Anda di halaman 1dari 20

NAMA Nurul Hikmah Adieb

NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
ASIDI ALKALIMETRI

NAMA : Nurul Hikmah Adieb


NIM : 215100501111032
KELAS :R
KELOMPOK : R3
ASISTEN : Angela Calista

JURUSAN THP (TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN)


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

4 BAB IV
ASIDI ALKALIMETRI

1. Mengetahui dan memahami prinsip titrasi asidi alkalimetri.


2. Mengetahui cara untuk standardisasi larutan.
3. Memahami perhitungan yang dibutuhkan dalam titrasi asidi alkalimetri.
4. Menentukan kadar sampel larutan dengan prinsip titrasi

A. PRE-LAB
1. Salah satu cara untuk menganalisis secara kuantitatif suatu larutan adalah dengan analisis
volumetri. Jelaskan apa itu analisis volumetri!
Analisis volumetri merupakan analisis dengan metode kuantitatif untuk menentukan
konsentrasi suatu zat. Untuk menentukan konsentrasi zat terlarut dilakukan pengukuran
volume larutan standar (telah diketahui konsentrasinya) yang bereaksi dengan zat yang akan
ditentukan konsentrasinya. Proses dari analisis volumetri ini disebut titrasi (Fardani dkk.,
2017)

2. Salah satu bagian dari analisis volumetri adalah metode asidi alkalimetri. Jelaskan apa itu
asidi alkalimetri beserta prinsip kerjanya!
Prinsip titrasi alkalimetri adalah menetapkan kadar asam dengan acuan larutan
standar basa dan sebaliknya. Titrasi asidi alkalimetri biasa disebut dengan titrasi asam basa.
Pada titrasi ini juga ditambahkan indikator pp untuk mengetahui perubahan konsentrasi.
Titrasi dapat dicukupkan apabila warna larutan menjadi merah muda (Ulfa dkk., 2017).

3. Dalam analisis volumetri terdapat istilah standarisasi larutan. Apakah yang dimaksud dengan
standarisasi larutan?
Proses analisis volumetri disebut titrasi. Titrasi dilakukan dengan larutan standar.
Standarisasi larutan merupakan proses penentuan konsentrasi akurat larutan standar
sekunder dengan metode titrasi menggunakan larutan standar primer (Chang and Jason,
2019).

4. Ada berapa macam larutan standar yang digunakan dalam praktikum asidi-alkalimetri?
Jelaskan dan Berikan contohnya! (masing masing minimal 3)
Terdapat 2 macam larutan standar yang dipakai dalam praktikum asidi-alkalimetri.
Pertama ada larutan standar primer dan kedua ada larutan standar sekunder. Larutan standar
primer merupakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya secara pasti dengan metode
gravimetri. Contoh larutan standar primer adalah Na₂CO₃, Na₂B₄O₇.10H₂O, dan H₂C₂O₄.
Larutan standar sekunder merupakan larutan yang belum diketahui konsentrasinya secara
pasti sebelum dilakukan standarisasi. Contoh larutan NaOH, HCl, dan H₂SO₄ (Ulfa dkk.,
2017).
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

5. Dalam proses titrasi, salah satu alat yang digunakan adalah buret. Jelaskan bagaimana cara
penggunaan buret dalam proses titrasi!
Pertama agar buret dapat tegak, pasang buret pada statif dan klem. Setelah larutan
dalam erlenmeyer siap, buka keran buret sedikit saja. Larutan yang keluar dari buret berupa
tetesan bukan aliran. Hal ini dilakukan agar volume yang ditambahkan tidak berlebihan.
Keran ditutup dan proses selesai saat larutan mulai berubah warna(Hartutik, 2012).

6. Jelaskan bagaimana prinsip penentuan konsentrasi zat atau larutan!


Penentuan konsentrasi titrat dilakukan dengan menghitung konsentrasi titran yang
ditambahkan ke dalam titrat. Karena titrat bukanlah zat yang murni, maka penghitungan
konsentrasinya didapat dari larutan yang sudah diketahui secara akurat konsentrasinya.
Dihitung volume titran yang ditambahkan ke dalam titrat hingga bereaksi secara sempurna.
Kemudian dari volume itu didapatkanlah konsentrasi titrat dengan perhitungan (Zumdahl
and Susan, 2013).

7. Apakah dalam proses titrasi perlu ditambahan indikator warna? Jelaskan alasanmu!
Menurut Chang and Jason (2019) pada titrasi asam basa, indikator adalah zat yang
memiliki warna yang berbeda pada kondisi larutan asam atau basa. Contoh indikator adalah
indikator fenolftalein yang tidak berwarna dalam keadaan asam dan netral namun berubah
menjadi merah muda saat keadaan basa. Menurut saya dalam proses titrasi perlu adanya
penambahan indikator warna. Karena tanpa adanya indikator warna, titrasi tidak dapat
dilakukan sebab titik akhir dari titrasi tidak dapat ditentukan. Perubahan tidak diketahui
tanpa adanya indikator warna.

8. Dalam proses titrasi terdapat istilah titran dan titrat. Jelaskan apa yang dimaksud dengan titran
dan titrat serta perbedaannya!
Titran merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya. Sedangkan titrat atau
juga disebut analit adalah larutan yang belum diketahui konsentrasinya dan akan dianalisis.
Titran dan titrat merupakan dua hal berbeda. Ketika proses titrasi titran diletakkan pada
buret. Sedangkan titrat adalah larutan yang ditempatkan pada erlenmeyer kemudian
ditambahkan titran ke dalamnya (Zumdahl and Susan, 2013).

9. Larutan apa yang dapat digunakan dalam standarisasi HCl? Tuliskan persamaan reaksinya!
Larutan yang dapat digunakan untuk standarisasi HCl adalah natrium karbonat. Berikut
persamaan reaksinya:
2HCl (aq) + Na₂CO₃ (aq) ⇌ 2NaCl (aq) + CO₂ (g) + H₂O (l)
(Sari, 2014)

10. Larutan apa yang dapat digunakan dalam standarisasi NaOH? Tuliskan persamaan reaksinya!
Larutan yang dapat digunakan untuk standarisasi NaOH adalah asam oksalat. Berikut
persamaan reaksinya:
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

2NaOH (aq) + H₂C₂O₄ (aq) ⇌ Na₂C₂O₄ (aq) + 2H₂O (l)


(Mardhani, 2013)
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Prinsip kerja titrasi
Titrasi memiliki prinsip kerja bahwa titran yang telah diketahui konsentrasinya
ditambahkan ke dalam larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Larutan yang belum
diketahui konsentrasinya ini disebut analit atau titrat yang mana bukan merupakan zat murni.
Karena itu titrat tidak bisa ditentukan konsentrasinya secara langsung (Brown et al., 2017).

2. Titik ekuivalen titrasi, titik akhir titrasi, dan perbedaannya


Titik ekuivalen adalah dimana volume titran telah cukup ditambahkan untuk bereaksi
tepat dengan titrat secara teori. Titik akhir titrasi adalah titik yang ditandai oleh perubahan
warna pada indikator. Perbedaan keduanya adalah titik ekuivalen telah ditentukan secara
teoritis atau perhitungan terlebih dahulu sebelum melakukan titrasi, sedangkan titik akhir dapat
ditentukan setelah dilakukannya titrasi. Perubahan warna pada indikator biasanya terjadi
sangat dekat dengan titik ekuivalen. Titik ekuivalen tidak dapat diamati karena pada indikator
belum terjadi perubahan warna sedangkan titik akhir dapat diamati karena sudah terjadi
perubahan warna. Jadi, intinya titik ekuivalen adalah perkiraan secara teoritis dan titik akhir
adalah kenyataan saat eksperimen (Zumdahl and Susan, 2013).

3. Jenis-jenis titrasi
Berdasarkan jenis reaksi yang ada saat titrasi, titrasi dibedakan menjadi titrasi reaksi
metatetik dan redoks. Reaksi metatetik adalah reaksi yang didasarkan pada pertukaran ion
yang tidak melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Jenis titrasi reaksi metatetik adalah
titrasi asam-basa, presipitimetri (pengendapan), dan kompleksometri. Titrasi asam basa atau
juga disebut asidi-alkalimetri merupakan reaksi penetralan. Jika titran merupakan asam
maka disebut asidimetri dan jika titran basa maka disebut alkalimetri. Titrasi presipitimeri
memiliki dasar reaksi yang menghasilkan endapan sukar larut. Titrasi kompleksometri yaitu
reaksi pembentukan senyawa kompleks yang larut dalam air. Pada reaksi redoks terjadi
perubahan bilangan oksidasi. Jenis titrasi reaksi redoks adalah titrasi permanganometri,
iodometri, serimetri, dan dikromatometri (Rusgiyono dkk., 2013).
Jenis reaksi berdasarkan dasar reaksi dibagi menjadi 4. Pertama titrasi langsung yaitu
larutan sampel dapat dititrasi langsung. Kedua, titrasi tidak langsung yaitu sampel larutan
direaksikan terlebih dahulu baru kemudian dititrasi. Ketiga, titrasi kembali. Titrasi kembali
dilakukan apabila sampel tidak bereaksi dengan larutan standar atau reaksinya berjalan
lambat. Terakhir, titrasi penggantian yang dilakukan hanya ketika titrat tidak bereaksi
langsung dengan larutan standar, tidak bereaksi stoikiometri dengan larutan standar, dan
tidak berinteraksi dengan larutan penunjuk (Rusgiyono dkk., 2013).

4. Fungsi bahan dalam praktikum


Pada praktikum ini bahan yang digunakan adalah HCl, NaOH, Na₂B₄O₇.10H₂O, asam
oksalat dihidrat, asam cuka, aquades, indikator PP, dan indikator MO. HCl dan NaOH adalah
larutan standar sekunder berfungsi sebagai titran. Na₂B₄O₇.10H₂O dan asam oksalat dihidrat
merupakan larutan standar primer yang digunakan untuk standarisasi larutan standar sekunder.
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

Asam cuka berfungsi sebagai titrat atau larutan yang akan dicari konsentrasinya. Indikator PP
dan MO berfungsi sebagai indikator warna yang akan menentukan titik akhir titrasi dengan
perubahan warna. Aquades berfungsi untuk mengencerkan larutan pekat sebelum
distandarisasi (Rusgiyono dkk., 2013).

5. Aplikasi titrasi asam-basa dalam bidang teknologi pertanian (minimal 5)


Titrasi asam basa dapat digunakan untuk mengetahui kadar asam dari teh herbal daun
bambu tabah selama penyimpanan (Semana dkk., 2021). Titrasi asam basa dapat digunakan
sebagai penentu kadar protein untuk pembuatan dodol tepung ketan dan bubur rumput laut
dengan penambahan sayuran dan buah-buahan (Wijaya, 2018). Titrasi asam basa juga dapat
dilakukan untuk pengujian kadar CO₂ untuk penelitian pengaruh suhu penyimpanan terhadap
kualitas panen brassicaceae (Murtiwulandari, 2020). Titrasi asam basa juga dapat digunakan
sebagai penentu kadar asam lemak bebas dan jenisnya dalam minyak yang dipanaskan (Untari
dkk., 2020). Titrasi asam basa dapat menentukan kadar asam lemak dan uji bilangan asam pada
metil ester minyak bintaro yang akan digunakan untuk sintesis etilendiamida (Akbar dkk.,
2017).
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

C. DIAGRAM ALIR
1. Pembuatan larutan standar HCl 0,1 M

HCl Pekat

Dihitung konsentrasinya

Dilakukan pengenceran dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL

Aquades
Dihomogenkan

Hasil

2. Standarisasi larutan HCl dengan boraks 0,05 M (Na₂B₄O₇.10H₂O)

Larutan Boraks

Diambil 10 mL ke dalam erlenmeyer


Indikator MO

Ditambahkan 2-3 tetes

Dititrasi dengan HCl

Diamati hingga terjadi perubahan warna

Dilakukan duplo

Dihitung M HCl

Hasil
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

3. Pembuatan larutan standar NaOH 0,1M

NaOH

Ditimbang pada timbangan analitik sebanyak 0,4 gram


Aquades

Dilarutkan pada beker gelas

Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL


Aquades

Ditambahkan hingga tanda batas

Dihomogenkan

Hasil

4. Standarisasi larutan NaOH


Asam oksalat dihidrat 0,05 M

Diambil 20 mL ke dalam erlenmeyer


Indikator PP

Ditambahkan 2-3 tetes

Dititrasi dengan NaOH

Diamati hingga terjadi perubahan warna

Dilakukan duplo

Dihitung M NaOH

Hasil
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

5. Penggunaan larutan standar asam dan basa untuk menetapkan kadar asam asetat
pada cuka

Asam cuka

Diambil 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL


Aquades

Ditambahkan hingga tanda batas

Dihomogenkan

Diambil 20 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL


Indikator PP

Ditambahkan 2-3 tetes

Dititrasi dengan NaOH

Diamati hingga terjadi perubahan warna

Dilakukan duplo

Dihitung kadar asam asetat

Hasil
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

D. DATA HASIL PRAKTIKUM


1. Pembuatan larutan standar HCl 0,1 M
Berat Jenis HCl : 1,16 gram/mL

Kadar HCl : 32%

Volume HCl yang dibutuhkan : 0,49 mL

Diketahui:
Massa Jenis HCl: 1,16 kg/m3
Kadar HCl: 32%
Volume HCl yang dibutuhkan: 0,49 mL
Ditanya: V HCl?
Perhitungan:
Molaritas HCl
(𝜌 x 10 x %)
𝑀 = 𝑀𝑟
(1,16 x 10 x 32)
𝑀 = 36,5
𝑀 = 10,169 ≈ 10,17
Volume HCl yang diperlukan:
M1 x V1 = M2 x V2
M HCl x V HCl = M larutan x V larutan
10,17 x V HCl = 0,1 x 50
5
V HCl = (10,17)
V HCl = 0,49 mL

2. Standarisasi larutan HCl 0,1 M


Volume HCl : 12,25 mL (V rata-rata)

Molaritas HCl : 10,17 M

Berat boraks : 10 mL

Molaritas larutan HCl hasil : 0,08 M


standarisasi
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

Diketahui:
Volume HCl : 12,25 mL (Vrata-rata)
Molaritas HCl : 10,17 M
Berat boraks : 10 mL
Ditanya: M HCl hasil standarisasi?
Perhitungan:
Na2B4O7.10H2O + 2 HCl → 2 NaCl + 4 H3BO3 + 5 H2
1 grammol HCl = 2 grammol boraks
Normalitas asam boraks:
N = M x ekuivalen boraks
N = 0,05 x 2
N = 0,1
Molaritas HCl hasil standarisasi:
(M HCl) (V HCl) = (2 M boraks) (V boraks)
(M HCl) (12,25) = (2 M boraks) (10 mL)
(2 x 0,05 M)(10)
M HCl = 12,25
1
M HCl = 12,25
M HCl = 0,08 M

3. Pembuatan larutan standar NaOH 0,1 M


Berat NaOH : 0,4 gram

Volume larutan NaOH : 100 mL

Molaritas larutan : 0,1 M


NaOH

Diketahui:
V NaOH = 100 ml
M NaOH = 0,1 M
Ditanya: Berat?
Perhitungan:
Jawab:
𝑛
𝑀=𝑣
𝑔 1000
𝑀 = 𝑀𝑟 x 𝑣
𝑔 1000
0,1 = 40 x 100
𝑔
0,1 = 4
𝑔 = 0,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

4. Standarisasi larutan standar NaOH 0,1 M


Volume Na-oksalat : 20 mL

Volume aquades : 100 mL

Volume larutan NaOH 0,1 : 21,3 mL (V1) dan 20,8 mL (V2)


M

Molaritas larutan NaOH : 0,095 M

Diketahui:
Volume Na-oksalat: 20 ml
Volume aquades: 100 ml
V NaOH 0,1 M: 21,3 ml (V1)
20,8 ml (V2)
Ditanya: MNaOH?
Perhitungan:
H2C2O4 + 2 NaOH → Na2C2O4 + 2 H2O
(n NaOh) 2
=1
(n natrium oksalat)
1 gram mol NaOH = 2 gram mol natrium oksalat
Normalitas natrium oksalat:
N = M x ekivalen natrium oksalat
N = 0,05 x 2
N = 0,1 N
21,3+20,8
Volume NaOH rata-rata =
2
= 21,05
Molaritas NaOH
M NaOH x V NaOH = (2 x M natrium oksalat) x V oksalat
M NaOH x 21,05 = (2 x 0,05) x 20
M NaOH x 21,05 = 2
M NaOH = 0,095 M
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

5. Penetapan kadar asam asetat pada cuka


Volume larutan asam : 20 mL
cuka

Volume NaOH (titrasi) : 23,8 mL (Vrata-rata)

Molaritas NaOH : 0,095 M

Persamaan reaksi : CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

Kadar total asam (% b/v) : 13,566%

Diketahui:
V asam cuka: 20 mL
V NaOH: 23,8 mL (V rata-rata)
Ditanya:
Persamaan reaksi?
(% b/v)?
Perhitungan:
Persamaan Reaksi
 CH₃COOH + NaOH → CH₃COONa + H₂O
Perhitungan:
V asam cuka x M asam cuka =V NaOH x M NaOH x Fp
20 x M asam cuka =23,8 x 0,095 x 1020
M asam cuka= 1,1305 M
Massa asam cuka
𝑔 1000
𝑀 = 𝑀𝑟 x 𝑣
𝑀 x 𝑀𝑟 x 𝑉
𝑔= 1000
1,1305 x 60 x 20
𝑔= 1000
𝑔 = 1,3566 gram (dalam 10 mL asam cuka diencerkan)
Dalam 100 mL=1,3566 x 10 = 13,566 gram
Kadar total asam (% b/v) dalam 100 mL
𝑔
%𝑏𝑣 = 𝑣 x 100%
13,566
%𝑏𝑣 = x 100%
100
%𝑏𝑣 = 13,566%
Jadi kadar total asam dalam 100 mL diperoleh sebanyak 13,566%.
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

E. PEMBAHASAN
ANALISA PROSEDUR

1. NaOH merupakan senyawa yang ditemukan dalam bentuk padatan kristal. Bagaimana cara
mengubah padatan tersebut agar menjadi 100 ml larutan NaOH 0,1 M? Jelaskan tahapannya!
Hitung konsentrasi larutan yang akan dibuat, pada percobaan kali ini kita akan
membuat 100 ml larutan NaOH 0,1 M. Dari perhitungan, didapatkan bahwa berat NaOH
yang dibutuhkan adalah 0,4 gram. Lalu timbang padatan sebesar 0,4 gram dengan
timbangan analitik. Letakkan padatan yang telah ditimbang ke dalam gelas beker.
Tambahkan aquades secukupnya dan larutkan padatan. Setelah padatan larut pindahkan ke
dalam labu ukur 100 ml dengan bantuan corong gelas agar tidak berceceran. Tambahkan
aquades ke dalam labu ukur hingga mendekati tanda batas. Gunakan pipet tetes untuk
membantu memindahkan aquades agar tidak melewati tanda batas. Karena larutan NaOH
merupakan larutan bening, maka diukur menggunakan meniskus bawah atau cekung.
Terakhir, homogenkan larutan dengan cara membolak-balik labu ukur sebanyak 10 kali.

2. Mengapa larutan NaOH dan HCl pada praktikum kali ini harus dilakukan standardisasi
sebelum digunakan? Padahal, kedua larutan tersebut masing-masing konsentrasinya sudah
diketahui. Jelaskan alasanmu!
Larutan NaOH dan HCl harus distandarisasi terlebih dahulu karena larutan NaOH dan
HCl merupakan larutan yang mudah menguap dan mudah bereaksi dengan zat lain dan
bersifat higroskopis (menyerap air). Konsentrasinya juga mudah berubah akibat pengaruh
udara. Karena itu larutan ini tidak bisa didapatkan dalam kondisi sangat murni. Karena
itulah konsentrasi tepatnya tidak dapat ditentukan dari jumlah padatan NaOH yang
ditimbang. Karena itulah larutan NaOH dan HCl harus distandarisasi dahulu agar
konsentrasi akuratnya dapat diketahui.

3. Indikator apa yang digunakan untuk mentitrasi HCl dengan boraks? Sebutkan pula fungsi
serta cara penggunaannya saat titrasi dilakukan hingga titik akhir titrasi didapatkan!
Indikator warna yang digunakan untuk standarisasi larutan HCl adalah indikator
methyl orange (MO). Indikator ini berfungsi untuk menentukan titik akhir titrasi dengan
indikasi perubahan warna. Pada keadaaan basa indikator MO berwarna kuning sedangkan
pada keadaan asam berwarna merah. Warna yang ingin kita dapatkan adalah peach terang,
karena pada keadaan ini kedua reagen telah bereaksi sempurna. Teteskan indikator MO ke
dalam larutan boraks sebanyak 3 tetes. Lalu titrasikan hingga warna larutan menjadi
berwarna peach terang. Perubahan warna menjadi peach ini menandakan titik akhir titrasi
karena HCl dan boraks telah bereaksi secara sempurna.

4. Indikator apa yang digunakan untuk mentitrasi NaOH dengan asam oksalat? Sebutkan pula
fungsi serta cara penggunaannya saat titrasi dilakukan hingga titik akhir titrasi didapatkan!
Indikator yang digunakan untuk standarisasi larutan NaOH adalah indikator
fenolftalein (PP). Indikator ini berfungsi untuk menentukan titik akhir titrasi dengan
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

indikasi perubahan warna. Pada keadaan asam indikator PP tidak berwarna sedangkan pada
keadaan basa indikator berwarna pink. Warna yang ingin kita dapatkan adalah pink terang,
karena pada keadaan ini kedua reagen telah bereaksi sempurna. Teteskan indikator PP ke
dalam larutan asam oksalat sebanyak 3 tetes. Lalu titrasikan hingga warna larutan menjadi
berwarna pink terang. Perubahan warna menjadi pink ini menandakan titik akhir titrasi
karena NaOH dan asam oksalat telah bereaksi secara sempurna.

5. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat menggunakan buret guna memperbesar tingkat
keakuratannya?
Untuk memperbesar tingkat keakuratan buret, maka saat praktikan harus meletakkan
dan memasang buret dengan benar. Masukkan larutan pada buret hingga skala 0 agar
mempermudah pembacaan volume saat titrasi. Agar hasil titrasi akurat gunakan kaidah
tangan kanan pada leher erlenmeyer dan tangan kiri pada klep. Lakukan duplo atau dua kali
percobaan agar hasil yang didapatkan lebih akurat. Saat pembacaan volume praktikan juga
harus memperhatikan meniskusnya dengan baik agar volume yang dibaca sesuai. Bersihkan
buret setelah digunakan agar tidak ada zat yang tertinggal sehingga mempengaruhi hasil
eksperimen.

6. Selama melakukan proses titrasi, mengapa tabung erlenmeyer harus digoyangkan secara
perlahan dan tangan kiri harus tetap berada pada klep buret? Jelaskan alasanmu!
Biasanya pada saat titrasi larutan akan berubah warna tapi kemudian perubahan warna
menghilang. Untuk memastikan perubahan warna secara merata maka dikocoklah
erlenmeyer. Tangan harus ada pada keran agar saat mulai terjadi perubahan warna secara
merata praktikan langsung dapat menutup keran agar zat yang ditambahkan tidak kelebihan.
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

ANALISA HASIL

1. Jelaskan hasil dari semua percobaan yang dilakukan serta dibandingkan dengan literatur!
Dari hasil percobaan di atas didapatkan bahwa untuk membuat 100 ml larutan standar
HCl 0,1 M dibutuhkan 0,49 ml larutan HCl pekat 32%. Setelah itu larutan HCl
distandardisasi dengan larutan boraks agar diketahui konsentrasinya secara akurat.
Didapatkan pada titik akhir titrasi yang ditandai perubahan warna larutan menjadi peach
cerah dan perhitungan bahwa molaritas HCl adalah 0,08 M. Setelah itu untuk membuat 100
ml larutan standar NaOH 0,1 M diperlukan padatan NaOH seberat 0,4 gram. Kemudian
larutan NaOH distandardisasi dengan larutan asam oksalat agar didapatkan konsentrasi
yang akurat dari larutan NaOH. pada titik akhir titrasi yang ditandai perubahan warna
larutan menjadi pink cerah dan perhitungan bahwa molaritas NaOH adalah 0,095 M.
Percobaan selanjutnya adalah penetapan kadar asam asetat yang terkandung dalam asam
cuka dagang. Didapatkan pada titik akhir titrasi yang ditandai perubahan warna larutan
menjadi pink cerah bahwa kadar asam asetat adalah sebesar 13,566%.
Dari literatur didapat bahwa konsentrasi saat larutan standar sekunder dibuat dan
setelah standardisasi berbeda. Hal ini karena larutan standar sekunder mudah
terkontaminasi. Konsentrasi setelah titrasi lebih kecil. Kadar asam asetat pada asam cuka
dagang juga hanya sedikit. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan (Saputro, 2015).

2. Tuliskan reaksi yang terjadi pada standardisasi larutan NaOH dan standardisasi larutan HCl
dengan larutan boraks!
Pada standardisasi larutan NaOH terjadi reaksi antara asam lemah dan basa kuat. Reaksi
yang terjadi adalah reaksi penetralan. 2NaOH (aq) + H₂C₂O₄ (aq) → Na₂C₂O₄ (aq) + 2H₂O
(l). Pada standardisasi larutan HCl terjadi reaksi antara asam kuat dengan basa lemah.
Reaksi yang terjadi adalah reaksi penetralan. Na₂B₄O7.10H₂O + 2 HCl → 2 NaCl + 4
H3BO3 + 5 H₂ (Petrucci et al., 2011).

3. Sebut dan jelaskan alasan digunakannya masing-masing indikator pada standardisasi NaOH
serta standarisasi HCl!
Indikator PP dan MO digunakan karena keduanya sensitif terhadap perubahan pH.
Standardisasi NaOH menggunakan indikator fenolftalein (PP) karena indikator ini tidak
berwarna saat kondisi asam dan netral dan berwarna pink saat kondisi basa. Karena larutan
yang digunakan sebagai titran adalah larutan basa kuat sedangkan yang dititrasi adalah
larutan asam lemah. Menurut Abdullah dkk. (2020) titik ekuivalen dari reaksi antara basa
kuat dan asam lemah pH nya di atas 7 (keadaan basa). Saat mencapai titik akhir terjadi
perubahan warna larutan menjadi pink muda yang menandakan reagen telah bereaksi secara
sempurna (Maryanti dkk., 2011).
Begitu juga pada larutan HCl indikator yang digunakan adalah methyl orange karena
indikator ini memiliki jangkauan pH asam yaitu 3,1—4,4. Perubahan warna MO adalah dari
merah (pH rendah) ke kuning (pH tinggi) Karena larutan yang digunakan sebagai titran
adalah larutan asam kuat sedangkan yang dititrasi adalah larutan basa lemah. Menurut
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

Abdullah dkk. (2020) titik ekuivalen dari reaksi antara basa lemah dan asam kuat pH nya
kurang dari 7 (keadaan asam). Saat mencapai titik akhir terjadi perubahan warna larutan
menjadi peach muda yang menandakan reagen telah bereaksi secara sempurna (Maryanti
dkk., 2011).

4. Sebutkan perubahan warna yang terjadi pada reaksi standardisasi HCl dengan boraks dan
jelaskan bagaimana proses perubahan warna yang terjadi. Setelah itu, bandingkan dengan
literatur!
Pada saat titrasi indikator MO diteteskan ke dalam larutan yang berperan sebagai titrat
yaitu larutan boraks. Larutan boraks bersifat basa lemah. Menurut Abdullah dkk. (2020)
titik ekuivalen dari reaksi antara basa lemah dan asam kuat pH nya kurang dari 7 (keadaan
asam). Indikator MO berwarna kuning karena larutan bersifat basa. Ketika ditambahkan
larutan HCl kemudian bereaksi maka saat pH larutan perlahan berubah menjadi asam
indikator MO akan menjadi peach. Menurut Yazid dan Muchammad (2018) indikator MO
akan berwarna kuning pada awal titrasi karena berada pada larutan basa lemah. Ketika
ditambahkan titran asam kuat perlahan warna berubah menjadi jingga. Inilah titik akhir
titrasi. Pada literatur dan percobaan didapat bahwa perubahan warna sama. Hanya deskripsi
warnanya saja yang berbeda.
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3

KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini praktikan diharapkan mengetahui dan memahami prinsip titrasi asidi
alkalimetri, mengetahui cara untuk standardisasi larutan, memahami perhitungan yang dibutuhkan
dalam titrasi asidi alkalimetri, dan menentukan kadar sampel larutan dengan prinsip titrasi. Analisis
volumetri merupakan analisis dengan metode kuantitatif untuk menentukan konsentrasi suatu zat.
Prosesnya disebut titrasi. Pada praktikum kali ini spesifik mengenai titrasi asidi alkalimetri atau
lebih familiar dengan titrasi asam basa. Titrasi asam basa menggunakan dasar reaksi penetralan.
Langkah-langkah pada praktikum kali ini adalah standardisasi NaOH dan HCl, serta
penetapan kadar asam asetat pada asam cuka dagang. Titik ekuivalen adalah dimana volume titran
telah cukup ditambahkan untuk bereaksi tepat dengan titrat secara teori. Titik akhir titrasi adalah
titik yang ditandai oleh perubahan warna pada indikator. Untuk mengetahui titik akhir titrasi perlu
ditambahkan indikator warna ke dalam larutan agar titik akhir titrasi dapat diketahui.
Melalui standardisasi dapat diketahui konsentrasi akurat dari larutan standar sekunder HCl
dan NaOH. Sebelum dititrasi diketahui bahwa konsentrasi HCl adalah 0,1 M. Namun setelah titrasi
diketahui bahwa konsentrasi akurat dari HCl adalah 0,08 M. Sebelum dititrasi diketahui bahwa
konsentrasi NaOH adalah 0,1 M. Namun setelah titrasi diketahui bahwa konsentrasi akurat dari
NaOH adalah 0,095 M. Melalui titrasi juga dapat diketahui kadar asam asetat pada asam cuka
dagang yaitu sekitar 13,566%.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Fath Ali, Daniel, dan Chairul Saleh. 2017. Sintesis Etilendiamida dari Metil Ester Minyak Biji
Bintaro (Cerbera manghas L.) Melalui Reaksi Amidasi dengan Katalis NaOCH3. Prosiding
Seminar Nasional Kimia 2017: 247-254
Brown, Theodore L., H. Eugene Le May Jr., Bruce E. Bursten, et al. 2017. Chemistry The Central
Science 14th Edition. London: Pearson
Chang, Raymond, Jason Overby. 2019. Chemistry Ed. 13e. New York: McGraw-Hill Education
Fardani, Roushandy Asri, Suhadi Ibnu, dan Yudhi Utomo. 2017. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Berbantuan Peta Konsep Bernuansa Green Chemistry terhadap Keterampilan
Bernalar Ilmiah Mahasiswa pada Materi Analisis Volumetri. Jurnal Pendidikan. 2(12): 1620-
1624
Hartutik. 2012. Metode Analisis Mutu Pakan. Malang: Universitas Brawijaya Press
Mardhani, Irfan, dan Harmami. 2013. Pengaruh Suhu terhadap Korosi Baja SS 304 dalam Media 1
M HCL dengan Adanya Inhibitor Kinina. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2(2): 76-78
Murtiwulandari, Deshinta Tri Murty Archery, dan Megawati Haloho. 2020. Pengaruh Suhu
Penyimpanan terhadap Kualitas Hasil Panen Komoditas Brassicaceae. Media Informasi dan
Komunikasi Ilmiah Teknologi Pertanian. 11(2): 135-143
Rusgiyono, Agus, Sugito , Indras Mahaendrajaya, dkk. 2013. Pemetaan Produksi dan Komposisi
Garam. Prosiding Seminar Nasional Statistika Universitas Diponegoro 2013: 241-247
Sari, Lilik Nur Indah, Frieda Nurlita, dan Siti Maryam. Analisis Kualitas Minyak Goreng yang
Digunakan Pedagang Ayam Goreng Kaki Lima Di Singaraja. Jurusan Pendidikan Kimia. 2(1):
99-106
Semana, Maria Elfira, Pande Ketut Diah Kencana, dan Ir. I Gusti Ngurah Apriadi Aviantara. 2021.
Pengaruh Jenis Kemasan terhadap Karakteristik Teh Herbal Daun Bambu Tabah (Gigantochloa
nigrociliata Buse-Kurz) selama Penyimpanan. Jurnal Beta (Biosistem Dan Teknik Pertanian).
9(1): 95-105
Ulfa, Ade Maria, Agustina Retnaningsih, dan Rizkina Aufa. 2017. Penetapan Kadar Asam Lemak
Bebas pada Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit, dan Minyak Zaitun Kemasan secara
Alkalimetri. Jurnal Analis Farmasi. 2(4): 242-250
Untari, Budi, Miksusanti, dan Al Ainna. 2020. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Kandungan
Jenis Asam Lemak dalam Minyak yang Dipanaskan dengan Metode Titrasi Asam Basa dan
Kromatografi Gas. Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi. 5(1): 1-10
Wijaya, Triaji Probo. 2018. Studi Pembuatan Dodol Tepung Ketan dan Bubur Rumput Laut dengan
Penambahan Sayuran dan Buah-buahan. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Zumdahl, Steven and Susan A. Z. 2013. Chemistry Ed. 9. Belmont: Brooks/Cole Cengage Learning
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Abdullah, Rini, dan Ardiansyah. 2020. Analisis Miskonsepsi Asam Basa Calon Guru Kimia dengan
Metode Three-Tier Test. Jurnal Pendidikan Sains. 8(1):10-17
Maryanti,Evi, Bambang Trihadi, dan Ikhwanuddin. 2011. Pemanfatan Ekstrak Bunga Mawar Merah
(Rosa hibrida bifera) sebagai Indikator pada Titrasi Asam Basa. Jurnal Gradien. 7(2): 697-701
Petrucci, R. H., F. Geoffrey H., Jeffry D. M., et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern
Applications 10th Edition. Toronto: Perason Canada
Saputro, Ilham Defri. 2015. Optimalisasi Pembuatan pH Meter Saku Hanna untuk Titrasi Berbasis
Camera Webcam. Skripsi. Jember: Universitas Jember
Yazid, E. A. dan Muchammad Mishbachul Munir. 2018. Potensi Antosianin dari Ekstrak Bunga
Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) sebagai Alternatif Indikator Titrasi Asam Basa. Jurnal Sains.
8(15): 1-7

Anda mungkin juga menyukai