Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1. Pengertian Laboratorium Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian
Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian pada awalnya
bernama Laboratorium Prosesing Hasil Pertanian di bawah Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian. Pada tahun 1998, ketika jurusan Teknologi Pertanian menjadi
Fakultas Teknologi Pertanian, nama Laboratorium berubah menjadi Laboratorium
Teknologi Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, dengan tujuan sebagai media
pendukung penerapan materi mata kuliah bagi mahasiswa melalui program praktikum,
sebagai sarana untuk mendukung penelitian bagi dosen, mahasiswa atau instansi/
perusahaan di luar Jurusan Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian dan
sebagai pusat pelayanan untuk pengujian, pelatihan dan pengembangan teknologi
diversifikasi produk. Alat-alat utama yang dapat digunakan untuk penelitian yaitu
Penggoreng vakum, Evaporator Vakum, Perajang, Penggilingan/penepungan, Destilasi,
Hidrolis Press, Pengering vakum Memmert UV 400, Oven, Mini Sentrifuge 13000 rpm,
Shaker, Hotplate magnetic stirrer, Microwave, PEF, Autoclave, Pengukur suhu dan RH,
Rice Milling Unit, dan Pengemas Vakum. Lab. TPPHP telah banyak melakukan
kegiatan pelatihan dan beberapa di antaranya telah menghasilkan kelompok industri
baru ataupun perbaikan proses produksi pada industri yang telah ada(Adji,2009).

1.1.2. Fungsi Laboratorium


Fungsi dari laboratorium ini yaitu, sebagai tempat untuk berlatih
mengembangkan keterampilan intelektual melalui kegiatan pengamatan, pencatatan dan
pengkaji pada hal-hal yang berhubungan dengan teknologi dalam pengolahan pangan
dan hasil pertanian. Selain itu, fungsi lainnya adalah mengembangkan keterampilan
motorik yang dimiliki praktikan. Lalu labotarium ini juga memberikan dan memupuk
keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari sesuatu objek. Dan fungsinya
yang terakhir adalah membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan dan
pengetahuan atau penemuan yang diperolehnya.Untuk lebih spesifiknya, laboratorium
TPPHP dapat diartikan sebagai media pendukung penerapan materi mata kuliah bagi
mahasiswa melalui program praktikum. Sebagai sarana untuk mendukung penelitian
bagi dosen, mahasiswa atau instansi/ perusahaan di luar Jurusan Keteknikan Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian, dan juga sebagai pusat pelayanan untuk pengujian,
pelatihan dan pengembangan teknologi diversifikasi produk(Adji,2009).

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui alat beserta fungsinya
b. Mahasiswa mampu memahami prinsip kerja alat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vacuum Frying


Mesin penggoreng vakum (vacuum frying) dapat mengolah komoditas pekapanas
seperti buah-buahan menjadi hasil olahan berupa keripik (chips), seperti keripik nangka,
keripik apel, keripik salak, keripik pisang, keripik nenas, keripik melon, keripik salak, dan
keripik pepaya. Dibandingkan dengan penggorengan secara konvensional, sistem vakum
menghasilkan produk yang jauh lebih baik dari segi penampakan warna, aroma, dan rasa
karena relatif seperti buah. Pada kondisi vakum, suhu penggorengan dapat diturunkan
menjadi 70− 85°C karena penurunan titik didih minyak. Dengan demikian, kerusakan warna,
aroma, rasa, dan nutrisi pada produk akibat panas dapat dihindari. Selain itu, kerusakan
minyak dan akibat lain yang ditimbulkan karena suhu tinggi dapat diminimalkan karena
proses dilakukan pada suhu dan tekanan rendah(Shidqiana,2012).
Cara kerja mesin Vacuum Frying pada pembuatan keripik adalah sebgai berikut.
Langkah pertama adalah mempersiapkan bahan, jika bahan atau buah yang akan anda proses
sudah siap, langkah selanjutnya adalah buah maupun sayuran digoreng pada mesin vacuum
fryer, dengan medium minyak goreng. Pemanasan minyak goreng disetting pada suhu rendah
(80-85 derajat celcius).Pemanasan ini menggunakan bahan bakar LPG. Untuk mempercepat
penggorengan, maka dilakukan penyedotan kandungan air pada buah dengan cara
pemvakuman.Pemvakuman ini menggunakan bantuan tenaga listrik(Nurrainy,2013).

