Anda di halaman 1dari 163

FARMASI FISIK

Yohanes Juliantoni, S.Farm., M.Sc., Apt.


FARMASI FISIK
 Yohanes Juliantoni, S.Farm., M.Sc., Apt.
juliantoni7753@gmail.com
Aturan Perkuliahan

Tidak boleh makan di kelas


Handphone dalam keadaan silent/vibrate
Pengumpulan tugas tepat waktu
Tertib saat perkuliahan
Batas keterlambatan 15 menit
Materi Perkuliahan
Larutan
Kesetimbangan ion
Materi Perkuliahan

Larutan

Nonelektrolit Elektrolit
Materi Perkuliahan

Larutan

Nonelektrolit

Larutan Ideal Penentuan


Besaran Berat
dan larutan Sifat koligatif berat
konsentrasi Ekuivalen
nyata molekul
Materi Perkuliahan

Larutan

Elektrolit

Koefisiensi Sifat
Teori Elektrolit
Sifat Larutan
Arrhennius kuat
Koligatif Elektrolit
Materi Perkuliahan

Kesetimbangan
Ion

Teori Asam, Konsentrasi zat


Kesetimbangan Skala pH Tetapan
Basa, dan sebagai fungsi Perhitungan pH
Asam Basa Sorensen Keasaman
Garam pH
Materi Perkuliahan

Pertemuan Topik Perkuliahan

1 Larutan Nonelektrolit (konsentrasi, ekuivalen)

2 Larutan Nonelektrolit (larutan ideal dan larutan nyata, sifat


koligatif, penentuan berat molekul)
3 Larutan Elektrolit (sifat larutan elektrolit, teori Arrhennius)

4 Larutan Elektrolit (Elektrolit kuat, koefisien koligatif)

5 Kesetimbangan Ion (Teori asam-basa-garam, kesetimbangan


asam basa)
6 Kesetimbangan Ion (Skala pH sorensen, konsentrasi zat sebagai
fungsi pH)
7 Kesetimbangan Ion (Perhitungan pH, tetapan keasaman)

8 UJIAN TENGAH SEMESTER


FARMASI FISIK ???

“Ini kuliah Farmasi kok ada


Fisika-nya sih?”
Mungkin beberapa dari kalian juga bertanya-tanya, ini
kuliah tentang apa sih?
FARMASI FISIK ???
 Sesuai dengan namanya, Farmasi – Fisika, kuliah ini
mengajarkan tentang ilmu fisika yang diterapkan pada
pembuatan sediaan farmasi. Dalam kuliah ini dipelajari
sifat fisika dari berbagai zat yang digunakan untuk
membuat sediaan obat dan juga meliputi evaluasi akhir
dari sediaan obat tersebut.
 Singkatnya, kuliah ini mengajarkan tentang membuat
obat yang sesuai standar, aman, dan stabil hingga ke
tangan pasien.
Sediaan
Farmasi Sifat-sifat zat
Farmasis
aktif
(baik)

Sediaan aman,
berkhasiat, Zat tambahan
berkualitas
Contoh : Zat Aktif

Tidak larut
Larut air
air

Bahan Membuat Sediaan


tambahan sediaan lain Sirup

 Oleh karena itulah ada sediaan yang berbentuk tablet, sirup, salep, dan
lain-lain. Semua itu bergantung pada sifat zat aktif dan fungsinya terhadap
tubuh. Proses pembuatan sediaannya menjadi bagian dari cerita menarik
lain di kuliah Teknologi Sediaan Farmasi Likuida – Semisolida dan Solid.
 Ketika sediaan obat sedang dibuat, masih ada lagi beberapa kriteria yang
harus diuji apakah memenuhi standar atau tidak, misalnya uji viskositas
atau kekentalan. Kekentalan sediaan likuid, perlu untuk ditetapkan, salah
satu tujuannya berkaitan dengan kemudahan pasien dalam menuang
obat ke sendok takar.
 Coba bayangkan jika sirup yang dituang terlalu cair, akan meningkatkan
resiko tumpah bukan? Begitu juga sebaliknya jika sirup terlalu kental, maka
akan sulit untuk dituang dan ditakar. Hal ini mungkin terlihat sepele, namun
dari kenyamanan pasien dalam menggunakan obat inilah, diharapkan
pasien dapat menggunakan obatnya sesuai aturan dengan baik dan
tidak menyulitkan.
 Setelah sediaan jadi, tentu hal penting yang selanjutnya menjadi perhatian
adalah kestabilan sediaan. Obat yang telah dibuat tentu harus tetap stabil
selama proses distribusi obat, agar ketika diterima oleh pasien, obat masih
dalam keadaan yang stabil, tidak ada pengurangan aktivitas atau terjadi
kerusakan zat aktif.
 Melalui penerapan ilmu farmasi fisik, kita dapat menetapkan waktu
kadaluarsa berdasarkan hasil uji sediaan pada berbagai kondisi. Jadi,
pasien tidak perlu khawatir dengan obat yang diterima. Melalui semua itu,
kita belajar melihat sediaan yang dibuat dari sifat fisik dan tidak melulu sifat
kimianya saja.
 Bagaimana? Menarik bukan?
 Yuk belajar Farmasi Fisik!
Evaluasi Akhir…

Tugas/Quiz  10%
UTS  45%  19-31 Okt 2015
UAS  45%  4-16 Jan 2015
Grading…

Derajat Penguasaan Nilai

≥ 80 A

72 – 79 B+

65 – 71 B

60 – 64 C+

56 – 59 C

50 – 55 D+

46 – 49 D

≤ 45 E
LARUTAN
A. Larutan Nonelektrolit
B. Larutan Elektrolit
LARUTAN

Larutan adalah suatu campuran homogen dari molekul, atom


ataupun ion dari dua zat atau lebih.
 Larutan biner = sistem terdiri dari dua komponen
 Pelarut (solvent) :
adalah salah satu komponen (penyusun) larutan, suatu cairan
sebelum larutan dibuat atau zat yang ada dalam jumlah lebih besar.
 Zat terlarut ( solute ) :
adalah komponen lain dapat berbentuk gas,cairan,zat padat atau zat
yang kuantitasnya lebih kecil
Solvent atau solute dapat berupa : zat padat, cair atau gas, sehingga dengan demikian
ada 9 sistem larutan :
SOLUTE SOLVENT CONTOH
 1. gas gas udara (larutan O2 dalam N2)
 2. cair gas uap air dalam udara
 3. padat gas naftalen dalam udara (asap)
 4. gas cair CO2 dalam air
 5. cair cair alkohol dalam air
 6. padat cair gula dalam air
 7. gas padat H2 dalam Pd
 8. cair padat H2O dalm CuSO4
 9. padat padat C dalam Fe ( baja )
Besaran Konsentrasi
Besaran Simbol Definisi
Molaritas M, C Mol (berat gram molekul) zat terlarut dalam 1 liter larutan
Normalitas N Berat gram ekuivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan
Molalitas m Mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut
Fraksi mol X, N Perbandingan mol satu konstituen (misal zat terlarut) dari larutan
terhadap mol total dari seluruh konstituen (zat terlarut dan
pelarut)
Persen mol % Mol dari satu konstituen dalam 100 mol larutan. Persen mol
diperoleh dengan mengalikan fraksi mol kali 100
Persen berat %b/b Gram zat terlarut dalam 100 gram larutan
Persen volume %v/v Mililiter zat terlarut dalam 100 mililiter larutan
Persen berat %b/v Gram zat terlarut dalam 100 mililiter larutan
dalam volume
Miligram persen % Miligram zat terlarut dalam 100 miligram larutan
RUMUS

