disebut glukoneogenesis, yaitu pembentukan glukosa
baru dari nonkarbohidrat. Jalur yang dipakai dalam glukoneogenesis adalah
modifikasi dan adaptasi dari jalur Embden-Meyerhof dan siklus asam sitrat.

Struktur asam -amino, dengan gugus amina di sebelah kiri dan gugus
karboksil di sebelah kanan. Struktur asam amino secara umum adalah satu
atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus
karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue)

17
atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam
amino dengan asam amino lainnya.

Atom C pusat tersebut dinamai atom C ("C-alfa") sesuai dengan penamaan


senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan
gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom C ini,
senyawa tersebut merupakan asam -amino.

Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai


samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat
asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan
hidrofobik jika nonpolar.

Reaksi metabolisme asam amino meliputi reaksi pelepasan gugus asam


amino,kemudian perubahan kerangka karbon.

1. Transaminasi : Proses katabolisme asam amino berupa pemindahan


gugus amino dari suatu asam amino ke senyawa lain (Asam piruvat,
ketoglutarat atau oksaloasaetat).Sehingga senyawa tersebut dirubah
menjadi asam amino. Sedangkan asam amino dirubah menjadi
senyawa)

2. Deaminasi oksidatif: Asam glutamat dapat mengalami deaminasi


oksidatif mengunakan glutamat dehidrogenase, menghasilkan NH4+
NADP NAD sebagai akseptor elektron. Asam amino glukogenik
masuk ke dalam jalur glukoneogenesis ditandai dengan bundaran
dan panah pada siklus asam tri karboksilat (TCA cycle).

18
Gambar 2.7 Metabolisme Asam Amino

2.4 Pengaturan Metabolisme Karbohidrat


Pengaturan metabolisme karbohidrat dalam semua organisme, metabolisme
karbohidrat mengikuti mekanisme pengaturan yang melibatkan hormon,
metabolit, dan koenzim. Salah satu tugas penting hati adalah untuk
menyimpan kelebihan glukosa dalam bentuk glikogen dan untuk
melepaskan glukosa dari glikogen ketika diperlukan. Glikolisis dan
glukoneogenesis tidak akan pernah terjadi secara bersamaan begitu juga
sintesis glikogen dan degradasi glikogen. Terdapat dua enzim berbeda
dengan fungsi katabolik atau anabolik saja. Hormon-hormon yang
mempengaruhi metabolisme karbohidrat meliputi insulin dan glukagon,
sebuah glukokortikoid, kortisol, dan katekolamin, epinephrine.

Insulin mengaktifkan glikogen sintase, dan menghambat sintesis enzim yang


berperan pada glukoneogenesis pada waktu bersamaan. Glukagon,
kebalikan insulin, mendorong enzim pada glukoneogenesis, menekan

19
piruvat kinase, enzim kunci glikolisis. Glukagon menghambat sintesis
glikogen seperti halnya epinephrine. Glukokortikoid mendorong enzim
kunci pada glukoneogenesis dan enzim yang berperan pada degradasi asam
amino pada glukoneogenesis.

Metabolit yang berperan dalam regulasi metabolisme karbohidrat adalah


ATP, sitrat dan Asetyl-CoA. ATP dan sitrat menghambat glikolisis
(allosteric). ATP juga menghambat piruvat kinase seperti halnya asetyl-CoA.
Semua metabolit ini dihasilkan dari degradasi glukosa.

Fruktosa 2,6-bifosfat merupakan bagian penting dalam metabolisme


karbohidrat. Metabolisme ini dibentuk dalam jumlah kecil dari fruktosa 6-
fosfat dan memiliki fungsi murni peraturan. Ini merangsang glikolisis oleh
aktivasi alosterik dari fosfofruktokinase dan menghambat glukoneogenesis
oleh penghambatan fruktosa 1,6-bisphosphatase.

Sintesis dan degradasi Fru-2, 6-bP dikatalisis oleh satu dan protein yang
sama. Jika enzim hadir dalam bentuk tidak terfosforilasi, ia bertindak
sebagai kinase dan mengarah ke pembentukan Fru-2,6-bP. Setelah
fosforilasi oleh cAMP-protein kinase A (PK-A), ia bertindak sebagai
fosfatase dan mendegradasi Fru-2, 6 -bP menjadi fruktosa 6-fosfat.
Kesetimbangan antara keduanya diatur oleh hormon. Epinefrin dan
glukagon meningkatkan cAMP. Sebagai hasil dari meningkat PK-A
aktivitas, hal ini mengurangi konsentrasi Fru-2,6-bP dan menghambat
glikolisis, sementara pada waktu yang sama mengaktifkan glukoneogenesis.
Sebaliknya, melalui, insulin mengaktifkan sintesis Fru-2,6-bP dan dengan
demikian terjadi glikolisis. Selain itu, insulin juga menghambat aksi
glukagon dengan mengurangi cAMP.

