Anda di halaman 1dari 4

3.

1) Sintesis Dan Degradasi Glikogen


A. Sinstesis glikogen
Glikogen merupakan penimbunan glukosa sebagai cadangan energi bila
dibutuhkan oleh tubuh, jumlah glikogen berbeda dalam berbagai jaringan dan bahkan
dalam satu jaringan pun jumlahnya dapat berbeda, tergantung pada penyediaan glukosa
dan kebutuhan energinya. Sebagian besar glikogen terdapat di hati dan otot (Murray,K.,
2002).
Apabila jumlah glukosa yang diperoleh dari makanan terlalu berlebih, maka
glukosa akan disimpan dengan jalan diubah menjadi glikogen dalam hati dan jaringan
otot. Proses sintesis glikogen dari glukosa inilah yang disebut dengan proses
glikogenesis. Adapun mekanisme dalam pembentukan glycogen sebagai berikut:
Pembentukan UDP-glukosa terjadi karena pemindahan dari glukosa 6-phospat
menjadi glukosa l-phospat (di sini glukosa terikat pada glikogcn melalui atom C 1),
reaksinya reversibel dan dikatalisis oleh fosfoglukomutase, yang menggunakan glukosa
l,6-bi phospat, dalam kadar rendah sebagian senyawa-antara. Glukosa l-phospat
selanjutnya bereaksi dengan UTP membentuk UDP glukosa dan pirophospat anorganik
(di sini UTP yang digunakan hasil reaksi nukleotida disfosfokinase)
UDP-glukosa mengalihkan gugusan glikosilnya pada ujung percabangan
glikogen, yang dikatalisis oleh glikogen sintase. Karena reaksi ini khusus untuk gugus
hidroksil atom 14 ujung yang terdapat glikogen, maka terjadi pemanjangan rantai
l4,). Karena sifat rantai tidak berubah pada pemanjangan ini, reaksi yang dikatalisis
enzim ini terjadi terus menerus, bila dibiarkan akibatnya membentuk rantai amilosa 14
yang sangat panjang. Tetapi, dalam sel penimbun glikogen terdapat pula enzim glikosil
transferase amilo-α(1,41,6) (enzim bercabang, yang memindahkan sebagian rantai
amilosa ke gugus hidroksil C6 pada rantai yang berdekatan dan memebentuk rantai 1,6
glikosidik pada cabang.
Pada enzim glikogen sintase sendiri menjadi aktif apabila kadar hormon insulin
baik di dalam hati maupun otot mengalami peningkatan sehingga kerja hormon epinefrin
atau hormon glukagon pada reseptor dinding sel terbatasi. Hal ini dikarenakan ketika
enzim epinefrin atau hormon glukagon melekat pada dinding sel maka keja enzim
adenilat siklase jadi teraktivasi yaitu menghasilkan cAMP atau asam 3,5 sebagai senyawa
aloesterik yang mampu mengaktifkan glikogen fosforilase dan menghambat glikogen
sintase itu sendiri. Namun bila keberadaan hormon epinefrin atau hormon glukagon ini
digantikan keberadaannya oleh hormon insulin maka kerja enzim adenilat siklase tersebut
menjadi tidak aktif lagi dan segera cAMP dirubah menjadi bentuk yang bukan sikliknya.
Gambar: Tahapan Glikogenesis

B. Degradasi glikogen
Degradasi glikogen merupakan proses pemecahan glikogen menjadi glukosa yang
dikenal juga dengan istilah glikogenolisis. Tempat penyimpanan glikogen yaitu hati dan
otot. Glikogenolisis terjadi jika asupan makanan tidak cukup memenuhi energi yang
dibutuhkan oleh tubuh sehingga untuk mendapatkan energi, tubuh mengambil alternative
lain yaitu dengan menggunakan simpanan glikogen (cadangan makanan) yang terdapat
dalam hati atau otot. Proses glikogenolisis ini terjadi dalam tubuh jika kadar glukosa
dalam tubuh sudah mulai kekurangan akan kandungan glukosa akibat berbagai aktivitas
baik dalam maupun luar tubuh. Aktivitas dari luar tubuh seperti berlari, berjalan,
bersepeda, berenang, dll. Sedangkan aktivitas dari dalam tubuh sendiri meliputi proses
respirasi, pencernaan, sistem kerja syaraf, dll.
Proses glikogenolisis jika terjadi secara terus menerus akan dapat menyebabkan
kerusakan pada fungsi liver. Kerusakan pada fungsi liver akan mneyebabkan penyakit
yang sebagian besar tidak dapat diobati dan berakhir dengan kematian. Penyakit liver
adalah penyakit yang sering timbul pada mereka yang pekerja keras tetapi tidak
mempunyai sumber energi yang banyak. Kekurangan sumber energi terjadi karena para
pekerja yang workalkoholik itu terkadang lupa makan tepat waktu sehingga kebutuhan
tenaga untuk melakukan kerja sangat banyak tetapi asupan energi kurang dan tidak dapat
memenuhi kebutuhan. Akhirnya untuk dapat memenuhi kebutuhan energi tersebut, tubuh
terpaksa harus merubah glikogen menjadi glukosa sehingga terjadilah peristiwa
Glikogenolisis.
Dalam proses glikogenolisis menjadi glukosa 1 fosfat ada tiga enzim yang
mengkatalisasi yaitu:
1. Glikogen fosforilase yaitu perubahan Glikogen (α 1,4 glikosidik) menjadi Glukosa
1-P.
2. Transferase yaitu memindahkan 3 residu glukosa cabang lain lebih peka difosrilasi
3. Debranching enzyme ( α 1,6 gilokosilase) yaitu pemutus cabang α 1.6 glikosidik

Tahap awal penguraian yaitu Penghapusan glukosa dari ujung glikogen non-
reduksi dengan menggunakan fosfat anorganik (Pj). Reaksi ini tidak melibatkan UDP-
glukosa ataupun glikogen sintase, dan enzimnya adalah glikogen fosforilase yang
digunkan glikogen fosforilase memutus rantai (α1,4) untuk menghasilkan glukosa-1-
fosfat. Glikogen fosforilase berhenti bekerja ketika telah menyisakan empat residu
glukosa dari titik cabang. Kemudian Enzim transferase akan memindahkan 3 residu
glukosa menuju ujung cabang yang lain,proses ini akan menyisakan satu residu glukosa
pada titik cabang yang terikat dengan ikatan 1-6 glikosidik. Debranching enzyme atau
enzim pemecah cabang ( 1-6 glukosidase) akan membebaskan glukosa pada titik cabang
dan melepaskannya dalam bentuk glukosa (bukan glukosa 1-fosfat seperti pada reaksi
pertama). Selanjutnya glukosa 1- fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim yang
sama seperti pada reaksi kebalikannya (glikogenesis) yaitu fosfoglukomutase. Tahap
reaksi berikutnya adalah pembentukan glukosa dari glukosa 6-fosfat. Berbeda dengan
reaksi kebalikannya dengan glukokinase, dalam reaksi ini enzim lain, glukosa 6-
fosfatase, melepaskan gugus fosfat sehigga terbentuk glukosa.

Gambar: Pembentukan dan penguraian glikogen

Daftar pustaka
Murray. K. 2002. Harper Biochemestry, twenty fth edition. Mc Graw Hill Companie; New York.
Wahjuni, Sri. 2013. Metabolisme Biokimia. Denpasar: Udayana University Press. ISBN: 978-
602-7776-60-9.

Anda mungkin juga menyukai