 Molaritas = Jumlah mol/ jumlah liter larutan


(mol = gram/bm)
 Molalitas = Jumlah mol/ jumlah kg pelarut
 Fraksi mol = jumlah salah satu mol/ jumlah total mol
contoh : jumlah mol A / Jumlah mol A +Jumlah mol B
 Persen mol = Fraksi mol X 100
 Persen Berat = Jumlah gram A / Jumlah gram larutan
Latihan

 Larutan FeSO4 dibuat dengan cara menambahkan 41,50 gram FeSO4


kedalam air secukupya sampai terbentuk larutan 1000 mL pada
temperatur 180C. Kerapatan larutan adalah 1,0375 dan berat molekul
FeSO4 adalah 151,9 serta berat molekul air (H2O) adalah 18,02. hitunglah:
A. Molaritas
B. Molalitas
C. Fraksi mol FeSO4, Fraksi mol air, persen mol kedua konstituen
D. Persen berat FeSO4
 A. Molaritas
Jumlah mol FeSO4 = gram FeSO4 / berat molekul
= 41,50 / 151,9 = 0,2732

Molaritas = jumlah mol FeSO4 / jumlah liter larutan


= 0,2732 / 1 Liter = 0,2732 M
 B. Molalitas
Jumlah gram larutan = volume X kerapatan
1000 mL X 1,0375 = 1037,5 gram

Jumlah gram pelarut = Jumlah gram larutan – jumlah gram FeSO4


= 1037,5 gram – 41,5 gram = 996,0 gram

Molalitas = jumlah mol FeSO4 / jumlah kg pelarut


= 0,2732 / 0,996 = 0,2743 m
 C. Fraksi mol dan Persen mol
Jumlah mol air = 996 / 18,02 = 55,27 mol

Fraksi mol FeSO4 = jumlah mol FeSO4 / Jumlah mol air + jumlah mol FeSO4
= 0,2732 / 55,27 + 0,2732 = 0,0049

Fraksi mol air = 55,27 / 55,27 + 0,2732 = 0,9951

Persen mol FeSO4 = 0,0049 X 100 = 0,49%


Persen mol air = 0,9951 X 100 = 99,51%
 D. Persen Berat
Persen Berat FeSO4 = Jumlah gram FeSO4 / Jumlah gram larutan X 100
41,50 gram / 1037,5 gram X 100 = 4,00%
Larutan Ideal dan Larutan Nyata

1. Larutan ideal:
Larutan di mana gaya tarik menarik antar molekul yg tidak sejenis (pelarut-zat terlarut)
= gaya tarik menarik antar molekul yg sejenis (pelarut-pelarut).
Misal:
Larutan zat A dalam zat B.
Gaya tarik menarik mol A-B = gaya tarik menarik A-A atau B-B
Larutan ideal biasanya terbentuk oleh komponen2 yg mempunyai struktur dan sifat-sifat
kimia yg hampir sama.
Misal : - benzen – toluen
- metanol – etanol
- n heksana - n heptan
 Salah satu sifat larutan yg penting adalah tekanan suatu komponen yg terdapat dalam
larutan tsb pd permukaan larutan.

Hukum Raoult:
Tekanan uap pelarut (PA) pd permukaan larutan besarnya sama dengan hasil kali
tekanan uap pelarut murni (PA*) dg fraksi mol pelarut tsb di dalam larutan (XA)

PA = XA . PA*

Plot tekanan uap pelarut vs fraksi mol pelarut merupakan garis lurus.
~ Larutan yg mengikuti hukum ini disbt larutan ideal.
~ Larutan yg menyimpang dari perilaku ini disbt larutan nonideal
(ada penyimpangan positif atau negatif )
 Bila diasumsikan sistem mengandung 2 komponen ( A
& B ) maka tekanan uap total ( P ) dari sistem dapat
dicapai dgn menggunakan persamaan :
P = PA + PB
p = XA . PA* + XB . PB*

Hubungan antara tek. uap dan komposisi larutan dpt


dilihat pd gambar sbb:
Ptot = PA+PB

PA* PB*
Hk Dalton

Hk Raoult

0 Fraksi mol 1,0

Gbr Hk Raoult pd sistem benzen dan toluena


2. Larutan nonideal
 Larutan yg menyimpang dari hukum Raoult = larutan nonideal.
 Penyimpangan positif:
 Tek uap > yg diprediksi hk Raoult
 Gaya tarik ant sesama molekul zat terlarut dan ant sesama molekul
pelarut > gaya tarik antara molekul pelarut-zat terlarut
 Penyimpangan negatif:
 Tek uap  yg diprediksi hk Raoult
 Tarik-menarik zat terlarut–pelarut sangat kuat, sehingga mengurangi
kecenderungan pelarut untuk pindah ke fasa uap.

P1 P*1
Contoh penyimp + :
Penyimp. +
etanol-sikloheksan

Contoh penyimp -:
ideal
aseton-kloroform
Penyimp. -

X1
Gbr grafik tek uap pelarut P1 vs fraksi mol
pelarut X1 lart ideal dan non ideal
Hukum Henry:

Untuk mencari tek uap larutan encer nonideal


(bila zat terlarut bersifat volatil)
PB = X B . K B
XB = fraksi mol zat terlarut
KB= konstanta
Jika suatu komponen (pelarut) mendekati murni,
komponen itu berperilaku sesuai dg hukum
Raoult dan mempunyai tek uap yg sebanding
dg fraksi mol, dg kemiringan kurvanya P*
Jika komponen itu minoritas (zat terlarut) tek
uapnya masih sebanding dg fraksi mol, tetapi
perbandingannya adalah K → Hukum Henry.
Plot tekanan parsial CS2, aseton, dan PT thd fraksi mol
CS2
Larutan Ideal dan Larutan Nyata

 Larutan ideal  terbentuk dengan mencampurkan zat yang sifatnya sama


 Ditandai dengan tidak adanya panas yg dilepaskan atau diabsorpsi saat
kedua larutan dicampur
 Volume pencampuran merupakan volume total dari kedua larutan yg
dicampur
 Larutan ideal sesuai dengan hukum Raoult “tekanan uap parsial dari setiap
konstituen yg dapat menguap addalah sama dengan tekanan uap
konstituen murni dikalikan dengan fraksi molnya dalam larutan”
 pA= 𝑝𝐴°𝑥𝐴
 pB= 𝑝𝐵°𝑥𝐵
Larutan Ideal dan Larutan Nyata

 Larutan nyata  larutan yg mempunyai gaya kohesi lebih besar atau lebih
kecil dari pada gaya adhesi.

