KIMIA DASAR
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN
1. PRELAB
1. Jelaskan pengertian larutan dan prinsip kerja dalam pembuatan larutan!
Larutan merupakan dua atau lebih zat yang tercampur secara homogen dalam komposisi
yang bervariasi. di dalam larutan, zat-zat yang lebih sedikit dari zat yang ada disebut sebagai
zat terlarut. Sedangkan zat yang lebih banyak daripada zat-zat lain disebut sebagai
pelarut.Contohnya yaitu sejumlah gula akan larut pada air (Putri dkk., 2017).
Larutan merupakan bahan yang dibuat oleh manusia. Sehingga dalam pembuatannya
pasti akan memerlukan prinsip kerja. Prinsip kerja dalam pembuatan larutan yaitu kita harus
dapat menentukan jumlah zat yang akan kita gunakan dalam membuat larutan. Setelah
menentukan jumlah zat yang akan dilarutkan lalu akan terjadi pelarutan dari suhu yang
bersuhu tinggi ke larutan yang bersuhu rendah (Putri dkk., 2017).
2. Larutan memiliki komponen penyusun. Sebutkan dan jelaskan komponen penyusun larutan dan
sifatnya!
Larutan memiliki dua komponen, komponen tersebut yakni zat yang dilarutkan (solut)
dan zat pelarut (solven). Solut merupakan suatu senyawa dengan jumlah yang lebih kecil.
Sedangkan solven merupakan senyawa dengan jumlah yang lebih banyak. Namun definisi
tersebut dapat diputar ketika solut dan solven lebih benar. Sebagai contoh pada larutan asam
sulfat dengan air. Air dapat dikatakan sebagai solven dan asam sulfat dapat dikatakan sebagai
solut. Air dapat dikatakan solven karena molekul-molekul pada air berukuran lebih kecil
(Sastrohamidjojo, 2018).
Sifat pada larutan terdiri dari tiga macam yaitu, sifat koligatif, sifat aditif, dan sifat
konstitutif. Sifat koligatif merupakan sifat-sifat larutan yang bergantung pada zat terlarut dan
tidak bergantung pada jenis zat pelarutnya. Kemudian sifat aditif merupakan sifat yang
bergantung pada atom total dalam molekul, sedangkan sifat konstitutif merupakan sifat yang
bergantung pada atom yang menjadi menjadi penyusun molekul (Rusman et al., 2018).
M1 x V1 = Mf x Vf
dengan:
M1 = Molaritas larutan
V1 = Volume larutan pekat
Mf = Molaritas pengenceran larutan (akhir)
Vf = Volume total pengenceran larutan
5. Jelaskan perbedaan dari molaritas, molalitas, normalitas, dan fraksi mol serta tuliskan
rumusnya!
a) Molalitas (m)
Molalitas merupakan satuan yang biasa disebut dengan mol. Molalitas merupakan
dasar penting dalam perhitungan konsentrasi zat. Karena molalitas merupakan banyaknya mol
zat yang terlarut dalam zat pelarut (Hamidjojo, 2018).
b) Molaritas (M)
Molaritas merupakan sebuah satuan konsentrasi. di mana menunjukkan banyaknya mol
zat terlarut pada pelarutnya. Molaritas umumnya menggunakan satuan liter larutan
(Hamidjojo, 2018).
c) Normalitas (N)
Normalitas merupakan ukuran yang menunjukkan berat serta ukuran setara dengan
gram/liter larutan. Dalam satu larutan, zat terlarut memiliki tugas untuk menentukan
normalitas. Normalitas juga akan disebut sebagai satuan konsentrasi larutan ekuivalen
(Hamidjojo, 2018).
N =M x e
8. Sebutkan dan jelaskan bukti pengaplikasian larutan dalam teknologi pertanian (minimal 2)
Pengaplikasian larutan dalam teknologi pertanian yaitu penggunaan agresi pada
teknologi panganuntuk pengendalian kristalisasi, pengendalian proses pengendapan secara
elektrik, dan koogulasi secara termal. Prinsip ini menggunakan metode supersaturasi dimana
perbandingan gram zat terlarut terhadap solven pada temperatur tertentu dibagi dengan zat
terlarut/100 gram pada temperature tertentu larutan jenuh. Selama pendinginan larutan akan
bergerak ke daerah meta stabil. dan akhirnya masuk ke daerah labil di mana kristal akan
terbentuk secara spontan (Mardhatilah, 2017).
Pengaplikasian larutan dalam dunia teknologi pertanian adalah dalam usaha
meningkatkan daya berkecambah 100% biji angsana. Biji angsana dilkukan proses
perendaman dengan H2SO4 1% selama 24 jam. Larutan H2SO4 mampu meningkatkan daya
berkecambah biji angsana hingga meningkat sebesar 100% (Dethan et al., 2020).
2. TINJAUAN PUSTAKA
1. NaCl
NaCl atau biasa disebut dengan gram dapur merupakan senyawa kimia yang mewakili
perbandingan 1:1 ion natrium dan klorida. Senyawa ini adalah senyawa yang dapat
mempengaruhi sanilitas laut dan cairan ekstraseluler pada banyak organisme multiseluler.
Sebagai komponen utama dari garam dapur, natrium klorida biasa digunakan sebagai
pengawet pada makanan. Sejumlah natrium klorida digunakan sebagai proses industri dan
merupakan sumber utama senyawa atrium dan klorin yang digunakan sebagai bahan baku
untuk sintesis kimia lebih lanjut (Greger, 2012).
2. H2SO4
H2SO4 atau biasa disebut asam sulfat merupakan senyawa kimia yang sering dipakai
sebagai penurun pH kulit menjadi asam oleh banyak penyamak kulit. Asam sulfat ini
dimanfaatkan pada proses pikel. Mereka menggunakan asam sulfat karena asam sulfat
mempunyai daya ionisasi asam yang kuat. Oleh karena itu asam sulfat mudah bereaksi dengan
zat-zat pada kulit. Namun disisi lain asam sulfat memiliki kekurangan dalam proses pikel
penyamakan kulit yaitu dapat menyebabkan kulit menjadi kasar (Yamamoto, 2014).
3. Etanol 96%
Etanol 96% merupakan senyawa polar yang mudah untuk menguap. Etanol 96% adalah
bahan pelarut yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi pelarut etanol. Dalam kasus
mencari konsentrasi larutan paling optimal dalam mendapatkan kadar flavonoid menggunakan
metode Spektrofotometri dengan pembanding kuersetin (Riwanti et al., 2020).
4. HCl 37%
HCl merupakan asam kuat dengan konsentrasi 37%. HCl 37% memiliki banyak manfaat
dalam berbagai bidang. Manfaat dari asam kuat ini berguna untuk pengawetan dan
penghilangan kerak pada permukaan logam (Khoshsang and Ghaffarinejad, 2022).
5. Aquades
Aquades merupakan salah satu jenis bahan pelarut yang utama dalam kegiatan
praktikum yang ada di laboratorium. Aquades merupakan pelarut yang bisa dibilang pelarut
terbaik dari semua jenis cairan. Senyawa yang mudah larut dalam aquades mencakup berbagai
senyawa organik netral tentunya memiliki gugus fungsional polar seperti
alkohol,gula,keton,dan aldehida (Adani dan Pujiastuti., 2017).
3. DIAGRAM ALIR
1. Pembuatan 25 mL larutan NaCl 0,1 M
Dihomogenkan
Hasil
Dihomogenkan
Hasil
3. Pembuatan 50 mL larutan gula 5% (b/v)
Hasil
Dihomogenkan
Hasil
5. Pengenceran 100 mL larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 37%
Masukkan larutan HCl ke dalam beaker glass dan ambil dengan pipet ukur
Hasil
Larutan Konsentrasi Solute (zat terlarut) / satuan (g/ml) Solvent (pelarut) / satuan (g/ml)
2. Jelaskan bagaimana cara membuat larutan dari larutan pekatnya, yaitu 10 ml larutan etanol 10%
(v/v)!
Pertama kita perlu mengetahui volume etanol dengan menghitung menggunakan rumus
pengenceran. Pada penghitungan, diperoleh volume etanol sebesar 1,04 ml. Setelah itu
masukkan etanol ke dalam labu ukur dengan pipet ukur. Kemudian tambahkan aquades hingga
mencapai batas yang ditentukan. Setelah itu tutup labu ukur dan homogenkan dengan cara
dikocok.
3. Jelaskan bagaimana cara pembuatan 100 ml larutan HCl 0.1 M dari larutan HCl 37%!
Untuk membuat larutan HCl, pertama kita harus menghitung volume HCl tersebut
dengan rumus pengenceran dan rumus konsentrasi untuk mencari molaritas yang belum
diketahui. Volume yang di dapat dari perhitungan tersebut yaitu 0,83 ml. Kemudian untuk
pembuatan larutan HCl bisa dengan memindahkan larutan pada labu ukur. Kemudian
tambahkan aquades sebanyak 100 ml dan tutup rapat. Kemudian kocok tabung hingga larutan
menjadi homogen.
5. Mengapa pada proses pengenceran larutan, dilakukan penghitungan konsentrasi terlebih dahulu?
Perhitungan konsentrasi pada pengenceran larutan bertujuan agar hasil yang didapatkan
optimal. Konsentrasi yang lebih rendah dari larutan dengan konsentrasi lebih tinggi pekat
harus dihitung terlebih dahulu. Perhitungan ini juga menghindari kegagalan dari proses
pengenceran. Oleh karena itu penghitungan konsentrasi perlu dilakukan.
6. PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan normalitas?
Normalitas merupakan konsentrasi larutan dengan jumlah solut yang ekuivalen dalam
gram perliter larutan. Norma;itas memiliki notasi N. Misalnya pada sebuah senyawa KMnO4
tertulis 0,25 N. Berarti larutan tersebut mengandung 0,25 gram ekuivalen dari kalium
permanganat per liter larutan (Sastrohamidjojo, 2018).
4. Mengapa apabila ingin mengencerkan H2SO4 pekat, maka harus menambahkan H2SO4 ke dalam
aquades, bukan sebaliknya?
Apabila ingin mengencerkan H2SO4 pekat, kita harus menambahkan H2SO4 ke dalam
aquades dikarenakan H2SO4 sifat yang korosif. Jika kita menambahkan kedua larutan tersebut
dengan cara yang terbalik ( aquades ke dalam H2SO4 ), maka akan menimbulkan panas yang
menyebabkan air menjadi mendidih dan merusak glassware. Hal tersebut terjadi karena kalor
yang timbul di daerah dimana air secara struktur kurang rapat dalam menyentuh asam yang
memiliki struktur lebih rapat (Haryanto, 2018).
5. Bagaimana cara melakukan kalibrasi timbangan analitik sebelum digunakan untuk menimbang
bahan padat?
Cara dalam pengkalibrasian timbangan analitik sebelum digunakan yaitu dengan
membuka kaca pelindung timbangan. Berikutnya tombol tare ditekan hingga angka yang
muncul angka nol pada timbangan. Masukkan cairan kimia yang akan ditimbang ke dalam
timbangan dan tekan tombol yang ada di neraca lalu catat hasil timbangan. Keakuratan
timbangan analitik sangat tinggi sehingga harus hati-hati dalam penimbangannya. Ulangi tiga
kali penimbangan dan pastikan meletakan timbangan pada suatu bidang datar (Tirtasari, 2017).
Jawab:
M = 0,146 gram
2. Berapa berat NaCl yang diperlukan untuk membuat 10 mL larutan NaCl 500 ppm?
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
ppm = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
3. Berapa volume HCl yang diperlukan untuk membuat 100 mL larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl
37%!
% 𝑥 10 𝑥 𝑝
M1 = m1.v1 = m2.v2
𝑚𝑟
37% 𝑥 10 𝑥 1,19
M1 = 12,06.v1 = 0,1.100
36,5
44,03 10
M1 = v1 = 12,06
36,5
M1 = 12,06 v1 = 0,83 mL
4. Berapa berat gula yang diperlukan untuk membuat 50 mL larutan gula 5 % (b/v)?
Diketahui: (%b/v) = 5%
V = 50 mL
Ditanya: berat zat terlarut?
Jawab:
5. Berapa volume etanol yang diperlukan untuk membuat 10 mL larutan etanol 10% (v/v) (dari
larutan etanol 96%)?
Diketahui: M1 = 10%
M2 = 96%
V2 = 10 mL
Ditanya: V1?
Jawab:
M1.V1 = M2. V2
10%.10ml = 96%.V2
10
10% = 100 10
96
1 = 100 v2
V2 = 1,04 mL
8. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan bahwa praktikum ini memiliki tujuan
untuk membuat larutan dan pengenceran larutan yang memiliki konsentrasi tertentu. di dalam
praktikum ini, dalam pengenceran sebuah larutan tidak bisa dilakukan secara asal.
Pengenceran harus dilakukan secara sistematis dan benar. Di dalam pengenceran juga terdapat
rumus dan metode yang digunakan. metode yang digunakan pun juga berbeda-beda tergantung
dengan larutan yang akan dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
Adani, S., dan Pujiastuti, Y. A. 2018. Pengaruh Suhu dan Waktu Operasi Pada Proses Destilasi
Untuk Pengolahan Aquades di Fakultas Teknik Universitas Mulawarman. Jurnal Kimiawi.
1(1): 31-35.
Greger, R. 2012. Nacl Transport In Ephitelia. New York: Spinger Ver-Lag.
Hamidjojo, Hardjono. 2018. Kimia Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Haryono, H., E. 2019. Kimia Dasar.Yogyakarta: CV Budi Utama.
Khoshsang, H., and Ghaffarinejad, A. 2022. Sunflower Petals Extract as A Green,Eco-friendly
and Effective Corrosion Bioinhibitor for Carbon Steel in 1M HCl Solution. Chemical Data
Collections.37 . 100799.
Mainur, H., dan Lisa, U. 2019. Analisis Kemampuan Multiple Representasi siswa Kelas XI MAN
1 Pekanbaru Pada Materi Titrasi Asam Basa. Jurnal Riset Pendidikan Kimia. 9(1): 52-57.
Mardhatila, dan Dina. 2017. Kimia Fisika Penerapan Kimia Fisika Untuk Pengolahan Hasil
Pertanian. Yogyakarta: Instiper Yogyakarta.
Putri, L. M. A., Prihandono, T., dan Supriadi, B. 2017. Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap
Terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan. Jurnal Pembelajaran Fisika. 6(2): 151-157.
Riwanti, P., Farizah, I., dan Amaliyah. 2020. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Etanol Pada Kadar
Flavonoid Total Ekstrak Etanol 50,70 dan 96% Sargassum Polycystum dari Madura. Journal
of Pharmaceutical care Anwar Medika. 2(2): 84-90.
Rusman, Ratu, dan Mukhlis. 2018. Buku Ajar Kimia Larutan. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press.
Sastrohamidjojo, dan Hardjono. 2018. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM Press.
Solle, H., Dethan, I. Y., dan Hendrik, A., C. 2020. Pengaruh Skarifikasi Kimia Terhadap
Perkecambahan Benih Jambu Mete (Anacardium Occidentale L.). Jurnal Saintek Lahan
Kering. 3(2): 47-52.
Yamamoto, Y. 2014. Science Of Syhthesis. Japan: Thieme.
Zumdahl, S., and Decoste, D., J. 2014. Basic Chemistry. 8th ed. Stamford: Cenggage Learning.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Hendrajaya, K., dkk. 2015. Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Daya Antioksidan Dari Umbi
Ketela Rambut Ungu, Jingga dan Kuning(Ipomoea Batatas (L)L.). Jurnal Ilmiah Sains
dan Teknologi. 9(1): 1-16.
Mills, Ian. 2014. The Units ppm,ppb, and ppt. Chemistry International. 36(2): 23-24.
Rahayu, T. D. 2017. Potensi Kulit Bawang Merah (Allium Cepa L) Sebagai Antioksidan dan Tabir
Surya. Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences. 6(1): 84-89.
Riardi, P. D. 2015. Analisa Kandungan Timbal (PB) dan Kadmium (CD) Pada Air Minum dalam
Kemasan di Kota Ambon. Majalah Biam. 11(2): 1-7.
Tirtasari, N. L. 2017. Uji Kalibrasi (Ketidakpastian Pengukuran) Neraca Analitik di Laboratorium
Biologi FMIPA UNNES. Indonesian Journal of Chemical Science. 6(2): 152.