Vacuum Frying (Buchs,2015)

2.2 Autoclave
Autoclave merupakan alat yang digunakan untuk mensterilkan berbagai macam alat
dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan.
Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121 0C
(250 0F). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2
(15 Psi = 15 pounds per squareinch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit
untuk 121 0C.Kegunaan Autoklaf sendiri dapat langsung mematikan sel-sel vegetative dari
suatu mikroba dan mensterilisasi alat dan bahan dalam waktu yang cukup singkat(
Fitriatin,Manan, 2015).
Cara kerja alat ini adalah sebagai berikut.Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu
banyaknya air dalam autoklaf. Jika air kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat
ditambah air sampai batas tersebut. Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari
terbentuknya kerak dan karat.Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol
bertutup ulir, maka tutup harus dikendorkan.Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan
baut pengaman agar tidak ada udara yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan
dikencangkan terlebih dahulu. Atur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121°C,
kemudian nyalakan autoklaf. Tunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi
kompartemen autoklaf dan terdesak keluar klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup
(dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Perhitungan waktu 15’ dimulai sejak tekanan
mencapai 2 atm. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen
turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk
ke angka nol. Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-
hati.(Triwitono, 2017).

Autoclave (Jhonson,2010)
2.3 Oven
Oven adalah alat sterilisasi dengan menggunakan uap panas kering. Protein mikroba
akan mengalami dehidrasi hingga terjadi kekeringan, selanjutnya teroksidasi oleh oksigen di
udara sehingga menyebabkan matinya mikroba. Untuk menggunakan oven terdapat beberapa
cara. Cara menggunakan oven yaitu Bungkus alat-alat gelas dengan menggunakan kertas atau
alumunium foil. Atur pengatur suhu oven menjadi 180°C dan alat di sterilkan 2-3 jam.
(Seprianto, 2012)
Penggunaan oven tersebut relatif mudah. Namun sebelumnya perlu diketahui fungsi
dari beberapa tombol yang terdapat pada oven tersebut. Tombol POWER adalah tombol
yang digunakan untuk menghidupkan ataupun mematikan oven. Selain itu terdapat tombol
untuk menyalakan atau mematiakn kipas. Knop berwarna biru berfungsi untuk menaik
turunkan kecepatan putaran kipas. Pada bagian depan oven terdapat 2 layar yang
menunjukkan suhu. Layar PV menunjukkan suhu alat sedangkan layar SV menunjukkan
suhu yang diinginkan. Tombol SET, UP (panah keatas) dan DOWN (panah kebawah)
digunakan untuk mensetting suhu yang diinginkan. Dapat pula untuk mensetting waktu
(Fergiawan,2012).
Dalam penggunaan oven, setelah pintu oven dibuka, alat yang ingin dikeringkan
dimasukkan kedalam oven dan pintu ditutup kembali. Setelah itu, tombol POWER ditekan,
kipas dinyalakan dan kecepatan kipas juga diatur. Kemudian set suhu dengan menekan
tombol SET. Layar SV akan menunjukkan suhu yang diinginkan. Tunggu hingga layar PV
menunjukkan suhu yang hampir sama dengan layar SV. Lalu oven dimatikan dengan
menekan tombol POWER. Alat dikeluarkan dari dalam oven (Fergiawan,2012).

Oven (Seprianto,2012)
2.4 Centrifuge
Centrifuge merupakan alat yang memiliki peranan yang penting di laboratorium.
Alat centrifuge ini diperlukan dalam tahap separasi yaitu tahap pemisahan antara fase
cairan dan padatan yang memanfaatkan gaya sentrifugal dengan kecepatan rotasi dan
dalam jangka waktu tertentu.Centrifuge merupakan alat yang digunakan untuk
memisahkan organel berdasarkan massa jenisnya melalui proses pengendapan. Dalam
prosesnya, centrifuge menggunakan prinsip rotasi atau perputaran tabung yang berisi
larutan agar dapat dipisahkan berdasarkan massa jenisnya. Larutan akan terbagi menjadi
dua fase yaitu supernatant yang berupa cairan dan padatan atau organel yang
mengendap. (Ismail,2016).
Sebelum centrifuge dioperasikan, ada beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan operator, antara lain: rotor dalam sentrifus harus diseimbangkan, alat harus
benar – benar siap dan tidak terdapat kerusakan. Pada saat centrifugesedang berputar
tutup mesin tidak boleh dibuka. Sebagian besar dari mesin – mesin ini mempunyai alat
pengaman yang mencegah tutup mesin ini terbuka. Dalam pengoperasian centrifuge ini
juga memerlukan kehati-hatian dari operator jangan sampai rambut atau jas lab
tersangkut pada rotor yang sedang berputar karena akan sangat membahayakan. Setelah
sampel selesai disentrifugasi sampel kemudian dipindahkan dari rotor. Centrifuge
kemudian dibersihkan atau dibilas dengan menggunakan air bebas mineral (ABM) agar
endapan yang tersisa tidak mengerak (kering). Agar centrifuge mempunyai umur pakai
yang lama, perlu dilakukan perawatan rutin untuk mencegah kerusakan antara lain:
dilakukan pemanasan tanpa beban dan pemeriksaan sistem elektriknya secara berkala
agar siap digunakan setiap saat.(Triarjo,2016).