Penyimpangan Hukum Roult :


 Jika gaya kohesi > gaya adhesi  penyimpangan positif
 Jika gaya kohesi < gaya adhesi  penyimpangan negatif
4. Sifat-sifat koligatif
Sekumpulan sifat umum yg berhubungan dg lart encer
yg tergantung pd jumlah zat terlarut yg ada dan tidak
tergantung pd jenis zat terlarut.
Sifat umum tsb:
a. penurunan tekanan uap
b. kenaikan titik didih
c. penurunan titik beku
d. tekanan osmotik
Kegunaan :
- menentukan bobot molekul zat terlarut (Mr)
- pengembangan teori larutan
a. Penurunan tekanan uap
 Campuran dari:
 Pelarut = A
 Zat terlarut = B (nonvolatil)
Tekanan uap zat terlarut diabaikan.
Bila larutan encer : → hukum Raoult
PA = XA . PA*
Karena XA = 1 – XB
PA = (1-XB)PA*
PA = PA* - XBPA*
PA* - PA = XBPA*
▲PA / PA* = XB

PA* - PA = penurunan tekanan uap pelarut


XB = fraksi mol zat terlarut = nB
nA + nB
 Pada larutan yg sangat encer, nA >> nB maka
 PA* - PA = ( nB/nA) PA*
 Contoh soal:
 Pada 25oC tek uap benzena murni adalah 0,1252 atm.
Andaikan 6,40 g naftalena(Mr 128,17 g mol-1),
dilarutkan dalam 78,0 g benzena (Mr 78,0 g mol-1),
hitung tek uap benzena di atas larutan, dg asumsi
perilaku ideal.
 Penyelesaian:
Jumlah mol pelarut(n1) = 1 mol
Jumlah mol zat terlarut (n2) = 6,40 g/128,17 g mol-1 =
0,0499 mol
n1 1,00 mol
fraksi mol ( X1) = =
n1 + n2 1,00 mol + 0,0499 mol

= 0,9525

Tekanan uap benzena = X1P1* = 0,9525 x 0,1252


atm
= 0,119 atm
 Contoh soal:
 Hitunglah penurunan tekanan uap relatif pada 200C
untuk suatu larutan yang berisi 171,2g sukrosa (Mr =
342,3) dalam 1000 g air (Mr = 18,02)
 Penyelesaian:
Jumlah mol sukrosa = 171,2/342,3 = 0,50 mol
Jumlah mol air = 1000 g/18,02 g mol-1 = 55,5 mol
▲p/p * = X2 = n2 = 0,50 mol
n1 + n2 55,5 mol + 0,50 mol

= 0,0089

Penurunan Tekanan uap relatif = 0,0089

Tekanan uap larutan telah mengalami penurunan


sebesar 0,89%
b. Kenaikan titik didih
Kesetimbangan heterogen yg diperhatikan ketika
membahas pendidihan adalah:
antara uap pelarut dan pelarut dalam larutan.
Pelarut murni akan mendidih bila tek uap jenuh pd
permukaan cairan = tekanan luar
Untuk sistem terbuka tekanan udara luar = tek 1 atm
Karena zat terlarut nonvolatil mengurangi tek uap →
diharapkan tjd peningkatan t.d , bila ke dlm pelarut murni
dimasukkan zat terlarut tadi.
Persamaan untuk kenaikan t d:
∆Huap = panas penguapan molar pelarut
RT*2
∆T = XB R = konstanta gas (1,987 kal/mol der)
∆Huap
T* = temp didih pelarut murni
XB = fraksi mol zat terlarut
 Fraksi mol dpt diubah menjadi besaran konsentrasi
umumnya dlm molalitas (m), sehingga persamaan
dapat ditulis:
 ∆Tb/ ∆p = RTb2 / p0 ∆Huap

RTb*2 ∆p
 ∆ Tb=
∆Huap. p0

∆Tb = Kb . mB
RTb*2M1
Kb = konstanta ebulioskopi =
∆Huap.1000

RTb*2M1
Jadi ∆Tb = mB
∆Huap.1000
 Contoh soal:
 Untuk air pada 1000C, Tb= 373,20K, ∆Huap = 9720
kal/mol, M1 = 18,02 g/mol, dan R = 1,987 kal/ mol deg.
 Kb = 1,987 X (373,2)2 X 18,02
1000 X 9720

 Kb = 0,513 deg kg / mol


c. Penurunan titik beku
 ∆Tf adalah penurunan titik beku, Kf adalah tetapan penurunan molal atau
tetapan krioskopi

 ∆Tf = Kf . m

1000 . w2
 ∆Tf = kf
w1 . M2
 Contoh soal:
 Berapakah penurunan titik beku larutan yang
mengandung 3,42 g sukrosa dalam 500 g air ? Berat
molekul sukrosa 342. pada larutan yang relatif encer
ini, kf kira-kira sama dengan 1,86.
 Contoh soal:
 Berapakah penurunan titik beku larutan yang
mengandung 3,42 g sukrosa dalam 500 g air ? Berat
molekul sukrosa 342. pada larutan yang relatif encer
ini, kf kira-kira sama dengan 1,86.

1000 . w2
 ∆Tf = Kf . m = kf
w1 . M2

1000 . 3,42 g
 ∆Tf = 1,86
500 . 342

 ∆Tf = 0,0370 C
d. Tekanan Osmosis
Osmosis
Gejala osmosis (dari kata Yunani “mendorong”)
Adalah proses spontan di mana pelarut mengalir
melalui membran semipermeabel ke larutan lain yg
lebih pekat sampai kedua larutan sama
konsentrasinya.
Tekanan osmosis:
adalah tekanan yg harus diberikan kepada larutan
agar alirannya berhenti
Membran semipermeabel:
Membran yg dapat diresapi oleh pelarut, tetapi
tidak oleh zat terlarut.
Istilah yg berkaitan dg besar tekanan osmosis:
- isotonis, hipotonis, hipertonis
h

Pelarut
murni larutan

Membran
semipermeabel
Gambar: pengukuran tekanan osmosis
Bila osmosis mencapai keseimbangan: tinggi
larutan di sebelah kanan lebih tinggi h cm dari yg
kiri
 Tekanan osmosis ( ) = gaya / luas
= A h  g /A
=h g
A = luas kolom gelas
h = tinggi cairan dalam kolom
G = konstanta gravitasi (980,7 cm det-2)
 = massa jenis larutan

Jacobus van’t Hoff menemukan hubungan penting


 = cRT  = tekanan osmosis (atm)
c = konsentrasi ( mol per liter)
R = tetapan gas (0,08206 L atm mol-1K-1)
T = suhu absolut
Karena c = n/V, n = jumlah mol zat terlarut dan V
adalah volume larutan, maka persamaan van’t Hoff
dapat ditulis
V = nRT

Massa molar zat terlarut dapat ditentukan dari tekanan


osmotiknya.
Kegunaan lain osmosis:
Memperoleh air bersih dengan desalinasi air asin melalui
osmosis balik (reverse osmosis). Bila larutan ionik yg
bersentuhan dg membran semi permeabel diberi tekanan
yg melebihi tek osmotik, air yg sangat murni akan
melewati membran.
 Proses Reverse Osmosis menggerakkan air dari konsentrasi kontaminan
yang tinggi (sebagai air baku) menuju penampungan air yang memiliki
konsentrasi kontaminan sangat rendah. Dengan menggunakan air
bertekanan tinggi di sisi air baku, sehingga dapat menciptakan proses
yang berlawanan (reverse) dari proses alamiah osmosis. Dengan tetap
menggunakan membran semi-permeable maka hanya akan mengijinkan
molekul air yang melaluinya dan membuang bermacam-macam
kontaminan yang terlarut. Proses spesifik yang terjadi dinamakan ion
eksklusi, dimana sejumlah ion pada permukaan membran sebagai sebuah
pembatas mengijinkan molekul-molekul air untuk melaluinya seiring
melepas substansi-substansi lain.
Contoh soal:
Berapakah tekanan osmosis larutan urea (berat
molekul 60) yang berisi 0,30 g obat dalam 50 mL
air pada suhu 200C.
 V = nRT
  . 50 mL = (0,30/60) . 0,082 . 293
  = 0,005 . 24,026 / 0,05
  = 0,120 / 0,05
  = 2,4 atm
Latihan Soal