20
Gambar 2.8 Pengaturan Metabolisme Karbohidrat

2.5 Pengaturan Kadar Glukosa Darah


Sumber utama glukosa plasma menurut Mayes dan Bender (2003) adalah
absorpsi glukosa oleh usus yang berasal dari pemecahan makanan,
glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari prekursor non-glukosa) dan
glikogenolisis (pemecahan simpanan glikogen menjadi glukosa).

Proses pengaturan kadar glukosa plasma merupakan mekanisme


homeostasis yang diatur sedemikian rupa dalam rentang yang sempit dan
diatur dengan halus. Kadar glukosa plasma tidak boleh menurun terlalu
rendah karena glukosa merupakan satu-satunya sumber energi yang dapat
digunakan oleh otak dan eritrosit. Kadar glukosa plasma juga tidak boleh
meningkat terlalu tinggi karena dapat mempengaruhi tekanan osmotik dan

21
bila kadar glukosa plasma sangat tinggi akan menyebabkan dehidrasi
seluler.

Pengaturan kadar glukosa plasma melibatkan hepar, jaringan ekstrahepatik


dan beberapa hormon. Sel-sel hepar dapat dilewati glukosa dengan bebas
melalui transporter GLUT 2, sedangkan pada jaringan ekstrahepatik glukosa
memerlukan transporter yang diatur oleh insulin untuk dapat masuk
kedalam sel (Mayes dan Bender, 2003). Dalam pengaturan kadar glukosa
plasma, selain insulin juga dibutuhkan peranan dari glukagon. Kedua
hormon tersebut merupakan hormon yang disekresikan oleh sel pankreas.
Sel pankreas mensekresikan insulin dan sel pankreas mensekresikan
glukagon.

Insulin bekerja untuk menurunkan kadar glukosa plasma dengan cara


meningkatkan ambilan glukosa oleh jaringan lemak dan otot melalui
transporter GLUT 4. Insulin juga akan mengaktivasi enzim glikogen sintase
dan menghambat enzim fosforilase. Glikogen sintase merupakan enzim
yang bertanggung jawab dalam polimerisasi monosakarida membentuk
glikogen, sedangkan fosforilase merupakan enzim yang bertanggung jawab
dalam pemecahan glikogen menjadi glukosa. Dengan demikian insulin akan
menyebabkan peningkatan glikogenesis dan menghambat glikogenolisis.

Glukagon menyebabkan peningkatan glikogenolisis dan glukoneogenesis.


Glukagon meningkatkan glikogenesis dengan cara mengaktivasi adenil
siklase dan meningkatkan cAMP intraseluler pada hepar. Hal ini akan
mengaktivasi fosforilase melalui protein kinase sehingga terjadi pemecahan
glikogen. Dengan adanya glukagon maka glukoneogenesis juga akan
meningkat.

Pada keadaan puasa, sebagian besar glukosa tubuh berada pada insulin-
independent tissue yaitu 50% berada pada jaringan otak, 25% berada pada
hepar dan saluran pencernaan, sedangkan 25% berada pada insulin-
dependent tissue yaitu otot dan jaringan lemak (DeFronzo, 2004). Kadar
glukosa plasma akan menurun karena pasokan sumber glukosa yang berasal
dari absorbsi usus terhenti. Namun hal ini akan segera direspon oleh tubuh.

22
Terjadinya penurunan kadar glukosa plasma akan merangsang sel
pankreas untuk merespon dengan mensekresikan glukagon. Seperti yang
telah dijelaskan diatas glukagon bekerja dengan meningkatkan
glikogenolisis dan glukoneogenesis sehingga meningkatkan kadar glukosa
plasma.