Centrifuge (Anugerah,2018)

2.5 Heat Exchanger


Heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa
berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas
dipakai uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling
water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat
berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida
terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja.
Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik
kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu contoh
sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan pendingin
memindahkan panas mesin ke udara sekitar. Heat exchanger dapat pula berfungsi sebagai alat
pembuang panas, alat sterilisasi, pesteurisasi, pemisahan campuran, distilisasi (pemurnian,
ekstraksi), pembentukan konsentrat, kristalisasi, atau juga untuk mengontrol sebuah proses
fluida.( Setiawan, Dona, 2017 ).
Heat exchanger bekerja berdasarkan prinsip perpindahan panas (heat transfer),
dimana terjadi perpindahan panas dari fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang
temperaturnya lebih rendah. Biasanya, ada suatu dinding metal yang menyekat antara kedua
cairan yang berlaku sebagai konduktor . Suatu solusi panas yang mengalir pada satu sisi yang
mana memindahkan panasnya melalui fluida lebih dingin yang mengalir di sisi lainnya.
Energi panas hanya mengalir dari yang lebih panas kepada yang lebih dingin dalam percobaan
untuk menjangkau keseimbangan. Permukaan area heat exchanger mempengaruhi efisiensi
dan kecepatan perpindahan panas yang lebih besar area permukaan panas exchanger, lebih
efisien dan yang lebih cepat pemindahan panasnya.(Wijaya, Felix, 2016).

Heat Exchanger (Wijaya, Felix, 2016)

2.6. Pulsed Electic Field


Pulsed Electric Field adalah teknologi pemrosesan makanan ringan, cocok untuk
menjaga produk makanan cair dan semi-cair. Metode pemrosesan ini menggunakan pulsa
listrik pendek untuk mencapai inaktivasi mikroba dalam produk makanan sambil menjaga
karakteristik segar. Ini pulsa listrik pendek memperkenalkan perbedaan potensial antara
bagian dalam dan luar membran mikroorganisme, yang menghasilkan permeasi membran
sel. Karena itu, mikroorganisme dapat dinonaktifkan dengan metode ini.Metode Pulsed
Electric Field ini dapat diterapkan pada suhu yang relatif rendah untuk pasteurisasi produk
makanan dengan efek minimal pada karakteristik segar seperti warna, rasa, dan nutrisi. Proses
itu sendiri hanya memiliki efek terbatas pada inaktivasi enzim. Oleh karena itu, penyimpanan
yang dingin diperlukan untuk menjaga kualitas selama umur simpan.(Apriliawan, Hadi 2010).

Prinsip kerja alat ini adalah sebagai berikut.Sumber tegangan AC masuk ke rangkaian
penyearah DC serta digunakan trafo 5A untuk mencatu rangakaian oscilator dan rangkaian
driver. Rangkaian oscilator dan driver ini akan berpengaruh terhadap waktu pensaklaran pada
multivibrator dan penguatan arus agar transistor tersebut dapat beroperasi. Frekuensi yang
dihasilkan oscilator ini adalah 50 KHz. Terdapat 2 output pada oscilator ini, pertama output
yang mengalami penguatan pada rangkaian driver dan yang ke-dua adalah output yang akan
dikenakan terhadap rangkaian inverter yang digunakan untuk membalikkan nilai output dari
oscilator yang tadinya negatif menjadi positif agar terbentuk gelombang bipolar yang dapat
membunuh bakteri. Rangkaian penyearah dengan nilai output yang mencapai 70 Volt , 5A
dikopel dengan rangkaian switching transistor dihubungkan ke sisi tegangan rendah dari trafo
tegangan tinggi untuk membangkitkan induksi agar menimbulkan output tegangan tinggi,
rangkaian catu daya ini ditapping pada sisi inputnya menjadi 18 Volt, 25 Volt, 42 Volt, 50
Volt, 60 Volt Dan 70 Volt.sehingga mampu menghasilkan tegangan tinggi dengan keluaran
maksimal mencapai 50 kV.(Buckle. K.A,dkk 2009).
Pulsed Electric Field (Apriliawan, Hadi 2010)

