Disusun Oleh :
Nama : Radhliyah Tazkia Syifa
Nim : 205100107111052
Jurusan/Fakultas : Teknologi Hasil Pertanian/Teknologi Pertanian
Tanggal Praktikum : 1 Oktober 2020
Nama Asisten : Zolla Mellanisa Hamiasiwi
PENDAHULUAN
1.2 Teori
1.2.1 Pengertian Pengukuran Presisi dan Akurat
Pengukuran presisi dan akurat memiliki arti yang berbeda. Pengukuran presisi
merupakan kemampuan mengukur subyek yang sama berulang-ulang dengan kesalahan
sekecil mungkin. Sedangkan pengukuran akurat adalah kemampuan untuk mendapatkan
hasil yang sedekat mungkin dengan hasil sebenarnya dari variable yang diukur. (Rahmi,
Rika, 2020)
Ralat sistematis (systematic error) bisa terjadi karna alat atau metode pengukuran.
Contoh ralat yang disebabkan oleh alat ukur yaitu ketika mengukur volume bensin
menunjukan angka 10 liter, tetapi sebenarnya hanya 9 liter. Hal ini berarti volumetric itu
memiliki ralat sistematis sebesar 1 liter. Kemudian contoh dari ralat sistematis yang
disebabkan oleh metode adalah ketika mengukuran renggang pegas terbaca 10 cm
sebenarnya hanya 5 cm. Artinya ralat sistematis nya adalah 5 cm. ralat sistematis bersifat
tetap dan tidak dapat dimaklumi sehingga harus ditiadakan.
Yang ketiga ada ralat keliruan tindakan (human error). Human error disebabkan
oleh factor pengukur itu sendiri. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah ketika
pengukuran dilakukan ketika orang tersebut sedang mengantuk. Hal ini menyebabkan
adanya kekeliruan dalam pengukuran yang dilkukan. Hal yang bisa dilakukan untuk
menghindari ralat ini adalah dengan memastikan kondisi pengukur sedang baik-baik saja.
Sedangkan menurut Putra dan Endah (2015), karna keterbatasan alat dan panca
indera ketika mengukurlah yang menyebabkan mungkinnya terjadi perbedaan hasil
pengukuran seseorang dengan orang lain. Hal ini terjadi baik ketika kita menghitung
massa, panjang waktu dan sebagainya. Teori ralat dibagi menjadi 4, yaitu ralat dari
pengukuran tunggal, ralat dari pengukuran berulang,ralat lebih dari satu variable
pengukuran tunggal dan ralat lebih dari satu variable pengukuran berulang.
BAB II
METODE PERCOBAAN
a) Tomat
Volume percobaan 1 = 33,51 cm3
Volume percobaan 2 = 47,71 cm3
Volume percobaan 3 = 22,44 cm3
Rata-rata volume
33,51+47,71+22,44
V bar = = 34,55 𝑐𝑚3
3
Nilai ralatnya
𝑥 = 𝑥 + ∆𝑥
∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
∆𝑥 = √
𝑛(𝑛 − 1)
Nilai ralatnya
𝑥 = 𝑥 + ∆𝑥
∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
∆𝑥 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∆𝑥 = √45.383,675 = 213,03cm3
2. Carilah massa jenis benda uji tersebut (tuliskan juga nilai ralatnya)
a) Tomat
𝑔
Massa jenis percobaan 1 : 1,49 ⁄𝑐𝑚3
𝑔
Massa jenis percobaan 2 : 1,04 ⁄𝑐𝑚3
𝑔
Massa jenis percobaan 3 : 2,23 ⁄𝑐𝑚3
Rata-rata massa jenis
1,49 + 1,04 + 2,23 𝑔
= 1,58 ⁄𝑐𝑚3
3
Nilai ralat:
𝑥 = 𝑥 + ∆𝑥
∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
∆𝑥 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∆𝑥 = √0,12 = 0,35cm3
b) Panci
𝑔
Massa jenis percobaan 1 : 0,06 ⁄𝑐𝑚3
𝑔
Massa jenis percobaan 2 : 0,09 ⁄𝑐𝑚3
𝑔
Massa jenis percobaan 3 : 0,07 ⁄𝑐𝑚3
Rata-rata masa jenis
0,06+0,09+0,07
= 0,073 𝑐𝑚3
3
Nilai ralatnya
𝑥 = 𝑥 + ∆𝑥
∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
∆𝑥 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∆𝑥 = √0,00015567 = 0,0124cm3
Nilai ralatnya
𝑥 = 𝑥 + ∆𝑥
∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
∆𝑥 = √
𝑛(𝑛 − 1)
0 + 0,25 + 0,25
∆𝑥 = √
6
∆𝑥 = √0,083 = 0,288 cm
Nilai ralatnya
𝑥 = 𝑥 + ∆𝑥
∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
∆𝑥 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∆𝑥 = √1,19445 = 1,09 cm
Massa percobaan 1 = 50 g
Massa percobaan 2 = 50 g
Massa percobaan 3 = 50 g
Rata-rata volume
50 + 50 + 50
= 50 𝑔
3
Nilai ralatnya
𝑥 = 𝑥 + ∆𝑥
∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
∆𝑥 = √
𝑛(𝑛 − 1)
0+0+0
∆𝑥 = √
6
∆𝑥 = √0 = 0 g
Rata-rata volume
130 + 130 + 130
= 130 𝑔
3
Nilai ralatnya
𝑥 = 𝑥 + ∆𝑥
∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
∆𝑥 = √
𝑛(𝑛 − 1)
0+0+0
∆𝑥 = √
6
∆𝑥 = √0 = 0 g
dari data perhitungan didapatkan volume rata-rata tomat dengan ralat adalah (34,55 ±
7,313) cm3 dan volume rata-rata panci dengan ralat adalah (1.804,3 ± 213,03 ) cm3.
Lalu hasil dari perhitungan massa jenis tomat dengan ralatnya adalah 1,58 ±
𝑔 𝑔
0,35 ⁄ 3 dan massa jenis panci dengan ralatnya adalah (0,073 ± 0,0124 ) ⁄ 3 .
𝑐𝑚 𝑐𝑚
Rata-rata diameter tomat dengan ralat yaitu (4 ± 0,288 ) cm dan diameter rata-rata
panci dengan ralat adalah (18,17 ± 1,09 ) cm. rata-rata massa tomat dengan ralat
sebesar (50 ± 0) g dan rata-rata massa panci dengan ralat adalah (130 ± 0) g.
Menurut Jati (2020), jika hasil perhitungan ralat pada pengukuran berulang
nilainya lebih kecil dari ketelitian alat ukur yang digunakan maka bisa dikatakan
pengukuran tersebut teliti namun diragukan kepercayaannya.
4.3 Faktor yang Menpengaruhi Kesalahan Pengukuran
Menurut Jati (2020), ralat rambang (random error) muncul karna danya
pengukuran berulang. Ralat rambang akan semakin kecil jika semakin banyak
pengukuran yang dilakukan. Ralat sistematis juga bisa terjadi disebabkan oleh alat
atau metode pengukuran. Hal ini bisa ditiadakan dengn melakukan kalibrasi, tera
ataupun melakukan tera ulang pada alat tersebut. Selain itu kesalahan pengukuran juga
bisa disebabkan karna kekeliruan tindakan (human error). Hal yang bisa dilakukan
agar terhindar dari ralat kekeliruan tindakan adalah dengan memastikan kondisi
pengukur dalam keadaan baik dan berkonsentrasi ketika sedang melakukan
pengukuran
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pengukuran dapat dilakukan
menggunakan alat-alat yang tersedia dirumah. Baik itu untuk menghitung massa
benda, diameter, volume bahkan massa jenis suatu benda. Pengukuran bertujuan untuk
mendapatkan hasil ukur yang tepat, namun sering kali terjadi kesalahan ketika
melakukan pengukuran. Maka dari itu ketika melakukan pengukuran kita perlu
menyertakan hasil ralat agar pengukuran yang kita lakukan bisa lebih terpercaya.
5.2 Saran
Secara keseluruhan materi praktikum yang deberikan sudah jelas dan
membantu mahasiswa dalam memahami apa itu pengukuran dan teori ralat. Hanya
saja pada video yang diberikan belum ada penjelasan tentang cara menghitung.
Harapannya dimasa yang akan dating, pada materi yang diberikan akan lebih lengkap
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
a) Tomat
Volume percobaan 1 = 33,51 cm3
Volume percobaan 2 = 47,71 cm3
Volume percobaan 3 = 22,44 cm3
Rata-rata volume
33,51+47,71+22,44
V bar = = 34,55 𝑐𝑚3
3
Nilai ralatnya
𝑥 = 𝑥 + ∆𝑥
∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
∆𝑥 = √
𝑛(𝑛 − 1)
Nilai ralatnya
𝑥 = 𝑥 + ∆𝑥
∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
∆𝑥 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∆𝑥 = √45.383,675 = 213,03cm3
2. Carilah massa jenis benda uji tersebut (tuliskan juga nilai ralatnya)
a) Tomat
𝑔
Massa jenis percobaan 1 : 1,49 ⁄𝑐𝑚3
𝑔
Massa jenis percobaan 2 : 1,04 ⁄𝑐𝑚3
𝑔
Massa jenis percobaan 3 : 2,23 ⁄𝑐𝑚3
Rata-rata massa jenis
1,49 + 1,04 + 2,23 𝑔
= 1,58 ⁄𝑐𝑚3
3
Nilai ralat:
𝑥 = 𝑥 + ∆𝑥
∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
∆𝑥 = √
𝑛(𝑛 − 1)
(1,49 − 1,58)2 + (1,04 − 1,58)2 + (2,23 − 1,58)2
∆𝑥 = √
3 (3 − 1)
∆𝑥 = √0,12 = 0,35cm3
b) Panci
𝑔
Massa jenis percobaan 1 : 0,06 ⁄𝑐𝑚3
𝑔
Massa jenis percobaan 2 : 0,09 ⁄𝑐𝑚3
𝑔
Massa jenis percobaan 3 : 0,07 ⁄𝑐𝑚3
Rata-rata masa jenis
0,06+0,09+0,07
= 0,073 𝑐𝑚3
3
Nilai ralatnya
𝑥 = 𝑥 + ∆𝑥
∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
∆𝑥 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∆𝑥 = √0,00015567 = 0,0124cm3
Nilai ralatnya
𝑥 = 𝑥 + ∆𝑥
∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
∆𝑥 = √
𝑛(𝑛 − 1)
0 + 0,25 + 0,25
∆𝑥 = √
6
∆𝑥 = √0,083 = 0,288 cm
b) Panci
Diameter percobaan 1 :19,5 cm
Diameter percobaan 2 : 16 cm
Diameter percobaan 3 : 19 cm
Rata-rata diameternya
19,5 + 16 + 19
= 18,17 𝑐𝑚
3
Nilai ralatnya
𝑥 = 𝑥 + ∆𝑥
∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
∆𝑥 = √
𝑛(𝑛 − 1)
(19,5 − 18,17)2 + (16 − 18,17)2 + (19 − 18,17)2
∆𝑥 = √
3(3 − 1)
∆𝑥 = √1,19445 = 1,09 cm
Massa percobaan 1 = 50 g
Massa percobaan 2 = 50 g
Massa percobaan 3 = 50 g
Rata-rata volume
50 + 50 + 50
= 50 𝑔
3
Nilai ralatnya
𝑥 = 𝑥 + ∆𝑥
∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
∆𝑥 = √
𝑛(𝑛 − 1)
0+0+0
∆𝑥 = √
6
∆𝑥 = √0 = 0 g
Rata-rata volume
130 + 130 + 130
= 130 𝑔
3
Nilai ralatnya
𝑥 = 𝑥 + ∆𝑥
∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
∆𝑥 = √
𝑛(𝑛 − 1)
0+0+0
∆𝑥 = √
6
∆𝑥 = √0 = 0 g