Pada beberapa jam puasa tubuh mulai menggunakan energi yang berasal
dari simpanan energi. Sekitar 75% glukosa yang disekresikan oleh hepar
berasal dari pemecahan glikogen. Dalam keadaan ini kadar glukosa plasma
masih konstan. Hal ini akan menjaga kadar glukosa plasma untuk utilisasi
organ seperti otak. Namun cadangan glikogen dalam hepar hanya terbatas
dan lama-kelamaan akan menipis. Menurut Mayes (2003) setelah seseorang
puasa selama 8-12 jam maka hampir seluruh simpanan glikogen dalam hati
akan terkuras. Oleh karena itu di dalam hepar mulai dilakukan proses
glukoneogenesis.

Glukoneogenesis merupakan pembentukan glukosa dari senyawa non-


karbohidrat. Prekursor glukoneogenesis ini merupakan produk akhir dari
metabolisme karbohidrat (piruvat, laktat), lemak (gliserol) dan protein
(asam amino). Mekanisme gluko neogenesis ini juga merupakan cara untuk
membersihkan produk metabolisme jaringan dari dalam darah seperti laktat
yang dihasilkan oleh otot dan eritrosit serta gliserol yang dihasilkan oleh
jaringan lemak.

Sesaat setelah makan, kadar glukosa plasma akan meningkat dan mencapai
puncak sekitar 60 menit setelah makan, jarang melebihi 140 mg/dl dan
kembali pada kadar sebelum makan setelah 2-3 jam. Peningkatan kadar
glukosa plasma ini akan menstimulasi sekresi insulin oleh sel pankreas.
Sekresi insulin, selain distimulasi oleh peningkatan kadar glukosa darah,
juga distimulasi oleh produksi hormon inkretin oleh usus. Insulin akan
meningkatkan penyimpanan glukosa, menghambat pembentukan glukosa
oleh hepar dan meningkatkan ambilan glukosa oleh sel otot dan lemak
sehingga menyebabkan penurunan kadar glukosa plasma. Kombinasi dari
hiperinsulinemia dan hiperglikemia ini akan menstimulasi ambilan glukosa

23
oleh jaringan perifer dan jaringan splanchnic yaitu hepar dan usus,
penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen oleh hepar dan pembentukan
triaselgliserol oleh asam lemak.

Pengaturan kadar glukosa darah sebagian besar tergantung pada ekstraksi


glukosa, dan glikogenolisis dalam hati. Jumlah glukosa yang diambil,
dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan oleh ferifer tergantung dari
keseimbangan beberapa hormon, yaitu hormon yang dapat meningkatkan
kadar glukosa seperti hormon glukagon yang disekresi oleh sel-sel alfa
pulau langerhans, hormon glukokortikoit serta growth hormon ada hormon
yang dapat menurunkan kadar glukosa darah yaitu insulin

Pada keadaan normal kadar glukosa dalam darah adalah antara 80 sampai
100 mg/100 ml. setelah makan makanan sumber karbohidrat konsentrasi
glukosa darah naik hingga 120 sampai 130 mg / 100 ml, kemudian turun
manjadi normal lagi. Namun pada keadaan tertentu dimana hormon insulin
tidak mampu mengatur konsentrasi kadar glukosa darah maka akan terjadi
penumpukan glukosa dalam darah (hiperglikemi). Terjadinya gangguan
metabolisme yang kronik dan ditandai oleh hiperglikemi disebut Diabetes
Militus. kaKeadaan ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan kadar glukosa
darah dengan menggunakan berbagai macam alat pengukur kadar glukosa
yang dapat digunakan dengan mudah dan praktis pada laboratorium yang
terpercaya.

BAB III
KESIMPULAN

1. Karbohidrat adalah komponen dalam makanan yang merupakan sumber


energi yang utama bagi organisme hidup. Dalam sel-sel tubuh, karbohidrat
mengalami berbagai proses kimia. Proses kimia yang terjadi dalam sel ini
disebut metabolisme. Jadi metabolisme karbohidrat mencakup reaksi-reaksi
monosakarida, terutama glukosa.

24
2. Glikogenesis merupakan proses pembentukan glikogen dari glukosa
kemudian disimpan dalam hati dan otot. Proses Glikogenesis terjadi apabila
jumlah glukosa (dari makanan) yang masuk kedalam tubuh terlalu berlebih
maka glukosa tersebut akan disimpan di hati dalam bentuk glikogen.

3. Glikogenolisis merupakan reaksi pemecahan molekul glikogen menjadi


molekul glukosa. Proses ini terjadi apabila tubuh membutuhkan glukosa,
untuk digunakan lebih lanjut dalam proses glikolisis. Glikogenolisis seakan-
akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian.
Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan
enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 14
glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat.