1. Suatu larutan obat dibuat dengan melarutkan 20,0 g dalam 100 g air dengan nilai kb = 0,51
, dan mempunyai titik didih 100,280C. Hitung berat molekul obat tersebut !
2. 0,30 gram obat dilarutkan dalam 50 mL air pada suhu 200C dapat menghasilkan tekanan
osmosa sebesar 2,4 atm. Berapakah berat molekul zat terlarut?
3. Berapakah tekanan osmosis suatu larutan urea (bm = 60) yang berisi 0,50 gram obat dalam
100mL air pada suhu kamar (250C). Gunakan persamaan van’t hoff.
4. Hitung penurunan titik beku larutan glukosa 0,70%. Berat molekul glukosa 180. kf= 1,86.
1000 w2
 1. ∆Tb = KB
w1 M2

1000 w2
M2 = Kb
w1 ∆Tb

M2 = 0,51 X 1000 X 20
100 X 0,28

M2 = 364,285
2. V = nRT
V = w/bm R T
 V bm = w R T
bm = w R T / V 
bm = 0,30 0,082 293 / 0,05 2,4
bm = 60
 3. V = nRT
  . 100 mL = (0,50/60) . 0,082 . 298
  = 0,0083 . 24,436 / 0,10
  = 0,202 / 0,05
  = 2,03 atm
 4.
 ∆Tf = Kf . M

1000 . w2
 ∆Tf = kf
w1 . M2

1000 . 0,70%
 ∆ Tf = 1,86
99,30% . 180

 ∆ Tf = 0,0720
TUGAS

1. Berapakah penurunan titik beku larutan yang mengandung 6,84 g sukrosa dalam 1000 g air
? Berat molekul sukrosa 342. pada larutan yang relatif encer ini, kf kira-kira sama dengan
1,86.
2. Berapakah tekanan osmosis larutan urea (berat molekul 60) yang berisi 0,50 g obat dalam
100 mL air pada suhu 300C.
3. Suatu larutan sukrosa (berat molekul 342) dibuat dengan jalan melarutkan 1 g sukrosa
dalam 50 g air. Hitung persen berat (b/b), konsentrasi molal, dan fraksi mol sukrosa dan air
dalam larutan.
4. 10 gram obat (nonelektrolit) dilarutkan dalam 200 g air hitunglah berat molekulnya bila
larutan dipakai untuk analisi krioskopi dengan hasil penurunan titik beku adalah 0,2000C.
5. Larutan obat dibuat dengan melarutkan 27,0g dalam 100 g air, digunakan untuk analisis
ebulioskopi. Kenaikan titik didih nya adalah 0,320C. Hitung berat molekul obat tersebut.
Jawab

1. Berapakah penurunan titik beku larutan yang mengandung 6,84 g sukrosa dalam 1000 g air
? Berat molekul sukrosa 342. pada larutan yang relatif encer ini, kf kira-kira sama dengan
1,86.

 ∆Tf = Kf . M

1000 . w2
 ∆Tf = kf
w1 . M2

1000 . 6,84 g
 ∆ Tf = 1,86 = 0,03720
1000 . 342
Jawab

2. Berapakah tekanan osmosis larutan urea (berat molekul 60) yang berisi 0,50 g obat dalam
100 mL air pada suhu 300C.

V = nRT
. 0,1 = (0.50 / 60) 0,082 . 303
 = 0,0083 . 0,082 . 303 / 0,1
 = 2,070 atm
Jawab

3. Suatu larutan sukrosa (berat molekul 342) dibuat dengan jalan melarutkan 1 g sukrosa dalam
50 g air. Hitung persen berat (b/b), konsentrasi molal, dan fraksi mol sukrosa dan air dalam
larutan.

b/b = gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.


Gram zat terlarut / gram larutan X 100%
1 gram / 51 gram x 100% = 1,9% b/b

Molalitas = Mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.


Gram sukros / mr sukrosa X 1000 / gram pelarut
1 gram / 342 = 0,0029 mol = 0,0029 x 1000 / 50 = 0,058
Fraksi mol = Perbandingan mol satu konstituen (misal zat terlarut) dari larutan terhadap mol
total dari seluruh konstituen (zat terlarut dan pelarut).
Mol sukrosa = 0,0029 ; Mol air = 2,78
Fraksi mol sukrosa = 0,0029 / (0,0029+2,78) = 0,001
Fraksi mol air = 2,78 / (2,78+0,0029) = 0,999
Jawab

4. 10 gram obat (nonelektrolit) dilarutkan dalam 200 g air hitunglah berat molekulnya bila
larutan dipakai untuk analisi krioskopi dengan hasil penurunan titik beku adalah 0,2000C.

∆Tf = Kf . M

1000 . w2
∆Tf = kf
w1 . M2

0,200 = (1,86 . 1000 . 10) / (200 . M2)


M2 = 18600 / 200 . 0,200
M2 = 18600 / 40
M2 = 465 gram / mol
Jawab

5. Larutan obat dibuat dengan melarutkan 27,0g dalam 100 g air, digunakan untuk analisis
ebulioskopi. Kenaikan titik didih nya adalah 0,320C. Hitung berat molekul obat tersebut.

RTb*2M1
∆Tb = mB
∆Huap.1000

0,32 = (1,987 X (373,2)2 X 18,02X Mb) / 9720 . 1000

0,320 = (1,987 x 139.278,24 X 18,02 X Mb) / 9.720.000

0,320 = 0,52 . Mb
Mb = 0,62
M = n/p

0,62 = (gram / mr) / kg pelarut

0,062 = 27 gram / Mr

Mr = 27 / 0,062 = 435,48 gr /mol


Larutan Elektrolit
Elektrolit adalah :
suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam pelarut (misalnya air) akan
Menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Elektrolit
seringkali diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya dalam
menghantarkan arus listrik.
1. elektrolit kuat :
daya hantar tinggi walaupun konsentrasi zat terlarutnya rendah
Contoh : NaCl, HNO3
2. elektrolit lemah :
daya hantar listrik tetap rendah walaupun konsentrasi zat terlarutnya
tinggi.
Contoh : NH3, HNO2
Suatu elektrolit dapat berupa asam, basa atau garam.
Sifat-sifat larutan elektrolit

 Hantaran listrik
Menghitung hambatan
L
R=ρ
A

Hambatan R dalam ohm dari penghantar logam, dengan l sebagai panjang


penghantar dalam cm, dan A sebagai luas penampang dalam cm2. Dimana
ρ Adalah tahanan/hambatan antara permukaan penghantar dengan
volume 1 cm3 dan disebut hambatan spesifik.
Sifat-sifat larutan elektrolit

 Hantaran listrik
Menghitung Hantaran
C=1/R
Hantaran (C) berbanding terbalik dengan hambatan (R). Dan dikatakan
sebagai ukuran mudahnya arus mengalir melalui suatu penghantar. Dengan
satuan kebalikan dari ohm yaitu mhos.

Hantaran spesifik (jenis) k dinyatakan dalam mhos/cm.

L
k=
ρ
Sifat-sifat larutan elektrolit
 Pengukuran hantaran larutan
Persamaan yang digunakan :
k = KC = K/R
Contoh : larutan mengandung 7,45 g kalium klorida dalam 1kg air, pada 250C
mempunyai hantaran jenis sebesar 0,034 mho/cm. Larutan dengan
konsentrasi ini mengandung 0,1 mol garam per kubik desimeter (100 cm3) air.
Jika larutan ini ditempatkan dalam sel dan diukur hambatannya, tetapan sel
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan diatas.
1. Larutan KCL ditempatkan dalam sel yang dicari tetapan K nya. Tahanan R
pada 250C didapat 42,30 ohm.
2. Jika sel pada nomor 1 diisi dengan larutan Na2SO4 0,01N ; dengan
hambatan 523 ohm. Berapa hantaran jenisnya?
1. K = k . R
K = 0,034 mho/cm X 42,30 ohm
K = 1,4382 cm-1

2. k=K/R
= 1,4382 cm-1 / 523 ohm
= 2,749 X 10-3 mho/cm
Sifat-sifat larutan elektrolit

 Hantaran ekuivalen

ʌc = k . V dengan V = 1000 cm3/liter = 1000 cm3/Eq


ʌc = 1000 . k (mho cm2 / Eq) c Eq/liter c
c

Hantaran ekuivalen (ʌ) didefinisikan sebagai hantaran dari larutan yang


mengandung 1 gram ekuivalen zat terlarut jika diukur dalam sel yang
elektrodanya berjarak 1 cm. Sedangkan ʌc adalah hantaran ekuivalen pada
konsentrasi c gram ekuivalen per liter dihitung dari hasil kali hantaran jenis k
dan volume V dalam cm3.
 Contoh :
Larutan obat konsentrasi 0,1N diukur hantarannya pada suhu 250C yaitu 0,0734
mho. Tetapan sel pada suhu 250C adalah 0,520 cm-1. berapa kah hantaran
jenis dan hantaran ekuivalen larutan tersebut ?
k=K.C
k = 0,520 cm-1 X 0,0734 mho
k = 0,0381 mho/cm

ʌc = k . V
Ʌc = 0,0381 mho/cm X 1000/0,1 cm3 / Eq
Ʌc = 381 mho cm2 / Eq
Teori ARRHENIUS

 Derajat disosiasi
Arrhenius menentukan derajat disosiasi langsung dari pengukuran hantaran. Ia
mengakui bahwa hantaran ekuivalen pada pengenceran tidak terhingga Ʌ0
adalah ukuran dari disosiasi yang sempurna, zat terlarut menjadi ion-ion dan
bahwa Ʌc menggambarkan jumlah partikel zat terlarut yang ada sebagai ion
pada konsentrasi c. Karena itu fraksi molekul zat terlarut yang terionisasi atau
derajat disosiasi dinyatakan dalam persamaan :

= Ʌc / Ʌ0
 Contoh :
Hantaran ekuivalen asam asetat pada pengenceran tidak terhingga pada
250c adalah 470,5 mho cm2/Eq. Hantaran ekuivalen larutan asam asetat 5,9 X
10-3 M adalah 14,4 mho cm2/Eq. Berapa derajat disosiasi asam asetat pada
konsentrasi ini?
= Ʌc / Ʌ0
= 14,4 / 470,5
= 0,030 atau 3,0%
 Derajat disosiasi
Faktor van’t Hoff “i” :
i = 1 + a (v – 1)
Sehingga diperoleh persamaan untuk derajat disosiasi :

i-1
=
v-1

Untuk menentukan “i” dengan metode krioskopik digunakan persamaan :

∆ Tf
i=
Kf . m
 Contoh :
Penurunan Titik beku larutan asam asetat 0,10 m adalah -0,1960c. Hitung
derajat ionisasi asam asetat pada konsentrasi ini bila tetapan krioskopik
adalah 1,86.
Diketahui : Asam asetat terdisosiasi menjadi dua ion, jadi v = 2
∆ Tf
i=
Kf . m
i = 0,196 / (1,86 X 0,10)
i = 1,05

i-1
=
v-1
= 1,05 - 1
2-1

= 0,05
Fraksi asam asetat yang ada sebagai ion dalam larutan 0,10 m adalah 0,05 atau
terionisasi sebesar 5%
TEORI MODEREN TENTANG
ELEKTROLIT KUAT
 Keaktifan dan Koesfisien Keaktifan
Suatu kation dan anion dalam suatu larutan air masing-masing memiliki
keaktifan ion yang berbeda. Untuk ini digunakan tanda a+ untuk keaktifan
kation dan tanda a_ untuk keaktifan anion. Tetapi untuk elektrolit dalam
larutan yang terdiri dari ion-ion didefinisikan sebagai hubungan antara
keaktifan elektrolit a ± .
Keaktifan suatu ion yang setara dengan konsentrasinya dinyatakan sebagai
molalita atau molarita.

a = m
Keaktifan suatu elektrolit didefinisikan sebagai keaktifan ion rata-rata (mean
ionic activity) yang diberikan oleh hubungan :

a± = (a+ma_n)1/m+n
Dimana m dan n adalah bilangan stoichimetri ion dalam larutan.

Contoh :
larutan Na Cl mempunyai koefisien keaktifan rata-rata
a ± = (aNa+ aCl-)1/2
Contoh :
Larutan FeCl3 mempunyai koefisien keaktifan rata-rata.
a ± = (aFe+3 aCl-3)1/4

Koefisien keaktifan rata-rata untuk elektrolit didefinisikan sebagai :


a± = y ±(c+mc_n)1/m+n

Dengan c adalah konsentrasi elektrolit dan


y adalah koefisien keaktifan ion rata-rata
Contoh :
Berapa keaktifan ion rata-rata dari larutan FeCl3 0,03 M?
 Jawab
a± = y ±(c+mc_n)1/m+n
a± = y ±[(0,03) (3 X 0,03)3]1/1+3
a± = y ±[(0,03) (3 X 0,03)3]1/4
a± = y ±[(0,03) (3 X 0,03)3]1/4
a± = (0,00002187) ¼ y ±
a± = 6,838 X 10-2 y ±
 Keaktifan Pelarut
Untuk pelarut murni yang bersifat ideal sesuai dengan hukum Raoult. Maka
pada keadaan ini , fraksi mol dapat disamakan dengan keaktifan pelarut,
yaitu :
a = X1 = 1

Untuk larutan pekat, biasanya keaktifan pelarut menjadi lebih kecil dari
konsentrasi fraksi mol, dan perbandingannya dapat diberikan oleh koefisien
aktivitas rasional, seperti zat terlarut.

a = yx X1
Keaktifan pelarut yang mudah menguap dapat ditentukan secara lebih
sederhana. Perbandingan tekanan uap pelarut p1 dalam larutan terhadap
tekanan uap pelarut murni p10 adalah kira-kira sama dengan keaktifan pelarut
pada tekanan biasa.

Contoh :
Tekanan uap air larutan yang mengandung 0,5 mol sukrosa dalam 1000 gram
air adalah 15,23 mm dan tekanan uap murni air pada 200 C adalah 15,61 mm.
Berapa keaktifan (kecenderungan melepaskan diri) air dalam larutan?
 Jawab :
a = 15,23 / 15,61

a = 0,9756
 Keadaan Referensi
Keadaan referensi dapat didefinisikan sebagai larutan di mana konsentrasi
komponen (fraksi mol, molal atau molar) adalah sama dengan keaktifan. Hal
ini terjadi untuk pelarut murni
Keaktifan = konsentrasi
Jika zat terlarut didalam pelarut maka konsentrasi dinyatakan dalam fraksi
mol.
 Keadaan Standar
Keadaan standar suatu komponen dalam larutan adalah keadaan
komponen pada satuan keaktifan.
 Kekuatan Ionic
Dalam skala molal, kekuatan ion didefinisikan sebagai

μ = ½ (c1z12 + c2z22 + c3z32 + c4z42 + ...... + cjzj2 )

μ = ½ ∑ cjzj2
 Contoh :
Berapa kekuatan ion dari:
a. KCl 0,010 M
b. BaSO4 0,020 M
c. Na2SO4 0,030 M
Jawab :

a. μ = ½ [(0,01 X 12)+ (0,01 X 12)] = 0,010


b. μ = ½ [(0,02 X 22)+ (0,02 X 22)] = 0,08

c. μ = ½ [(0,06 X 12)+ (0,03 X 22)] = 0,09


Kekuatan ion campuran elektrolit adalah jumlah kekuatan masing-masing
garam :

μ total = μ A + μ B + μ C+ μ D

Soal :
Suatu larutan dapar mengandung 0,5 mol K2HPO4 dan 0,3 mol KH2PO4 per liter.
Hitung kekuatan ion dari larutan ini.
 Jawab

μ = ½ [(0,5 X 2 X 12)+ (0,5 X 22) + (0,3 X 12) + (0,3 X 12)]

= ½ [ 1 + 2 + 0,3 + 0,3 ]

= 1,8
 Debye-Huckel

Log yi = - Azi2√μ
Koefisien keaktifan ion (yi) dari suatu ion dengan valensi zi

Untuk elektrolit biner yang mengandung ion dengan valensi z+ dan z- digunakan
persamaan :
Log yi = - Az+z-√μ

Harga A didapat dari = 1,824. 106 / (E . T)3/2


E adalah tetapan dielektrik dan T adalah temperatur derajat kelvin.
 Menghitung harga A :
Berapa harga A untuk air dengan tetapan dielektrik 78,54 pada suhu 250C,
300C, 350C,?
 Jawab
Pada suhu 25C
1,824. 106 / (E . T)3/2
1,824. 106 / (78,54 . 298)3/2 = 0,509

Pada suhu 30C


1,824. 106 / (78,54 . 303)3/2 = 0,496

Pada suhu 35C


1,824. 106 / (78,54 . 308)3/2 = 0,484
 Soal :
Hitung koefisien keaktifan ion dari 0,02 M CaCl2 dengan nilai A = 0,509
Jawab
μ = ½ (0,02.22+0,04.12) = 0,06
Log yi = - Az+z-√μ
Log yi = -0,509. 2 . 1 √0,06
Yi = 10-0,509. 2 . 1 √0,06
Yi = 0,56
SIFAT KOLIGATIF

Osmolalitas

Suatu larutan yang mengandung 1 mol (1 gram mol) zat yang tidak dapat
terionisasi dalam 1 kilogram air (larutan 1 m) adalah larutan 1 osmolal. Larutan
ini mengandung 1 osmol (osm) atau 1000 miliosmol zat terlarut perkilogram
pelarut. Osmolalitas mengukur jumlah total partikel yang larut dalam satu
kilogram air, yaitu osmol perkilogram air, dan tergantung pada sifat elektrolit
zat terlarut.
 Miliosmolalita = i . mm

Dimana i adalah jumlah kira-kira ion yang terbentuk per mol dan mm adalah
konsentrasi milimolal.
Contoh :
Berapakah milimolalitas dari larutan Kalium bromida 0,120 m? Berapakah tekanan
osmosisnya ? Diketahui nilai i dari kalium bromida adalah 1,86
Jawab :
Miliosmolalita = 1,86 X 0,120 = 223 mos/kg
Larutan 1 osmolal menaikkan titik didih 0,520 C, menurunkan titik beku 1,860C dan
menghasilkan tekanan osmosa 24,4 atmosfer pada temperatur 250C.
Maka 0,223 Osm/kg larutan menghasilkan tekanan osmosis 24,4 X 0,223 = 5,44 atm
Soal :
Berapakah milimolalita dari larutan NaCl 0,090 m? Berapakah tekanan
osmosisnya?
Diketahui nilai i dari NaCl adalah 2
Jawab :
Miliosmolalita = 2 X 0,090 = 0,180 osm/kg

Tekanan osmosis = 0,180 X 24,4 = 4,392 atm


Latihan :
1. Suatu larutan sukrosa 1,0 m mempunyai tekanan osmosa yaitu 24,8 atm
pada 00C. Hitung faktor van’t hoff i untuk sukrosa pada konsentrasi ini.
2. Suatu larutan mengandung fenobarbital 0,005 M dengan dapar natrium
asetat 0,04 M dan asam asetat 0,03 M. Berapakah kekuatan ion dari
larutan ini?
3. Suatu larutan mengandung AlCl3 0,10 M dan Na2HPO4 0,05 M. Berapa
kekuatan ion larutan ini?
KESETIMBANGAN ION
 Teori Bronsted-Lowry
Asam adalah suatu zat, bermuatan atau tidak bermuatan, yang dapat
memberikan proton, sedang basa adalah suatu zat, bermuatan atau tidak
bermuatan, yang dapat menerima proton.

Kekuatan relatif dari asam dan basa diukur oleh kecenderungan dari zat ini
untuk memberi dan menerima proton.
 Contoh :

HCl adalah asam kuat karena zat ini mudah memberikan proton, sedangkan asam asetat
adalah asam lemah karena memberikan protonnya hanya dalam jumlah kecil.

Kekuatan dari asam atau basa bervariasi tergantung pelarutnya.

HCl adalah asam lemah di dalam asam asetat glasial dan


asam asetat adalah asam kuat di dalam cairan amoniak

Kekuatan dari asam tidak hanya tergantung dari kemampuan memberikan proton, tetapi
juga pada kemampuan pelarut menerima proton dari asam. Atau disebut juga kekuatan
basa dari pelarut.
 Pelarut
Pelarut dapat diklasifikasikan sebagai protofilik, protogenik, amfiprotik dan aprotik

1. Protofilik (pelarut basa) adalah suatu pelarut yang dapat menerima proton dari
zat terlarut (aseton, eter, amoniak).
2. Protogenik adalah senyawa pemberi proton yang ditunjukan oleh asam (asam
format, asam asetat, asam sulfat, HCl).
3. Amfiprotik bekerja sebagai penerima proton dan pemberi proton (alkohol)
4. Aprotik merupakan pelarut yang tidak menerima dan juga tidak memberi
proton, dalam keadaan ini menjadi netral, sehingga berguna untuk
mempelajari reaksi asam dan basa yang bebas dari pengaruh pelarut.
Kesetimbangan Asam – Basa

 Ionisasi asam lemah

k1 X [HAc] X [H2O] = k2 X [H3O+] X [Ac-]

Perbandingan k1/k2 :

[H3O+] . [Ac-]
k = k1/k2 =
[HAc] . [H2O]
 Contoh :
Dalam larutan encer dari asam asetat, air berada dalam jumlah yang cukup
berlebih dianggap konstan dengan berat 997,07gram dalam 1 liter dengan berat
molekul air adalah 18,02. Jika dimasukkan dalam persamaan k1/k2 menghasilkan
tetapan baru ka, yaitu tetapan ionisasi atau tetapan disosiasi dari asam asetat.

[H3O+] . [Ac-]
Ka = 55,3 k =
[HAc]
Persamaan tersebut disajikan dalam bentuk yang lebih umum :

Ka = x2
c-x
x2
Ka =
c-x

Dimana x adalah konsentrasi ion hidrogen dan c adalah konsentrasi molar


larutan.
Karena nilai c jauh lebih besar dibandingkan nilai x maka :

x2
Ka =
c

Atau x = [H3O+] = √Kac


 Contoh :
Dalam satu liter larutan 0,1 M, asam asetat terdisosiasi menjadi 1,32 X 10-3
gram ion hidrogen dan 1,32 X 10-3 gram ion asetat pada 250C. Berapakah
tetapan disosiasi Ka untuk asam asetat?

(1,32 X 10-3)2
Ka =
0,1 - (1,32 X 10-3)

(1,32 X 10-3)2
Ka =
0,1
1,74 X 10-6
Ka = = 1,74 X 10-5
1 X 10-1
 Dalam satu liter larutan 0,1 M, asam asetat terdisosiasi menjadi 1,52 X 10-3
gram ion hidrogen dan 1,52 X 10-3 gram ion asetat pada 250C. Berapakah
tetapan disosiasi Ka untuk asam asetat?
 Contoh :
Dalam satu liter larutan 0,1 M, asam asetat terdisosiasi menjadi 1,52 X 10-3
gram ion hidrogen dan 1,52 X 10-3 gram ion asetat pada 250C. Berapakah
tetapan disosiasi Ka untuk asam asetat?

(1,52 X 10-3)2
Ka =
0,1 - (1,52 X 10-3)

(1,52 X 10-3)2
Ka =
0,1
2,31 X 10-6
Ka = = 2,31 X 10-5
1 X 10-1
Kesetimbangan Asam – Basa

 Ionisasi basa lemah

Perbandingan k1/k2 :

[OH-] . [BH+]
Kb =
[B]

Atau [OH-] = √Kbc


 Contoh :
Tetapan ionisasi Kb untuk basa morfin adalah 7,4 X 10-7 pada suhu 250C.
Berapa konsentrasi ion hidroksil dari larutan morfin dalam 0,0005 M?

[OH-] = √ 7,4 X 10-7 X 5,0 X 10-4


[OH-] = √ 37,0 X 10-11
[OH-] = √ 3,7 X 10-10
[OH-] = 1,92 X 10-5 mol/ liter
 Contoh :
Tetapan ionisasi Kb untuk basa morfin adalah 6,8 X 10-7 pada suhu 250C.
Berapa konsentrasi ion hidroksil dari larutan morfin dalam 0,0005 M?
 Contoh :
Tetapan ionisasi Kb untuk basa morfin adalah 6,8 X 10-7 pada suhu 250C.
Berapa konsentrasi ion hidroksil dari larutan morfin dalam 0,0005 M?

[OH-] = √ 6,8 X 10-7 X 5,0 X 10-4


[OH-] = √ 34,0 X 10-11
[OH-] = √ 3,4 X 10-10
[OH-] = 1,84 X 10-5 mol/ liter
Kesetimbangan Asam – Basa

 Ionisasi Air

Kw = [H3O+] x [OH-]

Dalam air murni, konsentrasi ion hidrogen dan hidroksil adalah sama yaitu
1 X 10-7 mol /liter pada suhu 250C. Sehingga nilai Kw dalam air murni adalah :

Kw = 1. 10-7 x 1. 10-7 = 1.10-14


 Contoh :
Sejumlah HCl (1,5 X 10-3 M) ditambahkan pada air 250C untuk menaikkan
konsentrasi ion hidrogen dari 1 X 10-7 menjadi 1,5 X 10-3 mol/liter. Berapakah
konsentrasi ion hidroksil yang baru?

[OH-] = Kw / [H3O+]

1.10-14
[OH-] =
1,5. 10-3

[OH-] = 6,7 . 10-12


 Contoh :
Sejumlah HCl (1,3 X 10-3 M) ditambahkan pada air 250C untuk menaikkan
konsentrasi ion hidrogen dari 1 X 10-7 menjadi 1,3 X 10-3 mol/liter. Berapakah
konsentrasi ion hidroksil yang baru?
 Contoh :
Sejumlah HCl (1,3 X 10-3 M) ditambahkan pada air 250C untuk menaikkan
konsentrasi ion hidrogen dari 1 X 10-7 menjadi 1,3 X 10-3 mol/liter. Berapakah
konsentrasi ion hidroksil yang baru?

[OH-] = Kw / [H3O+]

1.10-14
[OH-] =
1,3. 10-3

[OH-] = 7,69 . 10-12


 Skala pH Sorensen

1
pH = log
[H3O+]

pH = log 1 – log [H3O+]

Karena logaritma 1 adalah 0 maka :


pH = - log [H3O+]
Skala pH Sorensen
 Contoh :

Konsentrasi ion hidronium dari larutan HCL 0,05 M adalah 0,05. berapakah pH
larutan ini ?

pH = - log (5,0 X 10-2)


pH = -log 10-2 – log 5,0
pH = 2 – 0,70 = 1,30
 Contoh :

Konsentrasi ion hidronium dari larutan HCL adalah 0,07. berapakah pH larutan
ini ?
 Contoh :

Konsentrasi ion hidronium dari larutan HCL adalah 0,07. berapakah pH larutan
ini ?

pH = - log (7,0 X 10-2)


pH = -log 10-2 – log 7,0
pH = 2 – 0,845 = 1,155
 Contoh :
Konsentrasi ion hidronium/hidrogen dari larutan 0,1M asam barbiturat adalah
2,35 X 10-4 M. Berapakah pH larutan?
pH = - log (2,35 X 10-4)
pH = 4 – log 2,35 = 3,63
 Contoh :
Jika pH larutan adalah 3,50 . Berapakah konsentrasi ion hidronium ?
pH = - log [H3O+] = 3,50
Log [H3O+] = - 3,50
[H3O+] = antilog -3,50
[H3O+] = 3,162 X 10-4
 Rumus :

pKb = - log [OH-]


pKa = - log ka
pKw = - log Kw

pKw = pKa + pKb


Perhitungan pH

Larutan Asam dan Basa Kuat


Bila HCL dilarutkan dalam air maka :

Kw
[H3O+] = [OH-] + [CL-] = + Ca
[H3O+]

Yang dapat disusun menjadi :

[H3O+]2 – Ca [H3O+] - Kw = 0

Bila konsentrasi asam adalah 1 X 10-6 M atau lebih besar. Maka Cl- >>> OH- . Jadi persamaan
disederhanakan menjadi [H3O+] = Ca. Hal ini juga berlaku pada larutan basa kuat seperti
NaOH.
Persamaan kuadrat dalam bentuk umum :
aX2 + bX + c = 0

Yang penyelesaiannya :

-b ± √b2 – 4ac
X=
2a
Persamaan :
[H3O+]2 – Ca [H3O+] - Kw = 0

Menjadi :

Ca + √Ca2 + 4Kw
[H3O+] =
2
Bila konsentrasi asam adalah 1 X 10-6 M atau lebih besar. Maka Ca2 >>> 4Kw . Jadi
persamaan disederhanakan menjadi [H3O+] = Ca. Hal ini juga berlaku pada
larutan basa kuat seperti NaOH.
Larutan Asam Lemah :

[H3O+]2 + Ka [H3O+] - KaCa = 0

Yang merupakan persamaan kuadrat dengan penyelesaian :

-Ka + √Ka2 + 4KaCa


[H3O+] =
2
Dalam hal , Ca >> (H3O+) maka persamaan dapat disederhanakan menjadi :

(H3O+) = √KaCa

Contoh :
Hitung pH asam salisilat 0,01 M yang memiliki Ka = 1,06 X 10-2 pada suhu 250C
[H3O+] = √(1,06 X 10-2) X (1 X 10-2)
[H3O+] = 1,03 X 10-3 M

Perkiraan bahwa Ca >> [H3O+] tidak berlaku. Maka digunakan persamaan :

- (1,06 X 10-3) + √ (1,06 X 10-3) 2 + 4 (1,06 X 10-3) (1 X 10-2)


[H3O+] =
2
[H3O+] = 6,279 X 10-3 M
pH = -log (6,279 X 10-3) = 2,202
Contoh :
Hitung pH asam salisilat 0,01 M yang memiliki Ka = 2,12 X 10-2 pada suhu 250C
[H3O+] = √(2,12 X 10-2) X (1 X 10-2)
[H3O+] = 1,45 X 10-2

Perkiraan bahwa Ca >> [H3O+] tidak berlaku. Maka digunakan persamaan :

- (2,12 X 10-2) + √ (2,12 X 10-2) 2 + 4 (2,12 X 10-2) (1 X 10-2)


[H3O+] =
2
[H3O+] = 7,4069 X 10-3
pH = -log (7,4069 X 10-3) = 2,13
Hitung pH larutan efedrin sulfat 1 gram/100mL. Berat molekul garam adalah
428,5 dan Kb untuk efedrin basa 2,3 X 10-5. Efedrin sulfat (BH+)2SO4, terdisosiasi
sempurna ke dalam kation 2 BH+ dan anion 1 SO-24. jadi konsentrasi asam
lemah (kation efedrin) adalah 2 X konsentrasi garam yang ditambahkan.
2 X 10 g/liter
Ca = 2 Cs = = 4,67 X 10-2 M
428,5 g/mol

Ka = Kw/ Kb = 1,00 X 10-14 / 2,3 X 10-5 = 4,35 X 10-10

(H3O+) = √(4,35 X 10-10) X (4,67 X 10-2 )

(H3O+) = 4,51 X 10-6

pH = -log(4,51 X 10-6) = 5,35


Hitung pH larutan efedrin sulfat 7 gram/1000mL. Berat molekul garam adalah
428,5 dan Kb untuk efedrin basa 2,7 X 10-5. Efedrin sulfat (BH+)2SO4, terdisosiasi
sempurna ke dalam kation 2 BH+ dan anion 1 SO-24. jadi konsentrasi asam
lemah (kation efedrin) adalah 2 X konsentrasi garam yang ditambahkan.
2 X 7 g/liter
Ca = 2 Cs = = 3,26 X 10-2 M
428,5 g/mol

Ka = Kw/ Kb = 1,00 X 10-14 / 2,7 X 10-5 = 3,70 X 10-10

(H3O+) = √(3,70 X 10-10) X (3,26 X 10-2 )

(H3O+) = 3,47 X 10-6

pH = -log(3,47 X 10-6) = 5,45


Larutan Basa Lemah :

-Kb + √Kb2 + 4KbCb


[OH-] =
2
Dalam hal , Cb >> (OH-) maka persamaan dapat disederhanakan menjadi :

(OH-) = √KbCb

Contoh :
Hitung pH dari larutan basa cocain 0,002 M yang memiliki Kb = 2,5 X 10-6 pada
suhu 250C
(OH-) = √ (2,5 X 10-6) (2 X 10-3)
(OH-) = 7,07 X 10-5

pOH = -log(7,07 X 10-5) = 4,14


pH = 14,00 – 4,14
pH = 9,85
Contoh :
Hitung pH dari larutan basa cocain 0,001 M yang memiliki Kb = 2,6 X 10-6 pada
suhu 250C
(OH-) = √ (2,6 X 10-6) (1 X 10-3)
(OH-) = 5,09 X 10-5

pOH = -log(5,09 X 10-5) = 4,29


pH = 14,00 – 4,29
pH = 9,71
Hitung pH dari larutan Na Sulfathiazol 0,165 M. Tetapan keasaman sulfathiazol
adalah 7,6 X 10-8. yang diketahui adalah Ka bukan Kb.
Kb = 1,00 X 10-14 / 7,6 X 10-8 = 1,31 X 10-7

[OH-] = √ (1,31 X 10-7) X 0,165


[OH-] = 1,47 X 10-4

pOH = -log (1,47 X 10-4) = 3,83


pH = 14,00 -3,83 = 10,16
√(7,6 X 10-8)X (1,00X 10-14)
[H3O+] =
0,165

[H3O+] = 6,79 X 10-11 M

pH = -log (6,79 X 10-11 )


pH = 10,17
Berapakah pH dari larutan yang mengandung asam asetat 0,1 M dan Na
asetat 0,05 M dengan nilai Ka = 1,75 X 10-5 ?

(1,75 X 10-5)X (0,1)


[H3O+] =
5,0 X 10-2

[H3O+] = 3,50 X 10-5 M

pH = -log(3,50 X 10-5 ) = 4,46


Berapakah pH dari larutan yang mengandung efedrin 0,1 M dan efedrin
hidroklorida 0,01 M? Nilai Kb = 2,3 x 10-5 dan Ka = 4,35 X 10-10.
(4,35 X 10-10)X (1,0 X 10-2)
[H3O+] =
1,0 X 10-1

[H3O+] = 4,35 X 10-11 M

pH = -log(4,35 X 10-11 ) = 10,36


(2,30 X 10-5)X (1,0 X 10-1)
[OH-] =
1,0 X 10-2

[OH-] = 2,30 X 10-4 M

pOH = -log(2,30 X 10-4 ) = 3,63

pH = 14,00 – 3,63 = 10,36


TETAPAN KEASAMAN

Dari Persamaan Debye-Huckel

0,51 (2Z – 1) √μ
pk’ = pK +
1 + √μ

Contoh :
Hitung nilai pK’ untuk senyawa asam sitrat pada suatu kekuatan ion 0,01 M.
Nilai pK = 2,5 . Muatan pada zat asam adalah -1.
Maka :
0,51 (2(-1) – 1) √0,01
pk’ = 2,5 +
1 + √0,01

pk’ = 2,5 – 0,14 = 2,36


Persamaan Zwitterion

1. Zat dengan muatan positif

0,51 √μ
pk’ = pK + - Kr μ
1 + √μ

2. Zat dengan muatan negatif

0,51 √μ
pk’ = pK - + Kr μ
1 + √μ
Contoh :
Hitung pH dari larutan glisin 10-4 M pada suatu kekuatan ion 0,10 pada 250C.
Nilai pKa untuk glisin adalah pK1= 4,76 dan pK2= 7,52. dengan nilai kr = 0,32

Maka :
0,51 √0,10
a. pk1’ = 4,76 + - 0,32 . 0,10
1 + √0,10

pk1’ = 4,76 + 0,12 – 0,03 = 4,85

0,51 √0,10
b. pk2’ = 7,52 - + 0,32 . 0,10
1 + √0,10

pk2’ = 7,52 - 0,12 + 0,03 = 7,43


Maka pH = ½ (pK1’ + pK2’)

pH = ½ (4,85 + 7,43)
pH = ½ (12,28)
pH = 6,14
Latihan Soal
1. Hitung pH larutan obat 0,01 M yang memiliki Ka = 3,61 X 10-2 pada suhu 250C
2. Hitung pH dari larutan obat 10-3 M pada suatu kekuatan ion 0,40 pada 250C.
Nilai pKa untuk larutan tersebut adalah pK1= 3,57 dan pK2= 6,43. dengan nilai
kr = 0,23.

Anda mungkin juga menyukai