2.6 Chopper
Chopper, juga disebut mesin pencacah. Mesin pencacah ini digunakan untuk merajang
rerumputan, daun-daunan, dan batang tanaman menjadi lebih kecil. Ada beberapa bagian dari
mesin pencacah ini, diantaranya, rangkaian pisau pencacah dan penutup (cover) pada bagian
pencacah. Bagian pengumpan berupa corong (hopper). Bagian pengeluaran hasil berbentuk
saluran untuk mengeluarkan bahan yang sudah dicacah. Lalu ada kerangka mesin dan roda
transportasi.(Asmara, 2017).
Mekanisme kerja mesin pencacah sampah organik yaitu motor penggerak dinyalakan
sehingga poros mesin berputar sekaligus menggerakkan poros pisau pencacah dinamis.
Putaran motor diatur dengan cara mengatur gas pada motor penggerak sesuai yang
diinginkan. Bahan pakan ternak (hijauan) yang akan dicacah dimasukkan secara kontinyu
ke dalam hopper pengumpan menuju ruang pencacah. (Susanti, 2016).

Chopper (Sucipto,2013)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Cara Kerja Alat


3.1.1 Vacuum Frying
Isi bak air sampai ejector tercelup sedalam ± 3 cm dan
usahakan temperatur air bersuhu < 270C
selapngberlangsung.

Isi tabung penggorengan dengan minyak goreng hingga setengah volume

Atur kedudukan jarum penyetel suhu pada 85oC – 95oC, hubungkan steker
boks pengendali suhu dengan sumber listrik.

irisan pisang
Nyalakan kompor

Tutup tabung penggorengan

Nyalakan pompa air

Putar keranjang penggorengan dengan tuas setengah putaran

Buang tekanan dengan membuka katup pembuang tekanan dan


tekan tombol off untuk mematikan mesin vakum

Buka tutup tabung penggoreng dan tutup keranjang penggorengan

Angkat hasil penggorengan dan masukkan spinner

hasil
3.1.2 Maczone
Menyambungkan Maczone dengan listrik

Maczone mengubah arus listrik AC menjadi DC


Arus listrik DC

Mendidihkan air
Buah atau sayur

Memberikan autosonic-ozon

Mengangkat bahan

Bahan dilapisi oleh bahan rumput laut

Meniriskan bahan

3.1.3 Pulsed Electric Field

Dimensi Treatment Chamber PEF

Merancang rangkaian pembangkit pulsa tegangan tinggi pada PEF

Rangkaian Pembangkit Pulsa Tegangan Tinggi setelas PEF terbentuk

Menguji tekanan keluaran dengan metode schwaiger

Menguji frekuensi dengan osciloskop Tektronix TDS


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Vacuum Frying

.
Dengan sistem penggorengan semacam ini, produk-produk pangan yang rusak dalam
penggorengan (seperti buahbuahan dan sayur-sayuran) akan bisa digoreng dengan baik,
menghasilkan produk yang kering dan renyah, tanpa mengalami kerusakan nilai gizi dan
flavor seperti halnya yang terjadi pada penggorengan biasa. Umumnya, penggorengan dengan
tekanan rendah akan menghasilkan produk dengan tekstur yang lebih renyah (lebih
kering),warna yang lebih menarik. Hal penting lain dari produk hasil penggorengan vakum
adalah kandungan minyak yang lebih sedikit dan lebih porous (lebih ringan) dan umumnya
mempunyai daya rehidrasi yang lebih(Nurrainy,2013).