4. Glukoneogenesis adalah proses sintesis (pembentukan) glukosa dari sumber


bukan karbohidrat. Molekul yang umum sebagai bahan baku glukosa adalah
asam piruvat, namun oxaloasetat dan dihidroxiaseton fosfat dapat juga
menjalani proses glukoneogenesis. Umumnya glukoneogenesis terjadi pada
organ-organ yang membutuhkan glukosa dalam jumlah banyak.
Glukoneogenesis terjadi di hati untuk menjaga kadar glukosa darah agar
tetap dalam kondisi normal.

5. Selain glikogenesis, glikogenolisis, dan glukoneogenesis, glukosa 6-fosfat


dapat diubah menjadi asam glukoronat (glucoronic acid), asam askorbat
(ascorbic acid) dan pentosa melalui suatu jalur yang disebut "the uronic
acid pathway" atau metabolisme asam uronat.

6. Fruktosa bisa didapat dari disakarida sukrosa atau juga ditemukan sebagai
monosakarida dalam buah. Fruktosa dalam sel difosforilasi oleh
heksokinase atau fruktokinase yang akhirnya menjadi fruktosa 1 fosfat.
Galaktosa yang diserap usus, dengan mudah diubah menjadi glukosa dalam
hepar. Dalam tubuh galaktosa diperlukan bukan hanya untuk sintesis
laktosa, tetapi juga untuk membuat serebrosida, proteoglikan dan
glikoprotein. Asam amino dalam tubuh terutama digunakan untuk sintesis
protein. Tetapi, jika asupan glukosa rendah, asam amino dapat diubah

25
menjadi glukosa melalui jalur yang disebut glukoneogenesis, yaitu
pembentukan glukosa baru dari nonkarbohidrat.

7. Pengaturan metabolisme karbohidrat dalam semua organisme, metabolisme


karbohidrat mengikuti mekanisme pengaturan yang melibatkan hormon,
metabolit, dan koenzim. Salah satu tugas penting hati adalah untuk
menyimpan kelebihan glukosa dalam bentuk glikogen dan untuk
melepaskan glukosa dari glikogen ketika diperlukan. Glikolisis dan
glukoneogenesis tidak akan pernah terjadi secara bersamaan begitu juga
sintesis glikogen dan degradasi glikogen.

8. Proses pengaturan kadar glukosa plasma merupakan mekanisme


homeostasis yang diatur sedemikian rupa dalam rentang yang sempit dan
diatur dengan halus. Kadar glukosa plasma tidak boleh menurun terlalu
rendah karena glukosa merupakan satu-satunya sumber energi yang dapat
digunakan oleh otak dan eritrosit. Kadar glukosa plasma juga tidak boleh
meningkat terlalu tinggi karena dapat mempengaruhi tekanan osmotik dan
bila kadar glukosa plasma sangat tinggi akan menyebabkan dehidrasi
seluler.

26
DAFTAR PUSTAKA

David A. Bender dan Peter A. Mayes. 2006. Glikolisis dan Oksidasi Piruvat
dalam Biokimia Harper edisi 27. Jakarta: EGC

Martoharsono, Soeharsono. 1978. Biokimia Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW, 2003, Biokimia Harper, Edisi
XXV, Penerjemah Hartono Andry, Jakarta: EGC

Poedjiani, Anna. Supriyanti, F. M. Titin. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit


Universitas Indonesia. Jakarta

27
Stryer L, 1996, Biokimia, Edisi IV, Penerjemah: Sadikin dkk (Tim Penerjemah
Bagian Biokimia FKUI), Jakarta: EGC

Wirahadikusuma, M., 1988.Metabolisme Karbohidrat dan Lemak, ITB, Bandung

DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1

BAB II ISI
2.1 Glikogenesis, Glikogenolisis, dan Glukoneogenesis............................3
2.2 Uronic Acid Pathway...........................................................................14
2.3 Metabolisme Fruktosa, Galaktosa, dan Asam Amino..........................15
2.4 Pengaturan Metabolisme Karbohidrat.................................................20
2.5 Pengaturan Kadar Glukosa Darah........................................................22

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

28
MEKANISME KARBOHIDRAT

Oleh:
Andy Fini Ardhian 1115041003
Koni Prasetyo 1115041024
Mitra Dimas Sanjaya 1115041030

29
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017

30

Anda mungkin juga menyukai