Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
ASIDI ALKALIMETRI

NAMA : DAVINA RAHMA PUTRI ARTAMEVIA


NIM : 225100307111096
KELAS : N
KELOMPOK : N8
ASISTEN : ANTHONY SOESANTO

Pas foto 3 x 4

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI


PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
NAMA DAVINA RAHMA PUTRI A
NIM 225100307111096
KELAS N
KELOMPOK N8

BAB 4
ASIDI ALKALIMETRI

1. PRELAB
1. Salah satu cara untuk menganalisis secara kuantitatif suatu larutan adalah dengan analisis
volumetri. Jelaskan apa itu analisis volumetri!

Analisis volumetri merupakan metode analisis yang berdasaran pada pengukuran volume
dalam suatu analisa. Analisis volumetri dapat disebut dengan analisis titrimetri, yaitu titrasi yang
diukur merupakan volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan pasti (titran) dan
memerlukan sesuatu untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tempat volume titrat (analit)
atau dengan tempat konsentrasinya. Analisa volumetri termasuk salah satu metode kuantitatif
(Setiorini dkk., 2018).

2. Salah satu bagian dari analisis volumetri adalah metode asidi alkalimetri. Jelaskan apa itu asidi
alkalimetri beserta prinsip kerjanya!

Asidi alkalimetri adalah suatu metode titrasi volumetri berdasarkan pada sifat senyawa
yang dititrasi. Suatu metode penetapan kadar secara kuantitatif pada senyawa asam dengan
menggunakan standar basa disebut dengan alkalimetri. Asidi metri adalah metode penetapan
kadar kuantitatif pada senyawa basa yang menggunakan standar asam. Prinsip kerjanya adalah
dengan terjadinya netralisasi dari suatu ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion
hidroksida yang berasal dari basa dihasilkannya air yang memiliki sifat netral atau bisa disebut
dengan reaksi antara pemberi proton dan penerima proton (Wulandari dan Santika, 2022).

3. Dalam analisis volumetri terdapat istilah standarisasi larutan. Apakah yang dimaksud dengan
standarisasi larutan?

Standarisasi larutan merupakan proses menentukan konsentrasi larutan dengan tepat.


Standarisasi larutan dapat dilakukan dengan melakukan titrasi pada larutan standar primer.
Standarisasi biasanya dilakukan dengan menggunakan larutan standar yang mana
konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti (Simanjuntak, 2018).

4. Ada berapa macam larutan standar yang digunakan dalam praktikum asidi-alkalimetri? Jelaskan
dan Berikan contohnya! (masing masing minimal 3)

Larutan standar merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara pasti.
Larutan standar dibagi menjadi 2 macam, yaitu larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar primer merupakan larutan yang melarutkan suatu zat dengan tingkat
kemurnian yang tinggi. Contoh dari larutan standar primer adalah NaCl, asam benzoat dan asam
oksalat. Sedangkan, larutan standar sekunder merupakan larutan yang melarutkan suatu zat
tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga kondannya cepat. Contoh dari larutan standar
sekunder adalah NaOH, AgNO3 dan KMnO4 (Hipi et. al., 2021).
NAMA DAVINA RAHMA PUTRI A
NIM 225100307111096
KELAS N
KELOMPOK N8

5. Dalam proses titrasi, salah satu alat yang digunakan adalah buret. Jelaskan bagaimana cara
penggunaan buret dalam proses titrasi!

Hal yang dilakukan pertama adalah mengeklem buret pada tiang buret dengan posisi
tegak. Selanjutnya mengisi buret dengan larutan. Lalu, atur tinggi larutan sampai meniskusnya
tepat pada angka nol atau angka lain. Setelah itu, melakukan titrasi dengan buret yang telah diisi
dengan larutan (Sreekanth et. al., 2022).

6. Rumus umum yang digunakan dalam pembuatan larutan standar sekunder!

N NaOH = mg asam oksalat


BE asam oksalat x fp asam oksalat (Apriani dkk., 2016).

MNaOH = gr x 1000
Mr v (Saputro dan Rangkuti, 2018).

7. Mengapa dalam proses titrasi perlu ditambahan indikator warna? Jelaskan alasanmu!

Pada titrasi diperlukan adanya indikator warna. Fungsi dari indikator warna ini adalah
untuk mengetahui perubahan warna dari pH suatu larutan pada lingkungan tertentu. Fungsi lain
dari indikator warna ini adalah untuk mengetahui jika titrat telah habis bereaksi dan mencapai
titik ekuivalen (Wati dan Hasby, 2020).