Prinsip kerja vacum frying adalah menghisap kadar air dalam sayuran dan buah
dengan kecepatan tinggi agar pori-pori daging buah-sayur tiak cepat menutup, sehingga kadar
air dalam buah dapat diserap dengan sempurna. Prinsip kerja dengan mengatur keseimbangan
suhu dan tekanan vakum. Untuk menghasilkan produk kripik buah dengan kualitas yang
bagus dalam artian warna, aroma, dan ras buah-sayur tidak berubah dan wrenyah pengaturan
suhu tidak boleh melebih 85 C dan tekanan vakum antara 65 – 76 cmHg. Sebaiknya air dalam
bak penampung pada vacuum frying tidak mengandung partikel besi karena dapat
menyebabkan air keruh dan dapat merusak pompa vakum yang akhirnya mempengaruhi
kerenyahan keripik . Kondisi vakum ini dapat menyebabkan penurunan titik didih minyak
dari 110º C – 200º C menjadi 80º C – 100º C sehingga dapat mencegah terjadinya perubahan
rasa, aroma, dan warna bahan seperti mangga dan buahan lainnya. Bahan yang digoreng
diletakkan di dalam keranjang berangka segi empat yang bagian bawahnya terbuat dari bahan
tahan panas dan karat, dengan diameter sekitar 2 mm. keranjang dan bahannya ditempatkan
secara manual di dalam penggorengan.Faktor – faktor yang 10 mempengaruhi mutu akhir
produk yang digoreng adalah kualitas bahan yang digoreng, kualitas minyak goreng, jenis alat
penggorengan dan sistem kemasan produk akhir.Selama penyimpanan, produk yang digoreng
dapat pula mengalami kerusakan yaitu terjadinya ketengikan dan perubahan tekstur pada
produk.Ketengikan dapat terjadi karena minyak/ lemak mengalami oksidasi. Hal ini
dipengaruhi oleh mutu minyak, kondisi proses penggorengan dan sistem pengemasan yang
digunakan. Pada alat penggoreng vakum ini uap air yang terjadi sewaktu proses
penggorengan disedot oleh pompa vakum. Setelah melalui kondensor uap air mengembun dan
kondensat yang terjadi dapat dikeluarkan. Sirkulasi air pendingin pada kondensor dihidupkan
sewaktu proses penggorengan(Sunaryo,2014).

Aplikasi alat ini pada bidang keteknikan pertanian adalah untuk meningkatkan nilai
jual hasil pertanian. Permasalahan yang saat ini masih dialami oleh kelompok industri kecil
ini yaitu masih menerapkan teknologi sederhana dalam proses penggorengan keripik. Upaya
peningkatan kualitas dan kuantitas produk yang dimaksud yaitu agar dapat dihasilkan keripik
buah yang lebih berkualitas dengan tingkat homogenitas, rasa, dan aroma yang lebih baik dan
merata sesuai dengan buah aslinya. Dengan adanya alat ini dimaksudkan untuk mengatasi
permasalahan sebagaimana yang diuraikan di atas dengan menciptakan teknologi yang sesuai
dan tepat sasaran. Teknologi tepat guna yang dimaksud adalah berupa penerapan mesin
penggoreng vakum untuk menunjang proses pegolahan keripik buah yang berupa mesin
vacuum frying serta penerapan teknologi pengolahannya untuk dapat menghasilkan keripik
buah yang berkualitas(Nurrainy,2013).

4.2 Maczone

Machine Based on Ultrasonic-Ozone and Edible Coating atau MACZONE


merupakan suatu inovasi untuk menurunkan residu pestisida pada buah dan sayuran
menggunakan gelombang ultrasonic - ozone serta edible coating dengan treatment nano.
Berdasarkan penelitian, penggunaan gelombang ultrasonic-ozon terbukti mampu
menurunkan residu pestisida hingga sebesar 91,2%. Setelah melalui ozonisasi berbasis
gelombang ultrasonic ini, sayuran akan mengalami proses sanitasi untuk membunuh
bakteri dan menurunkan kadar residu pestisidanya sebelum masuk pada tahapan coating
bebahan edible berteknologi nano untuk melapisi buah dan sayuran demi
memperpanjang umur simpannya. Penggunaan Maczone yang berbasis kombinasi
ultrasonic-ozon dan edible coating ini diharapkan dapat mengurangi residu pestisida dan
memperpanjang umur simpan buah dan sayur guna menciptakan mutu serta keamanan
pangan yang optimal. Maczone Maczone merupakan suatu inovasi untuk menurunkan
residu pestisida pada buah dan sayuran menggunakan gelombang ultrasonic – ozone serta
edible coating dengan treatment nano . Aplikasi Maczone pada bidang keteknikan
pertanian adalah alat ini berguna pada peningkatan mutu buah dan sayuran pasca panen
dengan memanfaatkan alat-alat yang berbasis teknologi pertanian (Aulia, 2019).

4.3 Pulsed electric field

Fungsi dari Pulsed Electric Field adalah sebagai alat pasteurisasi susu dari
mikroorganisme, sehingga mempunyai umur simpan yang lebih panjang serta aman
dikonsumsi masyarakat.Prinsip kerja alat ini adalah dengan menggunakan sistem non-
thermal.Sumber tegangan AC masuk ke rangkaian penyearah DC serta digunakan trafo 5A
untuk mencatu rangakaian oscilator dan rangkaian driver. Rangkaian oscilator dan driver ini
akan berpengaruh terhadap waktu pensaklaran pada multivibrator dan penguatan arus agar
transistor tersebut dapat beroperasi. Frekuensi yang dihasilkan oscilator ini adalah 50 KHz.
Terdapat 2 output pada oscilator ini, pertama output yang mengalami penguatan pada
rangkaian driver dan yang ke-dua adalah output yang akan dikenakan terhadap rangkaian
inverter yang digunakan untuk membalikkan nilai output dari oscilator yang tadinya negatif
menjadi positif agar terbentuk gelombang bipolar yang dapat membunuh bakteri. Rangkaian
penyearah dengan nilai output yang mencapai 70 Volt , 5A dikopel dengan rangkaian
switching transistor dihubungkan ke sisi tegangan rendah dari trafo tegangan tinggi untuk
membangkitkan induksi agar menimbulkan output tegangan tinggi, rangkaian catu daya ini
ditapping pada sisi inputnya menjadi 18 Volt, 25 Volt, 42 Volt, 50 Volt, 60 Volt Dan 70 Volt
sehingga mampu menghasilkan tegangan tinggi dengan keluaran maksimal mencapai 50 kV.

Aplikasi Pulsed Electric Field dalam keteknikan pertanian adalah sebagai berikut.
Pengolahan makanan menggunakan metode thermal memiliki banyak dampak negatif, maka
diperlukan alternatif menggantikan pengolahan secara konvensional dengan metode
pengolahan non thermal. Salah satu metode non thermal yang sedang dikembangkan adalah
menggunakan kejutan listrik tegangan tinggi (Pulsed Electric Field/PEF). PEF adalah proses
pengolahan bahan pangan yang didasarkan pada aplikasi denyut pendek pada tegangan tinggi
(20-80 kV/cm) ke bahan makanan pada suhu kamar atau di bawahnya selama beberapa detik
untuk memperkecil kerusakan yang disebabkan oleh pemanasan. Metode ini sangat
efektifkarena dapat menginaktifkan mikroorganisme sampai 95 % tanpa mengubah warna,
bau, dan kandungan gizi dalam waktu yang sangat singkat (Barbosa et al., 1997). Metode
pengolahan non thermal dinilai lebih efektif, ekonomis dan efisien tanpa mengubah warna,
bau dan kandungan gizi produk olahan. Penelitian terkait dengan aplikasi metode PEF dalam
susu diperlukan guna memberikan penjelasan ilmiah mengenai rancang bangun mesin
pasteurisasi susu secara kontinyu berbasis Teknologi Tegangan Tinggi (Pulsed Electric Field)
yang ekonomis dan efisien dengan menggunakan pembangkit pulsa tegangan tinggi dari
komponen trafo tegangan tinggi dan inverter yang menghasilkan tegangan maksimal
mencapai 50 kV.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Tujuan dari studi laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian
adalah agar mahasiswa dapat memahami dengan baik alat-alat yang terdapat pada
laboraorium TPPHP beserta fungsi dan cara pengoperasian yang baik dan benar sesuai
prosedur yang ada. Didalam laboraorium TPPHP sendiri memiliki berbagai alat yang
menunjang dalam proses pembelajaran diantaranya adalah vacuum frying yang berfungsi
sebagai alat penggorengan keripik buah dengan tetap mempertahankan kualitas dan gizi buah
tersebut.Prinsip kerja alat ini yaitu menggunakan metode vacuum. Kemudian terdapat Pulsed
Electric Field yang berfungsi sebagai alat pasteurisasi bahan cair untuk membunuh bakteri
dan menjaga kandungan bahan cair tersebut.Prinsip kerja alat ini adalah dengan menggunakan
listrik tegangan tinggi dan tanpa menggunakan panas(non-thermal).Lalu terdapat Maczone
yang berfungsi untuk memperpanjang umur simpan dan mereduksi pestisida,bahan yang
digunakan biasanya adalah buah-buahan.Prinsip kerja alat ini adalah dengan menggunakan
bantuan ozon untuk membunuh mikroba pada bahan.Alat-alat tersebut memiliki prinsip kerja
dan cara pengoperasian yang berbeda pula,untuk itu mahasiswa harus memahami dengan baik
alat alat yang ada seblum menggunakannya agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan dan
agar hasil bahan yang dipeoses menggunakan alat alat tersebut dapat sesuai harapan.

5.2 Saran

Studi Laboraotium ini bermanfaat dalam menambah wawasan mahasiswa mengenai


laboratorium yang terdapat dalam keteknikan pertanian.Namun, saran penulis dalam studi
laboratorium ini sebaiknya terdapat penambahan durasi waktu agar mahasiwa baru dapat
mencatat dan memahami dengan baik setiap alat yang disampaikan sehingga asisten
praktikum yang ada tidak perlu terburu-buru menjelaskan alat tersebut yang dapat berdampak
pada kurang optimalnya penyampaian fungsi dan cara kerja alat kepada mahasiswa
baru.Saran yang bisa penulis berikan selanjutnya adalah untuk merawat kondisi ruangan
mesin dan alat laboratorium dikarenakan banyaknya debu dan kotoran di dalam laboratorium.

Terlepas dari kekurangan dan saran yang telah diberikan di atas, penulis rasa bahwa
Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian sudah memenuhi
standarisasi kelayakan sebagai laboratorium untuk tempat pembelajaran dan penelitian.
Penulis berharap agar laboratorium dapat membenahi segala kekurangannya. Tidak hanya itu,
juga untuk memperbarui alat yang berada di laboratorium. Penulis berharap dengan saran
yang diberikan, Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian dapat
menjadi laboratorium yang dapat menjadi pusat pembelajaran dan penelitian yang berstandar
internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Adji, D., Larashanty, H., dan Zuliyanti.2007.Perbandingan Efektivitas Sterilisasi Alkohol


70%, Inframerah, Autoklaf, dan Ozon terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus
subtilis. Jurnal Sains.18(1):18-26
Apriliawan, Hadi 2010. Laban Electric Alat Pasteurisasi Susu Kejut Listrik Tegangan
Tinggi( Pulsed Electric Field) Menggunakan Flyback Transformer. Universitas
Brawijaya. Malang

Asmara, S dkk. 2017. Pengaruh Kecepatan Putar Terhadap Ujnuk Kerja Mesin Pencacah
Pelepah Kelapa Sawit (Chopper). Jurnal Tenik Pertanian.6(3): 15-16

Buckle. K.A., Edward. R.A., Fleet G.H. dan Wooton. M., 2009. ILMU PANGAN. Universitas
Indonesia Press : Jakarta

Busch, J dkk. 2015. Vacuum frying foods: products, process and optimization.New Zealand.
International Food Research Journal

Kurniawansyah, I.S. 2016. Penentuan Tingkatan Jaminan Sterilitas Pada Autoklaf Dengan
Indikator Biologi Spore Strip. Jurnal Farmasetika dan Teknologi Farmasi Universitas
Padjajaran.14(1):8-9

Mufti, Moh.2014. Analisis Perancangan Vacuum Frying Terhadap Produk Keripik Salak.
Jurnal Pengabdian Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.1(1):5-6

Fitriatin,Manan.Pemeriksaan Viral Nervous Necrosis (VNN) Pada Ikan Dengan Metode


Polymerase Chain Reaction (PCR).Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 7(2): 149-
150

Nurrainy Febry.2013. Pengaruh Konsentrasi CaCl2 dan Lama Perendaman Terhadap


Sifat Organoleotik Keripik Pisang Muli(Musa paradisiaca) Dengan Penggorengan
Vakum( Vacuum Frying) . Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian.18(1): 78-79

Shidqiana, Shofa.2012.Optimalisasi Waktu Pada Proses Pembuatan Keripik Buah Apel


(Pyrus malus L) dengan Vacuum Frying.Semarang.Unit Penerbitan Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai