Anda di halaman 1dari 12

Pembuatan larutan baku

Inang Bumulo (85FA18011) inangbumulo123@gmail.com


Program Studi S-1 Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Bina Mandiri Gorontalo
Alamat : Jl. Prof. Dr. Aloe Saboe No. 173 Kelurahan Wonggaditi, Kota Gorontalo 96122

A. Latar Belakang
Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem
homogen yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing
komponennya tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan
suatu sistem yang heterogen disebut campuran.
Larutan standar dalam titrasi memegang peranan yang amat penting, hal
ini disebabkan larutan ini telah diketahui konsentrasi secara pasti (artinya
konsentrasi larutan standar adalah tepat dan akurat).
Percobaan pembuatan dan pembakuan larutan ini sangat berperan penting
dalam proses analisa volumetrik yang merupakan analisis kuantitatif dengan
mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah
diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan
larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Dalam bidang farmasi, analisa volumetri inilah yang digunakan untuk
menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini,
penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk
mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan warna,
begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.
B. Tujuan
1. Untuk membuat larutan baku dari bahan (zat) padat dengan konsentrasi
tertentu.
2. Untuk membuat larutan baku dari zat cair dengan konsentrasi tertentu.
C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat membuat larutan baku dari bahan padat dengan
konsentrasi tertentu
2. Mahasiswa dapat membuat larutan baku dari zat cair dengan konsentrasi
tersebut
D. Teori
1. Definisi Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut,
kecuali dinyatakan lain pelarut digunakan air suling (Farmakope Indonesia
edisi III).
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi
secara fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut (Zinu Anwar,2009).
Larutan adalah campuran homogen dalam suatu campuran terdapat
molekul-molekul, atom-atom, ion-ion dan zat atau lebih disebut campuran,
karena susunannya dapat diubah-ubah disebut campuran homogen, karena
komponen-komponen penyusunnya telah kehilangan sifat fisiknya dan
susunannya sangat seragam sehingga tidak dapat diamati (Anshary Isfar,
2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah
tekanan dan suhu. Kelarutan zat padat dan cairan tidak terpengaruh oleh
tekanan, sedangkan kelarutan gas-gas akan bertambah, apabila tekanan
diperbesar (Anshary Isfar, 2002).
2. Komponen Larutan
Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutannya, yaitu pelarut
dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut, zat yang dilarutkan itu disebut
zat terlarut. Apabila dua atau lebih komponen dicampurkan dan dalam larutan
sama. Dalam hal ini baik alkohol maupun air dapat disebut zat terlarut atau
pelarut. (Karyadi Benny, 2010).
3. Jenis-Jenis Larutan
1. Gas dalam gas – seluruh campuran gas
2. Gas dalam cairan – oksigen dalam air
3. Cairan dalam cairan – alkohol dalam air
4. Padatan dalam cairan – gula dalam air
5. Gas dalam padatan – hidrogen dalam palladium
6. Cairan dalam padatan – Hg dalam perak
7. Padatan dalam padatan – alloys
4. Kosentrasi Larutan
Kosentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu
larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali, sedangkan pelarutnya sedikit,
maka dapat dikatakan bahwa larutan itu pekat atau kosentrasinya sangat
tinggi. Sebaliknya bila zat yang terlarut sedikit sedangkan pelarutrnya
sangat banyak, maka dapat dikatakan larutan itu encer atau kosentrasinya
sangat rendah.
Banyak cara untuk memeriksa kosentrasi larutan, yang semuanya
menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan).
Dengan demikian, setiap sistem kosentrasi harus menyatakan butir-butir
berikut (Petrucci, 2001) :
a. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut
b. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan.
c. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua.
Kosentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara yaitu :
a. Persen Volume
Persen volum menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter
larutan, misalnya : Alkohol 76% berarti dalam 100 liter larutan alkohol
terdapat 76 liter alkohol murni.
b. Persen Massa
Persen Massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100
gram larutan contohnya : Sirup merupakan larutan gula 80% artinya
dalam 100 gram sirup terdapat 80 gram gula.
c. Molaritas
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut perkilo gram
pelarut yang terkandung dalam suatu larutan molaritas (M) tidak dapat
di hitung dari kosentrasi molar (M), kecuali jika rapatan (densitar)
larutan itu diketahui.
d. Molalitas
Molaritas menyatakan jumlah Mol zat terlarut setiap kilogram
dalam 1 liter larutan
contohnya : NaCl berarti 1 liter larutan terdapat 0,1 Mol NaCl
e. Normalitas
Normalitas suatu larutan adalah jumlah gram ekuivalen zat terlarut
yang terkandung di dalam 1 liter larutan. Batas ekuivalen adalah fraksi
bobot molekul yang berkenaan dengan satu satuan tertentu, reaksi kimia
dan 1 gram ekuivalen adalah fraksi yang sama dari pada 1 mol.
f. Fraksi Mol
Fraksi mol suatu dalam larutan didefinisikan sebagai banyaknya
mol (n) komponen itu, dibagi dengan jumlah mol keseluruhan
komponen dalam larutan itu.
Jumlah fraksi seluruh komponen dalam setiap larutan adalah :
X (terlarut) =n (terlarut)
n (terlarut) + n (pelarut)
X (Pelarut) =n (pelarut)
n (terlarut) + n (pelarut)
Dalam persentase fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen.
5. Perbandingan antara berbagai skala konsentrasi
Skala konsentrasi molar dan normalitas sangat bermanfaat untuk.
Eksperimen volumetri dimana kuantitas zat terlarut dalam larutan dengan
volume bagian larutan itu. Skala normalitas sangat menolong dalam
membandingkan volume dua larutan yang diperlukan untuk bereaksi secara
kimia (Karyadi, 2010).
Keterbatasan skala normalitas adalah bahwa suatu larutan mungkin
mempunyai lebih dari satu nilai normalitas, bergantung pada reaksi yang
menggunakannya. Kosentrasi molar larutan sebaliknya merupakan suatu bil
tetap karena bobot molekul zat itu tidak bergantung pada reaksi yang
menggunakannya (Karyadi, 2010).
Skala fraksi mol sangat berguna dalam karya-karya teoritas karena
banyak sifat-sifat fisika larutan dapat dinyatakan dengan lebih jelas dalam
perbandingan jumlah molekul pelarut dan zat terlarut. (Jereme, 2001).
Kimia volumetri yaitu pembuatan larutan baku. Zat murni di timbang
dengan teliti, kemudian di larutkan dalam labu ukur sampai volume tertentu
dengan tepat. Dimana normalitasnya diperoleh dengan perhitungan larutan-
larutan baku primer yaitu natrium oksalat, kalium bikromat, natrium
karbonat, kalium iodida. Zat-zat kimia yang dipakai untuk membuat larutan
harus memenuhi syarat :
1. Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang
pasti.
2. Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang pasti.
3. Zat yang digunakan mudah di keringkan.
4. Stabil dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukan
kadar larutan yang tidak diketahui.
6. Larutan Baku
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam
satuan N (normalitas) atau M (molaritas). Senyawa yang digunakan untuk
membuat larutan baku dinamakan senyawa baku. Senyawa baku
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk
membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang
konsentrasi larutannya dapat dihitung dari hasil penimbangan senyawanya
dan volume larutan yang dibuat. Contohnya : H₂C₂O₄ . 2H₂O, Asam
Benzoat (C₆H₅COOH), Na₂CO₃, K₂Cr₂O₇, As₂O₃, KBrO₃, KIO₃, NaCl, dll.
Syarat-syarat baku primer :
1. Diketahui dengan pasti rumus molekulnya
2. Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan
3. Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO₂, cahaya dan uap
4. Mempunyai Mr yang tinggi
b. Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku
primer kareana sifatnya yang tidak stabil, dan kemudian digunakan untuk
membakukan larutan standar. Contoh : larutan natrium tiosulfat pada
pembakuan larutan iodium.
Contoh larutan baku primer :
1. NaOH, H₂C₂O₄ (as. oksalat), C₆H₅COOH (as. benzoat), KHP
2. HCl, Na₂B₄O₇ (nat. tetraborat), Na₂CO₃ (nat. karbonat)
3. KMnO₄, H₂C₂O₄, As₂O₃ (arsen trioksida)
4. Iodium, As₂O₃, Na₂S₂O₃.5H₂O baku (nat. tio sulfat)
5. Serium (IV) Sulfat, As2O₃, serbuk Fe pa.
6. AgNO₃, NaCl, NH₄CNS
7. Na₂S₂O₃, K₂Cr₂O₇, KBrO₃, KIO₃
8. § EDTA, CaCO₃ pa, Mg pa
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik
akhir titrasi telah di capai. Umumnya indikator yang digunakan adalah
indikator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara
stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi
adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang
menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan
standar
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan
dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi
sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. Pada kebanyakan
titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu bantuan
senyawa lain yang dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan.
Senyawa ini dinamakan indikator.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan
analisisvolumetrik adalah sebagai berikut :
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan
persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen
tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia
atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan (Anwar
Zinu, 2009).
7. Uraian Bahan
a. Aquades (FI edisi III, 1979)
Nama Resmi : AQUADESTILATA
Nama Lain : Air suling
Rumus Kimia : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
b. Etanol (FI Edisi III, 1979)
Nama Resmi : AETHANOL
Sinonim : Alkohol, etanol, ethvl alkohol
Rumus Molekul : 2H6O
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih , mudah menguap,dan
mudah bergerak, bau khas rasa panas, mudah terbakar,
dan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tetutup rapat, terhindar dari cahaya,
ditempat sejuk jauh dari nyala api.
c. Metil Merah (FI Edisi III, 1979)
Nama Resmi: BENZOAT HIDROKSIDA
Nama Lain: Metil merah
Rumus Kimia: C15H15N2O3
Berat Molekul:305,76
Pemerian: Serbuk merah gelap
Kelarutan:Sukar larut dalam air dan larut dalam etanol
Kegunaan: Sebagai indikator
d. NaOH (FI Edisi III, 1979)
Nama Resmi : NATRII HIDROCIDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Rumus Kimia : Na(OH)
Berat Molekul : 40
Pemerian : Bentuk batang massa hablur, air keping-keping, keras dan
rapuh dan menunjukkan sususnan hablir putih mudah
meleleh basa katalis dan korosif segera menyerap
karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
E. Metode
1. Waktu dan tempat pelaksaan
Waktu dilaksanakannya prakrikum ini yaitu pada pukul 15.00 WIB. Dan
tempat pelaksanaannya yaitu bertempat di kampus bina mandiri gorontalo
lebih tepatnya di Laboratorium Teknologi Stikes Bina Mandiri Gorontalo.
2. Alat dan bahan
a. Alat
Adapun alat yang digunakan adalah batang pengaduk, regen, buret, gelas
kimia, erlenmeyer, gelas ukur, timbangan analitik dan klem` buret.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah Aquades, HCI , NaOH, kalium
biftalat, natrium karbonat dan indikator pp
3. Prosedur Kerja
1. Pembuatan dan Pembakuan Klorida 0,1 N
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Masukan aquades sebanyak 250 ml ke dalam botol
c) Ditambahkan HCI 2,1 mI
d) Dikocok hingga homogen
e) Ditimbang natrium karbonat sebanyak 0,1 g
f) Dilarutkan dengan aquades sebanyak 25 mI di dalam erlenmeyer
g) Dititrasi dengan asam klorida 0,1 N dengan menggunakan indikator metil
jingga hinga terjadi perubahan warna merah
2. Pembuatan dan Pembakuan Natrium Hidroksida 0,1 N
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Masukan aquades sebanyak 250 ml ke dalam botol
c) Ditambahkan NaOH sebanyak 1 gr
d) Dikocok hingga homogen
e) Dilarutkan klium biftalat dengan aquades sebanyak 0,3 mg ke dalam
erlenmeyer
f) Dititrasi dengan natrium hidroksida dengan penambahan indikator PP
hinga terjadi perubahan merah
F. Hasil
No. Larutan Baku Volume Larutan
Awal Akhir
1. Natrium Hidroksida 0,1 N 50 ml 25 ml
2. Asam klorida 0,1 N 50ml 33 ml

G. Pembahasan
Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat
berbeda jenis. Ada 2 komponen utama pembentukan larutan yaitu zat terlarut
dan pelarut.
Dalam pembuatan larutan, dikenal larutan baku, dimana larutan baku
adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan tepat dan dapat dibuat
melalui 2 cara. Kedua cara tersebut masing-masing tergantung dari penggunaan
bahan baku. Bahan baku adalah bahan kimia yang diperguunakan untuk
membuat larutan baku primer dan untuk menetapkan kenormalan larutan baku
sekunder.
Larutan baku sekunder adalah larutan yang telah diketahui secara tepat
konsentrasinya melalui metode gravimetri, sedangkan larutan baku sekunder
adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukkan dengan jalan
pembakuan menggunakan larutan baku primer dan biasanya mmelalui metode
titmetri.
Suatu larutan standar atau larutan baku adalah suatu larutan yang
mengandung konsentrasi yang diketahui secara tept dari unsur atau zat. Larutan
standar biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan diburet, yang
sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku.
a) Pada percobaan ini hal yang pertama kami lakukan yaitu dengan cara
penimbangan maupun dengan cara pengukuran harus diketahui
konsentrasinya bahan yang digunakan secara pasti agar tidak terjadi
kesalahan. Pada penimbangan dilarutkan agar tidak terjadi kontaminasi
oleh zat lain. Yang bertindak sebagai larutan baku primer adalah asam
klorida 0,1 N (HCl) karena berat molekulnya lebih kecil dan derajat
kemurniannya lebih rendah daripada lrutan baku primer. Lalu kemudian
dimasukan aquades sebanyak 250 ml kedalam gelas ukur dan
ditambahkan HCl sebanyak 2,1 ml. setelah itu dikocok hinga homogen
kemudian ditimbang kembali natrium karbonat sebanyak 0,1 gr lalu
dihomogenkan dengan aquades sebanyak 25 ml didalam erlenmeyer
setelah itu dititrasi dengan klorida 0,1 N dengan menggunakan indikator
metil jingga. Pada saat volume titrat berada pada 25 ml terjadilah
perubahan warna pada titran, hal ini disebabkan karena sudah mencapai
titik akhir titrasi.
b) Pembuatan dan pembakuan Natrium Hidroksida 0,1 N
Dalam percobaan kali ini yang pertama kami lakukan yaitu menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan lalu kemudian masukkan aquadest
sebanyak 250 ml kedalam gelas ukur kemudian ditambahkan NaOH
sebanyak 1 gr lalu dikocok hingga homogen kemudian dilarutkan
kembali dengan menggunakan kalium biftalat dengan aquades sebanyak
0,30 g kedalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan natrium hidroksida PP.
pada saat volume titrat 33 ml maka terjadi perubahan warna yaitu
berubah warna menjadi merah. Hal ini disebabkan karena titran dan titrat
sudah mencapai titik akhir titrasi.
H. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah mahasiswa dapat mengetahui cara
pembuatan larutan baku dan dapat membuat larutan dari bahan dengan
konsentrasi tertentu. Misalnya pada HCl didapatkan hasil 4,4×10-4 N dan pada
NaOH didapatkan hasil 5×10-3N.
I. Saran
Kami sebagai praktikan sangat mengharapkan bimbingan dan arahan dari
para asisten dalam melakukan praktikan dan diharapkan pada praktikan agar
kiranya dapat bekerja sama dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Zinu, 2009. Penuntun Praktikum Kimia Sekolah Menengah Kejuruan
Farmasi Yamasi : Makassar.
Benny Karyadi, 2010. Kimia : Jakarta.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
E. G. Jereme.L. Rossenberg, 2001.Kimia Dasar.
Isfar Anshary, 2002. Kimia I. Penerbit : Srikandi, Surakarta.
Ralph.H.Petrucci, 2001. Kimia Dasar, Jilid 2.

Anda mungkin juga menyukai