8. Dalam proses titrasi terdapat istilah titran dan titrat. Jelaskan apa yang dimaksud dengan titran dan
titrat serta perbedaannya!

Titran merupakan suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui dan berfungsi untuk
menitrasi larutan yang konsentrasinya tidak diketahui. Sedangkan, titrat merupakan larutan yang
dititrasi dimana konsentrasinya tidak diketahui. Perbedaannya, jika fungsi titran untuk menitrasi
titrat merupakan larutan yang dititrasi (Akbari dkk., 2017).

9. Larutan apa yang dapat digunakan dalam standarisasi NaOH? Tuliskan persamaan reaksinya!

Untuk melakukan standarisasi senyawa NaOH, diperlukan indikator fenolftalein atau bisa
disebut dengan indikator pp. Indikator ini berfungsi sebagai pembanding dari proses titrasi basa
kuat dengan asam kuat. Larutan yang dapat digunakan adalah asam oksalat. Persamaan
reaksinya adalah H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O (Apriani dkk., 2016).

10. Larutan apa yang dapat digunakan dalam standarisasi HCl? Tuliskan persamaan reaksinya!

Untuk melakukan standarisasi senyawa HCl, diperlukan indikator metil orange atau bisa
disebut dengan indikator MO. Indikator MO berfungsi dalam titrasi asam. Larutan yang dapat
NAMA DAVINA RAHMA PUTRI A
NIM 225100307111096
KELAS N
KELOMPOK N8

digunakan adalah boraks. Persamaan reaksinya adalah Na2B4O7 10H2O + 2HCl 2NaCl +
4H3BO3 + 5H2 (Padmaningrum dan Marwati, 2013).

2. TINJAUAN PUSTAKA

1. Prinsip kerja titrasi

Pada titrasi asam basa, terlibatnya asam maupun basa sebagai titer dan titrannya. Reaksi
penetralan merupakan dasar dari titrasi. Jumlah kadar larutan basa ditentukan dengan
digunakannya larutan asam dan jumlah kadar larutan asam ditentukan dengan digunakannya
larutan basa. Prinsip kerja titrasi adalah ditambahkannya titer sedikit demi sedikit sampai
mencapai titik ekivalen (Simanjuntak, 2018).

2. Titik ekuivalen titrasi, titik akhir titrasi, dan perbedaannya

Dalam melakukan titrasi, dikenalkan titik ekuivalen titrasi dan titik akhir titrasi. Titik
akhir titrasi merupakan terhertinya titik pada saat melakukan titrasi. Pada umumnya, titrasi
mengambil beberapa alikuot tertentu, yaitu bagian dari larutan yang melalui proses titrasi yang
kemudian menjalani proses pengenceran (Simanjuntak, 2018).
Titik ekuivalen pada titrasi merupakan keadaan titik saat titran yang ditambahkan bereaksi
dengan seluruh zat yang juga dititrasi tanpa adanya titran yang tersisa. Titik ekuivalen juga
diartikan sebagai jumlah mol dari titran setara dengan jumlah mol titrat berdasarkan
stoikiometri. Perbedaan dari kedua hal ini adalah jika titik ekuivalen merupakan keadaan dimana
titik asam dan basa habis bereaksi, sedangkan titik akhir merupakan titik saat asam dan basa
mengalami perubahan warna (Saputro, 2015).

3. Jenis-jenis titrasi

Titrasi asam basa adalah metode titrasi yang bertujuan untuk menentukan konsentrasi
pada suatu larutan. Kinerja dari indikator yang menunjukkan titik akhir titrasi merupakan
komponen utama dalam keberhasilan titrasi asam basa. Zat yang ditambahkan ke dalam suatu
larutan yang digunakan sebagai penanda yang menunjukkan terjadinya titik akhir titrasi pada
analisis volumetrik disebut dengan indikator (Ratnasari dkk., 2016).
Titrasi argentometri adalah metode titrasi yang didasari dengan reaksi pengendapan
senyawa halogenida dan senyawa lain dengan penambahan senyawa AgNO3. Adapun pengaruh
reaksi pengendapan, antara lain pengendapan temperatur, sifat alami pelarut, pengaruh ion lain,
pH, hidrolisis dan pembentukan kompleks. Beberapa macam titrasi argentometri, antara lain
metode Volhard, Mohr, Fajans dan Leibig (Kuntari dkk., 2018).
Titrasi kompleksometri merupakan metode titrasi berdasarkan pada reaksi pembentukan
senyawa kompleks antara ion logam target dan zat pembentuk kompleks. Zat pembentuk
kompleks yang umum digunakan adalah asam etilenadiaminatetraasetat atau yang biasa disebut
NAMA DAVINA RAHMA PUTRI A
NIM 225100307111096
KELAS N
KELOMPOK N8

dengan EDTA. pH larutan dalam titrasi ini harus dikontrol dengan baik, karena sebagai penentu
selektivitas pembentukan kompleks antara EDTA dengan logam target (Taufik dkk., 2018).
Titrasi redoks merupakan metode titrasi yang menggunakan reaksi redoks. Titrasi redoks
memiliki tiga macam, yaitu titrasi iodometri yang merupakan jenis titrasi secara tidak langsung;
titrasi iodimetri yang merupakan reaksi langsung dan titrasi permanganometri yang
menggunakan ion Mn2+. Indikator yang digunakan dalam titrasi redoks adalah amilum yang
menghasilkan warna biru (Chaerani, 2016).

4. Aplikasi titrasi asam-basa dalam bidang teknologi pertanian (minimal 4)

Yang pertama, pada pengaplikasian titrasi asam basa memanfaatkan ekstrak buah
manggis. Buah manggis dipilih karena persentase kesalahan titrasi pada indikator ekstrak kulit
buah manggis tidak jauh berbeda dengan persentase kesalahan titrasi pada indikator PP.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui kinerja dari ekstrak kulit buah manggis sebagai indikator
kertas asam basa dan indikator titrasi (Kurniawati dan Alauhdin, 2020).
Yang kedua, pada pengaplikasian titrasi asam basa memanfaatkan kubis ungu. Kubis ungu
digunakan sebagai pengganti indikator fenolftalein pada titrasi asam basa termasuk titrasi asam
lemak bebas. Kubis ungu digunakan sebagai alternatif bahan pembuatan indikator asam basa
alami karena memiliki senyawa antosianin (Riniati dkk., 2020).
Yang ketiga, pada pengaplikasian titrasi asam basa memanfaatkan bunga rosella. Bunga
rosella dapat digunakan sebagai alternatif pada indikator titrasi basa kuat dengan asam kuat,
basa lemah dengan asam kuat. Namun, bunga rosella tidak bisa digunakan pada titrasi asam
lemah dengan basa kuat (Yazid dan Munir, 2018).
Yang keempat, pada pengaplikasian titrasi asam basa memanfaatkan ubi jalar ungu. Ubi
jalar ungu digunakan karena mengandung senyawa antosianin. Ubi jalar ungu menunjukkan pH
kertas indikator ubi jalar ungu yang diperlihatkan dari perubahan warna merah muda menjadi
kuning (Andryani, 2015).
NAMA DAVINA RAHMA PUTRI A
NIM 225100307111096
KELAS N
KELOMPOK N8

3. DIAGRAM ALIR
1. Pembuatan larutan standar HCl 0,1 M

HCl pekat

Dihitung konsentrasinya

Dilakukan pengenceran dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL

Aquades
Dihomogenkan

Hasil

2. Standarisasi larutan HCl dengan boraks 0,05 M

Larutan Boraks

Diambil 10 mL ke dalam Erlenmeyer

Indikator MO
Ditambahkan 2 – 3 tetes

Dititrasi dengan HCl

Diamati hingga terjadi perubahan warna

Dilakukan duplo

Dihitung M HCl

Hasil
NAMA DAVINA RAHMA PUTRI A
NIM 225100307111096
KELAS N
KELOMPOK N8

3. Pembuatan larutan standar NaOH 0,1M

NaOH

Ditimbang pada timbangan analitik sebanyak 0,4 gram

Dilarutkan pada beker gelas

Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

Aquades
Ditambahkan hingga tanda batas

Dihomogenkan

Hasil
NAMA DAVINA RAHMA PUTRI A
NIM 225100307111096
KELAS N
KELOMPOK N8

4. Standarisasi larutan NaOH

Asam oksalat dihidrat 0,05 M

Diambil 20 mL ke dalam erlenmeyer

Indikator PP
Ditambahkan 2-3 tetes

Dititrasi dengan NaOH

Diamati hingga terjadi perubahan warna

Dilakukan duplo

Dihitung M NaOH

Hasil
NAMA DAVINA RAHMA PUTRI A
NIM 225100307111096
KELAS N
KELOMPOK N8

5. Penggunaan larutan standar asam dan basa untuk menetapkan kadar asam asetat pada cuka

Asam Cuka

Diambil 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL

Aquades
Ditambahkan hingga tanda batas

Dihomogenkan

Diambil 20 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL

Indikator PP
Ditambahkan 2-3 tetes

Dititrasi dengan NaOH

Diamati hingga terjadi perubahan warna

Dilakukan duplo

Dihitung kadar asam asetat

Hasil
NAMA DAVINA RAHMA PUTRI A
NIM 225100307111096
KELAS N
KELOMPOK N8

4. DATA HASIL PRAKTIKUM


1. Pembuatan larutan standar HCl 0,1 M
BJ HCl : 1,19 gram/mL
Kadar HCl : 37%
Volume HCl yang dibutuhkan : 0,41 mL
Perhitungan:
M = ρ x % x 10
Mr
M = 1,19 x 37 x 10
36,5
M = 12,06 M
M1 x V1 = M2 x V2
12,06V1 = 0,1 x 50
V1 = 0,41 mL

2. Standarisasi larutan HCl 0,1 M


Volume HCl : 11,57 mL (Vrata-rata)
Molaritas HCl : 0,05 M
Berat boraks : 10 mL
Molaritas larutan HCl hasil standarisasi : 0,086 M
Perhitungan:
V1 x M1 = V2 x M2
11, 57 x M1 = 2 x 0,05 x 10
M1 = 2 x 0,05 x 10
11,57
M1 = 0,086 M

3. Pembuatan larutan standar NaOH 0,1 M


Berat NaOH : 0,4 gram
Volume larutan NaOH : 100 mL
Molaritas larutan NaOH : 0,1 M
Perhitungan :
MNaOH = gr/ Mr x 1000/v
gr = MNaOH x Mr x v
1000
gr = 0,1 x 40 x 100
1000
gr = 0,4 gram
NAMA DAVINA RAHMA PUTRI A
NIM 225100307111096
KELAS N
KELOMPOK N8

4. Standarisasi larutan standar NaOH 0,1 M


Volume Na-oksalat : 20 mL
Volume akuades : 100 mL
Volume larutan NaOH 0,1 M : 21,3 mL (V1) dan 20,8 mL (V2)
Molaritas larutan NaOH : 0,086 M
Perhitungan:
VNaOH = 10,9 + 11,4 + 12,1 + 11,9
4
H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O
Mol asam oksalat : Mol NaOH
1 : 2
V1 x M1 = V2 x M2
10,7 x M1 = (0,05 x 2) x 10
M1 = 0,086 M

5. Penetapan kadar asam asetat pada cuka


Volume larutan asam cuka : 20 mL
Volume NaOH (titrasi) : 23,8 mL (Vrata-rata) = 4,85
Molaritas NaOH : 0,1 M
Persamaan reaksi : H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O
Kadar total asam (% b/v) : 27% (dalam 100 mL larutan)
Perhitungan:
1. V rata – rata = 4,85
V rata – rata = 4,8 + 4,9 = 9,7
2. Fp x M1 x V1 = M2 x V2
10 x 0,93 x 4,85 = M2 x 1
M2 = 4,51
3. M = gr/Mr x 1000/v
4,51 = gr/60 x 1000/10
Gr = 2,70 gram
4. %b/v = gr/v x 100%
= 2,7/100 x 100%
= 27% (dalam larutan 100 mL)
= 2,7% (dalam larutan 10 mL)
NAMA DAVINA RAHMA PUTRI A
NIM 225100307111096
KELAS N
KELOMPOK N8

5. ANALISIS PROSEDUR
1. NaOH merupakan senyawa yang ditemukan dalam bentuk padatan kristal. Bagaimana cara
mengubah padatan tersebut agar menjadi 100 ml larutan NaOH 0,1 M? Jelaskan tahapannya!

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat berupa spatula,
timbangan analitik, gelas arloji, pipet tetes, gelas beaker, corong kaca, labu ukur dan pengaduk
kaca. Langkah kedua adalah siapkan bahan berupa padatan NaOH dan aquades. Langkah ketiga
adalah menimbang NaOH sebesar 0,4 gram pada timbangan analitik dengan menggunakan
rumus molaritas. Langkah keempat adalah melarutkan padatan NaOH dengan aquades dengan
menggunakan gelas beaker dan mengaduknya dengan pengaduk kaca. Langkah kelima,
memindahkan larutan pada labu ukur dan dihomogenkan.

2. Jelaskan kaidah tangan dalam penggunaan buret saat melakukan proses titrasi!

Adapun tata cara untuk menggunakan buret dengan baik dan benar. Tangan yang dominan
digunakan untuk memegang dan menggoyangkan tabung erlenmeyer. Sedangkan, tangan yang
tidak dominan digunakan untuk memutar klep buret dengan tujuan agar keran buret tidak cepat
rusak.

3. Indikator apa yang digunakan untuk mentitrasi HCl dengan boraks? Sebutkan pula fungsi serta
cara penggunaannya saat titrasi dilakukan hingga titik akhir titrasi didapatkan!

Indikator yang digunakan adalah indikator Methyl Orange atau MO. Indikator ini
berfungsi untuk mentitrasi asam mineral dan basa kuat. Tata caranya adalah menggunakan buret
sebagai media titrasi. Indikator MO ditambahkan pada titran (larutan boraks) sebanyak 2 – 3
tetes. Lalu, melakukan titrasi dengan menggunakan kaidah tangan, yaitu tangan dominan untuk
menghomogenkan larutan pada tabung erlenmeyer, sedangkan tangan non dominan digunakan
untuk membuka/ menutup klep buret guna mengontrol tetesan larutan yang dititrasi. Dengan
melakukan metode tersebut, titran akan mengalami perubahan warna menjadi jingga dan
perubahan warna tersebut ditunggu selama 30 detik. Penambahan indikator tersebut berfungsi
untuk melihat perubahan warna sehingga dapat mengetahui titik akhir titrasi.

4. Indikator apa yang digunakan untuk mentitrasi NaOH dengan asam oksalat? Sebutkan pula fungsi
serta cara penggunaannya saat titrasi dilakukan hingga titik akhir titrasi didapatkan!

Indikator yang digunakan adalah indikator Penopthalein atau pp. Indikator ini berfungsi
untuk menitrasi basa kuat dan asam kuat. Tata caranya adalah menggunakan buret sebagai media
titrasi. Lalu, meneteskan indikator pp sebanyak 3 tetes pada titran (asam oksalat). . Lalu,
melakukan titrasi dengan menggunakan kaidah tangan, yaitu tangan dominan untuk
menghomogenkan larutan pada tabung erlenmeyer, sedangkan tangan non dominan digunakan
NAMA DAVINA RAHMA PUTRI A
NIM 225100307111096
KELAS N
KELOMPOK N8

untuk membuka/ menutup klep buret guna mengontrol tetesan larutan yang dititrasi. Dengan
melakukan metode tersebut, titran akan mengalami perubahan warna menjadi violet atau merah
muda dan perubahan warna tersebut ditunggu selama 30 detik. Penambahan indikator tersebut
berfungsi untuk melihat perubahan warna sehingga dapat mengetahui titik akhir titrasi.

5. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat menggunakan buret guna memperbesar tingkat
keakuratannya?

Hal yang perlu diperhatikan adalah meletakkan posisi buret dengan baik dan benar. Yang
kedua adalah mengisi larutan hingga volumenya berada di titik 0. Yang ketiga adalah tata cara
titrasi dengan membuka klep buret dengan perlahan agar tidak terjadi kelebihan penetesan. Yang
keempat adalah pembacaan volume buret dengan memperhatikan pembacaan skala tepat di
bawah meniscus. Dan memastikan tidak ada gelembung pada larutan, karena hal tersebut dapat
mempengaruhi dalam pembacaan volume pada skala buret.

6. Selama melakukan proses titrasi, mengapa tabung erlenmeyer harus digoyangkan secara perlahan
dan tangan kiri harus tetap berada pada klep buret? Jelaskan alasanmu!

Fungsi dari tetap menggoyangkan tabung erlenmeyer dengan tangan kanan/ dominan
adalah untuk membuat indikator bisa larut dengan cepat atau untuk menghomogenkan larutan
yang dititrasi. Sedangkan, fungsi dari tangan kiri/ non dominan adalah untuk mengontrol tetesan
dari larutan jika sudah mencapai titik akhir titrasi dengan menutup klep buret.
NAMA DAVINA RAHMA PUTRI A
NIM 225100307111096
KELAS N
KELOMPOK N8

6. ANALISIS HASIL
1. Jelaskan hasil dari semua percobaan yang dilakukan serta dibandingkan dengan literatur!

Setelah melakukan percobaan, standarisasi larutan HCl dengan boraks akan didapatkan
molaritas dari larutan HCl. Setelah standarisasi larutan HCl telah didapatkan, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan titrasi larutan HCl yang ditambahkan boraks dengan
menggunakan indikator Methyl Orange atau MO yang berfungsi untuk mengetahui titik akhir
dari titrasi yang dilakukan. Hasilnya, larutan yang dititrasi dengan indikator MO akan
menghasilkan warna jingga. Standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat akan didapatkan
molaritas dari larutan NaOH. Setelah standarisasi larutan NaOH telah didapatkan, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan titrasi larutan NaOH yang ditambahkan asam oksalat dengan
menggunakan indikator fenolftalein atau pp yang berfungsi untuk mengetahui titik akhir dari
titrasi yang dilakukan. Hasilnya, larutan yang dititrasi dengan indikator pp akan menghasilkan
warna violet atau merah muda. Pencairan kadar asam asetat dapat dilakukan dengan
menggunakan larutan NaOH yang telah distandarisasi. Percobaan tersebut dilakukan dengan
menambahkan indikator pp pada NaOH ke dalam asam cuka perdagangan. Hasil yang
didapatkan adalah bahwa larutan tersebut berubah warna menjadi merah muda.
Hasil dari percobaan titrasi HCl dengan boraks yang ditambahkan indikator, didapatkan
hasil yang sama dengan literatur yang telah dibaca. Pada literatur tersebut dikatakan bahwa
analisis kuantitatif boraks dapat dilakukan dengan menggunakan metode asidimetri. Saat
melakukan percobaan titrasi HCl dengan boraks, percobaan tersebut dapat diulangi sebanyak
tiga kali agar mendapat hasil yang akurat. Percobaan titrasi yang dilakukan menambahkan
Methyl Orange sebagai indikatornya. Dan hasil yang didapatkan adalah pada titik akhir titrasi,
larutan tersebut berubah warna menjadi jingga (Hartimurti dan Setiyawan, 2019).
Hasil dari percobaan titrasi NaOH dengan asam oksalat yang ditambahkan indikator,
didapatkan hasil yang sama dengan literatur yang telah dibaca. Pada literatur tersebut dikatakan
bahwa saat melakukan percobaan titrasi NaOH dengan asam oksalat, percobaan titrasi tersebut
menambahkan fenoftalein sebagai indikatornya. Dan hasil yang didapatkan adalah pada titik
akhir titrasi, larutan tersebut berubah warna menjadi violet atau merah muda (Apriani dkk.,
2016).
Hasil dari percobaan pencairan kadar asam asetat pada asam cuka perdagangan dengan
larutan NaOH pada hasil standarisasi, didapatkan hasil yang sama dengan literatur yang telah
dibaca. Pada literatur tersebut dikatakan bahwa asam cuka dilakukan titrasi dan pengenceran
dengan menggunakan larutan NaOH yang telah ditambahkan indikator pp. Dan hasilnya adalah
larutan tersebut mengalami perubahan warna menjadi merah muda (Febriani dan Azizati, 2018).
NAMA DAVINA RAHMA PUTRI A
NIM 225100307111096
KELAS N
KELOMPOK N8

2. Tuliskan reaksi yang terjadi pada standarisasi larutan NaOH dan standarisasi larutan HCl dengan
larutan boraks!

Reaksi yang terjadi pada standarisasi larutan NaOH dan larutan HCl dengan larutan
boraks merupakan reaksi penetralan. Hasil dari reaksi standarisasi tersebut adalah berupa H2O
yang ion H+ dan OH-. Pada standarisasi larutan HCl, didapatkan persamaan reaksi yaitu
Na2B4O7.10H2O + 2HCl → 2NaCl + 4H3BO3 + 5H2O. Sedangkan, pada standarisasi larutan
NaOH, didapatkan persamaan reaksi yaitu H2C2O4 + 2NaOH → Na2C2O4 + 2H2O. Dari kedua
hal tersebut, didapatkan reaksi penetralan yang menghasilkan senyawa H2O yang memiliki
kesamaan ion (Astutik, 2017).

3. Sebut dan jelaskan alasan digunakannya masing-masing indikator pada standarisasi NaOH serta
standarisasi HCl!

Pada standarisasi NaOH, indikator yang digunakan adalah indikator pp atau fenoftalein.
Indikator tersebut digunakan karena memiliki pH basa, yaitu antara 8,0 sampai dengan 9,6.
Dengan digunakannya indikator tersebut, larutan NaOH dapat berubah warna menjadi merah
muda atau violet karena larutan NaOH sendiri tergolong basa kuat (Umah, 2019).
Pada standarisasi HCl, indikator yang dibutuhkan adalah indikator MO atau Methyl
Orange. Indikator tersebut digunakan karena memiliki pH asam, yaitu antara 3,1 sampai dengan
4,4. Dengan digunakannya indikator tersebut, larutan HCl dapat berubah warna menjadi jingga
karena larutan HCl sendiri tergolong asam kuat (Yazid dan Munir, 2018).

4. Sebutkan perubahan warna yang terjadi pada reaksi standarisasi HCl dengan boraks dan jelaskan
bagaimana proses perubahan warna yang terjadi. Setelah itu, bandingkan dengan literatur!

Perubahan warna akan terjadi jika telah melakukan standarisasi HCl dengan boraks yang
telah ditambahkan indikator MO. Indikator MO dapat diteteskan pada titran sebanyak 2 – 3
tetes. Langkah selanjutnya adalah menghomogenkan titran dengan indikatornya dengan cara
menggoyangkan erlenmeyer dan menunggunya selama 30 detik. Setelah mencapai titik akhir
titrasi, maka larutan tersebut akan berubah warna menjadi jingga. Pada situasi tersebut, maka
titrasi harus segera dihentikan agar tidak melebihi titik akhir yang seharusnya.
Hasil tersebut sesuai dengan literatur yang telah dibaca. Pada literatur tersebut,
dinyatakan bahwa indikator MO menjadi penyebab dari perubahan warna pada standarisasi
HCl dengan larutan boraks. Indikator MO menyebabkan perubahan warna pada larutan
menjadi warna jingga. Karena indikator MO memiliki pH asam sebesar 3,1 sampai 4,4 dan
HCl merupakan asam kuat (Mayeka and Mabiki, 2019).
NAMA DAVINA RAHMA PUTRI A
NIM 225100307111096
KELAS N
KELOMPOK N8

7. KESIMPULAN

Analisis volumetri merupakan metode analisis yang berdasaran pada pengukuran volume
dalam suatu analisa. Analisis volumetri dapat disebut dengan analisis titrimetri, yaitu titrasi yang
diukur merupakan volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan pasti (titran) dan
memerlukan sesuatu untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tempat volume titrat (analit)
atau dengan tempat konsentrasinya. Asidi alkalimetri adalah suatu metode titrasi volumetri
berdasarkan pada sifat senyawa yang dititrasi. Suatu metode penetapan kadar secara kuantitatif
pada senyawa asam dengan menggunakan standar basa disebut dengan alkalimetri.
Larutan standar merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara pasti.
Larutan standar dibagi menjadi 2 macam, yaitu larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar primer merupakan larutan yang melarutkan suatu zat dengan tingkat
kemurnian yang tinggi. Contoh dari larutan standar primer adalah NaCl, asam benzoat dan asam
oksalat. Sedangkan, larutan standar sekunder merupakan larutan yang melarutkan suatu zat
tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga kondannya cepat. Contoh dari larutan standar
sekunder adalah NaOH, AgNO3 dan KMnO4.
Standarisasi larutan memerlukan indikator untuk melihat perubahan warnanya. Indikator
yang digunakan berupa indikator Methyl Orange atau MO dan indikator pp atau fenoftalein.
Indikator MO berfungsi untuk mengubah suatu larutan asam kuat yang dititrasi menjadi warna
jingga, karena pH dari indikator tersebut adalah asam. Indikator pp berfungsi untuk mengubah
suatu larutan basa kuat yang dititrasi menjadi warna violet atau merah muda, karena pH dari
indikator tersebut adalah basa. Kedua indikator tersebut akan bekerja jika ditempatkan pada
larutan yang memiliki kesamaan sifat.
Dalam penggunaan buret, diberlakukan kaidah tangan agar menjaga buret tersebut awet.
Vaseline digunakan pada klep buret agar memudahkan praktikan dalam menggunakan klep
tersebut. Penggunaan kaidah tangan juga dilakukan agar tidak terjadi titrasi yang berlebih.
DAFTAR PUSTAKA
Akbari, T., Sonjaya, Y., dan Anwar, S. 2017. Analisis Keterbacaan Mahasiswa terhadap Buku Teks
Terjemahan Materi Asam Basa. Jurnal Kimia dan Pendidikan. 2(1): 88-102.
Andryani, V. 2015. Pemanfaatan Antosianin pada Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) sebagai
Indikator Asam – Basa. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Apriani, F., Idiawati, N., dan Destiarti, L. 2016. Ekstrak Metanol Buah Lakum (Cayratia trifolia (L.)
Domin) sebagai Indikator Alami pada Titrasi Basa Kuat dan Asam Kuat. JJK. 5(4): 74-78.
Hipi, D., Daud, E. P., and Soga, G. D. 2021. Identification of Alkalimetric Levels Using Acid-Base
Reaction Principles. Journal of Health, Technology and Science (JHTS). 2(4): 11-20.
Kuntari, Aprianto, T., Baruji, dkk. 2018. Validasi Metode Penentuan Amonium Klorida dalam Obat
Batuk Hitam secara Titrimetri. Indonesian Journal of Chemical Analysis. 1(1): 35-41.
Kurniawati, A. dan Alauhdin, M. 2020. Ekstraksi dan Analisis Zat Warna Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garciana mangostana L.) serta Aplikasinya sebagai Indikator Asam-Basa.
Indonesian Journal of Chemical Science. 9(1): 57-62.
Padmaningrum, R. T. dan Marwati, S. 2013. Tester Kit untuk Uji Boraks dalam Makanan. Jurnal
Penelitian Saintek. 18(1): 24-33.
Ratnasari, S., Suhendar, D., dan Amalia, V. 2016. Studi Potensi Ekstrak Daun Adam Hawa (Rhoeo
discolor) sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. Chimica et Natura Acta. 4(1): 39-46.
Riniati, Widyabudiningsih, D., dan Sularasa, A. 2020. Penggunaan Indikator Kubis Ungu pada
Analisis Asam Lemak Bebas dengan Metode Titrasi. Indonesian Journal of Chemical Analysis.
3(2): 56-64.
Saputro, I. D. 2015. Optimalisasi Penggunaan pH Meter Saku Hanna untuk Titrasi Berbasis Camera
Webcam PC. Skripsi. Jember: Universitas Jember.
Setiorini, I. A., Agusdin, Mardiana, V., dkk. 2018. Pengaruh Massa Adsorben Karbon Aktif Batubara
terhadap Penyerapan Kandungan Nilai COD dan TOC dalam Limbah Kain Jumputan pada
Rancang Bangun Alat Adsorber. Jurnal Teknik Patra Akademika. 9(1): 14-28.
Simanjuntak, R. 2018. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas pada Sabun Mandi Cair Merk “LX”
dengan Metode Titrasi Asidimetri. Jurnal Ilmiah Kohesi. 2(4): 59-70.
Sreekanth, N. S., Varghese, N., and Babu, N. S. C. 2022. Virtual Chemistry Lab to Virtual Reality
Chemistry Lab. Resonance. 27(8): 1371-1385.
Taufik, M., Seveline, dan Saputri, E. R. 2018. Validasi Metode Analisis Kadar Kalsium pada Susu
Segar secara Titrasi Kompleksometri. Agritech. 38(2): 187-193.
Wati, J. dan Hasby. 2020. Analisis Aktivitas Antosianin dari Buah Senggani (Melastoma candidum
L.), Kulit Kopi (Coffea arabica L.) dan Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas L.) sebagai Indikator
Asam Basa. KATALIS Jurnal Penelitian Kimia dan Pendidikan Kimia. 3(2): 1-6.
Wulandari, M. A. dan Santika, I. W. M. 2022. Penetapan Kadar Tablet Asetosal dengan Metode
Asidi-Alkalimetri. Journal Scientific of Mandalika (JSM). 3(6): 664-669.
Yazid, E. A. dan Munir, M. M. 2018. Potensi Antosianin dari Ekstrak Bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) sebagai Alternatif Indikator Titrasi Asam Basa. Jurnal Sains. 8(15): 1-7.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Astutik dan Widia. 2017. Keefektifan Pembelajaran Di Laboratorium Berbasis Hands On Teknik
Challenge Exploration Activity Terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Siswa.
Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Febriani, D. R. dan Azizati, Z. 2018. Pembuatan Cuka Alami Buah Salak dan Pisang Kepok beserta
Kulitnya Teknik Fermentasi. Walisongo Journal of Chemistry. 1(2): 72-77.
Hartimurti, S. dan Setiyawan, A. 2019. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Kandungan Boraks Pada
Bakso Tusuk di Wilayah Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Farmasains. 6(2): 43-50.
Mayeka, J. and Mabiki, F. 2019. The Use of Stem and Root Barks Extracts from Synadenium
glaucescens (Euphorbiaeceae) as Acid Base Indicators. Journal of Chemical and
Pharmaceutical Research. 11(2): 117-126.
Saputro, R. A. dan Rangkuti, Ch. 2018. Pengaruh Molaritas Larutan Cairan Elektrolit dan Arus Listrik
terhadap Gas HHO yang Dihasilkan pada Generator HHO Tipe Dry Cell. Seminar Nasional
Cendekiawan. 4: 665-670.
Umah, N. 2019. Pengembangan Media Game Edukasi Level Of Inquiry-Based Laboratory Work Pada
Titrasi Asam-Basa. Skripsi. Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai