Larutan
Nonelektrolit Elektrolit
Materi Perkuliahan
Larutan
Nonelektrolit
Larutan
Elektrolit
Koefisiensi Sifat
Teori Elektrolit
Sifat Larutan
Arrhennius kuat
Koligatif Elektrolit
Materi Perkuliahan
Kesetimbangan
Ion
Sediaan aman,
berkhasiat, Zat tambahan
berkualitas
Contoh : Zat Aktif
Tidak larut
Larut air
air
Oleh karena itulah ada sediaan yang berbentuk tablet, sirup, salep, dan
lain-lain. Semua itu bergantung pada sifat zat aktif dan fungsinya terhadap
tubuh. Proses pembuatan sediaannya menjadi bagian dari cerita menarik
lain di kuliah Teknologi Sediaan Farmasi Likuida – Semisolida dan Solid.
Ketika sediaan obat sedang dibuat, masih ada lagi beberapa kriteria yang
harus diuji apakah memenuhi standar atau tidak, misalnya uji viskositas
atau kekentalan. Kekentalan sediaan likuid, perlu untuk ditetapkan, salah
satu tujuannya berkaitan dengan kemudahan pasien dalam menuang
obat ke sendok takar.
Coba bayangkan jika sirup yang dituang terlalu cair, akan meningkatkan
resiko tumpah bukan? Begitu juga sebaliknya jika sirup terlalu kental, maka
akan sulit untuk dituang dan ditakar. Hal ini mungkin terlihat sepele, namun
dari kenyamanan pasien dalam menggunakan obat inilah, diharapkan
pasien dapat menggunakan obatnya sesuai aturan dengan baik dan
tidak menyulitkan.
Setelah sediaan jadi, tentu hal penting yang selanjutnya menjadi perhatian
adalah kestabilan sediaan. Obat yang telah dibuat tentu harus tetap stabil
selama proses distribusi obat, agar ketika diterima oleh pasien, obat masih
dalam keadaan yang stabil, tidak ada pengurangan aktivitas atau terjadi
kerusakan zat aktif.
Melalui penerapan ilmu farmasi fisik, kita dapat menetapkan waktu
kadaluarsa berdasarkan hasil uji sediaan pada berbagai kondisi. Jadi,
pasien tidak perlu khawatir dengan obat yang diterima. Melalui semua itu,
kita belajar melihat sediaan yang dibuat dari sifat fisik dan tidak melulu sifat
kimianya saja.
Bagaimana? Menarik bukan?
Yuk belajar Farmasi Fisik!
Evaluasi Akhir…
Tugas/Quiz 10%
UTS 45% 19-31 Okt 2015
UAS 45% 4-16 Jan 2015
Grading…
≥ 80 A
72 – 79 B+
65 – 71 B
60 – 64 C+
56 – 59 C
50 – 55 D+
46 – 49 D
≤ 45 E
LARUTAN
A. Larutan Nonelektrolit
B. Larutan Elektrolit
LARUTAN
Fraksi mol FeSO4 = jumlah mol FeSO4 / Jumlah mol air + jumlah mol FeSO4
= 0,2732 / 55,27 + 0,2732 = 0,0049
1. Larutan ideal:
Larutan di mana gaya tarik menarik antar molekul yg tidak sejenis (pelarut-zat terlarut)
= gaya tarik menarik antar molekul yg sejenis (pelarut-pelarut).
Misal:
Larutan zat A dalam zat B.
Gaya tarik menarik mol A-B = gaya tarik menarik A-A atau B-B
Larutan ideal biasanya terbentuk oleh komponen2 yg mempunyai struktur dan sifat-sifat
kimia yg hampir sama.
Misal : - benzen – toluen
- metanol – etanol
- n heksana - n heptan
Salah satu sifat larutan yg penting adalah tekanan suatu komponen yg terdapat dalam
larutan tsb pd permukaan larutan.
Hukum Raoult:
Tekanan uap pelarut (PA) pd permukaan larutan besarnya sama dengan hasil kali
tekanan uap pelarut murni (PA*) dg fraksi mol pelarut tsb di dalam larutan (XA)
PA = XA . PA*
Plot tekanan uap pelarut vs fraksi mol pelarut merupakan garis lurus.
~ Larutan yg mengikuti hukum ini disbt larutan ideal.
~ Larutan yg menyimpang dari perilaku ini disbt larutan nonideal
(ada penyimpangan positif atau negatif )
Bila diasumsikan sistem mengandung 2 komponen ( A
& B ) maka tekanan uap total ( P ) dari sistem dapat
dicapai dgn menggunakan persamaan :
P = PA + PB
p = XA . PA* + XB . PB*
PA* PB*
Hk Dalton
Hk Raoult
P1 P*1
Contoh penyimp + :
Penyimp. +
etanol-sikloheksan
Contoh penyimp -:
ideal
aseton-kloroform
Penyimp. -
X1
Gbr grafik tek uap pelarut P1 vs fraksi mol
pelarut X1 lart ideal dan non ideal
Hukum Henry:
Larutan nyata larutan yg mempunyai gaya kohesi lebih besar atau lebih
kecil dari pada gaya adhesi.
= 0,9525
= 0,0089
RTb*2 ∆p
∆ Tb=
∆Huap. p0
∆Tb = Kb . mB
RTb*2M1
Kb = konstanta ebulioskopi =
∆Huap.1000
RTb*2M1
Jadi ∆Tb = mB
∆Huap.1000
Contoh soal:
Untuk air pada 1000C, Tb= 373,20K, ∆Huap = 9720
kal/mol, M1 = 18,02 g/mol, dan R = 1,987 kal/ mol deg.
Kb = 1,987 X (373,2)2 X 18,02
1000 X 9720
∆Tf = Kf . m
1000 . w2
∆Tf = kf
w1 . M2
Contoh soal:
Berapakah penurunan titik beku larutan yang
mengandung 3,42 g sukrosa dalam 500 g air ? Berat
molekul sukrosa 342. pada larutan yang relatif encer
ini, kf kira-kira sama dengan 1,86.
Contoh soal:
Berapakah penurunan titik beku larutan yang
mengandung 3,42 g sukrosa dalam 500 g air ? Berat
molekul sukrosa 342. pada larutan yang relatif encer
ini, kf kira-kira sama dengan 1,86.
1000 . w2
∆Tf = Kf . m = kf
w1 . M2
1000 . 3,42 g
∆Tf = 1,86
500 . 342
∆Tf = 0,0370 C
d. Tekanan Osmosis
Osmosis
Gejala osmosis (dari kata Yunani “mendorong”)
Adalah proses spontan di mana pelarut mengalir
melalui membran semipermeabel ke larutan lain yg
lebih pekat sampai kedua larutan sama
konsentrasinya.
Tekanan osmosis:
adalah tekanan yg harus diberikan kepada larutan
agar alirannya berhenti
Membran semipermeabel:
Membran yg dapat diresapi oleh pelarut, tetapi
tidak oleh zat terlarut.
Istilah yg berkaitan dg besar tekanan osmosis:
- isotonis, hipotonis, hipertonis
h
Pelarut
murni larutan
Membran
semipermeabel
Gambar: pengukuran tekanan osmosis
Bila osmosis mencapai keseimbangan: tinggi
larutan di sebelah kanan lebih tinggi h cm dari yg
kiri
Tekanan osmosis ( ) = gaya / luas
= A h g /A
=h g
A = luas kolom gelas
h = tinggi cairan dalam kolom
G = konstanta gravitasi (980,7 cm det-2)
= massa jenis larutan
1. Suatu larutan obat dibuat dengan melarutkan 20,0 g dalam 100 g air dengan nilai kb = 0,51
, dan mempunyai titik didih 100,280C. Hitung berat molekul obat tersebut !
2. 0,30 gram obat dilarutkan dalam 50 mL air pada suhu 200C dapat menghasilkan tekanan
osmosa sebesar 2,4 atm. Berapakah berat molekul zat terlarut?
3. Berapakah tekanan osmosis suatu larutan urea (bm = 60) yang berisi 0,50 gram obat dalam
100mL air pada suhu kamar (250C). Gunakan persamaan van’t hoff.
4. Hitung penurunan titik beku larutan glukosa 0,70%. Berat molekul glukosa 180. kf= 1,86.
1000 w2
1. ∆Tb = KB
w1 M2
1000 w2
M2 = Kb
w1 ∆Tb
M2 = 0,51 X 1000 X 20
100 X 0,28
M2 = 364,285
2. V = nRT
V = w/bm R T
V bm = w R T
bm = w R T / V
bm = 0,30 0,082 293 / 0,05 2,4
bm = 60
3. V = nRT
. 100 mL = (0,50/60) . 0,082 . 298
= 0,0083 . 24,436 / 0,10
= 0,202 / 0,05
= 2,03 atm
4.
∆Tf = Kf . M
1000 . w2
∆Tf = kf
w1 . M2
1000 . 0,70%
∆ Tf = 1,86
99,30% . 180
∆ Tf = 0,0720
TUGAS
1. Berapakah penurunan titik beku larutan yang mengandung 6,84 g sukrosa dalam 1000 g air
? Berat molekul sukrosa 342. pada larutan yang relatif encer ini, kf kira-kira sama dengan
1,86.
2. Berapakah tekanan osmosis larutan urea (berat molekul 60) yang berisi 0,50 g obat dalam
100 mL air pada suhu 300C.
3. Suatu larutan sukrosa (berat molekul 342) dibuat dengan jalan melarutkan 1 g sukrosa
dalam 50 g air. Hitung persen berat (b/b), konsentrasi molal, dan fraksi mol sukrosa dan air
dalam larutan.
4. 10 gram obat (nonelektrolit) dilarutkan dalam 200 g air hitunglah berat molekulnya bila
larutan dipakai untuk analisi krioskopi dengan hasil penurunan titik beku adalah 0,2000C.
5. Larutan obat dibuat dengan melarutkan 27,0g dalam 100 g air, digunakan untuk analisis
ebulioskopi. Kenaikan titik didih nya adalah 0,320C. Hitung berat molekul obat tersebut.
Jawab
1. Berapakah penurunan titik beku larutan yang mengandung 6,84 g sukrosa dalam 1000 g air
? Berat molekul sukrosa 342. pada larutan yang relatif encer ini, kf kira-kira sama dengan
1,86.
∆Tf = Kf . M
1000 . w2
∆Tf = kf
w1 . M2
1000 . 6,84 g
∆ Tf = 1,86 = 0,03720
1000 . 342
Jawab
2. Berapakah tekanan osmosis larutan urea (berat molekul 60) yang berisi 0,50 g obat dalam
100 mL air pada suhu 300C.
V = nRT
. 0,1 = (0.50 / 60) 0,082 . 303
= 0,0083 . 0,082 . 303 / 0,1
= 2,070 atm
Jawab
3. Suatu larutan sukrosa (berat molekul 342) dibuat dengan jalan melarutkan 1 g sukrosa dalam
50 g air. Hitung persen berat (b/b), konsentrasi molal, dan fraksi mol sukrosa dan air dalam
larutan.
4. 10 gram obat (nonelektrolit) dilarutkan dalam 200 g air hitunglah berat molekulnya bila
larutan dipakai untuk analisi krioskopi dengan hasil penurunan titik beku adalah 0,2000C.
∆Tf = Kf . M
1000 . w2
∆Tf = kf
w1 . M2
5. Larutan obat dibuat dengan melarutkan 27,0g dalam 100 g air, digunakan untuk analisis
ebulioskopi. Kenaikan titik didih nya adalah 0,320C. Hitung berat molekul obat tersebut.
RTb*2M1
∆Tb = mB
∆Huap.1000
0,320 = 0,52 . Mb
Mb = 0,62
M = n/p
0,062 = 27 gram / Mr
Hantaran listrik
Menghitung hambatan
L
R=ρ
A
Hantaran listrik
Menghitung Hantaran
C=1/R
Hantaran (C) berbanding terbalik dengan hambatan (R). Dan dikatakan
sebagai ukuran mudahnya arus mengalir melalui suatu penghantar. Dengan
satuan kebalikan dari ohm yaitu mhos.
L
k=
ρ
Sifat-sifat larutan elektrolit
Pengukuran hantaran larutan
Persamaan yang digunakan :
k = KC = K/R
Contoh : larutan mengandung 7,45 g kalium klorida dalam 1kg air, pada 250C
mempunyai hantaran jenis sebesar 0,034 mho/cm. Larutan dengan
konsentrasi ini mengandung 0,1 mol garam per kubik desimeter (100 cm3) air.
Jika larutan ini ditempatkan dalam sel dan diukur hambatannya, tetapan sel
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan diatas.
1. Larutan KCL ditempatkan dalam sel yang dicari tetapan K nya. Tahanan R
pada 250C didapat 42,30 ohm.
2. Jika sel pada nomor 1 diisi dengan larutan Na2SO4 0,01N ; dengan
hambatan 523 ohm. Berapa hantaran jenisnya?
1. K = k . R
K = 0,034 mho/cm X 42,30 ohm
K = 1,4382 cm-1
2. k=K/R
= 1,4382 cm-1 / 523 ohm
= 2,749 X 10-3 mho/cm
Sifat-sifat larutan elektrolit
Hantaran ekuivalen
ʌc = k . V
Ʌc = 0,0381 mho/cm X 1000/0,1 cm3 / Eq
Ʌc = 381 mho cm2 / Eq
Teori ARRHENIUS
Derajat disosiasi
Arrhenius menentukan derajat disosiasi langsung dari pengukuran hantaran. Ia
mengakui bahwa hantaran ekuivalen pada pengenceran tidak terhingga Ʌ0
adalah ukuran dari disosiasi yang sempurna, zat terlarut menjadi ion-ion dan
bahwa Ʌc menggambarkan jumlah partikel zat terlarut yang ada sebagai ion
pada konsentrasi c. Karena itu fraksi molekul zat terlarut yang terionisasi atau
derajat disosiasi dinyatakan dalam persamaan :
= Ʌc / Ʌ0
Contoh :
Hantaran ekuivalen asam asetat pada pengenceran tidak terhingga pada
250c adalah 470,5 mho cm2/Eq. Hantaran ekuivalen larutan asam asetat 5,9 X
10-3 M adalah 14,4 mho cm2/Eq. Berapa derajat disosiasi asam asetat pada
konsentrasi ini?
= Ʌc / Ʌ0
= 14,4 / 470,5
= 0,030 atau 3,0%
Derajat disosiasi
Faktor van’t Hoff “i” :
i = 1 + a (v – 1)
Sehingga diperoleh persamaan untuk derajat disosiasi :
i-1
=
v-1
∆ Tf
i=
Kf . m
Contoh :
Penurunan Titik beku larutan asam asetat 0,10 m adalah -0,1960c. Hitung
derajat ionisasi asam asetat pada konsentrasi ini bila tetapan krioskopik
adalah 1,86.
Diketahui : Asam asetat terdisosiasi menjadi dua ion, jadi v = 2
∆ Tf
i=
Kf . m
i = 0,196 / (1,86 X 0,10)
i = 1,05
i-1
=
v-1
= 1,05 - 1
2-1
= 0,05
Fraksi asam asetat yang ada sebagai ion dalam larutan 0,10 m adalah 0,05 atau
terionisasi sebesar 5%
TEORI MODEREN TENTANG
ELEKTROLIT KUAT
Keaktifan dan Koesfisien Keaktifan
Suatu kation dan anion dalam suatu larutan air masing-masing memiliki
keaktifan ion yang berbeda. Untuk ini digunakan tanda a+ untuk keaktifan
kation dan tanda a_ untuk keaktifan anion. Tetapi untuk elektrolit dalam
larutan yang terdiri dari ion-ion didefinisikan sebagai hubungan antara
keaktifan elektrolit a ± .
Keaktifan suatu ion yang setara dengan konsentrasinya dinyatakan sebagai
molalita atau molarita.
a = m
Keaktifan suatu elektrolit didefinisikan sebagai keaktifan ion rata-rata (mean
ionic activity) yang diberikan oleh hubungan :
a± = (a+ma_n)1/m+n
Dimana m dan n adalah bilangan stoichimetri ion dalam larutan.
Contoh :
larutan Na Cl mempunyai koefisien keaktifan rata-rata
a ± = (aNa+ aCl-)1/2
Contoh :
Larutan FeCl3 mempunyai koefisien keaktifan rata-rata.
a ± = (aFe+3 aCl-3)1/4
Untuk larutan pekat, biasanya keaktifan pelarut menjadi lebih kecil dari
konsentrasi fraksi mol, dan perbandingannya dapat diberikan oleh koefisien
aktivitas rasional, seperti zat terlarut.
a = yx X1
Keaktifan pelarut yang mudah menguap dapat ditentukan secara lebih
sederhana. Perbandingan tekanan uap pelarut p1 dalam larutan terhadap
tekanan uap pelarut murni p10 adalah kira-kira sama dengan keaktifan pelarut
pada tekanan biasa.
Contoh :
Tekanan uap air larutan yang mengandung 0,5 mol sukrosa dalam 1000 gram
air adalah 15,23 mm dan tekanan uap murni air pada 200 C adalah 15,61 mm.
Berapa keaktifan (kecenderungan melepaskan diri) air dalam larutan?
Jawab :
a = 15,23 / 15,61
a = 0,9756
Keadaan Referensi
Keadaan referensi dapat didefinisikan sebagai larutan di mana konsentrasi
komponen (fraksi mol, molal atau molar) adalah sama dengan keaktifan. Hal
ini terjadi untuk pelarut murni
Keaktifan = konsentrasi
Jika zat terlarut didalam pelarut maka konsentrasi dinyatakan dalam fraksi
mol.
Keadaan Standar
Keadaan standar suatu komponen dalam larutan adalah keadaan
komponen pada satuan keaktifan.
Kekuatan Ionic
Dalam skala molal, kekuatan ion didefinisikan sebagai
μ = ½ ∑ cjzj2
Contoh :
Berapa kekuatan ion dari:
a. KCl 0,010 M
b. BaSO4 0,020 M
c. Na2SO4 0,030 M
Jawab :
μ total = μ A + μ B + μ C+ μ D
Soal :
Suatu larutan dapar mengandung 0,5 mol K2HPO4 dan 0,3 mol KH2PO4 per liter.
Hitung kekuatan ion dari larutan ini.
Jawab
= ½ [ 1 + 2 + 0,3 + 0,3 ]
= 1,8
Debye-Huckel
Log yi = - Azi2√μ
Koefisien keaktifan ion (yi) dari suatu ion dengan valensi zi
Untuk elektrolit biner yang mengandung ion dengan valensi z+ dan z- digunakan
persamaan :
Log yi = - Az+z-√μ
Osmolalitas
Suatu larutan yang mengandung 1 mol (1 gram mol) zat yang tidak dapat
terionisasi dalam 1 kilogram air (larutan 1 m) adalah larutan 1 osmolal. Larutan
ini mengandung 1 osmol (osm) atau 1000 miliosmol zat terlarut perkilogram
pelarut. Osmolalitas mengukur jumlah total partikel yang larut dalam satu
kilogram air, yaitu osmol perkilogram air, dan tergantung pada sifat elektrolit
zat terlarut.
Miliosmolalita = i . mm
Dimana i adalah jumlah kira-kira ion yang terbentuk per mol dan mm adalah
konsentrasi milimolal.
Contoh :
Berapakah milimolalitas dari larutan Kalium bromida 0,120 m? Berapakah tekanan
osmosisnya ? Diketahui nilai i dari kalium bromida adalah 1,86
Jawab :
Miliosmolalita = 1,86 X 0,120 = 223 mos/kg
Larutan 1 osmolal menaikkan titik didih 0,520 C, menurunkan titik beku 1,860C dan
menghasilkan tekanan osmosa 24,4 atmosfer pada temperatur 250C.
Maka 0,223 Osm/kg larutan menghasilkan tekanan osmosis 24,4 X 0,223 = 5,44 atm
Soal :
Berapakah milimolalita dari larutan NaCl 0,090 m? Berapakah tekanan
osmosisnya?
Diketahui nilai i dari NaCl adalah 2
Jawab :
Miliosmolalita = 2 X 0,090 = 0,180 osm/kg
Kekuatan relatif dari asam dan basa diukur oleh kecenderungan dari zat ini
untuk memberi dan menerima proton.
Contoh :
HCl adalah asam kuat karena zat ini mudah memberikan proton, sedangkan asam asetat
adalah asam lemah karena memberikan protonnya hanya dalam jumlah kecil.
Kekuatan dari asam tidak hanya tergantung dari kemampuan memberikan proton, tetapi
juga pada kemampuan pelarut menerima proton dari asam. Atau disebut juga kekuatan
basa dari pelarut.
Pelarut
Pelarut dapat diklasifikasikan sebagai protofilik, protogenik, amfiprotik dan aprotik
1. Protofilik (pelarut basa) adalah suatu pelarut yang dapat menerima proton dari
zat terlarut (aseton, eter, amoniak).
2. Protogenik adalah senyawa pemberi proton yang ditunjukan oleh asam (asam
format, asam asetat, asam sulfat, HCl).
3. Amfiprotik bekerja sebagai penerima proton dan pemberi proton (alkohol)
4. Aprotik merupakan pelarut yang tidak menerima dan juga tidak memberi
proton, dalam keadaan ini menjadi netral, sehingga berguna untuk
mempelajari reaksi asam dan basa yang bebas dari pengaruh pelarut.
Kesetimbangan Asam – Basa
Perbandingan k1/k2 :
[H3O+] . [Ac-]
k = k1/k2 =
[HAc] . [H2O]
Contoh :
Dalam larutan encer dari asam asetat, air berada dalam jumlah yang cukup
berlebih dianggap konstan dengan berat 997,07gram dalam 1 liter dengan berat
molekul air adalah 18,02. Jika dimasukkan dalam persamaan k1/k2 menghasilkan
tetapan baru ka, yaitu tetapan ionisasi atau tetapan disosiasi dari asam asetat.
[H3O+] . [Ac-]
Ka = 55,3 k =
[HAc]
Persamaan tersebut disajikan dalam bentuk yang lebih umum :
Ka = x2
c-x
x2
Ka =
c-x
x2
Ka =
c
(1,32 X 10-3)2
Ka =
0,1 - (1,32 X 10-3)
(1,32 X 10-3)2
Ka =
0,1
1,74 X 10-6
Ka = = 1,74 X 10-5
1 X 10-1
Dalam satu liter larutan 0,1 M, asam asetat terdisosiasi menjadi 1,52 X 10-3
gram ion hidrogen dan 1,52 X 10-3 gram ion asetat pada 250C. Berapakah
tetapan disosiasi Ka untuk asam asetat?
Contoh :
Dalam satu liter larutan 0,1 M, asam asetat terdisosiasi menjadi 1,52 X 10-3
gram ion hidrogen dan 1,52 X 10-3 gram ion asetat pada 250C. Berapakah
tetapan disosiasi Ka untuk asam asetat?
(1,52 X 10-3)2
Ka =
0,1 - (1,52 X 10-3)
(1,52 X 10-3)2
Ka =
0,1
2,31 X 10-6
Ka = = 2,31 X 10-5
1 X 10-1
Kesetimbangan Asam – Basa
Perbandingan k1/k2 :
[OH-] . [BH+]
Kb =
[B]
Ionisasi Air
Kw = [H3O+] x [OH-]
Dalam air murni, konsentrasi ion hidrogen dan hidroksil adalah sama yaitu
1 X 10-7 mol /liter pada suhu 250C. Sehingga nilai Kw dalam air murni adalah :
[OH-] = Kw / [H3O+]
1.10-14
[OH-] =
1,5. 10-3
[OH-] = Kw / [H3O+]
1.10-14
[OH-] =
1,3. 10-3
1
pH = log
[H3O+]
Konsentrasi ion hidronium dari larutan HCL 0,05 M adalah 0,05. berapakah pH
larutan ini ?
Konsentrasi ion hidronium dari larutan HCL adalah 0,07. berapakah pH larutan
ini ?
Contoh :
Konsentrasi ion hidronium dari larutan HCL adalah 0,07. berapakah pH larutan
ini ?
Kw
[H3O+] = [OH-] + [CL-] = + Ca
[H3O+]
[H3O+]2 – Ca [H3O+] - Kw = 0
Bila konsentrasi asam adalah 1 X 10-6 M atau lebih besar. Maka Cl- >>> OH- . Jadi persamaan
disederhanakan menjadi [H3O+] = Ca. Hal ini juga berlaku pada larutan basa kuat seperti
NaOH.
Persamaan kuadrat dalam bentuk umum :
aX2 + bX + c = 0
Yang penyelesaiannya :
-b ± √b2 – 4ac
X=
2a
Persamaan :
[H3O+]2 – Ca [H3O+] - Kw = 0
Menjadi :
Ca + √Ca2 + 4Kw
[H3O+] =
2
Bila konsentrasi asam adalah 1 X 10-6 M atau lebih besar. Maka Ca2 >>> 4Kw . Jadi
persamaan disederhanakan menjadi [H3O+] = Ca. Hal ini juga berlaku pada
larutan basa kuat seperti NaOH.
Larutan Asam Lemah :
(H3O+) = √KaCa
Contoh :
Hitung pH asam salisilat 0,01 M yang memiliki Ka = 1,06 X 10-2 pada suhu 250C
[H3O+] = √(1,06 X 10-2) X (1 X 10-2)
[H3O+] = 1,03 X 10-3 M
(OH-) = √KbCb
Contoh :
Hitung pH dari larutan basa cocain 0,002 M yang memiliki Kb = 2,5 X 10-6 pada
suhu 250C
(OH-) = √ (2,5 X 10-6) (2 X 10-3)
(OH-) = 7,07 X 10-5
0,51 (2Z – 1) √μ
pk’ = pK +
1 + √μ
Contoh :
Hitung nilai pK’ untuk senyawa asam sitrat pada suatu kekuatan ion 0,01 M.
Nilai pK = 2,5 . Muatan pada zat asam adalah -1.
Maka :
0,51 (2(-1) – 1) √0,01
pk’ = 2,5 +
1 + √0,01
0,51 √μ
pk’ = pK + - Kr μ
1 + √μ
0,51 √μ
pk’ = pK - + Kr μ
1 + √μ
Contoh :
Hitung pH dari larutan glisin 10-4 M pada suatu kekuatan ion 0,10 pada 250C.
Nilai pKa untuk glisin adalah pK1= 4,76 dan pK2= 7,52. dengan nilai kr = 0,32
Maka :
0,51 √0,10
a. pk1’ = 4,76 + - 0,32 . 0,10
1 + √0,10
0,51 √0,10
b. pk2’ = 7,52 - + 0,32 . 0,10
1 + √0,10
pH = ½ (4,85 + 7,43)
pH = ½ (12,28)
pH = 6,14
Latihan Soal
1. Hitung pH larutan obat 0,01 M yang memiliki Ka = 3,61 X 10-2 pada suhu 250C
2. Hitung pH dari larutan obat 10-3 M pada suatu kekuatan ion 0,40 pada 250C.
Nilai pKa untuk larutan tersebut adalah pK1= 3,57 dan pK2= 6,43. dengan nilai
kr = 0,23.